Ryan pun akhirnya tewas bersama Larry Brave. -Tamat- wkwkwkwkwk (≧▽≦) oke, ini bab kedua pagi ini. bab siang dan malam othor buat terjadwal karena othor sibuk jaga pameran. Selamat beraktivitas (◠‿・)—☆ Bab Bonus: 0/3 Bab Reguler: 2/2 Bab (Komplit)
Di sebuah rumah halaman yang dijaga ketat, seorang lelaki tua berpakaian tunik tengah memeriksa beberapa dokumen. Matanya yang tajam menyusuri setiap baris tulisan dengan teliti, sesekali tangannya menandai bagian-bagian penting dengan tinta merah. Meski usianya sudah lebih dari tujuh puluh tahun, aura wibawa masih terpancar kuat dari sosoknya.Sementara ia fokus menangani dokumen-dokumen, pintu ruangannya mendadak terbuka dengan kasar. Seorang pria paruh baya bergegas masuk dengan napas terengah dan wajah pucat pasi."Tuan!" serunya panik.Pria Tua mengerutkan kening melihat kelakuan asistennya. "Hobs, apa yang terjadi?" Nada suaranya terdengar mencela. "Sudah berapa kali kukatakan padamu untuk tetap tenang dalam melakukan sesuatu? Kau membuat dokumen-dokumenku berantakan."Namun Hobs sama sekali tidak peduli dengan teguran itu. Mata pria paruh baya itu memerah dan tubuhnya gemetar hebat saat mendekati meja sang atasan.
Pria tua itu melirik salah seorang pengawalnya yang berdiri di sudut ruangan. "Gon, pergilah ke Keluarga Pendragon dan Keluarga Brave. Berita tentang masalah ini pasti akan menyebar dengan sangat cepat. Kau harus menenangkan anggota keluarga mereka."Setelah semua orang meninggalkan ruangan, Pria Tua itu mengepalkan tangannya erat-erat. Kemarahan yang selama ini terpendam akhirnya meluap."Kita telah mengikuti aturan selama bertahun-tahun, tapi Gunung Langit Biru justru bertindak semaunya!" geramnya murka. "Ryan baru berusia dua puluhan dengan masa depan cerah di depannya. Mengapa mereka harus menghancurkannya tanpa ampun? Apakah mereka benar-benar berpikir kita takut pada mereka?!"Setelah beberapa saat merenungkan situasi, Pria Tua itu teringat sesuatu. Dengan langkah berat ia menuju sudut ruangan dan mengetuk pola khusus pada ubin dinding. Sebuah ruang rahasia terbuka, menampakkan telepon antik yang tersembunyi di dalamnya.
Sementara itu di Gunung Langit Biru, tepatnya di markas Sekte Hell Blood yang megah, Lambert Shark tengah berlutut di hadapan Tetua Zigfrid yang sedang membersihkan pedangnya."Tetua, saya telah menyelesaikan tugas yang Anda berikan," lapor Lambert Shark dengan bangga.Tetua Zigfrid menghentikan kegiatannya membersihkan pedang dan mengangkat kepala. "Oh? Apakah Ryan Pendragon sudah mati?""Ya," Lambert Shark mengangguk antusias. "Anak itu memang luar biasa kuat. Namun saat saya tiba, dia sedang dalam tahap terobosan kritisnya. Dia terpaksa menerobos dengan paksa hingga terluka parah. Kemudian..." dia menyeringai puas, "saya sendiri yang menghabisinya! Meski mayatnya jatuh ke jurang."Tentu saja Lambert Shark tidak menceritakan bagaimana dia nyaris tewas melawan Ryan. Menurutnya, selama hasil akhirnya sesuai harapan, detail kecil seperti itu tidak penting.Mata Tetua Zigfrid menyipit penuh selidik. "Apa kau yakin? Jika dia benar-
