Rencana apa yang sedang disiapkan oleh Alice untuk membalas keluarga mantan suaminya? Ikuti terus kisah mereka, ya!
Bab 20 Jantung Enzo terasa berdetak kencang saat melihat senyum manis Alice dan kerlingan mata berbulu lentik itu mengarah kepadanya. Lalu, dia pun membalas senyuman itu. Namun, naas di waktu yang bersamaan Caroline melihat ke arahnya. Istri mana yang tidak marah saat suaminya jelalatan kepada perempuan lain di depan matanya. Begitu juga dengan wanita berbaju seksi ini yang langsung menginjak kaki Enzo di bawah kolong meja sangat keras sampai laki-laki itu memekik kesakitan. "Rasakan! Jika kamu berbuat lebih dari ini, maka aku pun akan melakukan hal yang lebih kejam lagi," ucap Caroline dengan mata melotot dan tersirat kemarahan. "Apa-apaan, kamu! Aku tidak suka kamu bersikap seperti itu kepadaku," pekik Enzo sambil mencengkram lengan istrinya. Caroline terkejut dan ada rasa ketakutan saat melihat pancaran matanya yang mengisaratkan kemarahan. Enzo bukanlah laki-laki temperamen yang suka bermain kekerasan kepada perempuan. Namun, kali ini wanita itu merasa kalau suaminya seakan i
Bab 23 Kesibukan Hilda dalam memikirkan bagaimana membuat pesta pernikahan Alejandro dan Alice bisa berlangsung dengan meriah, membuat Tamara lepas dari pengawasannya. Wanita itu mulai terlibat dengan orang-orang yang sering bersikap buruk. Dia setiap hari mendatangi club malam untuk bersenang-senang dengan temannya. "Hai, Tamara. Kenalkan, Robin teman aku semasa kuliah," kata Maria salah satu teman Tamara. Laki-laki itu tersenyum sambil mengulurkan tangan. Robin mempunyai tubuh yang tinggi dan tegap. Selain itu wajahnya juga lumayan tampan yang membuat jantung Tamara bertalu-talu, karena senyum menawan yang terukir dari wajah laki-laki itu. "Senang bisa bertemu denganmu," balas Tamara sambil menjabat tangan Robin, tentu saja dia juga membalas senyuman tadi. "Kamu sangat cantik, Tamara," puji Robin sambil terus memandang wajah wanita yang duduk di sampingnya. Mendapat pujian seperti itu membuat hati Tamara senang. Percakapan di antara mereka pun berjalan lancar dan mereka berjan
Bab 22 Tamara sekarang sering menghabiskan waktu bersama Robin. Wanita itu sedang merasakan jatuh cinta lagi. Laki-laki itu bisa membuatnya bahagia di tengah hatinya yang kesepian. Kehangatan, perhatian, dan kasih sayang yang ditawarkan oleh pria pemilik bertato sayap malaikat di lengan atas tangan kanan, membuat adik perempuan Enzo ini tergila-gila kepadanya. "Honey, besok kita pergi ke pantai Miami, yuk!" ajak Robin sambil membelai kepala Tamara yang kini berada dalam pelukannya. "Yuk! Berapa hari kita akan bersenang-senang di sana?" tanya Tamara sambil mengusap-usap dada bidang milik Robin. "Kebetulan sekarang sedang musim liburan musim panas. Kita seminggu habiskan waktu di sana berdua, ya!" ajak Robin kemudian memberikan kecupan di bibir yang sudah bengkak itu. Tamara sedang menghitung kira-kira uang di rekening miliknya tinggal berapa lagi. Selama menjalani hubungan dengan Robin, uang dia banyak terkuras. Jatah uang bulanan dari Enzo dan Alejandro yang biasanya masih tersisa
