Share

Part 104

Author: Ida Saidah
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Sebuah mobil menepi di depan pintu pagar rumah mama. Tante Farhana keluar dari dalam kendaraan roda empat tersebut, disusul oleh Mas Umar putranya yang sudah lama kukagumi lalu melekuk senyum ketika melihat aku duduk di teras bersama Maura.

"Assalamualaikum, Lin!" ucapannya dengan intonasi suara lembut seperti biasanya.

"Waalaikumussalam, Tante." Berjalan menuju pintu garasi, membukakannya untuk ibu empat orang anak itu kemudian menyalami serta mencium punggung tangannya dengan takzim.

"Mari, silakan masuk!" Mempersilakan wanita dengan hijab panjang menjuntai itu masuk dan menyuruh tamuku untuk duduk.

"Kamu lagi sibuk ya?" tanyanya kemudian.

"Oh, enggak, Tan. Memangnya ada apa?"

"Tante mau minta tolong sama kamu, tapi takut merepotkan."

"Memangnya mau minta tolong apa, Tan?"

"Anterin Tante belanja buat seserahan?"

"Seserahan?" Mengerutkan kening, melirik ke arah Mas Umar yang sejak tadi hanya diam tanpa
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Pembantuku di Atas Ranjang Suamiku   Part 105

    Alarm di pagi hari terdengar menjerit-jerit memaksaku untuk segera membuka mata. Entah mengapa malam cepat sekali berubah menjadi pagi, bahkan sinar keemasan mentari sudah menerobos masuk melewati celah-celah tirai yang sedikit terbuka.Menyibak selimut yang membungkus tubuh, mematikan air conditioner kemudian mengayunkan kaki menuju bilik mandi untuk membasuh tubuh yang terasa lengket lalu segera bergabung bersama keluarga setelah selesai berganti pakaian.Maura sudah duduk di kursi meja makan sambil menyantap sereal ketika aku menghampiri. Sudah beberapa hari ini dia memang lebih memilih tidur di kamarnya sendiri, karena katanya dia sudah besar dan sudah sekolah."Baru bangun, Lin?" tegur Mas Aldo sambil memindai wajahku."Iya, Mas. Kesiangan!" Menyeringai."Kebiasaan. Sudah berapa kali Mas bilang, biasain bangun pagi, salat subuh, jangan ketinggalan mulu waktu subuhnya. Biar jodoh kamu nggak dipatok ayam. Supaya nanti dapet suami

  • Pembantuku di Atas Ranjang Suamiku   Part 106

    Hampir satu jam aku duduk sambil berbincang tidak jelas dengan Dafa di kursi pengunjung, sementara Kak Humaira dan Mas Aldo sedang sibuk mengepas pakaian pengantinnya, sambil sesekali saling melempar senyum bahagia, membuat diri ini merasa iri jadinya.Kak Humaira terlihat begitu cantik memesona dengan balutan gaun pengantin berwarna putih tulang, senada dengan baju yang sedang dikenakan oleh Mas Aldo, membuat kakak satu-satunya yang aku miliki terlihat begitu gagah juga manglingi.Teringat dulu ketika hendak menikah dengan Mas Alex, aku hanya mengenakan kebaya biasa yang disewa kepada perias pengantin, karena saat itu Mas Alex memang tidak memiliki cukup banyak uang untuk membelikan baju yang aku idamkan. Terlebih lagi, baik dari pihak keluarga aku maupun keluarga Mas Alex tidak ada yang menyetujui hubungan kami. Papa dan Mas Aldo selalu mengatakan kalau mantan suamiku itu bukan laki-laki yang baik dan hanya ingin memanfaatkan diriku juga apa yang aku pu

  • Pembantuku di Atas Ranjang Suamiku   Part 107

    Aku diam sambil menelan saliva. Ya Tuhan... Apa aku harus menerima Dafa yang sudah jelas-jelas mencintai aku dan mulai melupakan mas Umar. Bukan kah, lebih baik dicintai daripada mencintai, sebab perempuan itu mudah sekali jatuh cinta asalkan mendapatkan perhatian juga kasih sayang dari pasangannya."Kenapa diam, Lin? Apa kamu mau menerima cinta aku?" Lagi, dia bertanya dengan senyum tersungging di bibir."Kita coba jalani aja dulu ya, Daf. Jujur aku belum memiliki perasaan apa-apa sama kamu, tetapi bukankah cinta itu bisa datang kapan saja. Apa kamu mau menunggu sampai aku mencintai kamu?" Menatap netra dengan iris legam milik lelaki berusia tiga puluh tahun itu, berkata dengan jujur tanpa ada yang ditutupi."Berarti kita pacaran, Lin?" "Ish, mana ada pacaran-pacaran. Kaya abege aja. Inget, kita itu udah berumur!" Memonyongkan bibir beberapa centimeter."Biar kata kita sudah tua, tapi kan jiwanya masih menggelora kaya anak remaja. Sekar

