Ini adalah bab bonus hadiah. jadi jangan sungkan beri othor hadiah, hehehehe ... ini juga menjadi bab terakhir hari ini. Selamat beristirahat (◠‿・)—☆ Bab Bonus: 3/3 Bab Reguler: 2/2 Bab Bonus Hadiah: 1/1
Namun Ryan belum puas sampai di situ. Sehari telah berlalu. Theodore Crypt mengerutkan kening menatap Ryan yang masih bertahan. "Anak ini masih bersikeras juga rupanya," gumamnya. "Tidak mudah bagi kultivator ranah Golden Core bertahan lebih dari sehari di sini. Sepertinya aku benar-benar meremehkannya." Seluruh Dragon Vein kini telah berubah menjadi pusaran raksasa. Ryan duduk tepat di pusatnya, menyerap semua energi spiritual yang ada. Setelah satu hari penuh, Ryan tiba-tiba membuka mata. Terobosan kedua! Naga darah segera masuk kembali ke dalam tubuhnya. "Tingkat ketiga dari ranah Golden Core. Lumayan juga," ucapnya sambil tersenyum puas. Dia menghela napas panjang dan berdiri. Tubuhnya terasa begitu ringan! Ia berjalan menghampiri Theodore Crypt. "Terima kasih telah melindungiku, Senior!" Theodore Crypt mengangguk singkat. "Aku sudah melakukan apa yang seharusnya. Sudah dua hari berlalu, saatnya meninggalkan tempat ini. Aku harus pergi beberapa hari untuk mengurus ses
Di balik pintu, Ryan melihat ibunya tidak sedang berkultivasi seperti biasa. Sebaliknya, wanita itu tampak asyik membuat makanan di ruang tamu. Yang lebih mengejutkan lagi, ada dua gadis cantik menemaninya. Adel dan Rindy! 'Mereka benar-benar datang ke ibu kota?' Ryan mengerjap tak percaya. Eleanor Jorge terlihat sangat ceria, senyum tak lepas dari wajahnya. Dia melirik putranya sekilas. "Oh, kamu sudah pulang." Setelah itu perhatiannya kembali pada Adel dan Rindy. Tawa mereka bertiga memenuhi ruangan dengan kehangatan. Rindy bangkit dan pergi ke dapur untuk mencuci tangan. Setelah selesai, dia menghampiri Ryan yang masih berdiri di ambang pintu. "Kami baru sampai pagi ini," jelasnya. "Mengingat fokus bisnis Golden Dragon Group sebagian besar di kota-kota besar, Riverdale jelas tempat paling strategis untuk kantor pusat." "Kau bahkan tidak peduli berapa banyak uang di rekeningmu sekarang ya?" tanyanya sambil terkekeh geli. Rindy paham betul Ryan tidak pernah ambil pusing so
Wendy dikawal keluar bar oleh lima pria itu, dan mereka menabrak Ryan saat dia keluar dari taksi. "Tuan Ryan," kelima pria itu memberi hormat serentak. Ryan mengenali mereka bukan dari Eagle Squad, melainkan tim cadangan yang kebetulan sedang bertugas di sekitar ibu kota. Pantas saja mereka bisa tiba begitu cepat. Ryan mengangguk singkat, memberi isyarat agar mereka boleh pergi. Misi mereka sudah selesai, tak ada alasan untuk berlama-lama. "Kau minum?" tanya Ryan dengan nada tidak senang. Wendy, takut akan dimarahi, buru-buru menggeleng. "Tidak, tidak! Aku hanya mampir melihat-lihat saja. Sungguh, aku tidak minum sama sekali." "Baiklah, aku percaya padamu." Ryan menatapnya tenang. Wendy cepat-cepat mengalihkan topik, "Ryan, ke mana saja kau beberapa hari ini? Aku sudah beberapa kali ke tempatmu tapi hanya ada Bibi di sana." "Aku ada urusan di luar kota," jawab Ryan serius. "Tapi jangan bahas itu dulu. Ada hal penting yang harus kusampaikan padamu. Dan kau harus memberiku jawa