Hati Lucy Jeager telah lama terpikat oleh pemuda dari Kota Golden River itu. Meskipun Lucy Jeager tahu bahwa dia tidak pantas untuk Ryan, dia tetap berjuang dan mengungkapkan perasaannya dengan caranya sendiri-+melalui dedikasi dan kesetiaannya. Tangannya yang berlumuran tanah terus menggali, sementara pikirannya melayang ke pertemuan pertama mereka di acara pelelangan Kota Golden River. Saat itu Ryan tampak begitu berwibawa namun tetap ramah, bahkan sempat bercanda dengan para prajurit Eagle Squad. Lucy tak bisa menahan senyum getir mengingat bagaimana jantungnya berdebar kencang setiap kali Ryan tersenyum padanya. 'Akankah semuanya berbeda jika aku lebih berani mengambil inisiatif saat itu?' pikirnya sambil menghapus air mata yang mulai mengalir. Sekarang, semua mimpinya seolah hancur berkeping-keping. Hilangnya Ryan dan Larry Brave telah mengguncang seluruh dunia persilatan Nexopolis. Meski tim pencari telah menyisir setiap jengkal kaki gunung, tidak ada hasil yang dite
Ryan ingat, setelah berhasil menembus ke tingkat ketiga dari ranah Nascent Soul, ia seharusnya sudah mampu menggunakan teknik pedang kuat yang ditinggalkan Theodore Crypt–Pedang Tak Terbatas! Awalnya ia berencana mempelajari teknik itu setelah pertarungan selesai. Namun kemunculan mendadak Lambert Shark telah mengacaukan segalanya. Kini, terjebak dalam Kuburan Pedang justru memberikan kesempatan sempurna untuk mempelajari dan mengembangkan teknik tersebut. Ryan memejamkan mata, membiarkan informasi mengalir ke dalam benaknya. Pedang Tak Terbatas bukanlah teknik biasa. Theodore Crypt pernah berkata bahwa teknik ini adalah hasil pergulatannya selama ribuan tahun untuk memahami esensi sejati pedang. Setiap gerakan dalam teknik ini mengandung prinsip-prinsip mendalam yang bisa membuat praktisinya melampaui batasan normal. Namun mempelajarinya tidaklah mudah. Bahkan dengan bantuan Kuburan Pedang, Ryan harus mengerahkan seluruh konsentrasinya untuk memahami setiap detail teknik te
Ryan menerima jimat itu dengan mata berbinar. Kini ia memiliki teknik pedang warisan Ahli Dao Pedang Tak Terhitung dan Jimat Petir Langit Ketujuh pemberian Lex Denver. Menghadapi Lambert Shark akan jauh lebih mudah! Untuk dua nisan pedang yang tersisa, Ryan memutuskan tidak perlu mengaktifkannya sekarang. Kekuatan Lex Denver sudah lebih dari cukup. Lagipula, sudah hampir dua hari berlalu. Ibunya dan yang lain pasti sangat mengkhawatirkannya. 'Sudah waktunya kembali,' pikir Ryan. "Muridku, izinkan aku bertanya tentang Kuburan Pedang..." Lex Denver baru akan melanjutkan kata-katanya ketika menyadari Ryan telah menghilang tanpa jejak. "Bocah kurang ajar!" Lex Denver nyaris mengutuk melihat ketidaksabaran murid barunya. Di dalam gua, Ryan akhirnya membuka mata, memperlihatkan kilatan tajam yang berbahaya. Larry Brave yang sedari tadi menunggu langsung mendekat dengan wajah lega. "Tuan Ryan, Anda akhirnya terbangun! Apa yang harus kita lakukan selanjutnya?" Ryan berdiri denga
Ryan dan Larry Brave kini hanya berjarak sekitar sepuluh meter dari tanah. Dengan tenang, Ryan mencabut Pedang Claiomh Solais dari dinding tebing. Dia mengaktifkan teknik pedang yang sama seperti yang dia gunakan di dalam gua–teknik khusus untuk mengendalikan pedang terbang. Dengan menggendong Larry Brave di punggungnya, Ryan menginjak sisi datar Pedang Claiomh Solais. Meski tidak sehebat pedang terbang Theodore Crypt, dia masih bisa mengendalikan pedang itu untuk mendarat dengan mulus. TAP! Begitu kaki Ryan menyentuh tanah, seluruh prajurit Eagle Squad serentak berlutut, menciptakan pemandangan yang menggetarkan hati. "Kepala Instruktur!" Teriakan mereka menggelegar memenuhi udara pagi, sementara para prajurit Wolf Squad memberikan penghormatan militer standar dengan wajah penuh haru. "Jenderal!" Ryan dan Larry Brave mengangguk ringan menanggapi sambutan itu. Setelah memastikan Ryan baik-baik saja, Larry Brave melangkah maju dengan wajah serius. "Bagaimana dengan prajuri
