Ini adalah bab kedua hari ini. satu Bab terakhir akan othor rilis malam seperti biasanya. Selamat Membaca (◠‿・)—☆ Bab Bonus: 2/3 Bab Bab Reguler: 2/2 Bab (Komplit)
Semua daftar–dari perekrutan pembunuh, target buruan, sistem hadiah, hingga foto Ryan–lenyap tak berbekas. Yang ada hanya dua pengumuman besar: [Mulai hari ini dan seterusnya, Ordo Hassasin tidak akan lagi menerima misi pembunuhan apapun. Semua misi sebelumnya dibatalkan, dengan pengembalian dana penuh.] [Mulai sekarang, Ordo Hassasin tidak ada lagi. Semua pembunuh akan berada di bawah kendali langsung Guild Round Table, dan ketua Guild Round Table akan mengambil alih kepemimpinan!] Jackson Jorge merasakan ada sesuatu yang salah dan bertanya dengan kerutan di dahinya, "Ada apa?" Pria kurus itu menyerahkan tablet sambil menunduk hormat, "Tuan Jackson, lihatlah sendiri." Jackson Jorge mengambil tablet tersebut dan membaca isinya dengan seksama. Pupil matanya perlahan mengecil, sementara ekspresinya berubah aneh. Dia membaca ulang beberapa kali untuk memastikan penglihatannya tidak salah. 'Apa yang sedang dimainkan Ordo Hassasin?' batinnya. Organisasi pembunuh paling ditakuti di
Universitas Negeri Riverdale, pukul sepuluh pagi. Ryan membuka mata, tersadar dari kultivasinya. Auranya kini dipenuhi kekuatan yang jauh lebih dahsyat dari sebelumnya. Terobosannya telah berhasil. 'Meski begitu, masih ada jarak yang cukup jauh sebelum aku bisa mencapai ranah Golden Core,' pikirnya sambil tersenyum tipis. Golden Core adalah tingkatan utama di atas ranahnya saat ini. Orang biasa mungkin butuh waktu puluhan tahun untuk mencapai ranah ini. Ryan teringat saat Xiao Yan mengatakan bahwa Nexopolis adalah kesempatannya. Waktu itu ia hanya mencibir dalam hati, tapi ternyata perkataan itu benar. Jika dirinya masih berada di Gunung Langit Biru, mustahil baginya untuk berkembang secepat ini. Ia mungkin masih terjebak di ranah Qi Gathering. Tok tok tok! Suara ketukan di pintu membuat Ryan tersenyum. Tanpa perlu menebak, dia tahu itu pasti Wendy. Ketika pintu terbuka, sosok anggun Wendy muncul mengenakan pakaian profesional rapi. Di tangannya ada dua buku pelajaran.
Peter Carter menjelaskan dengan nada bangga. "Yang perlu kau lakukan sekarang adalah memadatkan rune kehidupanmu sendiri. Setelah berhasil melakukannya, barulah kau layak melangkah di jalan Dao Jimat Spiritual!" Saat suara Peter Carter terus menggema, rune-rune kuno yang mengelilingi Ryan mulai bergerak. Satu per satu, mereka melayang masuk ke dalam pikiran Ryan, menciptakan sensasi aneh namun tidak menyakitkan. Ryan perlahan duduk bersila, membiarkan rune-rune itu meresap ke dalam kesadarannya. Ia bisa merasakan setiap rune membawa pengetahuan dan pemahaman yang berbeda. "Rune-rune yang memasuki pikiranmu adalah rune yang telah ada sejak zaman kuno," Peter Carter menjelaskan sambil mengaitkan kedua tangan di belakang punggung. "Rune kehidupanmu seharusnya ada di antara mereka. Mari kita lihat rune mana yang bisa kau padatkan." Sejujurnya, Peter Carter tidak menaruh harapan terlalu tinggi. Tingkat kultivasi Ryan masih terlalu rendah. Memadatkan satu dari puluhan ribu rune k