Pupil Lucas Ravenclaw mengecil. "Tuan, menurut penyelidikan saya, insiden itu berkaitan dengan pemuda bernama Ryan Pendragon. Tapi dia tak mungkin melakukannya sendiri. Apalagi ada gempa misterius hari itu." "Dan baru-baru ini ada petinggi Nexopolis yang diam-diam mengancam kita agar tidak mengganggu orang-orang di sekitar Ryan Pendragon. Pasti ada kekuatan besar di belakangnya. Jika tidak, mereka tak akan berani mengancam langsung." "Apa?!" Tetua Sekte Hell Blood menutup kipasnya geram. "Sekuat apapun kekuatan di belakangnya, tak akan melebihi Sekte Hell Blood! Berani mengancam murid kami, akan kukirim orang menghadapinya!" "Tuan, tidak perlu repot-repot!" sela Lucas Ravenclaw cepat. "Biar saya yang mengirim orang membawa Ryan kemari!" Orang itu tidak sesederhana yang dibayangkan para tetua. Jika mereka bergerak, pasukan Penjaga Nexopolis pasti akan turun tangan. Akan sangat merepotkan! Amarah tetua mereda mendengar usulan itu. "Baiklah, kuserahkan padamu. Jangan gagal. Anak it
Di sebuah kawasan terpencil di sudut ibu kota, mobil yang membawa Ryan berhenti. Sopir membimbingnya melalui gang panjang yang lembab dan berbau busuk dari tong sampah yang berjejer. Ryan heran mengapa lelaki tua itu memilih tempat seperti ini. Namun dia bisa merasakan beberapa pasang mata mengawasinya dari kegelapan, siap bertindak jika dia berbuat mencurigakan. "Tuan Ryan, silakan masuk." Sopir membuka pintu sebuah rumah. Di halaman, Ryan melihat lelaki tua itu duduk bersama Larry Brave dan seorang wanita muda yang asing. Wanita itu sedang memijat bahu si lelaki tua sambil bercerita riang. Matanya seperti bulan sabit, membuatnya tampak manis. Melihat Ryan, lelaki tua itu langsung berdiri dengan semangat. "Seperti yang diharapkan dari pahlawan muda! Bagus! Bagus! Bagus!" Wanita muda itu memperhatikan Ryan lebih seksama saat mendengar pujian kakeknya. Dia tidak suka melihat sikap Ryan yang tampak sombong, tanpa rasa hormat sedikitpun pada kakeknya. "Tuan Ryan, kita berte
"Kita akan memikirkan cara untuk menyelamatkan ayahmu," lanjut Larry, "dan dendam antara kamu dan Lucas Ravenclaw akan diselesaikan di arena seni bela diri!" Orang tua itu mengangguk menyetujui. "Ryan, ini adalah rencana terbaik untukmu. Kejadian waktu itu adalah perbuatan Lucas Ravenclaw untuk menghancurkan keluargmu dan membawa pergi ayahmu." Dia berhenti sejenak, lalu menambahkan dengan penekanan khusus, "Lagipula, bahkan dua praktisi dari Gunung Langit Biru tidak dapat mencampuri urusan di dalam arena duel seni bela diri. Ini adalah aturannya." Melihat Ryan yang tampak mempertimbangkan usulan itu, orang tua itu melanjutkan dengan lebih bersemangat. "Ryan, asal kau setuju, aku akan membawa ayahmu kepadamu dalam waktu tiga hari! Aku tidak akan mengingkari janjiku." Ryan menyipitkan matanya, berpikir sejenak. Di benaknya berkelebat bayangan ayahnya, juga wajah Lucas Ravenclaw yang penuh kesombongan. Setelah beberapa saat, Ryan akhirnya berkata, "Aku tidak bisa menunggu selama
Porsche itu perlahan berhenti di depan universitas. "Tuan Ryan, Lindsay memintaku untuk memberi tahu Anda bahwa ketika Anda punya waktu, pergilah ke tanah kosong itu untuk melihat-lihat." Juliana memutar tubuhnya di kursi pengemudi untuk melihat Ryan yang duduk dengan tenang di kursi belakang. Sinar matahari menerobos kaca mobil, membuat wajahnya yang cantik terlihat bersinar. Ryan yang tadinya sedang melamun tersadar kembali. Ah, masalah pendirian kembali kediaman Keluarga Pendragon di Ibu Kota–hampir saja ia melupakannya. Mengingat kesepakatan dengan lelaki tua tadi yang memberinya waktu dua hari sebelum menghadapi Keluarga Ravenclaw, ini memang waktu yang tepat untuk mengurus hal tersebut. Terlebih lagi, Theodore Crypt masih belum berhasil menyelesaikan tugasnya, dan Nisan Pedang lainnya di Kuburan Pedang belum bisa diaktifkan. Dalam situasi seperti ini, duel di arena seni bela diri memang pilihan paling bijak dibanding harus berhadapan langsung dengan seluruh kekuatan Kel
