Terima Kasih Kak Ahmad atas dukungan Gem-nya (. ❛ ᴗ ❛.) Akumulasi Gem Bab Bonus: 05-11-2024 (malam): 3 Gem ini adalah bab bonus ketiga hari ini. Sebentar lagi Duel antara Ryan Vs Maxim Shaw akan dimulai (≧▽≦) Bagaimana menurut kalian, apakah Ryan akan menang? ( ╹▽╹ ) oke, selamat membaca bab ini (◠‿・)—☆ Bab Bonus Gem Hari ini: 3/5 Bab
Maxim Shaw segera mengeluarkan sebuah kotak brokat indah, meletakkannya dengan hati-hati di hadapan Yun Jing. "Di hadapan Tetua Yun, bagaimana kami berani menyebut diri grandmaster? Kami hanyalah junior yang masih harus banyak belajar." "Ini sedikit tanda hormat dari junior yang tak berarti," tambahnya dengan nada merendah. Yun Jing sudah terbiasa dengan taktik seperti ini—yang lemah mencari perlindungan yang kuat. Namun ketika ia membuka kotak itu, pupil matanya mengecil seketika. "Ginseng berusia seribu tahun," gumamnya takjub. "Sungguh hadiah yang tidak main-main." Untuk praktisi bela diri setingkatnya, ginseng berusia seribu tahun memiliki efek stabilisasi yang sangat kuat setelah penerobosan ranah atau tingkat. Apalagi yang berusia lebih dari seribu tahun—benar-benar benda langka. "Ah, tidak seberapa dibanding Tetua Yun," Maxim Shaw merendah. "Hanya Tetua yang layak memilikinya." Yun Jing menatapnya dalam-dalam sebelum mengangguk puas. "Kau punya potensi. Saat kekuatanmu men
Sementara itu di lantai teratas kondominium One Icon, Ryan baru saja menerima telepon dari Jeremy. Dua produk Golden Dragon Group telah mendapat persetujuan lisensi dan izin-izin terkait dengan sangat cepat. Jeremy tak bisa menyembunyikan kekagumannya—bahkan dengan koneksinya, proses ini biasanya memakan waktu minimal seminggu. Namun Ryan berhasil menyelesaikannya dalam sehari. Dengan lisensi di tangan, jalur produksi bisa segera dimulai dan waktu peluncuran produk pun dipercepat. Adel telah memulai strategi pemasaran awal. Mereka yakin tak lama lagi produk akan siap diluncurkan ke pasaran. Tak lama setelah itu, telepon Ryan kembali berdering. Ternyata itu panggilan video dari Rindy. Gadis itu mengeluhkan hari-harinya yang membosankan di rumahnya. Beberapa hari terakhir, banyak pemuda berbakat dari Ibu Kota Provinsi Riveria–Riverpolis, berdatangan ke Kota Golden River. Hampir semuanya datang kemari untuk menghadiri pesta ulang tahun Rindy. Ibunya tak henti-hentinya menyeretny
'Mengapa Lancelot ada di sini?' Ryan bertanya-tanya dalam hati. Namun saat pandangan mereka bertemu, Lancelot memberikan anggukan singkat yang penuh arti. Ryan paham—jika sesuatu terjadi padanya di arena nanti, Lancelot siap mengambil risiko terungkap identitasnya demi menyelamatkannya. Tepat saat itu, Patrick menghampiri dengan langkah tergesa. Ia melambaikan sesuatu di tangannya. "Tuan Ryan, jika terjadi sesuatu, jangan khawatir. Saya tidak akan membiarkan mereka menyakiti Anda." 'Apakah tidak ada satu pun dari mereka yang percaya pada kemampuanku?' Ryan menggelengkan kepala, antara geli dan frustrasi. Tiba-tiba kerumunan mulai bergejolak. Tiga pria tua mengenakan pakaian tradisional ala praktisi bela diri melangkah menuju arena. Aura yang terpancar dari ketiganya begitu kuat, terutama yang di tengah. Karena Ryan dapat merasakan kekuatan orang itu nyaris mencapai ranah Foundation Establishment jika dinilai dari ranah sistem kultivasi! Ryan belum pernah bertemu praktisi s