Bab 23 Rumah milik keluarga Brown itu semacam rumah era zaman Victoria di Eropa. Banyak rahasia di dalam bangunan itu dan tidak sembarangan orang yang mengetahui rahasia yang ada di sana, kecuali ahli waris dari keluarga Brown. Sampai sekarang pun tidak ada yang tahu ruangan itu selain Alice dan pelayan kepercayaan kakeknya yang entah di mana saat ini. "Ini ruangan apa?" tanya Alice pura-pura tidak tahu sambil menunjuk ke sebuah pintu kayu berukir bunga lily. "Oh, itu ruang musik. Dulu mendiang istriku suka bermain piano dan biola. Apa kamu ingin masuk ke dalam?" tawar Enzo dengan ramah. "Bolehkah aku masuk ke sana? Aku suka sekali main piano, walau permainan aku biasa saja, bahkan bisa di sebut buruk," aku Alice dengan tawa malu-malu dan itu terlihat menggemaskan di mata Alejandro dan Enzo. Kedua laki-laki itu menatap Alice dengan penuh kekaguman dan terpesona oleh senyumannya. Mereka pun mengikuti langkah wanita itu dan berdiri di samping piano. "Boleh, aku coba?" tanya Alice s
Bab 24 Tamara pergi berlibur dengan Robin ke pantai Miami. Wanita itu benar-benar merasa sangat bahagia saat ini. Senyum lebar dan kerlingan mata cantiknya selalu menghiasi wajah dia. "Apa kamu menyukainya, Sayang?" tanya Robin sambil memeluk tubuh Tamara dari belakang. "Ya, aku sangat suka!" teriak Tamara, tapi suaranya tertelan suara deburan ombak. Angin pantai yang bertiup kencang menerbangkan rambut dan ujung kain sarung pantai mereka. Kini keduanya sedang berjalan di pinggir pantai, sesekali kali mereka terkena sapuan ombak. "Sayang, katanya akan ada pesta kembang api di kapal pesiar. Apa kamu mau ikut?" tanya Robin saat melihat iklan di layar Billboard yang ada di dekat hotel tempat mereka menginap. "Apa kamu ingin mendatangi pesta itu?" tanya Tamara balik. "Asalkan bersama denganmu, pasti akan menyenangkan," balas Robin dengan senyum tampannya yang membuat Tamara terpesona. "Baiklah kita ikut pesta itu," ucap Tamara akhirnya. Tamara harus mengeluarkan uang puluhan rib
Bab 25Alice dan Alejandro menghabiskan waktu liburan bersama di kediaman George. Mereka ingin tahu siapa Chloe Ivory itu sebenarnya. Wanita yang sudah mengandung dan melahirkan Alejandro ke dunia ini."Ini adalah foto ibumu sejak masih bayi sampai dewasa," kata George sambil menyerahkan beberapa album foto yang di simpan di atas meja. Alejandro mengambil album foto yang paling atas. Potret yang tersimpan rapi di dalam sana adalah seorang bayi mungil yang lucu. Laki-laki mengusap wajah bayi perempuan itu dengan lembut. Ada getaran dalam tubuhnya saat melihat mata bening yang terpampang jelas di sana.'Mom.' Alejandro memanggil di dalam hatinya."Dia bayi yang cantik," ucap Alice dengan lirih.Air mata milik Alice pun tiba-tiba mengalir. Ada rasa rindu terhadap bayi-bayi yang pernah dia kandung dalam rahimnya. Seandainya saja mereka bisa lahir ke dunia ini, pastinya kehidupan dia akan terasa berbeda."Ya, kamu benar," balas Alejandro. Tangan kekar milik Alejandro membalik lembar album
Bab 26Enzo mengikuti Hilda yang akan menemui orang yang tadi ditelepon olehnya. Laki-laki yang bernama Evans dan terasa tidak asing baginya nama itu.Mobil Hilda memasuki kawasan apartemen kelas menengah. Enzo berhenti di depan pintu masuk bangunan yang terdiri dari 10 lantai itu, agar tidak ketahuan oleh ibunya.Enzo memilih jalan kaki dan masuk ke sana dengan diam-diam. Lift menunjukkan lantai 7 saat berhenti, maka laki-laki itu pun naik ke sana untuk mencari tahu orang yang ditemui oleh ibunya.Saat sampai ke lantai itu tidak ada seorang pun yang bisa dia tanyai. Padahal hari masih menunjukkan pukul 18:30 petang. Senyum Enzo terukir saat melihat ada seorang perempuan muda keluar dari lift."Maaf, Nona. Di mana apartemen milik Evans?" tanya Enzo dengan ramah."Evans? Oh. Ini," jawab perempuan itu sambil menunjuk pintu di samping kanan Enzo, yang berarti sebelah kiri jika datang dari lift.Merasa ini adalah satu-satunya kesempatan dia untuk mengetahui informasi tentang lEvans, maka E
