Siang semuanya <( ̄︶ ̄)> apakah di tempat kalian mendung? di tempat othor petir menyambar-nyambar terus nih( ╹▽╹ ) Dan ada kabar baik nih, ternyata othor salah baca Chat. Othor hanya disarankan menamatkan di bab 500an, tapi kalau mau lanjut terserah, wkwkwkwk jadi, othor akan tetap menggunakan alur plot yang othor sudah rencanakan sejak awal. tapi di sisi lain, othor juga akan tetap membuat novel baru untuk tahun depan. othor ada 2 ide cerita. cerita pertama tentang kaisar surgawi yang menjadi seorang ayah rumah tangga. sementara cerita kedua mengenai perjalanan lahirnya Dewa Perang, dari mantan pensiunan muda militer menjadi polisi lalu lintas hingga menjelma menjadi Dewa perang yang ditakuti banyak negara. entah cerita mana yang akan di terima, yang pasti keduanya tidak harem kali ini, wkwkwkwk(≧▽≦) Selamat Membaca (◠‿・)—☆ Bab Bonus: 2/6 Bab
Ryan sedikit terkejut dengan hal ini. Bagi seseorang yang memiliki prestasi seperti itu dalam bidang pengobatan dan seni bela diri, Conrad Max dapat dianggap sangat berbakat. Kehadirannya di acara pembuatan pil ini menunjukkan betapa pentingnya peristiwa tersebut. Kerumunan secara otomatis terbelah memberi jalan, mengingatkan Ryan pada lautan yang terbelah oleh Nabi Musa. Conrad Max melangkah dengan anggun menuju panggung, auranya mengintimidasi namun tetap terhormat. Setiap langkahnya dipenuhi wibawa, membuat semua mata tak lepas mengikuti gerakannya. Begitu tiba di atas panggung, Conrad Max membungkuk memberi hormat pada para tamu undangan. "Saya selalu memimpikan untuk memberikan kontribusi berarti bagi dunia seni bela diri," ujarnya dengan suara yang jernih dan kuat. "Namun selama bertahun-tahun, selain menyelamatkan beberapa nyawa, saya belum melakukan sesuatu yang benar-benar signifikan. Meski pernah mengalami kegagalan, Ikatan Dokter-Alkemis Nexopolis telah berhasil
Prediksi spesifik itu membuat kerumunan gempar. Tak ada yang pernah berani memperkirakan waktu ledakan kuali dengan presisi seperti itu!"Baiklah!" Conrad Max mendesis murka. "Jika Tuan Lazarus berhasil, kau akan berlutut di Lembah Pengobatan selama tiga hari tiga malam!""Grandmaster Lazarus, silakan dimulai!"Bel berbunyi menandai dimulainya proses pembuatan pil. Lazarus melirik Ryan dengan tatapan mengejek sebelum mulai bekerja. Tangannya menari lincah di atas panel kontrol sambil menuangkan cairan ke dalam kuali.Api membumbung tinggi dan suhu meningkat drastis. Kerumunan bersorak melihat kelancaran prosesnya."Kau tidak selevel dengannya tapi berani mengkritik?" seorang wanita pirang mencibir Ryan. "Dasar bajingan tengik! Kalau terjadi sesuatu pada Tuan Lazarus, kau yang tanggung jawab!" ancam lainnya.Ryan mengabaikan cercaan itu. Banyak orang diam-diam mengaktifkan timer, m
Ledakan dahsyat mengguncang alun-alun. Api membumbung tinggi ke langit, percikan-percikan api beterbangan bagai hujan meteor mini. Tanah bergetar hebat seolah gempa melanda.Begitu debu dan asap mulai mereda, pemandangan mengerikan terungkap–kuali alkimia hancur berkeping-keping, panel kendali luluh lantak tak berbentuk. Api masih menjilat-jilat di beberapa tempat, menyebarkan bau menyengat ke seluruh penjuru.Orang-orang refleks melirik timer di ponsel mereka... 43 detik tepat! Tidak lebih, tidak kurang!Keheningan total menyelimuti alun-alun. Bahkan suara napas pun terdengar dalam keterkejutan yang luar biasa. Prediksi Ryan menjadi kenyataan dengan akurasi yang mengerikan!"Bagaimana mungkin?" bisik-bisik mulai terdengar. Semua mata tertuju pada Ryan, dipenuhi campuran ketakjuban dan ketakutan. Juliana membuka mulutnya tak percaya. Dari semua skenario yang ia bayangkan, ini sa