Saat itu Juliana masih termangu di tempatnya, dia berbisik lirih pada dirinya sendiri, "Tuan Ryan, andai waktu bisa diputar, aku berharap kamu jatuh cinta padaku sejak di Provinsi Riveria..." Dia baru akan menyalakan mesin ketika pintu mobilnya tiba-tiba terbuka. Dengan heran dia menatap wanita asing yang berdiri di sana. "Kamu?" Rose menatap Juliana dengan dingin. "Keluar dari mobil sekarang. Ada yang ingin kubicarakan denganmu." Sikapnya yang angkuh dan mendominasi bukanlah akting belaka, melainkan hasil dari bertahun-tahun hidup sebagai putri manja. Ketika Rose menyadari kecantikan Juliana jauh melampaui dirinya, nada suaranya menjadi semakin bermusuhan. Juliana mengerutkan kening namun tetap keluar dari mobil. "Siapa kamu? Kurasa kita tidak saling kenal. Dan aku tidak suka caramu berbicara padaku." Rose tidak menyangka akan mendapat respon seberani itu. "Aku ke sini untuk menasihatimu agar menjauhi pria itu. Pria seperti dia tidak pantas untukmu. Dia hanya memanfaatkanmu.
Albert Shroud yang tadinya percaya diri kini dipaksa mundur langkah demi langkah. Keringat dingin membasahi tubuhnya saat merasakan tekanan mengerikan dari pemuda di hadapannya. Bahkan dengan kultivasi Ranah Transcendence-nya, dia benar-benar ditekan tanpa mampu melawan!"Ya Tuhan... Apakah aku sedang bermimpi?"Salah seorang penonton mengucek matanya berulang kali, tak percaya dengan pemandangan di hadapannya. Bagaimana mungkin seorang junior bisa mendominasi pertarungan melawan ahli sekaliber Albert Shroud?"Aku tidak bermimpi!" seru praktisi lain dengan suara bergetar. "Albert Shroud benar-benar bukan tandingan Arthur! Ini kenyataan!"Diskusi seru pecah di antara para penonton. Mereka yang tadinya mencemooh Ryan kini terpaksa menelan ludah melihat dominasinya yang mencengangkan."Dua jurus! Hanya butuh dua jurus!" seorang tetua menggeleng takjub. "Jurus pertama mengalahkan teknik pedang Albert Shroud, dan jurus kedua mengalahkannya. Dalam pertempuran ini, Arthur menekan Albert S
"Muridku, aku akan memberimu gelombang kekuatan lagi. Kekuatan itu seharusnya bisa bertahan beberapa menit!""Ada beberapa orang di sini yang merupakan ancaman besar bagimu. Satu-satunya hal yang perlu kau lakukan adalah membunuh lelaki tua di depanmu dan serahkan sisanya padaku!"Ryan tertegun mendengar ini. "Guru, bukankah Anda mengatakan bahwa Anda tidak dapat mengendalikan tubuhku?""Dulu aku mungkin tidak bisa melakukan hal itu," Lex Denver tersenyum misterius, "Tapi sekarang, aku punya Pil Ilusi Archaic.""Baiklah, jangan banyak bicara. Meski aura orang tua ini kuat, dengan kekuatan yang kuberikan padamu dan hal-hal yang diajarkan penghuni kuburan pedang lainnya kepadamu, itu sudah cukup untuk menghancurkannya!"Ryan kembali fokus, matanya berkilat dengan cahaya berbeda. Dengan dukungan Lex Denver, apa yang perlu ditakutkannya?"Ilmu pedangmu tidak buruk. Sayangnya, aura pedangmu lemah dan belum menyentuh Dao Pedang!" ejek
