Share

Tajamnya lidah

Penulis: Rias Ardani
last update Terakhir Diperbarui: 2021-07-16 00:00:28

"Ros, kamu nggak apa-apa?" tanya Airin dengan mimik wajah cemas. "Jangan di masukin ke hati omongan gila wanita nggak beres itu!" lanjutnya menatapku penuh iba, itu semakin membuat hatiku terasa hancur berkeping-keping.

Siapa sih di dunia ini yang tidak ingin mendapatkan keturunan, sama halnya denganku, aku pun ingin memiliki keturunan.

Kuhela napas panjang, untuk menetralkan rasa sesak di dalam dada, yang sangat membuatku merasa sulit untuk bicara. 

"Aku nggak apa-apa! Kamu tidak perlu khawatir. Yang di katakan Ratih itu memang benar, aku wanita yang tidak sempurna, bahkan Tuhan saja saat ini belum percaya kepadaku."

"Hus, istighfar Ros. Kamu nggak boleh berprasangka buruk kepada Allah SWT. Berdoa dan berusaha, meski belum di kabulkan. Allah maha tahu, yang mana yang terbaik untuk hambanya."

Astaghfirullahaladziim, aku mengucap dalam hati berkali-kali. Memohon maaf kepada Allah, sebab telah berprasangka tidak baik. Aku ber
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Pembalasan Untuk Pengkhianat   Tidak Tulus

    "Muka kamu kenapa?" tanya Tante Desi, ketika melihatku berjalan menuju dapur. Sedangkan Tante Desi tengah bersantai di ruang keluarga, dengan segelas jus mangga dan dua toples cemilan yang berada di depannya.Satunya lagi, ada dalam asuhannya, sambil menonton, sambil ngemil. Enak sekali hidupnya, nggak ada sungkan-sungkannya, berlagak rumahku ini seperti rumahnya sendiri."Nggak apa-apa," sahutku dengan terus berjalan ke dapur. Kubuka kulkas, khusus cemilan, serta susu segar dan beberapa minuman lainnya yang sudah pada habis. Aku tercengang, padahal baru kemarin aku nyetok beberapa makanan di dalamnya. Namun, hari ini sudah mulai berkurang banyak, luar biasa."Ros, bikinkan jus buat Alena, jus mangga ya!" titah Tante Desi kepadaku."Emang Alena nggak punya tangan untuk bikin sendiri?" tanyaku, sebab bi Onah lagi izin keluar, untuk mengirim uang buat keluarganya."Rosa, kamu tuh kalau di suruh orang tua jangan membantah dong!" ucapnya

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-16
  • Pembalasan Untuk Pengkhianat   Tante Desi

    "Ros, sudah ya! Jangan terlalu di masukkan ke hati." Mas Gunawan berkata seraya menggenggam tanganku."Berat, tiap hari selalu di recokkin itu pening, mas.""Kak, maafin Mamah ya!" ucap Alena, aku hanya terdiam. Ia pun beranjak dari duduknya, lalu menyusul Ibunya masuk ke dalam kamar."Mas, kenapa tiba-tiba meminta Tante Desi minta maaf? Bukankah mas selalu memintaku untuk mengerti dia!" ucapku dengan heran."Tadi mas dengar Tante berbincang dengan seseorang, melalui sambungan telepon. Katanya, ia memang sengaja nyari masalah! Agar kamu dan aku selalu ribut, sontak saja aku kesal mendengar penuturannya."Aku menghela napas panjang. "Berarti Tante memang sengaja? Terus, Mas biarkan Tante masih di sini? Sedangkan ia jelas memiliki misi di rumah kita, untuk merusak.""Itulah yang sedang Mas pertimbangkan. Biar bagaimanapun juga, mas sudah meminta Tante Desi nyari kontrakan, namun Tante tidak mau!

