Di studio.Hari pertama kembali bekerja, Amanda membagikan angpau kepada semua orang sebelum memulai rapat. Setelah itu, dia menjelaskan pekerjaan yang akan dikerjakan dalam satu bulan ke depan.Setelah kembali ke mejanya, Janice segera mengirim pesan kepada Ivy untuk mengingatkannya agar jangan lupa sarapan. Tidak lama kemudian, Ivy membalas pesannya.[ Hari ini aku dapat dokter wanita baru, dia baik sekali. Setelah mengobrol sama dia, rasanya aku nggak terlalu tertekan lagi. ][ Kamu jangan khawatir. Tapi sepertinya pamanmu sudah hampir tahu semuanya. Dia mulai curiga kenapa aku belum pulang dan bilang akan menjemputku langsung ke perbukitan. ]Janice mengetik balasan singkat.[ Sebentar lagi. ]Setelah mengirim pesan, Janice mengernyit sedikit. Bukankah teman Arya yang ditugaskan seharusnya seorang pria? Kenapa sekarang malah dokter wanita?Namun, selama Ivy baik-baik saja, itu sudah cukup. Dia berpikir untuk mentraktir Arya makan nanti sebagai ucapan terima kasih.Baru saja dia mel
Mendengar Rachel pernah menyebut namanya, Thiago langsung melepas genggamannya dan menjabat tangan Landon dengan kedua tangan. "Pak Landon, senang bertemu dengan Anda."Akhirnya, Janice terbebas dari cengkeraman Thiago. Dia melirik Landon dengan penuh rasa terima kasih. Landon tetap tenang dan tidak menunjukkan ekspresi apa pun."Ayo masuk. Tubuh Rachel lemah, jangan terlalu lama di luar kena angin."Thiago segera mengangguk. "Maaf, aku nggak memikirkan itu. Silakan masuk duluan."Mendengar ucapannya, semua orang langsung menyingkir dan memberi jalan bagi Jason dan Landon untuk masuk lebih dulu.Begitu semua orang berjalan ke dalam, Janice mengangkat lengan bajunya. Di bawah kulitnya yang pucat, terlihat jelas bekas memar berbentuk jari.Thiago terlalu menakutkan.Janice menggigit bibirnya sambil menahan rasa sakit, lalu mengikuti yang lainnya masuk.Begitu masuk ke butik, Janice menyadari bahwa Penny masih memakai kacamata hitamnya."Bu Penny nggak mau lepas kacamata?"Reaksi Penny sa
Rachel berpegangan pada tangan pegawai butik dan melangkah dengan hati-hati ke depan. Pada saat itu, Janice terpaku. Berbagai kata muncul dalam pikirannya, tetapi akhirnya hanya satu kata yang tersisa .... Anggun.Mengingat Rachel menggunakan kaki palsu, dia tidak bisa memakai gaun yang terlalu berat atau rumit. Jadi, desainer telah merancang gaun ini khusus untuknya.Bagian atasnya adalah korset berbahan renda dengan tulang, dihiasi dengan tumpukan kelopak tipis dari kain transparan, sehingga memberikan kesan ringan tetapi tetap kokoh.Bagian roknya terbuat dari tulle berlapis-lapis. Bagian bawahnya terdapat belahan kecil sehingga tidak mengganggu pergerakannya.Auranya yang lembut dipadukan dengan senyum bahagia Rachel, dia terlihat seolah memang pantas mendapatkan yang terbaik di dunia ini.Rachel mengenakan sepatu hak tinggi dan berjalan mendekat dengan hati-hati. Dia bahkan tersenyum cerah kepada Janice, seakan bertanya apakah gaunnya terlihat bagus atau tidak.Bagus.Sangat bagus
Sesuai aturan, krematorium tidak mengizinkan keluarga untuk menyaksikan proses kremasi. Namun, Janice Sinclair membayar sejumlah uang agar bisa masuk ke ruang pembakaran. Dengan langkah goyah, dia menopang tubuhnya yang lemah di samping ranjang besi yang dingin.Udara di dalam ruangan terasa panas, dengan abu yang beterbangan di bawah cahaya matahari. Mungkin itu adalah sisa-sisa tulang yang sudah terbakar.Tak lama lagi, putri kesayangannya, Vega, juga akan berubah menjadi abu yang sama.Janice mengenakan gaun hitam panjang. Meski sudah memakai ukuran terkecil, gaun itu tetap tak bisa menyembunyikan tubuhnya yang kurus dan ringkih. Matanya yang sembap dan merah karena terlalu banyak menangis, kini terlihat begitu tenang seolah-olah air mata itu telah mengering.Dengan perlahan, dia menyentuh tangan kecil Vega yang kaku dan pucat di bawah kain putih itu. Di telapak tangan putrinya, Janice meletakkan dua bintang kertas berwarna merah muda yang dia buat sendiri."Vega, tunggu Mama, ya."