Nona muda dari Keluarga Jirk melirik Ryan dan menghela napas dalam-dalam. Detik berikutnya, dia pergi. Saat ini, yang bisa dia lakukan hanyalah menunggu dan melihat. Bagaimanapun, jika tindakannya merugikan kepentingan Keluarga Jirk, dia tidak akan bisa memikul tanggung jawab.Shiki Seiho memandang situasi dengan wajah serius. Dia tahu bahwa anak panah sudah terpasang di busur dan harus ditembakkan. Tanpa ragu dia melangkah ke sisi Ryan."Tuan Arthur, saya akan menangani ini. Anda sebaiknya pergi dulu."Dengan begitu banyak kultivator di sini, dia tidak punya pilihan lain selain melindungi Ryan! Jika terpaksa, dia akan mengungkapkan identitasnya. Toh Brandy Shroud hanyalah seorang pemimpin paviliun cabang–apa yang perlu ditakutkan? Dia yakin Paviliun Ivoryshroud tidak akan berani berperang melawan Sekte Myriad Sword hanya demi Brandy Shroud. Bagaimanapun, Sekte Myriad Sword bukanlah faksi yang bisa dianggap
Paviliun Ivoryshroud bukanlah faksi sembarangan–mereka adalah salah satu faksi utama di Gunung Langit Biru. Jika Ryan bergabung dengan mereka, dia akan mendapat akses ke sumber daya tak terbatas. Dalam waktu singkat, dia bisa menjadi salah satu jenius paling berpengaruh di sana.Tawaran yang sungguh menggiurkan! Namun sungguh ironis, mengingat beberapa saat lalu Albert Shroud mencoba memaksa Ryan berlutut, dan kini berusaha menjerat pemuda itu. Sungguh tindakan yang memalukan!Nona Muda Jirk menggigit bibir dengan ekspresi cemas. Di satu sisi, dia ingin Ryan bergabung dengan Keluarga Jirk. Namun semua keputusan ada di tangan pemuda itu. Dia tidak memiliki kualifikasi untuk membuat keputusan untuknya.Pada saat itu, banyak sekali tatapan mata tertuju pada Ryan sambil menunggu jawabannya. Dari sudut pandang semua orang, ini adalah hal yang wajar-+tawaran bergabung dengan Paviliun Ivoryshroud bukanlah kesempat
Ryan menatap dingin pedang yang melesat ke arahnya. "Pedang Dawnbringer, keluarlah!"Meski tak bisa menggunakan Pedang Claiomh Solais, dia masih memiliki saudara kembarnya yang tak kalah hebat! Pedang Dawnbringer akan menjadi senjata pamungkasnya.Ryan memejamkan mata erat, senyum samar tersungging di bibirnya. Angin menderu kencang di sekelilingnya saat auranya terus meningkat. Setiap hembusan angin mengandung jejak niat pedang yang mematikan.WUSHHH!Pedang Dawnbringer seolah merasakan tekad tuannya, berubah menjadi seberkas cahaya merah yang membelah langit. Ryan harus melumpuhkan Floridas Kennedy–ini semua demi ayahnya yang masih terjebak di Markas Besar Sekte Hell Blood!JLEB!Dalam sekejap mata, Pedang Dawnbringer menembus tubuh Floridas Kennedy tepat di bagian dantian. Darah segar mengucur deras membasahi tanah. Dengan hancurnya dantian, kehidupan Floridas Kennedy sebagai k
Ryan mengamati perubahan lawannya dengan dahi berkerut. Aura Floridas Kennedy terus meningkat melampaui tahap Ranah Transcendence tengah. "Arthur Pendragon, ini adalah jalan terakhirku," teriak Floridas Kennedy. "Kaulah yang memaksaku ke dalam keadaan ini. Aku dan Sekte Hell Blood bukanlah sesuatu yang bisa dipermalukan oleh semut sepertimu!"Bibir Ryan melengkung membentuk senyum samar. Tanpa ragu dia mengaktifkan jurus andalannya."Teknik Pedang Tak Terbatas…"Suhu di arena mendadak turun drastis. Embun beku mulai menutupi tanah sementara kristal-kristal es berputar mengelilingi pedang spiritual Ryan."Tebasan Es Surgawi!"Dengan satu teriakan lantang, Ryan mengayunkan pedangnya. Wajah para penonton memucat melihat kekuatan serangan itu. Bahkan Brandy Shroud yang mengawasi dari ketinggian pun tak bisa menyembunyikan keterkejutannya.Mungkinkah Arthur Pendragon benar-benar seorang ahli Ranah Transcendence? Dan lebih mengejutkan lagi, dia bisa menggunakan kekuatan sedahsyat ini di