"Siapa kau?!" seorang praktisi Guild Round Table membentak dengan berani. "Ini wilayah Keluarga Pendragon!" Lambert Shark tersenyum sambil memegang pedang di tangannya. Dia berkata dengan acuh tak acuh, "Lalu mengapa jika kalian Keluarga Pendragon? Aku sudah membunuh Ryan Pendragon, jadi apakah menurutmu kau bisa melawanku? Aku di sini hari ini untuk memusnahkan Keluarga Pendragon!" Ketika para praktisi Guild Round Table dan Rindy mendengar pengakuan Lambert Shark, tubuh mereka menegang. Inikah pelaku yang telah melukai Ketua Guild mereka? Orang yang berani mengalahkan Ryan secara tidak terhormat? Amarah berkobar di mata para praktisi Guild Round Table. Mereka telah bersumpah setia pada Ryan, dan kini pembunuh Ketua Guild mereka berdiri tepat di hadapan mereka dengan sikap congkak. "Nona Rindy," salah seorang ahli Guild Round Table berbisik mendesak, "Anda dan yang lainnya harus segera pergi. Biar kami yang menahan orang ini!" "Tapi kalian—" Rindy hendak membantah namun pr
Ryan mengikuti arah pandangnya dengan ekspresi rumit. Keluarga Jirk adalah salah satu keluarga teratas di Gunung Langit Biru, dan mereka memiliki hubungan khusus dengannya melalui Shirly Jirk dan Lina Jirk.Lima tahun lalu saat pertama menginjakkan kaki di Gunung Langit Biru, Ryan hanyalah kultivator lemah yang bisa diinjak siapa saja. Dengan akar fananya, dia telah melewatkan masa terbaik untuk berkultivasi. Semua orang menertawakannya.Hanya tiga orang yang memberinya kehangatan–sang guru yang membawanya ke Pegunungan Langit Biru dan mengajarinya teknik kultivasi, Lina Jirk yang eksentrik, serta Shirly Jirk yang selalu membantunya tanpa pamrih.Shirly memberinya pil dan melindunginya saat dia dipukuli, bahkan berani melawan seluruh faksi demi dirinya. Kata-katanya masih terngiang jelas: "Ryan, kau tidak akan mati. Bahkan jika semua orang di dunia mati, kau tidak akan mati!"Ryan masih tidak mengerti mengapa Shirly, seorang jenius kesayangan surga, begitu memperhatikannya. Terkad
Ryan mengangguk serius. Sesuatu yang membuat Lex Denver seantusias ini pasti sangat istimewa."Mata uang apa yang digunakan untuk lelang di sini?" tanyanya pada Shiki Seiho."Tuan Ryan ingin ikut lelang? Hanya batu Spirit yang diterima, dan barang-barangnya sangat mahal." Shiki Seiho mengeluarkan satu-satunya batu Spirit yang dibawanya dengan raut menyesal. "Maaf, saya sedang terburu-buru tadi sehingga tidak membawa banyak.""Ikut denganku. Aku akan memikirkan cara mendapatkan uang lebih banyak." Ryan melirik ke lantai dua saat merasakan sesuatu yang menarik. Tanpa ragu dia melangkah menaiki tangga.Ryan berpikir sejenak sambil mengamati ruang lelang yang megah. Mereka sedang melelang harta karun, jadi mengapa dia tidak menggunakan hartanya sendiri untuk ditukar dengan batu Spirit? Kebetulan Kuburan Pedang masih menyimpan beberapa bagian Ular Piton Batu Hitam yang tersisa–Theodore Crypt pernah mengatakan barang itu sangat berharga.Meski begitu, Ryan tahu Pil Ilusi Archaic yang dii