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-16
  • Pembalasan Untuk Pengkhianat   Terusir

    "Mas, sekarang kamu pilih aku? Atau keluarga kamu ini?" tanyaku dengan dada bergemuruh. Napas naik turun, seakan emosi berpacu kuat. Hingga rasanya tubuhku gemetar menahan diri, daru segala rasa marah yang ingin meledak."Ros, bukan ini cara penyelesaian masalahnya!" sahut Mas Gunawan dengan pelan."Lalu? Kamu haruskan aku mengalah lagi? Bahkan saat barang belanjaanku di rampas begitu saja?" tanyaku dengan tatapan tak percaya kepada suamiku, yang seakan tidak berdaya menghadapi tante Desi."Tante nggak merampas, Gun. Semua karena tante perhatian ke Rosa, semua yang kalian beli ini nggak cocok buat Rosa.""Tante, itu sama saja merampas! Tante nggak berhak mengatur-atur kami." Suamiku berkata tegas kepada Tante Desi, yang berusaha membela diri."Gun, kamu kok lebih belain wanita ini sih? Tante bakal bilangin semua ke Ibu kamu," ancamnya.Suamiku menghela napas panjang. Aku masih terdiam mendengarkan perdebatan mer

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-16
  • Pembalasan Untuk Pengkhianat   Penyerangan

    Alena masuk ke dalam kamar, lima menit berlalu, ia kembali keluar kamar dengan membawa kopernya, serta sepucuk surat yang ternyata Tante Desi tinggal di atas nakas."Ini surat dari Ibu, ternyata kalian mengusir Ibuku, dasar jahat! Pantes saja kak Rosa mandul." Alena berteriak dengan marah, seraya melemparkan kertas yang sudah ia remas menjadi bola. Lalu dengan kasarnya ia lemparkan tepat ke wajahku, diiringi dengan hinaan yang begitu menusuk hati.Spontan saja aku terkejut mendapatkan perlakuan dari anak remaja sepertinya sekasar itu.Dengan perasaan berang kutatap marah wajah Alena. "Perempuan mandul, jahat pula!" ulangnya, kembali melontarkan hinaan kepadaku. Aku pun berdiri dengan cepat mendekat ke arahnya. Hingga lima jari ini tepat mendarat di pipinya."Begini cara kamu di didik? Kasar dan tidak sopan pada orang yang sudah mau menampung kamu di rumah ini," bentakku menatap tajam wajah gadis nakal itu."Kuadukan kamu ke ibuk

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-16
  • Pembalasan Untuk Pengkhianat   Kecolongan

    Kuhirup udara segar di pagi hari setelah sarapan. Aku duduk di gazebo taman depan rumah, udara sejuk membelai-belai tubuh yang memanas mengingat kejadian penyiraman air keras yang menyebabkan rusaknya sebelah pipi mulusku.Kuraba pipi yang rusak dengan membayangkan pelakunya yang ingin sekali kucabik-cabik."Sayang! Mas mau berangkat ngantor dulu! Kamu baik-baik di rumah ya!" ucap mas Gunawan, seraya mencium keningku. Aku pun tersenyum menatapnya, dan mencium takzim tangan kekarnya."Kamu juga hati-hati di jalan ya sayang! Doaku selalu menyertaimu.""Terimakasih, sayang." Mas Gunawan berkata seraya mengulas senyum dan memusut mesra kepalaku. Aku mengangguk, seraya mengantarnya hingga masuk mobil. Mas Gunawan berangkat dengan mobilnya meninggalkan rumah.Aku kembali bersantai sambil menikmati kehangatan sang mentari. Hingga kedatangan motor hitam memasuki pekarangan rumahku, yang kebetulan pagarnya belum di tutup Satpam.Nam

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-16
  • Pembalasan Untuk Pengkhianat   Penusukan

    "Ros, kita harus main sabar kalau begini, sambil kugali langsung ke target yang kamu curigai, sebab kalau pelaku yang di gali itu pasti di lindungi.""Coba saja dulu, aku lebih curiga ke Ibu Mertua, gelagatnya saat meninggalkan rumah sudah mulai mencurigakan.""Kamu yakin curiga ke arah sana.""Yakin, firasatku jarang meleset.""Baiklah, aku akan lebih teliti lagi untuk hal ini, melihat dari kejadian ini, kurasa semua sudah pasti di perhitungkan dengan matang.""Aku coba percaya kamu, kuharap semua ini secepatnya terkuak, sebelum kasus ini mereka tutup.""Baik, Ros."Mobil kulajukan menuju di sebuah cafe, kami berdua berniat untuk makan siang dan menikmati segelas kopi nikmat.Sambil makan siang, kami pun sambil berbincang."Ros, apa yang membuat kamu begitu yakin, kalau semua ini ulah mertua kamu.""Nggak ada, itu murni firasat saja."Fahri hanya menanggapi denga

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-16
  • Pembalasan Untuk Pengkhianat   Kritis