Bab 27Alice hanya melirik sekilas ke arah tangan Enzo. Lalu, dia memakai kembali blazer yang baru saja dibuka olehnya."Maaf, sekarang aku sedang sibuk mempersiapkan pernikahan aku dengan Ale. Tidak punya waktu luang untuk pergi berkencan ganda seperti anak remaja," sahut Alice.Mendengar ucapan Alice barusan perasaan Enzo merasa tersentil. Laki-laki itu hanya ingin bisa lebih mengenal dan sering bertemu dengan wanita yang akan menjadi adik iparnya."Maafkan aku Alice. Tadinya aku berpikir kalau kita sering bertemu akan mudah untuk saling mengenal sesama keluarga nantinya. Aku harap kedepannya kita bisa menjadi keluarga yang memiliki hubungan baik," ujar Enzo.Alice hanya diam sambil membuka beberapa gambar desain baju yang akan di-launching untuk 3 bulan yang akan datang. Bagi dia tidak perlu dengan melakukan kencan ganda pun dia sudah tahu orang seperti apa Enzo dan Caroline itu."Ya, sayangnya aku bukan orang yang suka pergi dengan orang yang jelas-jelas membenci aku. Takutnya yang
Bab 31Alice mendatangi apartemen Olivia karena ada kabar dari kelanjutan hasil pemerikasaan sidik jari tempo hari. Selain itu dia juga akan memberikan kejutan untuk calon pengantin itu.Kini semua orang berkumpul di ruang tengah. Mereka duduk di sofa saling berhadapan dan hanya terhalang oleh meja."Ini data hasil laporan dari Morgan. Hasilnya sudah diketahui nama seseorang, tetapi aku tidak mengenal orang ini. Mungkin kamu mengenal dia," ucap Oliver sambil menyerahkan sebuah amplop kepada Alice.Alice pun membaca data orang yang ditemukan sidik jarinya di semua mobil milik Ariana. Nama yang tertera di sana adalah Evans Blue. Tentu saja bagi Alice nama ini terasa asing, tetapi saat melihat foto wajah orang itu, Alice merasa tidak asing."Apa kamu tahu orang itu?" tanya Oliver yang menatap ke arah Alice sejak tadi.Alice membaca data tentang orang yang bernama Evans Blue berulang kali takut ada bagian yang terlewat. Bahkan foto dirinya pun dia perhatikan baik-baik."Aku ... ragu akan i
Bab 31"Apa mommy tidak curiga kepada wanita ini? Aku merasa kalau dia itu seperti menyembunyikan sesuatu dari kita," ujar Caroline dan membuat semua orang yang ada di sana menatap dengan ekspresi terkejut."Apa maksud kamu, Caroline?" Hilda menatap tajam kepada menantunya. Terlihat jelas pancaran mata wanita itu terlihat tidak suka dengan sikap dari istri Enzo.Alice sendiri berusaha menahan diri agar jangan sampai dia melakukan sesuatu yang mencurigakan. Perempuan ini menggenggam ujung baju dengan erat untuk menenangkan dirinya.Alejandro pun menggenggam tangan Alice dengan lembut. Laki-laki ini berusaha untuk memberikan ketenangan dan kekuatan kepada sang kekasih.Caroline sejak tadi terus memperhatikan setiap gerak-gerik dari Alice. Apa pun yang dilakukan oleh wanita itu akan terus dia lihat."Ya aku bicara seperti ini bukan karena tanpa sebab. Dia itu suka ada di saat kita mengalami sesuatu yang buruk. Aku curiga kalau itu semua adalah perbuatannya," ucap Caroline dengan tatapan s