Ryan bisa melihat telapak tangan Shiki Seiho berkeringat saking gugupnya. Jelas sekali pemuda ini menganggap kedatangannya ke Nexopolis sebagai keputusan yang tepat–dia berhasil menemukan Ryan sebelum orang lain. Dengan perlindungan dari Master seperti Ryan, statusnya di Sekte Myriad Sword pasti akan meningkat pesat."Tidak usah terburu-buru pergi ke Sekte Myriad Sword," Ryan menggeleng. Matanya menyipit saat teringat sesuatu. "Aku masih punya urusan penting yang harus diselesaikan.""Ayahku dibawa pergi oleh Sekte Hell Blood, jadi aku ingin mengurus mereka terlebih dahulu. Apakah kau tahu lokasi pasti markas besar mereka dan bagaimana cara masuknya?"Ryan menyadari keterbatasannya saat ini. Meski memiliki Kuburan Pedang dan tiga ahli mahakuasa kuno, mereka memiliki batasan. Bahkan Lex Denver tidak mampu mengendalikan tubuhnya atau meninggalkan Kuburan Pedang. Semakin tinggi ranah kultivasinya, pembatasan Kuburan Pedang justru semakin ketat. Itulah mengapa Lex Denver hanya bisa me
Melihat praktisi senior itu benar-benar hendak melumpuhkan kultivasinya, Ryan bergegas mencegah."Berhenti!"Suaranya menggelegar memecah ketegangan. Hembusan angin dari telapak tangan Shiki Seiho menunjukkan dia memang telah menggunakan pukulan yang mematikan. Jika Ryan terlambat sepersekian detik saja, salah satu praktisi terkuat di Gunung Langit Biru ini akan kehilangan seluruh kultivasinya."Masalah ini bukan salahmu," ujar Ryan dengan nada tenang namun tegas. "Ada terlalu banyak orang di sini. Berdirilah dan mari kita masuk ke dalam untuk bicara."Senyum lega merekah di wajah Shiki Seiho. Sorot matanya dipenuhi rasa syukur dan kekaguman saat dia berkata, "Terima kasih atas pengampunan Anda, Master!"Begitu berdiri, Shiki Seiho teringat sesuatu krusial–identitas Ryan sebagai Master Sekte Myriad Sword belum boleh terungkap sekarang. Hanya ketika Ryan kembali ke sekte, masalah ini bisa diresmikan dengan prosesi yang layak. Dan karena beberapa orang telah menyaksikan kejadian in
Tanpa diduga, raut wajah Shiki Seiho berubah total mendengar perkataan Ketua sekte Sam itu. Niat membunuh yang jauh lebih pekat meledak dari tubuhnya, membuat udara di sekitar mereka seolah membeku."Master, seekor semut berani berteriak seperti ini. Dia hanya mencari kematian!"Di mata Shiki Seiho, liontin giok itu melambangkan sang master leluhur, Ahli Dao Pedang Tak Terhitung! Dilihat dari sikap sang master leluhur dan teknik pedang yang ditunjukkan Ryan, kemungkinan besar pemuda ini adalah murid rahasia gurunya.Jika benar begitu, dalam hal senioritas, Ryan bahkan berada di level yang sama dengan pendiri Sekte Myriad Sword, atau mungkin lebih tinggi! Semua orang di Sekte Myriad Sword, termasuk ketua sekte, seharusnya memanggil Ryan dengan sebutan "Master"!Tanpa menunggu jawaban Ryan, Shiki Seiho bangkit dan melesat bagai angin puting beliung ke arah Ketua Sekte Sam. Niat membunuh yang dingin membuat wajah Ketua Sekte Sam memucat seketika. Dia sama sekali tidak menyangka Shik
Ryan berguling-guling di udara, nyaris berhasil menyeimbangkan diri. Darah mengalir deras dari lukanya, namun dengan sekuat tenaga dia menahannya agar tidak memuntahkan darah. Jadi beginilah kekuatan sejati seorang kultivator Gunung Langit Biru? Ryan hampir yakin Shiki Seiho berada di tingkat menengah Ranah Transcendence. Dibandingkan dengan Ketua Sekte Sam, perbedaan kekuatan mereka bagaikan langit dan bumi! "Hmph! Beraninya seekor semut kecil sepertimu bersikap kurang ajar!" ejek Shiki Seiho. "Sekte Dawn Sword bukanlah sesuatu yang bisa kau sentuh!" Tatapannya dingin saat dia melanjutkan, "Ryan Pendragon, aku berjanji kepada Ketua Sekte Sam bahwa aku akan menyiksamu, jadi jangan salahkan aku karena bersikap kejam. Ini adalah aturan Gunung Langit Biru." "Sekarang, saatnya untuk mengantarmu pulang." Senjata di tangannya berkilat dengan cahaya merah yang mengerikan. Aura mematikan menyebar ke segala arah saat cahaya itu seolah hendak melahap Ryan bulat-bulat. Mata Ryan me