    'Siapapun di luar tolong kami, aku mohon tolong ...' aku terus berharap seraya mengesot membawa tubuhku yang terikat tali. Terlebih mulut ini yang masih tertutup lakban, membuatku sekedar berteriak pun tidak bisa.Sedangkan suamiku sudah tidak sadarkan diri, dengan tubuh bersimbah darah.Aku terus berusaha menuju pintu depan dengan tertatih. Hingga sampai di muara pintu, sekuat tenaga aku mencoba menyeimbangi tubuh, agar bisa berdiri tegak.Namun kekecewaan kembali menyeruak, kala pintu depan ternyata terkunci. Padahal aku sekuat tenaga untuk berdiri, ya Allah bagaimana nasib suamiku kalau terus begini."Ros .... Rosa ...." Terdengar suara Mamah dari luar, seraya memencet bel rumah berkali-kali. Aku pun merasa mendapat setitik harapan, lalu dengan merebahkan tubuh kembali. Kutendang-tendang pintu depan, memberi kode ke Mamah, bahwa ada yang tidak beres di dalam rumahku.Suara Mamah sudah tidak terdengar lagi, aku pun beringsut menjauh denga

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-16
  • Pembalasan Untuk Pengkhianat   Kepergiannya

    Aku benar-benar tak kuasa mendengar rentetan-rentetan kata-kata yang mas Gunawan ucapkan kepada kami semua. Tungkaiku melemah, rasanya badan ini seakan hilang keseimbangan. Hingga teriakkan Ibu mertua membuatku terkejut.Aku yang sedari tadi berbalik badan menyembunyikan tangis tergugu dari tatapan Mas Gunawan, seketika langsung membeku menatap teriakan histeris Ibu mertua.Tubuh suamiku memucat dan tak bergerak lagi, bahkan mata kecoklatan miliknya yang biasanya menatap nakal kepadaku kini sudah tidak terbuka lagi. Kutatap lamat-lamat wajah yang kini seolah tidur dengan kedamaian itu membuatku semakin merasakan sakit luar biasa.Aku berjalan pelan, seakan tubuh ini hilang pijakan, melihat semua orang menangis menyebut nama suamiku."Mas .... bangun" lirihku pelan di dekat Ibu mertua yang masih terisak. "Katanya kamu pengen punya anak yang banyak denganku, sebentar lagi kita akan jadi orang tua sayang! Aku rela, melahirkan sepuluh anak untuk kam

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-16

Bab terbaru

  • Pembalasan Untuk Pengkhianat   TAMAT

    Bab89"Siska, aku akan berusaha lebih keras lagi, untuk mencukupi kebutuhan kita. Tapi bisakah, kita pulang dan biarkan Leha, menikmati kebahagiaannya?"Jalu berkata dengan pelan, berharap Siska mendengarkan permintaannya."Tapi, Mas! Leha hidup enak, masa kita orang tuanya, hidup blangsak?""Leha, sudahlah! Biarkan saja kami tinggal bersama kalian," kata Siska, kembali memasang wajah memelas."Maaf, Bu! Leha tidak bisa," tegas Leha. "Lagi pula, selama ini Leha berjuang hidup sendiri. Semenjak Bapak menikahi Ibu, dia bahkan tidak lagi menengokku di rumah Nenek. Jadi, kurasa aku berhak menolak kehadiran kalian.""Mas, anakmu itu!" pekik Siska, menahan emosi dalam dadanya."Sudah! Aku juga lelah dengan sikapmu. Dari tadi kuminta baik-baik, tapi kamu terus bersikeras mengacaukan hari bahagia Leha. Dia itu putriku! Bukan putrimu, jadi tidak usah bersikap seperti ini. Kamu harus tahu, tidak ada kewajiban dia mengurus kamu dan aku."

  • Pembalasan Untuk Pengkhianat   TIDAK TAHU MALU

    Bab88 Leha tersenyum sumringah. Ketika calon suaminya, berjalan mendekat ke arahnya. "Terimakasih," bisik Briyan. "Aku beruntung!" ungkapnya dengan suara lembut. "Sudahlah, aku malu dilihati banyak orang," sahut Leha dengan wajah bersemu merah. "Haha, masa malu! Kita akan menikah," balas Briyan. Dikejauhan. Juna sangat sakit hati, melihat mantan istrinya, berbahagia bersama lelaki lain. "Leha ...." suara lelaki itu, membuat Leha sangat terkejut. Leha menoleh, ke arah asal suara."Bapak!" pekiknya. Melihat Jalu datang, bersama istrinya. Leha berjalan cepat, ke arah Jalu. "Bapak, beneran ini Bapak?" tanya Leha tidak percaya. Lama Jalu menghilang, meninggalkan Leha dan Ibunya, yang bernama Ratih. Ratih meninggal, saat usia Leha, sudah menginjak satu tahun. Cerita pilu dia terima, Leha lahir dalam penjara. Namun tetap saja, dia buah hati yang tidak bersalah apa-apa. Perbu