Dia telah kembali! Janice telah kembali ke masa lalu!Tanpa memedulikan ekspresi terkejut dari orang-orang di sekelilingnya, Janice mencubit dirinya sendiri dengan keras. Rasa sakit itu langsung menjalar ke seluruh tubuhnya dan air matanya menggenang di matanya."Apa yang kamu tangisi! Memangnya keluarga kami yang buat salah sama kamu?" Terdengar suara yang penuh wibawa dari kursi utama.Janice tersadar dan segera mendongak. Dia berhadapan dengan tatapan kesal dari Tuan Anwar yang sedang duduk di sana. Janice segera menundukkan kepala dan bersikap rendah diri seperti biasanya. Meski demikian, tubuhnya gemetaran karena menahan kegembiraan yang meluap.Terdengar bisikan yang mencemooh dari orang-orang di sekelilingnya."Masih muda begini sudah nggak tahu malu. Berani-beraninya dia racuni Jason dan menidurinya. Sekarang sudah jadi skandal heboh di kota ini. Dia itu jelas-jelas mau maksa Jason bertanggung jawab, tapi malah nggak berani ngaku. Entah gimana didikannya selama ini.""Bukan ora
Vania adalah putri keluarga kaya yang telah terpuruk. Tiga tahun lalu, Jason mengumumkan hubungannya dengan Vania kepada publik. Bahkan, dia mengadakan acara pertunangan tanpa menghiraukan pertentangan dari Anwar.Seketika, Vania menjadi wanita yang paling membuat orang iri di seluruh kota. Orang luar menganggapnya berpenampilan cantik, berhati baik, dan memiliki kepribadian yang anggun. Hanya Janice yang mengetahui sosok asli Vania yang sebenarnya.Jika tidak menjadi desainer, Vania mungkin bisa jadi aktris!Dengan kecerdikan dan kelicikannya, Vania tentu memahami maksud dari tuduhan Janice. Pernikahannya dengan Jason sudah tertunda selama tiga tahun dan dia sudah tak sabar untuk menjadi bagian dari Keluarga Karim.Sesuai dugaan ....Vania segera melangkah maju, lalu bersujud dengan tulus di tempat Janice berlutut sebelumnya."Ini salahku! Postur tubuhku hampir mirip sama Janice dan wajah kami juga agak mirip. Karena itulah, orang luar jadi salah paham."Namun, seseorang di samping me
Di bawah tatapan dingin Jason, Janice mencoba menenangkan diri dan menggigit bibirnya erat-erat. Namun, kenangan delapan tahun penderitaan dari kehidupan sebelumnya membuat ujung jari-jarinya bergetar dan dia tak bisa menahan diri untuk memalingkan wajahnya.Jason tak lagi melihat ke arahnya. Dia berkata dengan nada mengejek, "Mau hamil diam-diam?"Janice mengerutkan alisnya, lalu melirik sekilas ke arah Ivy. Obat itu dibeli oleh Ivy, tapi apakah Ivy belum juga mengurungkan niatnya untuk membuat Janice menikah dengan Jason?Namun, saat Janice melihat Ivy gemetar ketakutan di bawah tatapan dingin Jason, dia sadar bahwa ibunya tak mungkin berani berbuat apa pun di hadapan Jason. Jadi, apa yang sebenarnya terjadi?Janice mendongak dan melihat tatapan semua orang mengarah padanya. Di antara semua tatapan itu, ada satu yang paling mencolok, yaitu Vania. Senyuman di sudut bibir Vania terlihat seperti sedang mengejeknya, mengingatkan Janice pada mimpi buruk dari masa lalu.Benar saja, detik b
