Terima Kasih Kak Yan, Kak Yrhtif, dan Kak Danu atas dukungan Gem-nya (. ❛ ᴗ ❛.) Dengan ini telah terkumpul 8 Gem, yang artinya ada 1 Bab bonus lagi ( ╹▽╹ ) Akumulasi Gem Bab Bonus: 18-11-2024 (malam): 4 Gem (reset) Selamat Membaca (◠‿・)—☆ Bab Bonus Gem Hari ini: 3/3 Bab (komplit) Bab Bonus Antrian: 20 Bab Bonus View: 0/1 Bab Bonus Hadiah: 1
Setengah jam kemudian, di sebuah ruangan remang-remang, pintu besi terbuka dengan suara berdenyit. Winston Zerford, dengan tangan dan kaki terborgol, didorong masuk menggunakan kursi roda. Atas permintaan khusus Ryan, pintu ditutup dan semua peralatan pemantau dimatikan. Hanya cahaya redup yang menerangi ruangan, menciptakan atmosfer mencekam yang menegangkan. Mata Winston Zerford yang suram menatap Ryan bagai binatang buas yang terpojok–penuh kebencian dan kemarahan yang tak terbendung. Ryan mengeluarkan sebungkus rokok dengan gerakan santai. "Anda merokok?" tawarnya. Alih-alih menjawab, Winston Zerford membanting tangannya yang terborgol ke meja, menciptakan suara keras yang menggetarkan ruangan. Tanpa terpengaruh, Ryan memasukkan kembali rokoknya dan mengeluarkan sebuah foto. Dengan gerakan tenang ia meletakkan foto itu di hadapan Winston Zerford. "Apakah Anda mengenali dua orang ini?" "Enyahlah!" Winston Zerford meraung murka. "Aku tidak peduli siapa dirimu! Pergi darik
Malam telah turun di Kota Riverpolis, langit gelap bagai tinta. Angin dingin bersiul di udara, seolah mengumumkan kedatangan Malaikat Maut yang akan mengambil nyawa. Di Hotel Hexa, kamar 2203, seorang pria tua bermata tajam berdiri mengawasi pintu dengan waspada. Tang Chen–praktisi bela diri peringkat 251 dalam ranking grandmaster Nexopolis, ditugaskan khusus untuk melindungi Tuan Muda Tang Hao. Tang San memang memanjakan putra semata wayangnya itu. Meski Tang Hao tak tertarik berlatih seni bela diri, sang ayah tak pernah memaksa. Sebagai gantinya, ia menugaskan praktisi-praktisi bela diri terbaik Keluarga Tang untuk melindungi putranya. Bahkan ketika Tang Hao mulai menunjukkan ketertarikan tidak sehat pada wanita, Tang San menggunakan pengaruhnya untuk menutupi segala kekacauan yang putranya buat. Tang Chen bersandar di pintu, sesekali mengernyit mendengar suara erangan wanita dari dalam kamar. "Beberapa orang memang terlahir dengan sendok emas di mulut," gumamnya. "Dengan
Ryan tahu betul bahwa membunuh Tang Hao sama saja dengan secara resmi menjadi musuh Tang San. Namun, karena ia berencana untuk membunuh Tang San, itu tidak menjadi masalah. Dengan gerakan tenang namun dipenuhi presisi, Ryan merobek tirai yang tergantung di jendela hotel. Ia menatap kepala Tang Hao di tangannya dengan ekspresi dingin. Darah masih menetes dari potongan leher yang tidak rata, menciptakan jejak merah gelap di lantai marmer yang mahal. 'Seperti ayah seperti anak,' batinnya sinis sambil membungkus kepala itu dengan hati-hati. 'Sama-sama akan berakhir mengenaskan.' Setelah memastikan bungkusan itu aman, Ryan menurunkan topi untuk menutupi sebagian wajahnya. Dengan langkah ringan ia menghilang dari kamar hotel, meninggalkan kekacauan berdarah di belakangnya. Tak lama setelah kepergian Ryan, sosok wanita yang terbaring tak sadarkan diri di ranjang mulai bergerak. Matanya mengerjap perlahan, berusaha memfokuskan pandangan yang masih kabur. "Ugh..." ia mengerang pe