Tanpa menunggu lagi, Maxim Shaw bergerak. Kilatan dingin di matanya semakin intens saat ia melepaskan seluruh aura dan kekuatannya. Udara di sekitar arena bergetar hebat saat energi qi pekat menguar dari tubuhnya. "Sudah sepuluh tahun sejak terakhir kali kulihat, tapi Grandmaster Maxim jauh lebih kuat sekarang! Duel ini pasti akan cepat berakhir!" seru salah seorang penonton. Ryan sedikit mengernyitkan dahi merasakan aura itu. Maxim Shaw memang lebih kuat dari dugaannya. "Mati kau, bocah!" Maxim Shaw melancarkan pukulan yang menghasilkan badai energi qi. Kekuatan serangannya begitu dahsyat hingga menciptakan gelombang tekanan udara di sepanjang jalurnya. Namun Ryan hanya memiringkan kepalanya sedikit, membiarkan pukulan itu melesat beberapa milimeter dari telinganya. Gerakannya begitu santai seolah sedang menari. Maxim Shaw menggeram marah. Ia melancarkan kombinasi pukulan mematikan—Teknik Pukulan Ular yang ia pelajari di Gunung Merah. Namun Ryan menghindari setiap seran
Di kejauhan, Hobbs West dan Yun Jing tersentak kaget. Mata mereka melebar mengenali teknik yang digunakan Maxim Shaw. "Mustahil! Ini bukan teknik dari dunia seni bela diri!" seru Yun Jing, keringat dingin mengalir di dahinya. Ryan tentu menyadarinya. Bahkan ia lebih paham asal-usul teknik ini dibanding siapapun yang hadir—ini adalah teknik kultivator tingkat tinggi! Dan bukan teknik sembarangan. Namun ia juga memahami mengapa Maxim Shaw harus membayar harga mahal untuk menggunakannya. Praktisi bela diri berbeda dari kultivator—dantian mereka lemah dan tidak stabil. Menggunakan teknik kultivasi level ini sama saja dengan memasukkan api ke dalam tubuh mereka sendiri. "TELAPAK PETIR LANGIT!" Maxim Shaw meraung bagai binatang buas saat melompat tinggi ke udara. Petir ungu menari-nari di sekitar tubuhnya, menciptakan pemandangan mengerikan yang membuat langit seolah menggelap. Energi qi yang ia kumpulkan begitu pekat hingga membentuk wajah ular petir raksasa di belakangnya. "
Amarah berkobar dalam dada Ryan. Matanya berkilat berbahaya menatap Yun Jing yang bersiap menyerangnya dari pinggir arena. Sungguh ironis—orang tua ini baru saja bersumpah akan menegakkan keadilan dan menjaga ketertiban, namun sikapnya jelas menunjukkan keberpihakan. 'Jika situasinya terbalik dan aku yang kalah, akankah dia turun tangan saat Maxim Shaw mencoba membunuhku?' Ryan mendengus dingin. 'Tidak mungkin!' Niat membunuh yang memancar dari tubuhnya semakin pekat, menciptakan tekanan udara yang begitu berat hingga beberapa praktisi bela diri level rendah kesulitan bernapas. Atmosfer arena berubah mencekam—hari ini, darah akan mengalir. Ryan melangkah mundur dengan gerakan santai yang tampak natural, seolah hanya mengambil posisi yang lebih baik. Namun gerakan sederhana ini justru membuat mata Hobbs West berkilat penuh perhitungan. Seringai kejam tersungging di bibirnya—inilah kesempatan emas untuk membunuh Ryan! Ini adalah rencana cadangan yang telah mereka siapkan de