Ruang aula begitu luas, tetapi suasana di sekitar Jason terasa mencekam. Udara seolah-olah membeku dan menekan semua orang hingga sulit bernapas. Dia tetap diam, tapi semua orang tahu dia sedang marah.Jason mengeluarkan kotak rokok, lalu mengambil sebatang dan menyalakannya. Asap putih yang dihembuskannya menyelimuti wajahnya dan dia menatap Janice melalui kabut tipis itu dengan pandangan yang sulit diartikan."Pergi," katanya dengan dingin.Anwar yang juga tampak tidak senang, melambaikan tangannya dengan isyarat yang sama.Ivy segera membantu Janice berdiri.Namun, Janice menarik tangannya dan berdiri tegap di tengah aula. Dengan suara yang lantang, dia berkata, "Kalau keberadaanku di sini membuat semua orang nggak nyaman, aku akan segera pindah. Terima kasih atas perawatan Anda selama bertahun-tahun, Pak Anwar."Janice ingin pergi dengan bermartabat dan tanpa keraguan sedikit pun. Dia tidak lagi takut dan berhati-hati seperti di kehidupan sebelumnya. Setelah menyampaikan kata-katan
Rachel berpegangan pada tangan pegawai butik dan melangkah dengan hati-hati ke depan. Pada saat itu, Janice terpaku. Berbagai kata muncul dalam pikirannya, tetapi akhirnya hanya satu kata yang tersisa .... Anggun.Mengingat Rachel menggunakan kaki palsu, dia tidak bisa memakai gaun yang terlalu berat atau rumit. Jadi, desainer telah merancang gaun ini khusus untuknya.Bagian atasnya adalah korset berbahan renda dengan tulang, dihiasi dengan tumpukan kelopak tipis dari kain transparan, sehingga memberikan kesan ringan tetapi tetap kokoh.Bagian roknya terbuat dari tulle berlapis-lapis. Bagian bawahnya terdapat belahan kecil sehingga tidak mengganggu pergerakannya.Auranya yang lembut dipadukan dengan senyum bahagia Rachel, dia terlihat seolah memang pantas mendapatkan yang terbaik di dunia ini.Rachel mengenakan sepatu hak tinggi dan berjalan mendekat dengan hati-hati. Dia bahkan tersenyum cerah kepada Janice, seakan bertanya apakah gaunnya terlihat bagus atau tidak.Bagus.Sangat bagus
Mendengar Rachel pernah menyebut namanya, Thiago langsung melepas genggamannya dan menjabat tangan Landon dengan kedua tangan. "Pak Landon, senang bertemu dengan Anda."Akhirnya, Janice terbebas dari cengkeraman Thiago. Dia melirik Landon dengan penuh rasa terima kasih. Landon tetap tenang dan tidak menunjukkan ekspresi apa pun."Ayo masuk. Tubuh Rachel lemah, jangan terlalu lama di luar kena angin."Thiago segera mengangguk. "Maaf, aku nggak memikirkan itu. Silakan masuk duluan."Mendengar ucapannya, semua orang langsung menyingkir dan memberi jalan bagi Jason dan Landon untuk masuk lebih dulu.Begitu semua orang berjalan ke dalam, Janice mengangkat lengan bajunya. Di bawah kulitnya yang pucat, terlihat jelas bekas memar berbentuk jari.Thiago terlalu menakutkan.Janice menggigit bibirnya sambil menahan rasa sakit, lalu mengikuti yang lainnya masuk.Begitu masuk ke butik, Janice menyadari bahwa Penny masih memakai kacamata hitamnya."Bu Penny nggak mau lepas kacamata?"Reaksi Penny sa
Di studio.Hari pertama kembali bekerja, Amanda membagikan angpau kepada semua orang sebelum memulai rapat. Setelah itu, dia menjelaskan pekerjaan yang akan dikerjakan dalam satu bulan ke depan.Setelah kembali ke mejanya, Janice segera mengirim pesan kepada Ivy untuk mengingatkannya agar jangan lupa sarapan. Tidak lama kemudian, Ivy membalas pesannya.