  • Pembantuku di Atas Ranjang Suamiku   Part 108

    "Daf, Pak Anjas itu...?" tanyaku dengan mimik wajah bingung."Dia ayah aku, Lin!" Hah? Mulutku menganga dibuatnya. Jadi, selama ini dia menyembunyikan identitasnya. Berpura-pura menjadi karyawan biasa, padahal ia anak pemilik perusahaan tersebut?"Tidak ada yang tahu kalau Pak Anjas itu ayah aku, karena di kantor kami selalu profesional. Aku seorang karyawan, dan dia seorang bos yang harus aku hormati. Aku itu lagi belajar sama ayah, dan nggak mau semua orang tahu aku bekerja di perusahaan milik orang tua aku sendiri, agar mereka tidak meremehkan kemampuan aku."Aku semakin salut dibuatnya. Selama ini Dafa itu terlihat begitu profesional, sampai-sampai tidak menyadari kalau dia calon pewaris perusahaan Pak Anjas. Dan papanya juga tidak segan menegur dia saat salah, tanpa pandang bulu dan selalu memperlakukan Dafa seperti karyawan lainnya."Jangan bengong terus, apa kamu sedang terpesona dengan ketampanan pria yang ada di samping Bunda?"

  • Pembantuku di Atas Ranjang Suamiku   Part 109

    "Daf, sorry, aku mau nanya. Adik kamu kayaknya nggak suka sama aku, ya?" tanyaku ketika kami berdua sudah berada di dalam mobil."Memangnya kenapa, Lin?" "Kamu perhatikan saja cara dia liatin aku, Daf. Tanpa ekspresi, apalagi senyum. Dia juga tidak seramah bunda kamu.""Alina Sayang. Adik aku itu anak istimewa. Dia memang tuna wicara, dan soal dia nggak mau senyum, mungkin karena belum mengenal kamu, apalagi aku ini kakak kesayangannya. Pasti dia takut kasih sayang aku akan luntur jika sudah menikah nanti.""Oh, maaf. Aku nggak tahu." "Tidak apa-apa. Sebenarnya dia itu baik kok. Mungkin dia malu juga sama kamu karena kekurangannya. Tolong terima adik aku juga ya, Lin. Walaupun dia tidak sempurna."Aku melekuk senyum menatapnya, juga merasa tidak enak karena sudah menanyakan hal itu kepada Dafa.***Selepas ashar mobil yang dikemudikan Dafa menepi di depan pagar rumah Mama. Aku segera turun, menyuruh laki-laki

  • Pembantuku di Atas Ranjang Suamiku   Part 110

    Aku mendengkus kesal sambil menatap punggung lebar Mas Aldo yang semakin menjauh.Apa-apaan ini, melarang aku dekat dengan Dafa, menyuruhku meninggalkan toko yang sudah aku kelola sejak nol hingga sebesar sekarang ini hanya karena rasa bencinya kepada pria yang saat ini sedang dekat dengan diriku."Lin, sebaiknya jangan kamu dengarkan omongan kakak kamu. Dia itu lagi pusing mikirin pernikahannya yang sudah tinggal menghitung hari, jadi kelakuannya seperti itu," ucap mama seraya mengusap lembut bahuku."Pusing? Orang semuanya sudah siap, kok. Kecuali masih belum siap seratus persen, kekurangan uang buat modal dan ada masalah besar lainnya yang menghalangi acara pernikahan dia dan kak Umay. Dasarnya saja Mas Aldo itu sensi banget sama Dafa. Sejak dulu kan dia memang benci sama temen aku!" sungutku kesal."Nah, kamu sudah tahu sifat kakak kamu seperti itu. Jadi tidak usah diambil hati ucapannya kalau begitu!""Yasudah, untuk sementara aku pergi dulu dari rumah ini, supaya Mas Aldo tidak