"Maaf, tidak ada yang boleh masuk..." dua petugas berseragam menghadang jalan Tang San. Namun sebelum mereka sempat menyelesaikan kalimat, gelombang tekanan qi yang mengerikan menyapu tubuh mereka. Kedua petugas malang itu terpelanting ke samping, tubuh mereka terpelintir sebelum mendarat keras di aspal. Tang San menerobos garis polisi tanpa ragu, langkahnya dipercepat oleh firasat buruk yang semakin kuat. Begitu tiba di kamar hotel yang ditunjuk, jantungnya seolah berhenti berdetak. Di sana, di atas ranjang hotel mewah yang kini bermandikan darah, tergeletak sosok Tang Hao yang tak bernyawa. Dan di sampingnya... tubuh tanpa kepala putra kesayangannya. "SIAPA?!" raungan Tang San memenuhi hotel. "SIAPA YANG BERANI MEMBUNUH ANAKKU?! SIAPA DIA?!" BOOM! Tinjunya menghantam dinding, menciptakan lubang menganga yang menembus hingga kamar sebelah. Para petugas kepolisian yang menyaksikan demonstrasi kekuatan itu hanya bisa menelan ludah ngeri. Siapa yang mampu menahan amarah seor
Ryan tidak berkata apa-apa. Dengan gerakan anggun ia melipat tangan di belakang punggung, matanya yang tajam mengamati setiap perubahan ekspresi di wajah Winston. Sebagai mantan penyidik senior, pria tua ini pasti menyimpan banyak informasi berharga. Winston menatap Ryan dengan pandangan rumit sebelum menghela napas berat. "Dulu, aku tahu kalau putra Keluarga Pendragon jatuh ke Sungai Emas. Semua orang mengira dia telah mati, tapi..." ia menatap Ryan lekat-lekat, "tak kusangka dia akan kembali." Melihat Ryan tetap diam, Winston memutuskan untuk langsung ke inti masalah. "Lima tahun lalu, aku bertugas menyelidiki beberapa kasus khusus di Provinsi Riveria. Di antara semua kasus yang saya tangani tahun itu, insiden Paviliun Riverside adalah yang paling ganjil." "Lanjutkan," Ryan menyipitkan mata penuh minat. Setiap kata yang keluar dari mulut Winston bisa menjadi petunjuk penting. "Saat kejadian, aku kebetulan sedang menangani kasus lain di Kota Golden River," Winston melanjutkan
"Apakah kau punya foto pria ini?" tanya Ryan. "Atau setidaknya, bisakah kau menggambar sketsa kasarnya?" Winston mengangguk, seolah telah menduga pertanyaan ini akan muncul. "Aku juga berusaha menyelidiki identitas pria ini, tapi anehnya rekaman CCTV di manapun dia muncul selalu terhapus. Namun, aku masih bisa menggambar sketsanya." Ryan segera memanggil petugas dan meminta kertas serta pena. Winston mulai menggambar dengan tangan terlatih–hasil dari bertahun-tahun pengalaman sebagai penyidik. Meski hanya sketsa kasar, Ryan bisa mendapat gambaran samar tentang penampilan pria misterius tersebut. "Ini belum cukup," Ryan mengerutkan dahi. "Aku akan mengurus pembebasanmu dari penjara. Nanti akan ada orang yang menghubungimu. Aku ingin mendapatkan wajah asli pria ini melalui pemodelan 3D." Winston berpikir sejenak sebelum mengangguk. "Itu seharusnya tidak jadi masalah. Saat masih aktif bertugas, aku cukup sering menggunakan teknologi itu." "Baiklah," Ryan mengangguk puas. Setelah
Pada saat yang sama, di sebuah gedung megah di pusat kota, pertemuan darurat sedang berlangsung. Para tokoh penting berkumpul dalam ruangan yang dipenuhi ketegangan mencekam. Tak seorang pun berani menatap Tang San secara langsung. Mereka tahu betul betapa ia memanjakan putranya, dan tak ada yang ingin memicu konfrontasi yang tidak perlu. Ekspresi Tang San dipenuhi amarah yang nyaris meledak. Meski belum mengatakan apa-pun, aura membunuh yang menguar dari tubuhnya sudah cukup membuat ruangan terasa sesak. "Kalian pasti sudah tahu putraku terbunuh malam ini!" akhirnya ia membuka suara dengan raungan murka. BOOM! Meja marmer di hadapannya hancur berkeping-keping oleh satu pukulan penuh amarah. Mata Tang San yang memerah menyapu sekeliling ruangan. "Aku mengadakan rapat darurat ini dengan satu permintaan!" lanjutnya dengan nada mengancam. "Gunakan seluruh jaringan dan koneksi kalian untuk menemukan pembunuhnya! Aku akan menyiksanya sampai mati dengan tanganku sendiri!" Tang S