'Ini luar biasa,' batin Ryan kagum. 'Dengan tanaman-tanaman ini, aku bisa membuat pil-pil yang jauh lebih kuat.' Tanpa sadar, langkah Ryan terhenti di tengah jalan. Matanya menyapu sekeliling, mengamati setiap detail tanaman obat di hadapannya. Melihat Ryan berhenti, Juliana Herbald bertanya penasaran, "Tuan Ryan, apakah Anda menyukai bunga dan tanaman ini?" Ryan menggeleng pelan. "Ini bukan sekadar bunga dan tanaman," ujarnya serius. "Semuanya adalah harta karun. Jika kamu menjualnya kepada seseorang yang ahli di bidangnya, mungkin harganya akan lebih mahal daripada kekayaan gabungan semua keluarga besar di Provinsi Riveria." Juliana Herbald tercengang mendengar pernyataan itu. Di menatap Ryan tak percaya, bertanya-tanya apakah pemuda ini sedang bercanda. Namun ekspresi serius di wajah Ryan menunjukkan bahwa ia tidak main-main. "Tuan Ryan memiliki penglihatan yang tajam," sebuah suara hangat terdengar dari belakang mereka. "Sepertinya saya tidak salah. Tuan Ryan benar-benar t
Lima menit kemudian, Ryan dan Conrad Max tiba di ruang alkimia. Pintu berat berderit terbuka, memperlihatkan ruangan luas yang dipenuhi aroma herbal yang menenangkan. Di tengah ruangan, sebuah tungku besar berdiri angkuh, permukaannya berkilau memantulkan cahaya lampu. Ryan melangkah masuk, matanya menyapu sekeliling dengan ketertarikan yang nyata. Ia bisa merasakan energi spiritual yang kuat mengalir di udara–jelas ruangan ini telah digunakan untuk aktivitas alkimia berkali-kali. "Tuan Ryan, apakah ini cukup?" tanya Conrad Max, nada suaranya dipenuhi keraguan. Ryan mengangguk singkat. Tanpa berkata-kata, ia mendekati tungku di tengah ruangan. Telapak tangannya menyentuh permukaan logam yang dingin, merasakan getaran samar energi yang tersimpan di dalamnya. 'Kualitas tungku ini tidak buruk,' batin Ryan. 'Mungkin tidak sebaik yang ada di Gunung Langit Biru, tapi cukup untuk membuat pil tingkat tinggi.' Matanya beralih pada tanaman obat yang tersusun rapi di meja samping.
Ryan terdiam sejenak, matanya menyipit penuh perhitungan. Tanpa peringatan, ia menepuk lengan Conrad Max. Energi qi-nya mengalir deras, menjelajahi tubuh pria tua itu. Begitu mencapai dahi Conrad Max, Ryan bisa merasakan kekuatan dahsyat yang mendorong energi qi-nya kembali. Matanya melebar saat menyadari keberadaan segel kuat di tubuh Conrad Max. 'Segel ini... bukan dari Nexopolis,' batin Ryan terkejut. 'Ini dari Puncak Langit Biru!' Ia memejamkan mata, berkomunikasi secara mental dengan lelaki tua berjubah hitam di nisan pedang ketiga Kuburan Pedang. "Senior, bisakah kamu membuka segel orang ini?" Kabut hitam pekat membumbung tinggi, dan sosok lelaki tua berjubah hitam muncul di Kuburan Pedang. Matanya yang tajam melirik Conrad Max sebelum mencibir, "Aku tentu saja bisa menghancurkan segel sampah ini, tetapi itu akan menghabiskan sebagian kekuatanku. Namun, peringatannya adalah, jika aku menghancurkan segel ini, pihak yang memasang segel itu mungkin akan menyadarinya." Rya
Bisik-bisik ketakutan mulai menyebar di antara kerumunan yang berkumpul di tanah lapang. Spekulasi bermunculan, mencoba menebak siapa gerangan sosok mengerikan yang mampu mengendalikan kekuatan alam seperti ini. "Mungkinkah ada ahli baru yang muncul di Provinsi Riveria?" tanya seorang pria paruh baya, matanya menyipit menatap kilatan petir di langit. "Atau mungkin..." suara lain menyahut ragu, "...salah satu tetua kita akhirnya memutuskan untuk menunjukkan kekuatan sejatinya?" Sementara itu, pasukan Departemen Penanggulangan Bencana Supranatural Nexopolis yang baru tiba di lokasi mengerutkan kening dengan wajah serius. Mereka telah terlatih menghadapi berbagai situasi darurat, namun fenomena seperti ini jelas di luar kemampuan mereka. "Kapten," salah satu anggota pasukan berbisik pada pemimpinnya. "Haruskah kita melakukan evakuasi?" Sang kapten menggeleng pelan. "Belum. Kita tunggu perintah dari atasan. Untuk saat ini, pastikan tidak ada warga sipil yang mendekati area ini."