"Tuan Ryan, saya sudah tiba di Danau Yue, di utara universitas," ujar Conrad Max dari ujung telepon. Ryan sedikit terkejut mendengarnya. "Meski mereka bilang pintu akan dibuka jam 12 malam, saya khawatir mereka akan mengubah rencana di menit-menit terakhir," jelas Conrad Max. "Saat ini saya bisa merasakan fluktuasi kuat dari formasi di dasar danau. Kemungkinan besar pintu masuk Penjara Catacomb akan segera terbuka." "Kalau begitu aku akan ke sana sekarang," jawab Ryan tenang. "Lakukan saja tugasmu. Aku akan mengawasi dari tempat tersembunyi dan menunggu waktu yang tepat untuk bertindak." "Baik, Tuan–" Suara Conrad Max tiba-tiba terputus. Ryan mendengar suara listrik berderak, dan langsung tahu sesuatu telah terjadi! Tanpa ragu, Ryan melompat dari balkon. Energi qi mengalir ke kakinya saat dia mendarat mulus di tanah, lalu bergegas menuju Danau Yue. Ryan tidak menyadari, saat dia mendarat, sepasang mata indah menatapnya penuh keterkejutan dari belakang. Wendy berdiri terpaku d
Elodie Blanc bertepuk tangan sekali dan berkata lantang, "Keluarlah!" Seketika, permukaan danau yang tenang mulai beriak. Air tersibak ke segala arah! Splash! Lebih dari selusin sosok melompat keluar dari dalam danau dan berlutut di hadapan Elodie Blanc dengan gerakan serempak. "Salam, Nyonya!" seru mereka bersamaan. Pupil mata Conrad Max mengecil melihat pemandangan itu. Dia mengerti sekarang–Elodie Blanc telah mempersiapkan segalanya dengan matang. Pertemuan di Danau Yue bukan hanya untuk membuka Penjara Catacomb, tapi juga jebakan untuk membunuh Tuan Ryan! Ini pasti pembalasan dendam karena Ryan telah menghancurkan formasi mereka. "Conrad Max," Elodie Blanc tersenyum meremehkan, "menurutmu apakah aku dan anak buahku bisa menghentikan Tuan Ryan kesayanganmu itu?" Nada bicaranya penuh penghinaan dan kesombongan. Seandainya dia ada di universitas saat formasi itu dihancurkan, hal ini tidak mungkin terjadi. Kini dia yakin bisa membunuh Ryan dengan mudah. Conrad Max melir
Begitu Elodie Blanc selesai memberi perintah, selusin sosok berpakaian hitam bergegas keluar sambil menghunus senjata mereka. Kilatan dingin dari berbagai jenis pedang dan golok memantulkan cahaya bulan yang redup.Ryan berdiri tenang di tempatnya, bahkan tanpa mengangkat tangan. Ekspresinya tetap datar seolah menghadapi gerombolan anak kecil.Tepat ketika para penyerang hendak mencapainya, Ryan akhirnya bergerak!Dengan satu langkah maju yang mantap, dia meraung sambil melayangkan pukulan dahsyat. Energi qi dalam dantiannya mengalir deras ke tinjunya bagai air bah. Ledakan tumpul bergema di udara malam. Meski pukulannya tampak sederhana, kekuatan yang terpancar darinya sungguh mengerikan.TRANG! PRANG!Senjata-senjata yang diacungkan para ahli itu seketika terpelintir dan patah, berjatuhan ke tanah dengan bunyi berdenting memilukan. Para pemimpin barisan depan terbelalak ngeri saat menyadari situasi berbahaya yang mereka hadapi. Mereka panik berusaha mundur, namun terlambat.BOOM
Senyum angkuh di wajah Elodie Blanc lenyap saat melihat Ryan dengan mudah menangkis serangannya dan muncul di hadapannya. "Bagaimana mungkin..."Serangannya yang seharusnya mematikan tidak hanya gagal membunuh "semut" ini, tapi juga bisa ditepis begitu saja. Padahal dengan formasi yang ada, Ryan seharusnya tidak bisa menggunakan kekuatan bela diri sama sekali.Namun sebelum dia sempat mencerna apa yang terjadi, tangan Ryan sudah meraih dan mencekik lehernya dengan kuat! Sambil mengangkat tubuh Elodie Blanc, Ryan membantingnya ke arah pohon raksasa terdekat."TIDAK!" Elodie Blanc berteriak panik."Aku memberimu kesempatan, tapi kau tidak menghargainya," suara Ryan dingin dan tanpa emosi.BOOM!Tubuh Elodie Blanc menghantam batang pohon dengan keras hingga retakan muncul di batang pohon tua itu. Darah segar menyembur dari mulutnya.Meski lawannya seorang wanita, Ryan tidak menunjukkan belas kasihan. Siapapun yang menghalangi jalannya harus menerima konsekuensinya.Elodie Blanc berus