Meski Agravain yakin itu Ryan, ia tak berani membuka mulut. Esensi darah Ryan yang tertanam dalam tubuhnya memastikan kesetiaannya absolut. Berkhianat hanya akan mengundang kematian! Matanya melirik ke arah Castiel Wealth yang berdiri tak jauh darinya. Bagaimanapun, kepala Keluarga Wealth itu adalah orang yang paling mungkin mengenali Ryan. Untungnya, Castiel hanya merasa sosok itu tampak familiar tanpa mengaitkannya dengan Ryan. Dka pun tidak mengatakan apa-apa, sehingga untuk sementara situasi masih aman. "Agravain," suara dingin Tang San memecah keheningan. "Sebagai wakil presiden asosiasi, tugas penting mencari pembunuh ini menjadi tanggung jawabmu! Apa kau sanggup?" Wajah Agravain seketika berubah serius. "Saya sudah melihat Tang Hao tumbuh dewasa!" ujarnya mantap. "Saya akan menemukan pelakunya dengan cara apapun!" "Bagus!" Tang San menepuk bahunya. "Kuberi waktu tiga hari untuk menemukannya. Orang ini pasti masih di Provinsi Riveria. Bahkan jika harus menggeledah se
Tang San yang hendak menyerang mendadak berhenti. Matanya terpaku pada bekas tebasan di lantai yang membelah aula perjamuan menjadi dua bagian sempurna. Kekuatan mengerikan macam apa yang mampu melakukan ini?Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, Tang San merasakan ketakutan yang begitu nyata. Dia merasa begitu tidak berdaya menghadapi monster di hadapannya."Ini..."Juliana Herbald menatap Ryan dengan mata terbelalak tak percaya. Seolah ribuan ombak menghantam jiwanya saat ia mengalihkan pandangan ke Pedang Caliburn.Pedang itu memang ditempa oleh pandai besi terhebat Keluarga Herbald, dan memang sangat kuat. Namun bahkan dalam kondisi utuh sekalipun, pedang itu tak mungkin mampu melancarkan serangan sedahsyat ini. Apalagi dalam keadaan rusak seperti sekarang!Realisasi menghantam Juliana–kekuatan sejati ini berasal dari Ryan sendiri! Selama ini dia lebih menghargai pedang daripada orangnya. Benar-benar kesalahan fatal!'Sial!' batinnya getir. 'Aku salah besar! Ryan bernilai l
Tanpa membuang waktu, Ryan melompat ke dinding dan menekuk lututnya. Dalam satu gerakan eksplosif, ia mendorong tubuhnya ke arah tiga grandmaster yang tersisa. Pedang Suci Caliburn berpendar dingin di tangannya. Ketiga praktisi yang tersisa segera mengeluarkan senjata masing-masing. Namun sebelum mereka sempat menyerang, Ryan telah muncul di hadapan Wesly. Tak ada belas kasihan dalam gerakan Ryan saat Pedang Caliburn yang dipenuhi energi spiritual melesat membelah udara. Pedang Wesly hancur berkeping-keping oleh tebasan itu. Darah segar mengalir dari leher Wesly. Ia mencoba bicara namun tubuhnya tak lagi merespons. Dalam gerakan mulus yang mengerikan, kepalanya terpisah dari tubuh. Satu gerakan! Hanya butuh satu gerakan untuk membunuh seorang grandmaster! Seluruh ruangan menahan napas menyaksikan pembantaian itu. Juliana Herbald, Wilhem Herbald, Frederich Herbald, dan Herold Snowfield gemetar di tempat duduk mereka. Wajah mereka dipenuhi ketakutan dan ketidakpercayaa