"Aku sudah menunggu sangat lama sekali," ujar si lelaki tua dengan nada dingin. "Apakah kalian benar-benar tidak akan memberitahuku? Apakah kamu benar-benar ingin tinggal di sini selamanya?" William Pendragon mendengus keras. "Sudah kubilang, aku tidak tahu apa-apa. Kalau kau mau memenjarakanku, penjarakan saja aku. Bahkan jika kita tinggal di sini selama puluhan tahun, kita tidak punya apa-apa untuk dikatakan!" "Pokoknya, kami sekarang hidup seperti mayat berjalan," lanjutnya dengan nada menantang. "Kalau kau mau membunuh kami, silakan saja. Kalau kau mau menyiksa kami, silakan saja." Lelaki tua itu menggeleng, tatapannya beralih pada Eleanor Jorge. "Nona Eleanor, Anda adalah putri berharga keluarga Jorge. Anda pasti sangat menderita di Penjara Catacomb ini. Selama Anda setuju untuk memberi tahu saya, saya dapat menyetujui semua persyaratan Anda." Eleanor menatap suaminya dengan mata berkaca-kaca. "Aku rela menderita bersamanya," ujarnya lembut. "Lagipula, kita berdua tidak punya
"Muridku," suaranya bergema dalam kekosongan, "di dunia ini terdapat 3000 Dao Besar dan Dao Kecil yang tak terhitung jumlahnya! Sepanjang hidupku, aku menekuni Dao Pembantaian dan niat pedang."Pedang Suci Caliburn berdengung di tangannya, beresonansi dengan kata-katanya. "Pedang adalah raja dari segala senjata. Baik untuk menyerang maupun bertahan, tak ada yang menandinginya!""Pedang Pembelah Langit yang akan kuwariskan padamu memiliki tiga jurus. Setiap jurus mengandung hukum Dao Agung yang kusempurnakan. Jika kau memiliki kekuatan yang cukup, teknik ini mampu menghancurkan langit itu sendiri!""Itulah mengapa ia dinamakan Pedang Pembelah Langit!"Lelaki tua itu mengacungkan Caliburn tinggi-tinggi. Niat pedang yang terpancar darinya begitu pekat hingga membuat udara bergetar. Ryan bahkan bisa merasakan jantungnya berdegup kencang hanya dengan menatapnya."Jurus pertama–Naga Membelah Langit!" Pedang di tangannya bergerak bagai kilat, menciptakan bayangan naga raksasa yang meraung
Sebagai kultivator yang baru mengenal enam ranah–Body Tempering, Qi Gathering, Foundation Establishment, Golden Core, Nascent Soul, dan Heavenly Soul–Ryan paham betul besarnya kesenjangan kekuatan mereka.Setiap ranah terbagi menjadi sembilan tingkat. Dan kini, sebagai kultivator Foundation Establishment, ia harus menghadapi praktisi ranah Nascent Soul!'Bagaimana mungkin aku bisa menang?' batinnya frustrasi.Seolah membaca pikirannya, lelaki tua itu melepaskan sinar pedang ke arah kepala Ryan. Dalam sekejap ia telah muncul di hadapan pemuda itu."Kau ingin tahu mengapa aku menggunakan ranah yang jauh lebih tinggi?" suaranya dalam dan berat. "Akan kuberitahu!""Dao Pembantaian berada di ambang hidup dan mati," lelaki tua itu melanjutkan dengan nada serius. "Dengan teknik ini, kau bahkan bisa membunuh mereka yang jauh lebih kuat darimu!"Dia menghentakkan pedangnya, menciptakan gelombang tekanan yang membuat Ryan terhuyung. "Jika kau mampu bertahan dari seranganku, kelak saat menghadap