  • Pembantuku di Atas Ranjang Suamiku   Part 111

    Aku menghela napas mendengar jawaban dari Dafa. Apa iya harus menceritakan semuanya kepada dia?Sepeda motor yang aku tumpangi menepi di sebuah warung soto. Dafa mengajakku untuk sarapan, sebab katanya dia belum makan apa-apa karena terus memikirkan keadaanku."Aku pesen teh anget saja, Daf. Sudah sarapan tadi sama Maura," ucapku sambil mengenyakkan bokong di atas bangku panjang di dalam kedai."Padahal aku pengen traktir kamu loh, Lin." Dia duduk di sebelahku."Lain kali saja. Aku udah kenyang. Nanti gendut kalau makan terus.""Memangnya kenapa kalau kamu jadi gendut?""Nanti kamu nggak suka lagi sama aku."Dafa terkekeh dan mengusap rambut ini hingga berantakan. "Aku tidak pandang fisik, Lin. Mau kamu gendut, ramping, aku itu mencintai kamu apa adanya.""Gombal!""Makanya ayo buruan ke penghulu. Biar kamu percaya kalau aku ini serius sama kamu."

  • Pembantuku di Atas Ranjang Suamiku   Part 112

    "Aku pikir kamu sudah berubah, Mas. Tapi ternyata tidak. Kamu masih sama seperti Alex yang dulu. Egois dan menghalalkan segala cara agar mendapatkan apa yang diinginkan!""Aku tidak bermaksud seperti itu, Lin. Tapi ....""Tapi apa, Mas?" potongku. " Aku tidak pernah mempermasalahkan saat kamu menikah lagi. Aku juga tidak marah waktu denger kabar kamu sering tidur sama Tiara, karena aku pikir jalan kita sudah berbeda. Kita bukan lagi pasangan jadi apa yang kamu lakukan tidak lagi menjadi urusan aku.""Tapi kamu dulu sangat marah dan sampai mencelakai aku dan Siti, mengolesi kemaluan kami berdua sambal sampai aku hampir mati saking sakitnya, Lin. Apa kamu lupa itu?""Waktu itu status kamu masih suami aku. Jadi sangat wajar jika aku marah saat tahu suami aku selingkuh. Tapi sekarang ceritanya beda, kita sudah tidak memiliki hubungan apa-apa, dan aku mengizinkan kamu datang juga hanya karena Maura. Bukan karena masih cinta sama kamu!""L

Latest chapter

  • Pembantuku di Atas Ranjang Suamiku   Part 133 (Extra Part2)

    Kamu sudah keluar dari penjara? Kenapa kamu tidak menghubungi Mas, Ran?" tanya Alex seraya membingkai wajah sang adik seiring dengan derasnya air mata yang mengalir dari kedua sudut netra."Aku nggak punya hape dan nggak berani menghubungi Mas karena takut Mas nggak mau lagi menerima aku, sebab aku sudah sering membuat kesalahan sama Mas!""Ya Allah, Rani. Seperti apa pun kamu dulu, kamu itu tetap adik Mas. Keluarga satu-satunya yang Mas miliki di dunia ini. Maaf ya, kalau selama kamu dipenjara Mas nggak jenguk kamu.""Iya nggak apa-apa. Bagaimana kabarnya Tiara, Mas? Kalian sudah punya anak berapa?""Tiara sekarang sedang dirawat di rumah sakit jiwa. Dia terkena gangguan mental dan juga sedang sakit kanker serviks stadium akhir.""Ya Allah... Kasihan sekali.""Iya, sekarang rumah miliknya juga sudah dijual untuk mengobati penyakit yang dia derita, karena Tiara tidak punya saudara maupun kerabat di sini. Mas juga kan sudah cerai

  • Pembantuku di Atas Ranjang Suamiku   Part 132 (Extra Part)

    POV Author.Rani menatap pintu keluar rutan sambil bernapas lega karena akhirnya bisa keluar dari dalam penjara. Hanya saja dia merasa bingung, setelah ini akan tinggal di mana karena rumah peninggalan orang tuanya sudah dijual dan dia juga tidak tahu alamat rumah Alex yang baru.Menatap dua lembar uang yang diberikan petugas lapas, Rani berniat pergi ke Jakarta untuk mencari sang kakak dan berniat tinggal di sana dan mencari pekerjaan.Tetapi bagi mantan narapidana seperti dia, masih adakah perusahaan yang mau menerimanya menjadi karyawan? Terlebih lagi dia hanya memiliki ijazah SMA karena sudah di-drop out oleh pihak universitas.Karena sudah tidak memiliki siapa-siapa lagi di Bandung, terlebih lagi sangsi sosial yang dia dapatkan di kota Kembang tersebut, perempuan berusia dua puluh delapan tahun itu akhirnya nekat pergi ke Jakarta untuk mencari keberadaan Alex.Rumah pertama yang dia sambangi adalah tempat tinggal lama sang kakak, ber