Bab 30 Wajah Alice mendadak pucat saat mendengar suara Enzo. Laki-laki itu tiba-tiba saja muncul di sana. Entah sejak kapan dia berada di lantai satu ini. Senyum manis pun terukir dari bibir sensual milik Alice. Wanita itu berjalan ke arah Enzo sekitar lima langkah. "Aku haus dan tidak ada air di nakas kamar. Makanya aku pun ke dapur untuk mengambil air minum," ucap Alice dengan pelan. Enzo pun menarik tubuh Alice sampai menempel pada badannya. Laki-laki itu hendak mencium bibir sang perempuan, tetapi dengan gesit wanita itu memalingkan wajah dan memundurkan kepalanya. "Kamu jangan kurang ajar Enzo. Hanya Ale yang boleh mencium bibirku," desis Alice dengan ekspresi kesal dan marah. "Kamu sangat menggoda Alice dan membuat aku selalu diliputi rasa bergairah jika dekat dengan dirimu," aku Enzo dengan suara yang menggoda. "Sana pergi dan rayu istrimu saja!" titah Alice sambil mendorong kuat tubuh suami dari Caroline itu sampai terlepas dan agak terdorong menjauh dari dirinya. Enzo
Bab 29Hilda pulang ke rumah dengan perasaan bahagia karena Alice dan Alejandro akan menginap di sana. Mereka makan malam bersama dan seperti biasa Alice memperlihatkan keromantisan bersama Alejandro. Tentu saja ini membuat Enzo kesal dan merutuki dalam hatinya. Berbeda dengan Caroline dengan menatap penuh benci kepada calon adik iparnya itu."Mom, di mana Tamara? Sepertinya belakang ini aku jarang sekali melihat dia," tanya Alice sambil melihat ke arah Hilda."Dia sedang sibuk berbisnis dengan teman-temannya. Sudah saatnya dia bekerja mencari uang. Jangan hanya bisa meminta kepada Enzo dan Ale," jawab Hilda dengan senyum tipisnya.Sebenarnya Alice tahu apa yang sedang dilakukan oleh Tamara. Wanita itu sering mendapat laporan dari orang kepercayaannya. Namun, dia biarkan saja sampai nanti waktu yang tepat untuk menghancurkan perempuan yang sudah membuat dirinya celaka dan kehilangan bayi di dalam kandungan beberapa tahun silam."Mommy sudah selesai menghubungi orang-orang yang akan men
Bab Tamara diam-diam masuk ke kamar ibunya. Wanita itu membuka perhiasan milik Hilda. Mata yang biasanya menatap sinis, kini terbelalak saat melihat banyaknya perhiasan di dalam kotak itu."Kalau aku ambil dua atau tiga, sepertinya tidak akan ketahuan," gumam Tamara sambil memilih model-model perhiasan lama.Bukan dua atau tiga perhiasan Hilda yang dibawa oleh Tamara, melainkan sekitar lima jenis perhiasan. Diantaranya kalung, sepasang anting, dua buah cincin, dan gelang rantai. Dia pun buru-buru memasukan perhiasan curian itu ke dalam sakunya. Lalu, dia pun menyimpan kembali kotak itu ke tempat semula.Uang milik Tamara sudah habis semua dan tidak bersisa sedikit pun. Wanita itu terlalu senang berfoya-foya dengan Robin sampai lupa batas. Jutaan dollar uang yang ada di tabungan bank sudah dihabiskan oleh dirinya dengaan kekasih barunya.Hari ini Tamara akan pergi bersenang-senang bersama Robin dan beberapa teman mereka. Sekarang bagi Tamara hal yang membuatnya bahagia adalah berkumpul
Bab 27Alice hanya melirik sekilas ke arah tangan Enzo. Lalu, dia memakai kembali blazer yang baru saja dibuka olehnya."Maaf, sekarang aku sedang sibuk mempersiapkan pernikahan aku dengan Ale. Tidak punya waktu luang untuk pergi berkencan ganda seperti anak remaja," sahut Alice.Mendengar ucapan Alice barusan perasaan Enzo merasa tersentil. Laki-laki itu hanya ingin bisa lebih mengenal dan sering bertemu dengan wanita yang akan menjadi adik iparnya."Maafkan aku Alice. Tadinya aku berpikir kalau kita sering bertemu akan mudah untuk saling mengenal sesama keluarga nantinya. Aku harap kedepannya kita bisa menjadi keluarga yang memiliki hubungan baik," ujar Enzo.Alice hanya diam sambil membuka beberapa gambar desain baju yang akan di-launching untuk 3 bulan yang akan datang. Bagi dia tidak perlu dengan melakukan kencan ganda pun dia sudah tahu orang seperti apa Enzo dan Caroline itu."Ya, sayangnya aku bukan orang yang suka pergi dengan orang yang jelas-jelas membenci aku. Takutnya yang
