"Sayang!" suara Jelios terdengar lagi lantang membuat Belle tersentak kaget dan reflek menoleh ke arah jendela yang tertutupi tirai. "Sayang, sepertinya aku tidak bisa berdiri lebih lama lagi. Aku benar-benar merasa sangat lemas, sepertinya darahku juga sudah mulai membeku."Belle menelan salivanya
Belle kembali mengecek suhu tubuh Jelios yang sudah 2 jam ini dia tidur di atas tempat tidur yang digunakan oleh Belle beberapa waktu terakhir ini. Seperti yang diucapkan oleh Dokter beberapa waktu setelah Jelios dibawa masuk ke dalam kamar, Jelios kini sudah diselimuti tebal menggunakan dua selimu
Setelah kepergian Nyonya Terren, Belle kini kembali menatap wajah Jelios dengan segala pemikirannya. Sungguh, melihat suaminya seperti itu dia benar-benar tidak tega, tetapi hatinya yang masih ragu-ragu itu membuat dia juga merasa tidak tenang. Iya, Belle sudah memutuskan untuk memberikan kesempatan
Jelios menatap Belle dengan tatapan yang terlihat begitu sulit untuk diartikan oleh Belle. Baru saja, Belle menanyakan sebuah pertanyaan yang cukup membuat Jelios terdiam memikirkan benar dan menimbang apakah dia benar-benar harus menceritakan atau menjawab pertanyaan dari Belle secara detail? Rasan
Jelios menyentuh wajah Belle, sejenak menatapnya dengan lekat lalu mengecup bibir dengan lembut. Sejenak Jelios menjauhkan bibirnya dari bibir Belle lalu kembali berkata, "aku benar-benar merindukanmu, bahkan rasanya aku seperti tercekik saat bangun dari tidur dan kau tidak ada di sisiku."Belle ter
"Aku, akan menjalani saja." seperti itulah jawaban yang diberikan oleh Belle. Tuan dan Nyonya Terren menatap Belle dengan tatapan yang terlihat bingung seolah mereka ingin lagi memastikan sebenarnya apa maksud dari jawaban Belle. Namun, melihat senyum tipis yang timbul di wajah Jelios, sepertinya m
Belle tersenyum, namun jelas saja matanya menatap suaminya itu dengan tatapan tajam seolah begitu memaki dan melarang suaminya untuk berbicara tidak jelas lagi apalagi berbicara sembarangan seperti itu. Nyonya Terren menatap Jelios dengan tatapan kesal lalu berkata, "Kalau ingin membunuhmu, tentu s
"Kehamilanmu sudah berapa bulan?" tanya Herin kepada Belle, "sepertinya sudah besar, apa sudah waktunya akan lahir?" tanyanya lagi penasaran. Belle tersenyum lalu menggelengkan kepalanya dan menjawab, "ini baru beberapa bulan saja, perutku besar seperti sudah mendekati kelahiran karena ada dua bayi
Setelah beberapa saat, Belle sudah mulai tenang jadi, Jelios juga sudah bisa kembali berbicara. "Aku perlu melakukan itu, sayang. Wanita itu harus diberikan pelajaran yang menyakitkan agar tidak bisa macam-macam. Jadi, sekarang sudah saatnya istriku yang manja ini berhenti murung kan?" bujuk Jelios
Jelios mengusap kepala istrinya lalu berbisik, "karena anak-anak sudah tidur, ayo ikut aku sebentar. Ada hal yang ingin aku bicarakan padamu," ucap Jelios lalu tersenyum meski ucapannya itu tak mendapat respon apapun dari istrinya. Perlahan, Jelios memindahkan putri keduanya ke box bayi, lalu berge
Jenie tersenyum, dan rona malu yang timbul di wajahnya itu benar-benar bisa terlihat dengan jelas. Rasanya, debaran jantungnya seperti akan meledak karena perasaan gugup dan juga bahagia yang menjadi satu. Saat ini, Jenie tengah bersama dengan Jelios setelah beberapa saat yang lalu Jelios menghubun
Belle semakin menjadi saat dia kembali melihat unggahan Jenie pada akun media sosial miliknya. Jenie mengatakan bahwa, dia merindukan pria yang memberikan kenangan indah di dalam kamar hotel. Sungguh, Belle menjadi semakin menjadi-jadi dengan segala pemikiran negatifnya kepada Jelios. Apalagi, saat
"Sayang?" panggil Jelios begitu dia sampai di kamar. Yah, karena istrinya tidak menyambut kepulangannya, maka Jelios bergegas menjalankan kakinya menuju ke kamar. Biasanya, Belle akan menunggu Jelios pulang di depan pintu rumah mereka, tapi karena tidak ada Belle saat Jelios pulang, maka Jelios han
Sudah tiga hari berlalu, dan jenie masih belum mendapatkan kabar apapun dari Jelios membuat dia benar-benar gelisah sepanjang hari. Jenie benar-benar ingin dengan segera menjalin hubungan yang sebenar-benarnya bersama dengan, Jelios. Namun, karena tiga hari ini masihlah tidak ada kabar sama sekali,
Jenie terbangun dari tidurnya. Perlahan dia membuka matanya, dan ternyata Jelios sudah tak lagi ada di atas tempat tidur. Jenie bangkit dari posisinya, dia mencari keberadaan ponselnya. Mendapatkan ponselnya, akhirnya Jenie bisa melihat pukul berapa sekarang ini. "Ya ampun..... " ucap Jenie keheran
Jenie mengeratkan genggaman tangannya yang sejak tadi jemari di tangannya saling bertautan erat. Mendengar apa yang diucapkan oleh Jelios barusan, bohong saja kalau dia tidak merasa sangat gugup, dan juga takut. Bagaimanapun, sosok Jelios yang dewasa, dan juga terlihat sekali penuh dengan makna seti
"Semoga kita bisa bekerja sama dengan baik. Saya harap, kejayaan Horrison Food akan lebih maju kedepannya. Jadi, mohon kerja samanya," ucap Jelios kepada anggota dewan direksi. Jelios yang baru saja mengenalkan diri, dan memberikan sepatah dua patah kata untuk mengatakan beberapa hal yang perlu dia