  • Pembantuku di Atas Ranjang Suamiku   Part 131 (Ending)

    "Ada apa, Mas?" tanyaku dengan nada ketus juta tanpa basa-basi."Alin? Kamu apa kabar?" Dia terus memindai wajahku, dan aku lihat ada rindu samar di kedua sorot netranya."Seperti yang kamu lihat. Aku sehat dan baik-baik saja. Kalau tidak ada hal penting yang mau kamu sampaikan, sebaiknya kamu pulang, Mas. Aku nggak mau timbul fitnah jika kamu berada di sini, sebab sekarang aku sudah menjadi istri orang!""Aku mau minta maaf sama kamu, karena sudah menyakiti hati kamu dan selalu berusaha mengusik kebahagiaan kamu. Bahkan aku juga berusaha mengacaukan pernikahan kamu kemarin dengan Dafa.""Aku sudah memaafkan kamu!""Alhamdulillah kalau begitu. Tolong setelah ini jangan benci aku, apalagi sampai menjauhkan Maura sama aku. Selamat juga atas pernikahan kamu dan Dafa. Semoga kalian berdua bahagia.""Aamiin, terima kasih!""Ini, aku ada rezeki sedikit. Nitip buat anak kita. Ya, walaupun aku tahu kalau Dafa bisa mencukupi semu

  • Pembantuku di Atas Ranjang Suamiku   Part 130

    "Sayang, bangun." Dafa mengusap lembut lenganku, menerbitkan senyuman manis menyapa hari saat pertama membuka mata."Sebentar lagi Subuh," ucapnya lagi.Aku segera menyibak selimut yang menutup hingga ke leher, duduk menyandar di headboard mencoba mengumpulkan nyawa sebelum turun dari tempat tidur.Mata ini tidak lepas dari tubuh Dafa yang sudah terlihat rapi dengan baju koko serta sarung membalut tubuh, menambah kesan tampan memesona wajah laki-laki itu."Aku mau ke mushola. Kamu buruan mandi, gih. Biar nggak telat salat subuhnya." Tangan kekar itu terulur mengusap lembut pipi ini."Iya, Daf. Kamu hati-hati. Habis salat mau aku bikinin apa?" tanyaku tanpa melepas selimut yang menutupi dada, merasa malu kepada suami, padahal jelas-jelas kami berdua sudah saling tahu semua yang ada di tubuh kami."Bikin anak saja!" Dia menjawab sambil menyeringai, dan aku langsung melotot menatapnya."Maruk banget kamu!""Bercand

  • Pembantuku di Atas Ranjang Suamiku   Part 129

    Malam kian merangkak larut. Jarum pendek jam sudah menunjuk ke angka sepuluh malam, dan aku sudah merasa lelah karena hampir seharian berdiri di atas pelaminan menyalami para tamu undangan yang datang silih berganti hampir tidak ada henti.Jantung ini berdegup kencang ketika pintu kamar terbuka seiring munculnya sesosok laki-laki bertubuh tegap dengan senyum terkembang di bibir.Segera kuhentikan aktivitas menghapus riasan di wajah, menatap Dafa dari pantulan cermin seraya mengatur napas juga detak jantung yang mulai terasa tidak karuan."Aku mandi dulu, habis ini kita salat sunah dua rakaat." Dafa berujar sambil mencium puncak kepalaku dengan penuh kelembutan serta cinta."Iya, Daf." Aku mendongak menatap wajah suami, hingga kini jarak kami tinggal beberapa centimeter saja, dan aku bisa merasakan hangat napas menerpa muka."Aku mencintai kamu, Alina. Terima kasih karena kamu sudah bersedia menjadi istri aku. Aku berjanji akan selalu

  • Pembantuku di Atas Ranjang Suamiku   Part 128

    "Ada ribut-ribut apa di depan, Kak? Siapa yang datang mengacau?" tanyaku kepada Kak Humaira."Alex datang dan berusaha menghentikan pernikahan kalian, Lin," jawab istri dari Mas Aldo membuat diri ini merasa geram.Untuk apa Mas Alex masih mengganggu hidupku? Padahal, sudah berkali-kali aku katakan tidak ingin kembali, dan dia juga kan sudah memiliki pasangan. Aneh memang pria satu itu."Tapi kamu tenang aja, Lin. Mas Aldo dan teman-temannya sudah mengurus dia. Sekarang Alex sudah pergi, dan di depan dijaga ketat sama orang-orang yang pernah menjadi bodyguard kamu."Aku sedikit bernafas lega mendengarnya. Semoga saja Mas Alex tidak kembali dan mengacaukan acara pernikahan aku dan Dafa.Melalui pengeras suara terdengar Dafa mulai mengucapkan qobul, mengalihkan tanggung jawab papa di pundaknya dan dijawab sah oleh hadirin yang ada.Tanpa terasa buliran-buliran air bening merembes dari balik kelopak membasahi pipi, merasa terhar