Ryan melirik jam sekilas lalu melambaikan tangan. Jarum-jarum perak tercabut dari tubuh Elodie Blanc dan menancap ke pohon di dekatnya.Elodie Blanc menghela nafas lega, namun matanya dipenuhi ketakutan saat menatap Ryan. Dengan tangan gemetar dia mengeluarkan sebuah liontin giok, lalu berjalan tertatih menuju Danau Yue."Pintu masuk Penjara Catacomb ada di dasar danau," ujarnya lemah. "Ikutlah denganku."Ryan mengikuti sambil tetap waspada, merasakan ada yang janggal. Conrad Max bergegas ke sisinya."Tuan Ryan, apapun yang terjadi, berhati-hatilah.""Ya."Elodie Blanc berdiri di atas batu tepi danau. Dengan satu tangan yang masih berfungsi, dia mulai membentuk segel dengan gerakan jari yang semakin cepat. Cahaya-cahaya redup menari di sekeliling ujung jarinya.Kemudian dia melemparkan liontin giok dan meneteskan satu tetes esensi darahnya. Saat esensi darah mengenai liontin, ledakan energi dahsyat terjadi!Danau Yue mendadak melebar hingga dua kali lipat ukuran aslinya. Di dasar dan
"Kepala sipir, kau..."Sebelum William Pendragon menyelesaikan ucapannya, Yamamoto Yuto sudah melesat maju dengan kecepatan yang mustahil ditangkap mata biasa. Energi qi yang pekat menyelimuti tangannya saat dia mencengkeram leher William Pendragon dengan brutal. Amarah yang telah lama terpendam membuatnya ingin segera menghabisi nyawa pria lemah di hadapannya ini.Namun di tengah gelombang kemarahannya, secercah kesadaran masih tersisa dalam benak Yamamoto Yuto. Dia menyadari bahwa membunuh sandera bukanlah langkah yang bijak saat ini. Tanpa William Pendragon dan Eleanor Jorge, dia tidak punya cara untuk mengancam dan menekan Ryan. Dengan dengusan dingin yang penuh penghinaan, Yamamoto Yuto membanting tubuh William Pendragon ke dinding sel berkali-kali, memastikan setiap hantaman cukup menyakitkan namun tidak sampai membunuh."Uhuk! Uhuk!" William Pendragon terbatuk-batuk, darah segar mengalir dari sudut b
Ryan telah menerima banyak pengetahuan tentang Dao Jimat Spiritual dari Peter Carter. Ia paham betul efek dan risiko dari berbagai jenis jimat, termasuk efek sampingnya yang berbahaya. Namun saat ini, Ryan tidak punya pilihan lain. Energi qi nyaris habis, sementara dia harus menyelamatkan kedua orang tuanya bagaimanapun caranya.Peter Carter menghela napas panjang. Sebuah jimat spiritual berwarna hitam kemerahan melesat keluar dari jarinya dan memasuki pikiran Ryan. Seketika itu juga, kekuatan jimat iblis menyebar ke seluruh tubuh Ryan. Matanya berkilat merah dengan niat membunuh yang tak terbendung.Yamamoto Yuto merasakan perubahan aura Ryan. Dia segera mengirim transmisi suara pada tetua berjanggut di sampingnya."Ada yang tidak beres dengan anak ini. Bantu aku menghentikannya. Jika kita bisa membawa William Pendragon dan Eleanor Jorge sebagai sandera, kita masih punya kesempatan."Tetua berjang