Bab 26Enzo mengikuti Hilda yang akan menemui orang yang tadi ditelepon olehnya. Laki-laki yang bernama Evans dan terasa tidak asing baginya nama itu.Mobil Hilda memasuki kawasan apartemen kelas menengah. Enzo berhenti di depan pintu masuk bangunan yang terdiri dari 10 lantai itu, agar tidak ketahuan oleh ibunya.Enzo memilih jalan kaki dan masuk ke sana dengan diam-diam. Lift menunjukkan lantai 7 saat berhenti, maka laki-laki itu pun naik ke sana untuk mencari tahu orang yang ditemui oleh ibunya.Saat sampai ke lantai itu tidak ada seorang pun yang bisa dia tanyai. Padahal hari masih menunjukkan pukul 18:30 petang. Senyum Enzo terukir saat melihat ada seorang perempuan muda keluar dari lift."Maaf, Nona. Di mana apartemen milik Evans?" tanya Enzo dengan ramah."Evans? Oh. Ini," jawab perempuan itu sambil menunjuk pintu di samping kanan Enzo, yang berarti sebelah kiri jika datang dari lift.Merasa ini adalah satu-satunya kesempatan dia untuk mengetahui informasi tentang lEvans, maka E
Bab 25Alice dan Alejandro menghabiskan waktu liburan bersama di kediaman George. Mereka ingin tahu siapa Chloe Ivory itu sebenarnya. Wanita yang sudah mengandung dan melahirkan Alejandro ke dunia ini."Ini adalah foto ibumu sejak masih bayi sampai dewasa," kata George sambil menyerahkan beberapa album foto yang di simpan di atas meja. Alejandro mengambil album foto yang paling atas. Potret yang tersimpan rapi di dalam sana adalah seorang bayi mungil yang lucu. Laki-laki mengusap wajah bayi perempuan itu dengan lembut. Ada getaran dalam tubuhnya saat melihat mata bening yang terpampang jelas di sana.'Mom.' Alejandro memanggil di dalam hatinya."Dia bayi yang cantik," ucap Alice dengan lirih.Air mata milik Alice pun tiba-tiba mengalir. Ada rasa rindu terhadap bayi-bayi yang pernah dia kandung dalam rahimnya. Seandainya saja mereka bisa lahir ke dunia ini, pastinya kehidupan dia akan terasa berbeda."Ya, kamu benar," balas Alejandro. Tangan kekar milik Alejandro membalik lembar album
Bab 24 Tamara pergi berlibur dengan Robin ke pantai Miami. Wanita itu benar-benar merasa sangat bahagia saat ini. Senyum lebar dan kerlingan mata cantiknya selalu menghiasi wajah dia. "Apa kamu menyukainya, Sayang?" tanya Robin sambil memeluk tubuh Tamara dari belakang. "Ya, aku sangat suka!" teriak Tamara, tapi suaranya tertelan suara deburan ombak. Angin pantai yang bertiup kencang menerbangkan rambut dan ujung kain sarung pantai mereka. Kini keduanya sedang berjalan di pinggir pantai, sesekali kali mereka terkena sapuan ombak. "Sayang, katanya akan ada pesta kembang api di kapal pesiar. Apa kamu mau ikut?" tanya Robin saat melihat iklan di layar Billboard yang ada di dekat hotel tempat mereka menginap. "Apa kamu ingin mendatangi pesta itu?" tanya Tamara balik. "Asalkan bersama denganmu, pasti akan menyenangkan," balas Robin dengan senyum tampannya yang membuat Tamara terpesona. "Baiklah kita ikut pesta itu," ucap Tamara akhirnya. Tamara harus mengeluarkan uang puluhan rib