"Kau seharusnya tidak memprovokasiku," ujar Ryan dengan nada sedingin es. Matanya memancarkan ketidakpedulian yang mengerikan, seolah sedang memandang seekor serangga yang tak berarti. "Sepertinya keluarga West akan menghilang dari Kota Golden River setelah hari ini." "BERHENTI!" Suara menggelegar Yun Jing memecah ketegangan. Aura membunuh memancar kuat dari tubuhnya saat ia melangkah maju. "Jika kau berani menyakiti orang yang tidak bersalah, aku bersumpah akan membunuhmu dengan tanganku sendiri!" "Orang yang tidak bersalah?" Ryan tertawa keras, suaranya dipenuhi ejekan yang menusuk. Matanya berkilat berbahaya saat menatap Yun Jing. "Apa hakmu untuk menghentikanku membunuh seseorang? Kau bahkan tak pantas berbicara tentang keadilan!" Tanpa peringatan, Ryan mengayunkan lengannya dengan kekuatan penuh. Tubuh Hobbs West terpelanting bagai anak panah, menghantam pilar batu terdekat hingga hancur berkeping-keping. Darah segar membasahi puing-puing yang berserakan. Hobbs West—g
Di arena duel, suasananya sangat berat. Yun Jing benar-benar marah. Dua mayat grandmaster tergeletak di arena—salah satunya bahkan kehilangan kepalanya. Darah segar masih menggenang, menciptakan pemandangan mengerikan yang akan terus menghantui mimpi para penonton. Reputasi dan martabat Yun Jing kini hancur berantakan. Selama puluhan tahun berkarir sebagai wasit arena bela diri, baru kali ini ada yang berani mengabaikan peringatannya secara terang-terangan. Lebih buruk lagi, ini dilakukan oleh seorang pemuda yang bahkan belum genap dua puluh lima tahun! Dengan langkah berat penuh amarah, Yun Jing melangkah maju. Platform arena bergetar setiap kali kakinya menginjak lantai, seolah tak sanggup menahan tekanan energi qi yang menguar dari tubuhnya. Debu-debu beterbangan di udara saat niat membunuh yang pekat menyelimuti Ryan. "Bocah," desis Yun Jing, suaranya sedingin es yang mampu membekukan tulang sumsum, "duel itu sudah selesai, dan kamu telah memenangkannya. Kenapa kau m
Di salah satu meja, mata Juliana Herbald terbuka, menatap Ryan dengan rasa ingin tahu. Sudut bibirnya melengkung membentuk senyum tipis.Ini pertama kalinya dia melihat pemuda semenarik ini di Nexopolis.Sementara itu, wajah Frederick dan seluruh anggota keluarga Pierce serta Snowfield memucat."Apa yang Tuan Ryan lakukan di sini?" Frederick berbisik putus asa. "Dia terlalu gegabah!"Ryan melangkah tenang membawa peti mati menuju Tang San. Namun lima praktisi bela diri dari Asosiasi langsung menghadangnya dengan senjata terhunus."Ryan, beraninya kau muncul di sini! Kau cari mati!"Mata Ryan berkilat merah penuh nafsu membunuh. Ia mengangkat peti mati dari bahunya dan menggunakannya sebagai senjata.BOOM! BOOM! BOOM!Peti mati menghantam tubuh para praktisi satu per satu, membuat mereka terpental menabrak dinding dan lantai. Darah segar mengucur dari luka-luka mereka yang menganga.Namun sebelum mayat mereka menyentuh lantai, sepuluh praktisi lain telah maju menggantikan, memotong
Tatapan Tang San beralih pada Jeremy. Ia melangkah maju dan menginjak lengan orang tua itu dengan sepatu kulitnya yang mengilap.KRAK!Suara tulang patah memenuhi ruangan."Kudengar kau punya hubungan baik dengan Ryan dan telah bekerja keras untuknya," ujar Tang San. "Apa kau pikir anak itu akan datang menyelamatkanmu?""Karena ini ulang tahunku yang ke-60, katakan sesuatu yang baik. Mungkin aku akan memaafkanmu jika itu membuatku senang."Jeremy menahan rasa sakitnya dan mengangkat wajah, menatap Tang San dengan sorot mata dingin. "Aku baru mengenal Tuan Ryan beberapa bulan," ujarnya tegas. "Tapi ada satu hal yang pasti kuketahui–siapa pun yang menyinggungnya akan mati. Kau tidak akan jadi pengecualian!"Kalimat terakhir Jeremy teriakkan penuh amarah.**Sementara itu di luar Paviliun Riverside, sebuah truk pikap berhenti. Di baknya terdapat sebuah peti mati.Seorang pemuda melangkah turun, tatapannya lebih dingin dari es."Ketua Guild, Guild Round Table siap menunggu perintah Anda,"