Di sebuah bangunan megah nan misterius di Ibu Kota, Lucas Ravenclaw duduk dengan tenang sembari menyeka pedangnya yang berwarna merah darah. Pedang itu berpendar dengan energi qi yang tak kalah kuat dari Pedang Suci Caliburn.Meski tak melepaskan aura apapun, kehadirannya saja sudah menciptakan tekanan berat yang membuat orang biasa kesulitan bernapas.Di hadapannya, seorang lelaki tua berambut putih berlutut dengan tubuh gemetar. "Tuan Lucas, saya telah menyelidiki orang-orang yang mengikuti Anda hari ini. Mereka berasal dari Provinsi Riveria, namun asal-usul sebenarnya masih belum jelas.""Heh," Lucas Ravenclaw mendengus dingin. "Sudah bertahun-tahun berlalu, belum ada yang berani berbuat kurang ajar seperti ini. Apakah mereka ingin mati?""Terus selidiki. Begitu tahu siapa yang mengirim mereka, bunuh semuanya. Jangan sisakan satu pun."Lelaki tua itu mengangguk patuh sebelum teringat sesuatu. "Tuan Lucas, mengapa Anda tiba-tiba kembali ke Ibu Kota kali ini?"Lucas Ravenclaw meleta
Ryan melepaskan pelukannya dari Rindy dan duduk di sofa. Ia tak ingin membuat kedua gadis itu khawatir dengan menceritakan pertarungannya melawan Sergei Anri dan Departemen Penanggulangan Bencana Supranatural."Hanya urusan bisnis biasa," jawabnya santai. "Beberapa masalah kecil yang harus diselesaikan."Meski ekspresi kedua gadis itu menunjukkan ketidakpercayaan, mereka memilih tidak mendesak lebih jauh. Jika Ryan memilih menyembunyikan sesuatu, pasti ada alasannya.Ryan bangkit untuk mengambil segelas air. Saat meneguknya, ia teringat sesuatu yang penting."Ada yang harus kuberitahu pada kalian," ujarnya serius. "Aku perlu berlatih dalam isolasi selama sepuluh hari ke depan untuk sebuah terobosan penting dalam kultivasiku."Ia meletakkan gelasnya sebelum melanjutkan, "Selama sepuluh hari ini, aku akan mengurung diri di kamar lantai tiga. Galahad dan beberapa praktisi dari Guild Round Table akan berjaga di luar. Jika kalian perlu keluar, mereka harus menemani kalian.""Pengasingan
"Tuan Ryan, kumohon lepaskan ayahku!" jeritnya serak. Jika sang ayah tewas, Keluarga Anri akan kehilangan pilar pendukungnya!Meski merasa kasihan pada temannya, Juliana tetap berkata tegas, "Tuan Ryan, Anda tidak perlu mempertimbangkan perasaan saya. Dia pantas mati."Jika Sergei Anri dibiarkan hidup, dia pasti akan mencari kesempatan membalas dendam. Dan saat itu terjadi, keluarga Herbald pasti akan terseret.Melihat Juliana tak berniat campur tangan, Riselotte semakin putus asa. "Tuan Ryan, aku bersedia melakukan apapun! Kumohon lepaskan ayahku!""Membiarkannya pergi?" tanya Ryan tenang.Mendengar nada lunak itu, harapan membuncah dalam dada Riselotte dan Sergei Anri. "Ya, ya!" Riselotte mengangguk penuh semangat.Namun detik berikutnya, kilatan dingin melesat–kepala Sergei Anri terpisah dari tubuhnya."Mengapa aku harus mendengarkanmu?" suara Ryan bergema dingin memenuhi ruangan. "Jika kulepaskan dia hari ini, siapa yang akan melepaskanku di masa depan?""Tidak membunuhmu sudah m
"Berlutut dan bersiaplah untuk mati!" Ryan meraung murka. Naga darah melesat keluar dari tubuhnya, memancarkan niat membunuh yang mencekam.BRUK!Beberapa orang langsung berlutut ketakutan. "Grandmaster Ryan, masalah hari itu..."Namun sebelum kalimat mereka selesai, beberapa bilah angin telah melesat dari tangan Ryan. Darah berceceran saat tiga kepala menggelinding ke lantai–salah satunya bahkan sampai ke kaki Sergei Anri!"Situasinya gawat!" Sergei Anri dan kepala Keluarga Liege berteriak pada anak buah mereka. "Semuanya serang bersama! Hari ini dia mati, atau kita yang mati!"Tujuh hingga delapan praktisi menyerbu Ryan serentak. Namun Ryan kini berbeda dari kemarin–ia telah menerobos dan memakan Mutiara Spirit Domain. Siapa yang bisa menghentikannya?Tanpa menghunus Caliburn, Ryan menerobos ke tengah kerumunan. Dalam hitungan detik, daging dan darah berceceran di antara teriakan dan jeritan mengerikan.Tak seorang pun mampu menahan serangannya! Ke mana pun Ryan melangkah, kema