Di samping Shiki Seiho, Nona Muda Jirk bahkan lebih bersemangat. Matanya berbinar-binar mengamati sosok Ryan yang bergerak dengan elegan di arena pertarungan. Jantungnya berdegup kencang setiap kali melihat senyum tipis tersungging di bibir pemuda itu."Arthur Pendragon benar-benar memberi kejutan besar!" bisiknya pada diri sendiri. Baginya, semua harta di Paviliun Ivoryshroud tak ada artinya dibandingkan sosok menawan itu.Dalam hati, gadis itu telah memutuskan bahwa Keluarga Jirk harus memenangkan hati Ryan dengan cara apapun. Dia tidak akan membiarkan pemuda istimewa ini lepas begitu saja.Sementara itu, seratus meter dari arena pertarungan, tepatnya di lantai enam Paviliun Ivoryshroud, sekelompok tetua tengah mengamati dengan serius. Mereka semua adalah sosok yang sangat dihormati di paviliun tersebut.Di tengah kelompok itu, seorang lelaki tua berpakaian bordir berdiri dengan tangan terlipat di belakang punggung. Ekspresinya serius saat mengamati pertarungan di bawah. Diala
"Arthur Pendragon, pergilah ke neraka!" raung Floridas Kennedy dengan ekspresi ganas yang nyaris gila. Matanya memerah penuh kebencian. Mengapa semuanya menjadi seperti ini? Dia tidak bisa menerima kenyataan bahwa seorang junior berani mempermalukannya!Namun Floridas Kennedy tidak akan menyerah tanpa perlawanan. Di tengah suara siulan tajam pedang, sinar dingin melesat menembus udara menuju organ vital Ryan. Niat membunuh yang mencekam membuat para penonton menahan napas."Tuan Arthur, hati-hati!" Shiki Seiho berteriak panik sambil bersiap mengambil tindakan.Ryan melirik sekilas ke arah Shiki Seiho. "Kamu tidak perlu melakukan apa pun," ucapnya tenang.Beberapa bulan lalu, Ryan mungkin akan berada dalam bahaya menghadapi serangan mendadak seperti ini. Namun keadaan sekarang sudah sangat berbeda.KLIK!Dengan satu gerakan halus, Ryan menghunus pedang spiritual yang dimenangkannya dalam pelelangan. Dalam hal teknik pedang, bagaimana mungkin Sekte Hell Blood bisa dibandingkan deng
"Dia mungkin tidak takut pada Arthur Pendragon, tetapi pada lelaki tua di sampingnya dan nona muda dari Keluarga Jirk. Dia mungkin tidak bisa menghadapi mereka bertiga sendirian," salah seorang kultivator berkata sambil menyipitkan mata menganalisis situasi."Begitu ya! Namun, Arthur Pendragon baru saja menerobos, dan auranya mungkin masih belum stabil. Apakah sesuatu akan terjadi padanya?""Arthur Pendragon juga tidak mudah dihadapi. Akan ada pertunjukan yang bagus." Kultivator lain menambahkan dengan nada antusias. "Namun, karena mereka berdua telah meninggalkan Platform Konsentrasi Spirit, apakah Paviliun Ivoryshroud akan ikut campur jika mereka bertarung di sini?"Para penonton menghirup udara dingin dengan mata melebar antisipasi saat merasakan aura dahsyat yang menyebar dari kedua petarung. Arthur Pendragon jelas dalam bahaya!Jika kebanyakan kultivator tampak gembira menyaksikan pertarungan ini, suasana hati Shiki Seiho dan nona muda Jirk justru sebaliknya. Meski bakat Ryan s