Franklin Pierce, Fabian Pierce, dan Herold Snowfield duduk di meja yang sama, wajah mereka dipenuhi kekhawatiran. Tak seorang pun menyangka Ryan akan melakukan hal segila ini."Pengaruh dan sumber daya kita tak akan mampu menyelamatkannya kali ini," bisik Franklin gelisah."Bahkan jika orang-orang penting ingin turun tangan, situasinya terlalu rumit," Fabian menimpali. "Ini juga alasan Eagle Squad tidak muncul."Mereka hanya bisa berharap Ryan cukup bijaksana untuk tidak muncul hari ini.Di meja lain, seorang gadis cantik duduk dengan anggun, kakinya disilangkan dengan apik. Matanya yang cerah memancarkan kecerdasan, dan setiap gerak-geriknya menunjukkan keanggunan alami.Juliana Herbald–mungkin sosok paling menarik di Paviliun Riverside saat ini.Di sampingnya duduk seorang pria paruh baya–Wilhem Herbald, kepala Keluarga Herbald. Matanya terus melirik ke arah pintu dengan gelisah."Jika Ryan benar-benar datang," bisiknya pada Juliana, "apakah kita benar-benar akan melindunginya?""
"Saya berada di peringkat 307 dalam ranking grandmaster Nexopolis," ujarnya cepat. "Saya bersedia bekerja untuk Tuan Ryan, membantu menghadapi Tang San!"Namun tanpa pikir panjang, Ryan langsung menjawab dingin, "Kau tidak layak. Mati saja!"WHAM!Kaki kanan Ryan menghantam dada Tetua Jobs dengan kekuatan penuh. Meski sang tetua bereaksi cepat, mengumpulkan energi qi ke telapak tangannya untuk bertahan...KRAK! KRAK!Organ dalamnya hancur seketika oleh tendangan mematikan itu. Tubuhnya terpental jauh, menabrak pohon besar hingga tulang belakangnya patah."Uhuk!"Darah segar menyembur dari mulutnya sebelum kehidupan meninggalkan tubuhnya yang remuk.Hao Yuan menyaksikan semua itu dengan takjub. Namun ia tak merasa takut–ia tahu pemuda ini datang untuk menyelamatkan, bukan membunuhnya.Setelah membereskan ketiga tetua, tatapan Ryan beralih pada Selly. Dengan gerakan santai ia mengeluarkan sebatang rokok dan menyalakannya, menghisap dalam-dalam sebelum melangkah mendekati gadis yang ge
Di ambang pintu, seorang anak berusia tujuh tahun gemetar hebat menyaksikan semua itu. Kakinya nyaris tak mampu menopang tubuhnya yang bergetar ketakutan.Tetua Jobs melesat bagai kilat, tangannya yang dipenuhi energi qi bergerak untuk mencabik tubuh mungil itu.BOOM!Mendadak ledakan dahsyat mengguncang halaman vila. Telinga semua orang berdenging saat mereka menoleh ke arah sumber keributan.Di sana, sosok pemuda mengendarai motor hitam melaju kencang ke arah mereka dengan aura membunuh yang pekat.Selly seketika mengenali siapa pendatang baru itu. Wajahnya memucat."Ryan Pendragon!"Ketakutan memenuhi matanya saat ia berseru pada ketiga tetua, "Hentikan dia! Itu Ryan Pendragon! Jika kalian bisa menangkapnya, kalian akan dapat hadiah besar!"Mata ketiga tetua itu berbinar mendengar janji hadiah. Aura membunuh menguar dari tubuh mereka saat mereka melesat menyambut motor yang melaju kencang itu.Ryan yang melihat Selly dan ketiga tetua dari kejauhan mengeluarkan raungan murka. Ene