  • Pembalasan Untuk Pengkhianat   Pernikahan

    pov Juna°"Mas, kamu cari kerja dong! Jangan nyantai aja kerjaannya, gak guna banget jadi laki-laki." Amel berteriak kasar kepadaku, ketika melihatku duduk termenung di teras rumah.Bagaimana aku bisa bekerja, sedangkan kesana kemari saja selalu di curigai. Di tuduh yang bukan-bukan lagi."Sabar dong! Kan sudah bikin lamaran juga, tapi memang belum ada panggilan kerja." Aku menyahut dengan kesal."Ya cari yang lain kek, kerja apa gitu, yang penting dapat uang." Amel berucap menggebu-gebu."Mel, kamu nih maksa banget. Mas juga pusing!" ucapku dengan berusaha setenang mungkin, meredam amarah dalam dada.Amel menghembuskan napas panjang. "Ibu sama anak sama-sama cuma jadi benalu saja. Nggak bisa bantu apa-apa, kalau aku tidak hamil, aku nggak akan sudi hidup bersama kalian." Aku berkata sambil melangkah pergi dengan teriakan dan emosi yang meletup-letup.Aku hanya terdiam, kali ini masa bodo.Aku juga ingin

  • Pembalasan Untuk Pengkhianat   Dilamar

    Notifikasi pesan singkat masuk.Aku meraih benda pipih itu, lalu membuka pesan, yang berasal dari Brian."Ada waktu nggak? Mau ngajak makan malam!"tanya Brian di pesan itu."Boleh, jam berapa?"balasku."Jam tujuh ya! Aku jemput. Bawa Baim juga,"balasnya lagi."Oke."______________Tepat jam tujuh malam, aku dan Baim sudah siap di ruang tamu, menunggu kedatangan Brian.Tak lama kemudian, terdengar suara deru mesin mobil memasuki pekarangan rumah. Aku tersenyum, meski belum melihat sosok Brian memasuki rumah. Namun aku sudah yakin, yang datang adalah Brian, yang sudah janjian dengan kami.Benar saja, wajah sumringah dengan ucapan salam memasuki pintu depan rumah."Assalamu'alaikum!" ucapnya sambil tersenyum dan berjalan menuju ke arah aku dan Baim. Wajah manis, kumis tipis kulit putih badan tegak itu kini menggendong bayiku dengan penu

  • Pembalasan Untuk Pengkhianat   Pindah rumah

    Akhirnya, hari ini sidang keputusan cerai antara aku dan Mas Juna. Sebentar lagi, aku akan menyandang status single parents. Tidak masalah, yang penting hidupku tenang dari Benalu, dan aku bisa memulai hidup baru yang semoga saja lebih baik dari ini.Aku datang kepersidangan. Semoga hari ini lancar tanpa kendala, setelah melewati beberapa rangkaian. Hakim pun akhirnya memutuskan menyetujui gugatan ceraiku.Hari ini, Senin tanggal 08 Februari 2021. Aku resmi bercerai dari Arjuna Mahesa.Aku lega, akhirnya terbebas status dari laki-laki penyelingkuh itu.Saat aku keluar dari ruangan sidang. Terlihat dari kejauhan, Mas Juna berlari tergopoh-gopoh ke arahku."Ada apa?" tanyaku bingung, melihat Mas Juna yang begitu panik mendatangiku."Bagaimana hasil sidangnya?" tanyanya masih dengan napas memburu turun naik. Akibat ia berlari-larian."Beres, kita resmi bercerai." Aku menjawab santai pertanyaannya."