Keheningan total menyelimuti ruangan. Keluarga Herbald yang legendaris berniat melindungi Ryan? Ini di luar dugaan semua orang! "Aku tidak mengerti mengapa Keluarga Herbald ingin melindungi pria ini..." Tang San menggeram dengan tatapan dingin. Juliana tersenyum misterius. "Karena dia memiliki sesuatu yang diinginkan Keluarga Herbald, sehingga kami merasa perlu untuk melakukannya." "Pertimbangkan kembali orang-orang di balik Keluarga Herbald-ku," lanjutnya dengan nada mengancam. "Jangan hancurkan masa depan dan kultivasimu yang hebat karena keinginan egoismu sendiri!" Wajah Tang San menggelap mendengar ancaman terselubung itu. Sementara Juliana melangkah anggun mendekati Ryan. "Aku akan membawamu pergi dengan selamat sekarang, dan kau harus memberikan benda itu kepadaku," ujarnya dengan senyum misterius. "Kesepakatan ini seharusnya memuaskan, bukan?" Juliana Herbald tersenyum penuh percaya diri. Dia yakin Ryan tidak punya pilihan! Saat ini, Keluarga Herbald adalah satu-
Salah satu dari mereka bangkit dengan wajah merah padam. Energi qi menguar dari tubuhnya saat ia membentak, "Siapa kau yang berani membuatku...!" Namun sebelum kalimatnya selesai, Ryan telah bergerak. Dalam sekejap mata, tangannya mencengkeram leher pria itu dan melemparkannya ke dinding terdekat. KRAK! Suara tulang retak memenuhi ruangan saat tubuh pria itu menghantam tembok dengan keras. Para tamu terkesiap ngeri melihat demonstrasi kekuatan itu. Tanpa menghiraukan keterkejutan di sekitarnya, Ryan membantu Jeremy duduk sebelum melangkah menghampiri Paman Wong dan Bibi Sandra. Tatapannya menggelap melihat wajah pucat keduanya. 'Organ dalam mereka terluka parah,' Ryan menganalisis dengan cepat. Amarah dingin mulai bergolak dalam dadanya. Bagaimanapun, mereka hanyalah warga biasa. Tang San keterlaluan melibatkan orang-orang tak berdosa dalam dendam pribadinya. Ryan mengeluarkan dua butir pil lagi, memberikan satu pada Wong Ren yang berdiri gemetar menahan amarah di sampi
Di salah satu meja, mata Juliana Herbald terbuka, menatap Ryan dengan rasa ingin tahu. Sudut bibirnya melengkung membentuk senyum tipis. Ini pertama kalinya dia melihat pemuda semenarik ini di Nexopolis. Sementara itu, wajah Frederick dan seluruh anggota keluarga Pierce serta Snowfield memucat. "Apa yang Tuan Ryan lakukan di sini?" Frederick berbisik putus asa. "Dia terlalu gegabah!" Ryan melangkah tenang membawa peti mati menuju Tang San. Namun lima praktisi bela diri dari Asosiasi langsung menghadangnya dengan senjata terhunus. "Ryan, beraninya kau muncul di sini! Kau cari mati!" Mata Ryan berkilat merah penuh nafsu membunuh. Ia mengangkat peti mati dari bahunya dan menggunakannya sebagai senjata. BOOM! BOOM! BOOM! Peti mati menghantam tubuh para praktisi satu per satu, membuat mereka terpental menabrak dinding dan lantai. Darah segar mengucur dari luka-luka mereka yang menganga. Namun sebelum mayat mereka menyentuh lantai, sepuluh praktisi lain telah maju menggantikan
Tatapan Tang San beralih pada Jeremy. Ia melangkah maju dan menginjak lengan orang tua itu dengan sepatu kulitnya yang mengilap. KRAK! Suara tulang patah memenuhi ruangan. "Kudengar kau punya hubungan baik dengan Ryan dan telah bekerja keras untuknya," ujar Tang San. "Apa kau pikir anak itu akan datang menyelamatkanmu?" "Karena ini ulang tahunku yang ke-60, katakan sesuatu yang baik. Mungkin aku akan memaafkanmu jika itu membuatku senang." Jeremy menahan rasa sakitnya dan mengangkat wajah, menatap Tang San dengan sorot mata dingin. "Aku baru mengenal Tuan Ryan beberapa bulan," ujarnya tegas. "Tapi ada satu hal yang pasti kuketahui–siapa pun yang menyinggungnya akan mati. Kau tidak akan jadi pengecualian!" Kalimat terakhir Jeremy teriakkan penuh amarah. ** Sementara itu di luar Paviliun Riverside, sebuah truk pikap berhenti. Di baknya terdapat sebuah peti mati. Seorang pemuda melangkah turun, tatapannya lebih dingin dari es. "Ketua Guild, Guild Round Table siap menunggu perint
