Terima kasih sudah mengikuti Keysa dan Alsaki, enjoy untuk bab selanjutnya...
Keysa segera beranjak dari ruangan Alsaki, detak jantung Keysa terdengar tak beraturan. Keysa menghela nafasnya secara perlahan membuat Alsaki tersenyum di dalam ruangan. Setidaknya Alsaki mengetahui sedikit rahasia Keysa. Keysa berpapasan dengan Kavi yang tampak penasaran dengan apa yang terjadi, "Kamu mau ke mana, Key?" tanya Kavi yang melihat Keysa keluar dari ruangan Alsaki, "Pantry," jawab Keysa singkat dan terkesan buru-buru, "Kamu, sakit?" tanya Kavi seakan tidak puas dengan jawaban Keysa yang tampak tidak baik-baik saja, "A-aku tidak sakit," Keysa yang gugup, menjawab Kavi dengan sedikit terbata-bata, "Lalu, kenapa wajah kamu berwarna merah?" cecar Kavi yang semakin menyudutkan Keysa, "Ah! Kavi, kamu sangat menyebalkan!" protes Keysa sembari menghentakkan kedua kakinya dan membuat Kavi semakin kebingungan dengan apa yang Keysa lakukan. Keysa melewati Kavi begitu saja, mengabaikan Kavi yang saat ini bergerak berlawanan dengan arah Keysa. Kavi mengetuk pintu ruangan Alsaki
Keysa menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, Keysa merasa mulutnya perlu dijahit dengan rapat untuk tidak mengatakan hal-hal yang tidak perlu kepada sahabatnya. Raymon masih setia menunggu jawaban Keysa dan menatap Keysa dengan tajam. "Tsk, apa kamu harus seperti itu, Mon?" tanya Keysa,"aku beneran hanya tidur," "Aku nggak percaya!" "Ouch! Kepalaku tiba-tiba sakit, Mon," dusta Keysa yang membuat Raymon tak gentar untuk menunggu jawaban dari Keysa, "Apa kamu pikir, aku akan percaya dengan akting kamu?" tanya Raymon yang membuat Keysa mengangkat kedua bahunya, "Aku tahu, bohong sama kamu, itu sangat syulit... Jadi, aku menyerah untuk berjuang," jawab Keysa sekenanya, membuat Raymon semakin kesal dengan Keysa. "Key, aku nggak tahu, apa yang kamu lakukan dengan Alsaki, terlebih lagi sekarang kamu juga melakukan hal yang kamu benci. Bekerja." kata Raymon yang menyangsikan perasaan Keysa untuk Alsaki, pria yang tidak lama Keysa kenal dan menjadi sumber pundi-pundi keuangan Keysa selama
Kavi menatap iba sahabatnya, pola hidup sehat yang biasanya Alsaki lakukan membuat tubuh Alsaki terkejut dengan aneka makanan yang dia nikmati bersama Keysa, bahkan kemaren Keysa membeli aneka gorengan lewat aplikasi online.Alsaki kini merasa tubuhnya jauh lebih baik, berkat obat yang Kavi berikan kepadanya. Sementara Keysa tertunduk lesu di kursi yang berada tidak jauh dari tempat Alsaki terbaring."Keysa, jangan cemberut gitu, ini bukan salah kamu," hibur Kavi yang menghampiri Keysa,"Aku nggak tahu, kalau Alsaki tidak pernah makan, makanan seperti itu," keluh Keysa,"Em, aku nggak tahu pasti, kapan Alsaki berhenti makan, makanan seperti itu. Hanya saja, faktor usia juga mempengaruhi tubuh kami, Keysa. Semua bukan sepenuhnya kesalahan kamu, percaya sama aku," jelas Kavi yang membuat Keysa menganggukkan kepala"Aku minta maaf, " cicit Keysa,"Nggak ada yang salah, Keysa. Kamu jangan terlalu memikirkan hal ini, lebih baik kamu pesan bubur dan susu kacang kedelai untuk Alsaki. Aku aka
Keysa menyediakan beberapa snack dan kopi untuk Alsaki, Jendra dan Kavi. Keysa memilih untuk tidak bergabung dan mengerjakan pekerjaan yang lainnya, karena Keysa tidak akan mengerti dengan apa yang akan mereka bicarakan.Keysa ingin melakukan negosiasi dengan Alsaki perihal pekerjaan yang Keysa lakukan untuk tetap bisa berada disekitar Alsaki. Sayangnya, Alsaki enggan untuk melepas posisi asisten pribadi yang kin diemban oleh Keysa.Bunyi bel pintu apartement Alsaki membuat Keysa menghampiri sumber suara, Keysa segera membuka pintu apartement Alsaki dan melihat dodok Danz di sana."Sa, kita bertemu lagi," kata Danz sumringah,"I-iya," Keysa gugup.Keysa mati kutu. Tidak bisa menjawaba selain kata iya dari dalam mulutnya,"Kamu tinggal di sini?" tanya Danz lagi,"Ini apartement atasan aku," aku Keysa yang enggan berbohong,"Oh,""Kamu, ada perlu apa?" tanya Keysa to the point.Danz tersenyum, melihat paras ayu Keysa membuat Danz melupakan tujuan utamanya untuk datang ke tempat ini."Oh