Di saat para tetua panjara Catacomb lainnya berdiskusi, Tetua Dominique Blanc mengeluarkan setetes darah dan mengaktifkan rune kehidupannya. Meski kekuatan bela diri bukan keahliannya, dia sangat mahir dalam segel, jimat dan formasi. Dia bahkan pernah berguru pada ahli jimat di Gunung Langit Biru, itulah yang membuatnya sekuat sekarang.Sepanjang hidupnya, hanya para kultivator tingkat atas yang bisa memaksanya menggunakan rune kehidupan. Ini ketiga kalinya dia menggunakannya. Dan kini dia terpaksa menggunakan teknik pamungkasnya melawan seorang kultivator Foundation Establishment! Sungguh memalukan seorang semut bisa memaksanya sejauh ini."Aku tidak percaya kau bisa bertahan hidup!" raungnya murka. "Kau telah menyakiti putriku, jadi akan kucabik-cabik tubuhmu!"Matanya merah menyala saat lengannya bergetar hebat. Rune kehidupan melepaskan sinar pedang yang langsung melesat ke arah Ryan.Bibirnya melengkung membentuk senyum mengejek. Dalam hatinya, kematian Ryan sudah dipastikan
Begitu memasuki Penjara Catacomb, Ryan langsung disambut cahaya redup dan aura dingin yang menusuk. Saat kakinya menginjak lantai, puluhan niat membunuh langsung terfokus padanya.Di hadapannya terbentang lorong lebar sekitar lima sampai enam meter. Ujung lorong tak terlihat dalam kegelapan, namun samar-samar terdengar teriakan dari dalam sana.Niat membunuh yang kuat menguar dari kegelapan. Tiba-tiba tepuk tangan mengejek terdengar bersamaan dengan menyalanya lampu-lampu di sekitar.Ryan terkejut mendapati puluhan sosok memenuhi koridor, dipimpin beberapa pria tua beraura kuat. Yang paling mencolok adalah seorang lelaki tua berwajah bijak, melangkah maju menatapnya penuh minat."Bocah kurang ajar, tahukah kau apa artinya berani menerobos Penjara Catacomb?" tanyanya dengan nada mengancam.Ryan mengamati orang-orang di hadapannya. Tak ada yang lebih mengesankan dari lelaki tua ini–jelas dialah pemimpinnya."Siapa kau?" tanya Ryan tenang sambil mengayunkan Pedang Suci Caliburn perla
Suara alarm yang bergema hingga ke sudut terdalam penjara membuat para tahanan bersemangat. Bertahun-tahun mereka terkurung di sini tanpa perubahan, hari-hari berlalu dalam kebosanan tanpa akhir.Alarm ini pertanda sesuatu besar sedang terjadi. Teriakan penuh harap bergema dari sel ke sel–mungkin ini kesempatan mereka untuk bebas!Di salah satu sel, Eleanor Jorge dan William Pendragon berpelukan dalam diam. Mereka menunggu dengan tenang, namun jantung keduanya berdebar kencang."William," Eleanor Jorge berbisik cemas, "perasaan aneh ini semakin kuat." Air mata mengalir tanpa dia sadari.William Pendragon tersenyum lembut, kerutan di sudut matanya terlihat jelas. "Jangan khawatir, sayang. Bahkan jika langit runtuh, aku akan tetap di sini menopangmu. Ingat saat Keluarga Jorge ingin membawamu pergi? Aku melindungimu dengan nyawaku sendiri."Eleanor Jorge membalas senyumnya. "Kau memang bodoh waktu itu. Hanya orang biasa tapi berani melawan praktisi-praktisi top Keluarga Jorge." Dia terd