Franklin Pierce, Fabian Pierce, dan Herold Snowfield duduk di meja yang sama, wajah mereka dipenuhi kekhawatiran. Tak seorang pun menyangka Ryan akan melakukan hal segila ini. "Pengaruh dan sumber daya kita tak akan mampu menyelamatkannya kali ini," bisik Franklin gelisah. "Bahkan jika orang-orang penting ingin turun tangan, situasinya terlalu rumit," Fabian menimpali. "Ini juga alasan Eagle Squad tidak muncul." Mereka hanya bisa berharap Ryan cukup bijaksana untuk tidak muncul hari ini. Di meja lain, seorang gadis cantik duduk dengan anggun, kakinya disilangkan dengan apik. Matanya yang cerah memancarkan kecerdasan, dan setiap gerak-geriknya menunjukkan keanggunan alami. Juliana Herbald–mungkin sosok paling menarik di Paviliun Riverside saat ini. Di sampingnya duduk seorang pria paruh baya–Wilhem Herbald, kepala Keluarga Herbald. Matanya terus melirik ke arah pintu dengan gelisah. "Jika Ryan benar-benar datang," bisiknya pada Juliana, "apakah kita benar-benar akan melindung
"Saya berada di peringkat 307 dalam ranking grandmaster Nexopolis," ujarnya cepat. "Saya bersedia bekerja untuk Tuan Ryan, membantu menghadapi Tang San!" Namun tanpa pikir panjang, Ryan langsung menjawab dingin, "Kau tidak layak. Mati saja!" WHAM! Kaki kanan Ryan menghantam dada Tetua Jobs dengan kekuatan penuh. Meski sang tetua bereaksi cepat, mengumpulkan energi qi ke telapak tangannya untuk bertahan... KRAK! KRAK! Organ dalamnya hancur seketika oleh tendangan mematikan itu. Tubuhnya terpental jauh, menabrak pohon besar hingga tulang belakangnya patah. "Uhuk!" Darah segar menyembur dari mulutnya sebelum kehidupan meninggalkan tubuhnya yang remuk. Hao Yuan menyaksikan semua itu dengan takjub. Namun ia tak merasa takut–ia tahu pemuda ini datang untuk menyelamatkan, bukan membunuhnya. Setelah membereskan ketiga tetua, tatapan Ryan beralih pada Selly. Dengan gerakan santai ia mengeluarkan sebatang rokok dan menyalakannya, menghisap dalam-dalam sebelum melangkah mendekati gad
Di ambang pintu, seorang anak berusia tujuh tahun gemetar hebat menyaksikan semua itu. Kakinya nyaris tak mampu menopang tubuhnya yang bergetar ketakutan. Tetua Jobs melesat bagai kilat, tangannya yang dipenuhi energi qi bergerak untuk mencabik tubuh mungil itu. BOOM! Mendadak ledakan dahsyat mengguncang halaman vila. Telinga semua orang berdenging saat mereka menoleh ke arah sumber keributan. Di sana, sosok pemuda mengendarai motor hitam melaju kencang ke arah mereka dengan aura membunuh yang pekat. Selly seketika mengenali siapa pendatang baru itu. Wajahnya memucat. "Ryan Pendragon!" Ketakutan memenuhi matanya saat ia berseru pada ketiga tetua, "Hentikan dia! Itu Ryan Pendragon! Jika kalian bisa menangkapnya, kalian akan dapat hadiah besar!" Mata ketiga tetua itu berbinar mendengar janji hadiah. Aura membunuh menguar dari tubuh mereka saat mereka melesat menyambut motor yang melaju kencang itu. Ryan yang melihat Selly dan ketiga tetua dari kejauhan mengeluarkan raungan m