Dalam sekejap, situasi pertarungan berubah drastis. Ketua Sekte Sam yang tadinya begitu percaya diri kini terpojok dalam situasi putus asa. Para penonton menyaksikan dengan mata terbelalak tak percaya–bagaimana mungkin Ryan yang tadi nyaris mati justru membalikkan keadaan dengan begitu mudah? "AHHH!" Di tengah keheningan mencekam, jeritan menyayat hati Ketua Sekte Sam memecah udara. Jiwa primordialnya diserang dengan brutal oleh hantu bayangan, menciptakan luka yang bahkan lebih menyakitkan dari luka fisik. Darah segar menyembur dari mulutnya saat dia terhuyung mundur dengan wajah pucat pasi. "Tuanku, selamatkan aku!" teriaknya panik pada Shiki Seiho, mengabaikan harga dirinya yang tersisa. "Tidak ada seorang pun yang bisa menyelamatkanmu!" Ryan menyipitkan mata berbahaya. Pedang Claiomh Solais berkilat dingin di tangannya saat dia melesat maju untuk menghabisi lawannya yang terluka. "Ryan, jangan kurang ajar!" BOOM! Tepat saat semua orang mengira Ketua Sekte Sam akan
Tebasan Pemecah Petir memang teknik yang luar biasa, warisan langsung dari Lex Denver. Namun Ryan baru mempelajarinya dan belum bisa mengeluarkan kekuatan penuhnya. Ditambah perbedaan kultivasi yang terlalu besar, wajar jika dia kalah dalam benturan langsung. Ketua Sekte Sam tertawa puas melihat kondisi Ryan. "Haha! Ryan, mari kita lihat berapa lama lagi kamu masih bisa bersikap kurang ajar!" Meski telah membayar harga mahal dengan menggunakan saripati darahnya, dia puas melihat Ryan terluka parah. Kemenangan sudah di depan mata! "Apakah kamu pikir kamu menang?" tanya Ryan dingin. "Hmph! Beraninya kau bersikap sombong saat kau hampir mati!" Ketua Sekte Sam mencibir, namun Ryan justru tersenyum. "Arogan?" Ryan tertawa ringan. "Kalau begitu, aku akan menunjukkan kepadamu seperti apa kesombonganku!" Dengan gerakan mulus, Ryan mengeluarkan sebuah jimat dari kuburan pedang. Jimat pemberian Lex Denver itu berpendar dengan cahaya kebiruan yang misterius. Begitu Ryan mengaktifk
Seketika itu juga, energi qi dalam dantian Ryan terkondensasi kembali. Aliran informasi memasuki pikirannya, membuat sudut bibirnya melengkung dalam senyum dingin. "HANCURKAN!" Pedang Claiomh Solais di tangannya kembali bersinar menyilaukan. "TEBASAN PEMECAH PETIR!" Ryan mengerahkan seluruh kekuatannya. Meski jurus Ketua Sekte Sam bukan teknik pedang pembunuh sejati, kekuatannya tetap terlalu dahsyat untuk dihadapi di levelnya sekarang. Awan petir di atas kediaman Keluarga Pendragon bergemuruh. Lebih dari sepuluh sambaran petir melesat menghantam Pedang Claiomh Solais, membuat Ryan seolah diselimuti cahaya biru elektrifikasi. Pedangnya kini tampak terhubung langsung dengan surga. Hembusan angin dingin menderu kencang, sementara awan di langit mulai berubah warna. Pedang dan pemuda yang memicu Petir Ilahi itu sangat terang benderang. Cahaya keemasan yang berkobar di sekeliling Ryan tampak begitu murni, seolah mampu membelah langit dan bumi. Kilatan-kilatan petir menar