[ Hari ini aku dapat dokter wanita baru, dia baik sekali. Setelah mengobrol sama dia, rasanya aku nggak terlalu tertekan lagi. ][ Kamu jangan khawatir. Tapi sepertinya pamanmu sudah hampir tahu semuanya. Dia mulai curiga kenapa aku belum pulang dan bilang akan menjemputku langsung ke perbukitan. ]Janice mengetik balasan singkat.[ Sebentar lagi. ]Setelah mengirim pesan, Janice mengernyit sedikit. Bukankah teman Arya yang ditugaskan seharusnya seorang pria? Kenapa sekarang malah dokter wanita?Namun, selama Ivy baik-baik saja, itu sudah cukup. Dia berpikir untuk mentraktir Arya makan nanti sebagai ucapan terima kasih.Baru saja dia mel
Jason menatap dingin ke dalam mobil tersebut. Dalam 90 detik waktu lampu merah, Janice mengatakan banyak hal kepada Landon. Terakhir kali Janice berbicara begitu banyak dengannya adalah saat dia menipu Jason di vila.Begitu lampu hijau menyala, mobil Janice berbelok dan menghilang dari pandangan. Jason mengerutkan kening, lalu mengangkat tangan untuk memijat pelipisnya.Melihat hal itu, Norman bertanya dengan khawatir, "Pak, Anda mau saya menepi untuk ambil obat?"Sejak kebakaran di vila, Jason sering mengalami sakit kepala, tetapi pemeriksaan medis tidak menemukan masalah apa pun. Arya pernah mengatakan bahwa itu bukan sakit fisik, melainkan tekanan batin yang terlalu besar.Jason terdiam sambil menatap ke luar jendela dan memainkan cincin nikahnya. Dulu, dia sering memutar cincin itu untuk mengingat tanggung jawabnya. Namun entah sejak kapan, dia justru sering terdiam sambil menyentuh cincin itu.Sesampainya di Keluarga Karim.Para pelayan sibuk memindahkan koper dan barang-barang. S
Setelah keluar dari klub, Janice pergi ke rumah sakit swasta. Baru saja masuk ke kamar perawatan, dia melihat Ivy melempar ponselnya ke dinding.Seiring dengan suara gebrakan, layar ponselnya hancur berkeping-keping.Ivy memegangi kepalanya sambil meringkuk di ranjang. Begitu mendengar ada suara, dia langsung mendongak dan menampakkan kedua matanya yang memerah. Jelas sekali, baru saja dia berpura-pura baik-baik saja saat melakukan panggilan video dengan Zachary, tetapi kemudian langsung diancam seseorang.Saat melihat Janice, air matanya langsung berderai dan merusak riasannya hingga berantakan. Hanya dalam tiga atau empat hari, Ivy telah menjadi begitu kurus dan lemah. Pipinya juga mulai cekung.Inikah yang disebut Jason dengan "Ibumu sudah nggak apa-apa"?Janice bergegas menghampirinya, lalu memeluknya erat. "Ibu, jangan takut. Aku nggak akan membiarkan semua ini sia-sia."Ivy hanya bisa mengeluarkan suara lirih dan tubuhnya gemetar dalam pelukan Janice. Butuh waktu hingga tengah ma
Jason tidak berbicara. Dia hanya mencengkeram bahu Janice dengan erat. Janice menatapnya dengan tajam dan tubuhnya tak bisa berhenti gemetaran. "Kenapa diam saja? Kamu bahkan nggak mau repot-repot ngasih penjelasan lagi, ya?"Jason akhirnya berkata, "Ibumu sudah nggak apa-apa."Dalam sekejap, Janice merasa seluruh udara di sekitarnya lenyap. Napasnya tersengal-sengal, suara seraknya keluar dengan susah payah.Dengan sisa tenaga, dia berteriak, "Lalu kapan baru bisa disebut ada masalah? Setelah dia mati? Setelah nggak ada lagi orang di dunia ini yang tahu apa yang dilakukan Elaine padanya? Setelah itu, kamu bisa menandatangani kerja sama besar itu sama dia dengan tenang?""Dia ibuku! Satu-satunya keluarga yang kumiliki di dunia ini! Kamu mau aku cuma diam melihatnya dihina? Kamu bisa mempermainkanku, tapi dia itu istri kakakmu! Apa di matamu cuma ada keuntungan?"Suaranya menggema di dalam ruangan dan pelipis Janice langsung terasa sakit. Namun, itu tidak sebanding dengan rasa sakit di