Ryan melambaikan tangannya dan berjalan menuruni gunung. Pria tua berjubah hitam di Kuburan Pedang tidak punya banyak waktu lagi, jadi ia harus segera kembali ke Provinsi Riveria.Setelah itu, ia akan mengasingkan diri selama sepuluh hari untuk mewarisi Dao Pembantaian dari sang lelaki tua. Ryan yakin setelah itu, ia akhirnya bisa pergi ke Ibu Kota.Master Samadhi menatap sosok Ryan yang menjauh sebelum menggeleng pelan. Pintu kuil kembali tertutup rapat–siapa tahu berapa lama akan tetap begitu kali ini. Jika terbuka lagi, kemungkinan besar untuk membantu Ryan sekali lagi.Kembali ke ruang kultivasi, Master Samadhi meletakkan kotak pemberian Ryan di atas meja. Dia hendak melanjutkan kultivasinya namun entah mengapa merasa penasaran dengan isi kotak itu."Anak ini tidak mungkin memberiku ginseng biasa, kan?" gumamnya sambil mengepalkan tangan. Kotak itu melayang ke tangannya.Begitu tutupnya terbuka, aroma obat yang kuat menguar memperlihatkan enam butir pil di dalamnya. Mata Maste
Master Samadhi menelan keterkejutannya dan tersenyum tipis. "Sepertinya aku meremehkanmu. Kau pasti punya banyak rahasia untuk bisa pulih secepat itu."Ryan menangkupkan tangan dan membungkuk hormat. "Terima kasih telah menyelamatkanku, Master Samadhi. Jika bukan karena Anda kemarin, saya pasti sudah tewas.""Itu tidak benar," Master Samadhi menggeleng. "Meski mengurung diri di kuil, aku tahu persis apa yang terjadi di luar. Kau telah menekan begitu banyak praktisi kuat sendirian–jelas bukan orang biasa. Tidak semudah itu membunuhmu."Dia tersenyum bijak. "Bahkan tanpa bantuanku, kau pasti masih bisa meloloskan diri.""Aku sudah memerintahkan orang menyebarkan berita bahwa akulah mengambil harta karun yang kau dapatkan semalam," Master Samadhi melanjutkan. "Dengan begitu, masalahmu ke depan akan lebih sedikit. Para bajingan itu hanya tahu menindas yang lemah dan takut pada yang kuat. Mereka tak akan berani menggangguku soal ini. Hanya ini yang bisa kulakukan untukmu sekarang."Ryan t
Sang lelaki tua membuka mulut hendak menjawab, namun kata-katanya tertahan di tenggorokan. "Lupakan saja," dia menggeleng. "Yang lain akan memberitahumu nanti. Dengan level kultivasimu saat ini, pengetahuan itu tak ada gunanya. Alih-alih membantu, itu justru akan mempengaruhi hati Dao-mu.""Dalam sepuluh hari ini, aku akan berusaha sekuat tenaga membantumu memahami Dao Pembantaian yang sesungguhnya."Selesai berkata, dia mengarahkan jarinya ke dahi Ryan sebelum mengulurkan tangan ke langit. Mutiara Spirit Domain melayang turun ke telapak tangannya yang keriput."Kita telah menyerap sebagian besar kekuatan mutiara ini," jelasnya. "Konsumsilah sekarang. Ini akan sangat bermanfaat bagi tubuh dan kultivasimu. Cobalah mencapai level berikutnya."Dia berhenti sejenak sebelum menambahkan, "Setelah membereskan urusan di Provinsi Greenery, segeralah kembali ke Provinsi Riveria. Waktuku tak banyak lagi.""Baik, Senior!"Ryan membuka mata,