Peter Carter terdiam sejenak. Dia lalu melanjutkan, "Jangan tunda lebih lama. Aku merasakan kehadiran kuat yang sedang mendekat kemari."Ryan merasakan kekuatan baru mengalir deras dalam tubuhnya. Seringai dingin tersungging di bibirnya."Aku ingin lihat siapa yang berani menghentikanku!" serunya lantang. "Bloodthirsty Slash!"Serangan mematikan melesat bagai komet di langit malam, menghantam pintu masuk tanpa ampun.BOOM!Ledakan dahsyat mengguncang area itu. Gelombang kejut yang kuat menyapu ke segala arah, mengoyak kabut darah yang menghalangi.Mata Ryan berbinar penuh tekad saat ia kembali menyerang. Meski setiap tebasan Pedang Suci Caliburn berhasil mengoyak kabut darah, formasi pertahanan itu pulih dengan cepat seolah tak terjadi apa-apa."Hancurlah!" Ryan menggeram. Pedang di tangannya bergerak bagai kilat, melancarkan serangan bertubi-tubi. Ledakan demi ledakan menggelegar bagai guntur di langit malam. Angin kencang berputar mengelilingi danau, menciptakan pusaran angin ya
Di arena duel ibu kota, platform yang tadinya kokoh kini nyaris hancur total. Pertarungan sengit telah berlangsung selama sehari semalam penuh di sana.Jackson Jorge akhirnya turun dari arena dengan napas terengah. Aura kekerasan masih terpancar dari tubuhnya–dia tampak seperti berada di ambang terobosan. Meski darah mengalir dari sudut bibirnya, senyum kemenangan terukir di wajahnya."Tuan Jackson," pria kurus yang setia menunggu segera menyodorkan handuk hangat.Jackson Jorge baru hendak menyeka wajahnya ketika merasakan getaran aneh di bawah kakinya. Getaran itu semakin lama semakin kuat."Apa yang sebenarnya terjadi di ibu kota?" tanyanya dengan dahi berkerut. Saat bertarung tadi, fokusnya terpusat penuh pada lawan hingga tak menyadari getaran ini."Tuan Jackson," jawab si pria kurus, "Biro Inspeksi Gempa baru saja mengumumkan gempa 5,6 SR. Tapi anehnya, pusat gempa terdeteksi di...""Di mana?""Di Universitas Negeri Riverdale, Tuan."Mata Jackson Jorge menyipit mendengar inform
Di sebuah sel kecil jauh di dalam penjara, Eleanor Jorge mondar-mandir dengan gelisah. Getaran tanah yang terus berlangsung membuat jantungnya berdebar kencang. Semua perabot di sel telah jatuh berantakan.William Pendragon segera menghampiri dan memeluk istrinya. "Sayang, tenanglah. Mungkin hanya gempa bumi di ibu kota yang dampaknya sampai ke sini."Eleanor Jorge menggeleng. "Bukan itu yang kukhawatirkan. Firasatku mengatakan Ryan ada di luar sana." Matanya berkaca-kaca. "Getaran ini... seperti dia sedang mengetuk pintu. Aku bahkan bisa merasakan rasa sakitnya. Apakah menurutmu dia mencoba membebaskan kita?"William Pendragon terdiam dengan ekspresi rumit. Sejak masuk penjara ini, dia mulai memahami betapa mengerikannya Penjara Catacomb. Para praktisi bela diri top Nexopolis saja tidak berdaya di sini, apalagi Ryan?Terlebih, mereka bahkan belum tahu pasti apakah Ryan masih hidup. Sebelum insiden
Semua orang merasakan ada sesuatu yang salah. Udara di sekitar mereka bergetar, seolah ada kekuatan besar yang siap meledak."Mundur cepat!" teriak salah satu tetua dengan wajah panik.BOOM!Seluruh Penjara Catacomb berguncang hebat, seakan diguncang gempa bumi dahsyat. Getaran menyebar ke segala arah, membuat para tetua bergegas mundur mencari tempat aman. Namun Tetua Dominique Blanc yang terluka parah tidak bisa bergerak cepat. Tubuhnya langsung terpental menabrak dinding dengan keras."Uhuk!" darah segar kembali menyembur dari mulutnya. Kondisinya kini benar-benar menyedihkan.Putrinya, Elodie Blanc, bahkan mengalami nasib lebih buruk. Saat berada dekat pintu masuk, punggungnya terhantam puing-puing yang berjatuhan. Darah mengucur deras, membasahi pakaiannya yang kini compang-camping."Elodie!" teriak Tetua Dominique Blanc panik melihat putrinya terluka. Dia