  • Pembalasan Untuk Pengkhianat   Menodong

    "Bu, diluar ada yang datang! Tetapi saya tidak mengenalinya.""Oke, Bi. Nanti saya temui." Bi Surti pun mengangguk, ia lalu kembali ke ruang tamu, melanjutkan aktivitas nya membersihkan rumah."Leha, mungkin itu Satpam yang kumaksud." Brian menimpali.Aku mengangguk, kami berdua pun berjalan menuju pintu keluar. Sedangkan Brian menggendong Baim dan duduk di kursi tamu.Aku mempersilahkan lelaki yang bertubuh kekar, berkepala plontos itu masuk ke dalam rumah."Silahkan duduk!" ujarku. "Bi, buatkan minum!" titahku kepada Bibi yang masih berkutat dengan kerjaannya."Baik, Bu." Bibi berlalu menuju dapur."Saya yang di minta Pak Brian, untuk menjadi Satpam di rumah Ibu Leha.""Oh, perkenalkan nama kamu!" ujarku."Saya Tejo! Umur tiga puluh lima tahun. Hanya seorang yang lulus SMP, mohon di terima bekerja, saya berjanji akan bekerja dengan baik.""Baiklah,

  • Pembalasan Untuk Pengkhianat   Rasa yang tiba2

    Semoga dengan kejadian ini, Mas Juna maupun Amel langsung jera untuk bermain-main serong. Ada harga yang ia harus bayar, dari setiap pengkhianatan. Aku Leha, selalu berusaha mencintainya dengan tulus, namun ia bukanlah lelaki yang tepat sepertinya. Jadi aku pun harus mengikhlaskannya.Kini, aku akan membesarkan anakku seorang diri, tidak masalah.Setelah aku menerima uang kompensasi dari Amel, aku pun segera menghubungi Nora, agar ia segera meninggalkan rumahnya Amel.Sengaja, agar Mas Juna dan Amel semakin frustasi, mencari keberadaan Nora.'Untung saja si bodoh, Nora, masih menurut.' batinku tertawa bahagia, membayangkan Amel dan mas Juna yang semakin panik. Sebab Nora masih memiliki video Mesum mereka.__________Lima bulan telah berlalu, aku tidak pernah tahu lagi kabar tentang Mas Juna dan keluarganya.Aku bersantai di ruang keluarga, sambil memainkan gawai milikku.Aku tersentak, melihat video mesum ma

  • Pembalasan Untuk Pengkhianat   Kecewa

    °pov Juna°"Hah? Jual Nora? Apa maksud kamu, Mel?" aku bertanya dengan mimik wajah bingung."Maa--afkan aku, Mas. Aku salah ngomong!" ujarnya lagi."Terus bagaimana? Mel, mas juga nggak punya uang, buat bantu kamu!" ujarku."Bagaimana kalau kita jual rumah saja, lebihan uangnya untuk kita ngontrak! Mas janji, akan membelikan rumah yang lebih besar lagi dari yang kamu miliki," bujukku kepada Amel, meskipun kenyataannya, aku juga buntuk akal. Bagaimana mungkin aku mampu membelikan Amel rumah baru, sedangkan saat ini saja, aku hanya seorang pengangguran."Janji ya, Mas.""Janji sayangku!" rayuku, sambil mengumbar senyum. Aku terus melajukan motor menuju pulang ke rumah, sesampainya di rumah. Aku dan Amel bersiap menawarkan rumah yang kami tempati ini, ke media sosial.Sehari tidak ada respon, hingga hari terakhir dari perjanjian kami dengan Leha, akhirnya aku dan Amel lega. Rumah Amel laku

  • Pembalasan Untuk Pengkhianat   Video Mesum

    pov Juna° flashback.Nora, ia datang memasuki ruang perawatan Ibuku, sebenarnya ibu sudah mulai pulih dan di perbolehkan pulang hari ini. Namun kedatangan Nora membawa kabar buruk."Kak, aku di usir lagi sama Leha, ia juga sepertinya sudah tahu, bahwa kakak main gila sama Amel."Mendengar penuturan Nora, rasanya dadaku berdegup kencang, napasku memburu cepat.Amel yang sedari dari masih bersamaku di dalam ruangan Ibu pun mendekat."Ada apa? Mas." Amel bertanya dengan mimik wajah bingung, melihat Nora yang sesegukkan menangis."Nora diusir, Mas pulang dulu, kamu bisa kan jagain Ibu dan Nora dulu."Amel mengangguk, aku pun bergegas menuju parkiran mobil. Aku panik, ketika melihat mobil yang tadinya di pinjam Amel, tidak ada di parkiran.Aku berlari kembali masuk ke dalam."Mel ..., mobil kamu parkir dimana?" tanyaku dengan napas memburu, lelah rasanya berlari-lari d

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status