Raymon melipat kedua tangannya di depan dada, menatap Lyra yang kini duduk di hadapannya tanpa merasa bersalah dengan apa yang Lyra lakukan saat ini,"Kamu sampai kapan di sini?" tanya Raymon,"Sampai kamu memberikan nomer ponsel kamu," jawab Lyra sembari menatap latte yang siap berseluncur di dalam kerongkongannya."Ck, kamu sudah mendapatkannya,""Ini bukan nomer ponsel kamu, ini nomer telfon cafe kalian," protes Lyra yang membuat Raymon menghela nafas panjang, menahan batas sabar yang dia tetapkan untuk Lyra, wanita yang mengganggu hidup Raymon beberapa hari terakhir."Sama saja," jawab Raymon,"Aku ingin nomer ponsel pribadi kamu," keukeuh Lyra,"Aku tidak punya ponsel,""Bohong!" gertak Lyra yang membuat Raymon mengangkat bahunya.Raymon tidak ingin menanggapi Lyra, Raymon memilih untuk menghindari Lyra, sayangnya ramon kalah cepat dengan kedatangan Keysa yang kini mulai berteriak heboh di cafe. Suasana cafe belum ramai, hanya Lyra saja konsumen mereka di pagi hari, karena jam bu
Keysa duduk berhadapan dengan Alsaki, sebisa mungkin, Keysa menghindari tatapan mata Alsaki. Seolah mengerti dengan apa yang Keysa rasakan, Alsaki menggoda Keysa dengan jarak tak aman bagi Keysa saat ini, "Tsk, apa kamu sengaja ingin mengganggu aku?" tanya Keysa ketus, "Ya, aku rindu kamu memaki aku," jawab Alsaki yang membuat gerakan memutar bola matanya, Keys menyangsikan ucapan Alsaki yang terdengar 'gombal' di telinga Keysa. "Kenapa kamu tiba-tiba datang ke cafe?" tanya Keysa, "Aku ingin kamu bertemu dengan adik aku," jawab Alsaki, "Kamu bukan anak tunggal?" tanya Keysa yang membuat Alsaki menggelengkan kepala, "Aku punya seorang adik perempuan, dia tinggal di Amerika sejak kecil, kami jarang bertemu, hanya saja jika salah satu dari kami memiliki waktu luang, kami selalu menyempatkan untuk bertemu dan menyapa satu sama lain." jelas Alsaki, "Oh," sahut Keysa," aku harus bertemu dengan adik kamu?" tanya Keysa yang jelas-jelas sudah mengetahui jawaban dari pertanyaannya. "Ya,
Jendra menunggu kedatangan Alysa di terminal kedatangan bandara International Green Garden, Jendra berusaha bersikap sewajarnya jika berhadapan dengan Alysa, adik Alsaki."Kenapa lo tegang gitu? Udah gak sabar ketemu, Alysa?" tanya Kavi yang tib-tiba datang dari balik tubuh Jendra,"Ngapain lo di sini?" tanya Jendra,"Alsaki bilang, Alysa nggak mau ketemu sama lo aja, dia juga mau gue ikut jemput dia," jawab Kavi yang kini duduk bersama Jendra,"Kalau gitu, elo aja yang jemput dia, gue mau pulang," rajuk Jendra yang bersiap untuk berdiri, namun tangannya tertahan oleh Kavi yang menggenggam pergelangan tangan Jendra."Ckckck, se-umuran lo gak pantas buat merajuk. Gak kiyowo!" sindir Kavi yang membuat Jendra mendelik kesal, kemudian kembali duduk di tempatnya."Gak ada hubungannya sama kiyowo!" protes Jendra,"Jangan cemburu sama gue, gue sama Alysa itu hanya hubungan kakak-adik, doang." aku Kavi yang tak terima menjadi sasaran kemarahan Jendra, pasalnya Kavi hanya mengikuti keinginan A
Jendra mengejar langkah Alysa yang saat ini berusaha menghindari Jendra, Alysa merasa Jendra tengah berkhianat kepada dirinya."Kamu bikin aku kesal,""Lysa, kamu salah paham,""Apa?" tanya Alysa yang tiba-tiba menghentikan langkahnya dan membuat Jendra nyaris menabrak tubuh mungil Alysa yang berdiri tidak jauh dari Jendra,"Dengarkan aku, kita bicara baik-baik," pinta Jendra yang meminta Alysa mendengarkan penjelasan Jendra,"Kak Jendra juga suka sama Keysa? Dia muda, menarik, iya, kan?""Kenapa kamu malah menuduh aku yang bukan-bukan?" tanya Jendra yang tak suka dikaitkan dengan apa yang terjadi.Jendra tidak mengerti alur pembicaraan mereka saat ini, jujur saja, Keysa memang menarik. Tapi, setiap pria memiliki karakter wanita yang berbeda di hati. Termasuk Jendra, Keysa bukan kriteria wanita yang dicari Jendra, terlebih lagi Keysa wanita bos-nya.Alysa melengos, menahan air matanya yang nyaris membasahi pipi,"aku tidak suka kamu seperti ini," ungkap Jendra yang membuat Alysa menata