  • Pembantuku di Atas Ranjang Suamiku   Part 127

    "Memangnya kamu mau minta apa, Daf?" tanyaku sambil menatap curiga, takut dia meminta sesuatu yang tidak mungkin bisa aku berikan sebelum kami dihalalkan.Bibir plum calon suami melekuk senyum. "Aku mau kamu mengenakan hijab, karena jika nanti kita sudah menikah, dosa kamu itu menjadi tanggung jawab aku juga. Aku pernah melihat kamu berjilbab dan maa syaa Allah ... Cantik luar biasa, Alina. Jujur aku lebih suka penampilan kamu yang tertutup, biar cuma aku saja yang melihat aurat kamu," ungkapnya kemudian, membuat diri ini sedikit bernafas lega. Aku pikir dia ingin meminta apa.Duh, otak. Kenapa mendadak jadi ngeres kaya lantai belum disapuin sih?"Tapi aku tidak memaksa Alina. Itu hanya keinginan aku saja. Sebagai calon suami kamu, aku wajib mengingatkan, apalagi jika nanti kamu sudah menjadi pendamping hidup aku.""Insyaallah, Daf. Tapi pelan-pelan aja, ya? Mungkin nggak langsung tertutup kaya tante Farhana ataupun Tante Melinda. Tapi aku janji,

  • Pembantuku di Atas Ranjang Suamiku   Part 126

    "Daf, apakah aku harus mengumbar kata-kata cinta seperti anak remaja yang sedang kasmaran? Bukan kah cinta itu hanya perlu dirasakan, tanpa perlu diungkapkan apalagi diumbar-umbar?Jujur, aku sudah merasa nyaman sama kamu, merasakan rindu kalau kamu tidak menghubungi aku, apalagi jika seharian tidak melihat wajah kamu. Entahlah, semua itu termasuk rasa cinta atau apa aku tidak tahu. Aku juga sudah mantap dan merasa yakin kalau kamu adalah lelaki terbaik yang dikirimkan oleh Allah untuk mendampingi hidup aku, menjadi sandaran hati aku kelak, tempat berbagi suka maupun duka juga menjadi ayah sambungnya MauraTolong jangan hanya gara-gara aku menatap mas Umar membuat apa yang sudah kita bina bersama menjadi berantakan. Percayalah. Kalau hati aku ini mulai tertambat sama kamu, Daf. Tapi kalau kamu nggak percaya aku nggak maksa!" Beranjak dari kursi, hendak meninggalkan calon suami akan tetapi dengan sigap ia mencekal lengan ini, membalikkan tubuhku hingga kami berdiri

  • Pembantuku di Atas Ranjang Suamiku   Part 125

    "Saya terima nikah dan kawinnya Hilda Humaira binti Ibrahim, dengan mas kawin tersebut tunai." Dengan sekali tarikan napas Mas Aldo mengucapkan janji suci di depan penghulu juga para saksi, memindahkan tanggung jawab dokter Ibrahim serta dosa-dosa Kak Humaira di pundaknya.Semua hadirin ramai gemuruh mengucap kata 'sah', diiringi lelehan air mata yang memburai di pipi pak dokter serta Ning Ranara juga mama.Pun dengan diriku yang merasa terharu karena akhirnya kakak satu-satunya yang kumiliki bisa mempersunting pujaan hatinya, mengakhiri kesendirian, mendapatkan pendamping yang begitu baik serta salihah seperti Kak Humaira."Aku jadi pengen segera menghalalkan kamu, Lin," bisik Dafa yang saat ini duduk memangku Maura di sebelahku.Aku menoleh dan tersenyum, hingga tanpa sengaja pandangan kami saling berserobok, menghadirkan gelenyar aneh dalam dada yang belum pernah aku rasa selama dekat dengan pria tersebut.Apakah ini yang dinamakan getaran asmara?"Insyaallah kita juga segera menyu

DMCA.com Protection Status