Janice terpaku sejenak, lalu segera berusaha melepaskan diri. Namun, Jason hanya menggunakan satu tangan untuk menahannya, sementara tangan satunya masih sempat memadamkan rokok di asbak.Janice begitu marah hingga dia langsung melontarkan makian. "Kamu sakit jiwa, ya?!"Jason tidak menjawab. Dia hanya menatap pria bayaran itu dengan sorot mata dingin dan penuh tekanan. "Keluar."Pria bayaran itu langsung berang. "Apa hakmu mengusirku? Aku ini tamu yang diundang sama nona ini. Dia saja nggak ngomong apa-apa! Pernah dengar yang namanya persaingan sehat?"Janice mengangguk cepat dan berpura-pura hendak berdiri. Namun, begitu dia baru saja bangkit, Jason langsung menariknya kembali. Tangannya melingkar erat di sekitar pinggang Janice untuk menahan tubuhnya dengan kokoh.Kehangatan telapak tangannya menembus kain blus yang dikenakan Janice dan menekannya dengan lembut. Saat Janice hendak memberontak, Jason menatapnya dengan mata yang gelap dan dalam.Setelah itu, jemarinya yang panjang, me
Dengan tambahan pesta kapal pesiar mewah seperti yang disebutkan tadi, pria bayaran itu semakin yakin bahwa Janice bukan orang biasa. Dia mulai lebih santai dengan meletakkan ponselnya di atas meja dan sedikit menggeser tubuhnya lebih dekat ke arah Janice."Kamu masih muda sekali, tapi sudah sukses.""Pintar sekali kamu ngomong. Gimana kalau kita berdansa?" Janice mengangkat alisnya dengan sedikit menggoda.Pria itu langsung mengangguk. "Aku pilihin lagu untukmu."Setelah berkata demikian, dia bangkit dan berjalan ke arah mesin pemutar lagu. Janice segera mengambil kesempatan ini untuk meraih ponselnya. Tadi dia telah mengingat kode sandi untuk membuka ponsel pria itu.Begitu layar terbuka, hal pertama yang dia periksa adalah galeri foto. Namun, tidak ada yang mencurigakan di dalamnya. Tidak ada foto pribadi Ivy.Sebaliknya, pria ini tampaknya cukup ambisius. Dia menyimpan banyak sekali tangkapan layar berisi berbagai topik terkait dunia kelas atas. Namun, dari ribuan foto ini, pasti
Janice menggandeng pria bayaran itu masuk ke dalam ruang VIP. Baru saja duduk, pria itu sudah tidak sabar memesan sebotol anggur seharga sekitar 60 juta. Sepertinya dia memang bekerja sama dengan tempat ini. Jadi, semakin banyak minuman yang dipesan, semakin besar komisinya.Saat memesan anggur, dia sempat melirik Janice. Dia sedang menguji apakah Janice benar-benar punya uang atau tidak. Janice menatapnya dengan senyum menggoda. Matanya yang memicing dan senyumannya yang manis, cukup untuk membuat orang terpesona."Satu botol saja mana cukup? Atau kamu cuma mau menghabiskan sebotol anggur sama aku?" Kata-katanya memiliki makna tersirat yang cukup berani dan memalukan.Untungnya, pencahayaan dalam ruangan cukup redup sehingga menyamarkan sedikit rasa canggung dalam dirinya. Ini adalah trik yang dia pelajari dari Amanda.Menurut Amanda, cara tercepat untuk membuat pria masuk ke dalam perangkap adalah mengambil inisiatif lebih dulu. Dia harus mengatakan apa yang ingin dikatakan para pria