Dengan gerakan cepat, Ryan mengeluarkan dua puluh butir pil dan memberikannya pada para penjaga. "Minumlah untuk menyembuhkan diri kalian."Tanpa membuang waktu, Ryan melompat ke atas sepeda motor yang terparkir di depan gedung, milik salah satu penjaga yang terluka itu. Ini cara tercepat untuk berkeliling Kota Golden River.Sambil memacu motornya, ia menghubungi Sammy Lein. "Lacak koordinatku. Dari Golden Dragon Group Jalan Bambu Runcing, kuharap tidak ada halangan. Dan satu lagi, cari di mana Selly Hilton berada.""Baik."Motor Ryan melaju bagai kilat membelah jalanan Kota Golden River. Namun betapa kecewanya ia saat tiba di kedai Paman Wong dan Bibi Sandra.Pemandangan mengenaskan menyambutnya. Panel kaca hancur berkeping-keping, dapur porak poranda, meja dan kursi berserakan.Genangan darah segar memenuhi lantai."Sialan!" Ryan mengumpat penuh amarah.Matanya memerah, aura pembunuh yang pekat menguar dari tubuhnya. Energi qi berputar ganas di sekelilingnya, membentuk ilusi nag
Keesokan paginya, Ryan membuka mata setelah sesi kultivasi malamnya. Energi qi mengalir tenang dalam meridiannya saat ia menghembuskan napas panjang.Tangannya bergerak meraih ponsel, namun layarnya tetap gelap. Untuk menghindari pelacakan, Lancelot telah memblokir semua sinyal di area persembunyian mereka.Namun entah mengapa, Ryan merasakan firasat tidak enak sejak pagi. Indra keenamnya terus bergetar, seolah memperingatkan bahaya yang mengintai.'Ada yang tidak beres,' batinnya gelisah.Tanpa pikir panjang, ia bergegas menemui Lancelot. "Jika aku ingin menelepon, ke mana aku bisa pergi?""Ketua Guild, silakan ikuti saya."Lancelot membawa Ryan menyusuri lorong rahasia menuju sebuah ruangan khusus. Dinding-dinding baja tebal mengelilingi ruangan yang dipenuhi perangkat elektronik canggih itu.Di tengah ruangan, sebuah telepon terhubung ke beberapa komputer dengan konfigurasi yang
"Tuan Jackson," si pria kurus melanjutkan, "meski tindakan anak ini menggemparkan Provinsi Riveria, tapi dia akan mati di tangan Tang San dalam waktu kurang dari dua hari.""Ulang tahun ke-60 Tang San adalah lusa. Dia telah mengundang banyak praktisi bela diri dari Provinsi Riveria. Dan yang lebih penting..." ia menelan ludah sebelum melanjutkan, "Tang San telah mengeluarkan surat perintah hukuman mati untuk Ryan. Itu harus dilaksanakan sebelum ulang tahunnya yang ke-60!"Kilatan aneh melintas di mata Jackson Jorge. Ia bangkit dari kursinya dan berjalan ke jendela, memandang ke arah Kota Riverpolis di kejauhan."Meski dia anak haram Eleanor Jorge dengan orang lain," gumamnya pelan, "darah Keluarga Jorge masih mengalir dalam nadinya, meski hanya setetes.""Apakah Tuan ingin saya turun tangan?" tanya si pria kurus dengan nada terkejut.Jackson Jorge menggeleng mantap. "Tidak perlu bergerak. Dia hanyalah seekor semut kecil." Ia berbalik mena
"Putri saya dan ibunya sedang mengunjungi mertua saya sejak beberapa lalu," Herold menjawab hati-hati. "Jadi mereka masih belum kembali. Bahkan jika ingin segera pulang, butuh waktu...""Aku tidak peduli!" potong sang tetua murka. "Aku ingin melihat putrimu hari ini. Jika tidak..." Ia menggantung ancamannya, membiarkan imajinasi Herold melengkapi sisanya.Herold terdiam sejenak, otaknya berputar mencari jalan keluar. Tiba-tiba sebuah ide muncul."Tuan," ujarnya penuh perhitungan, "meski putriku berasal dari Keluarga Snowfield, dia adalah tunangan Oliver Quins. Bagaimana mungkin dia memiliki hubungan dengan Ryan?"Efek nama itu sungguh luar biasa. Pupil sang tetua mengecil seketika. Ia melambaikan lengan bajunya dengan sikap acuh. "Rupanya kau bagian dari kami. Baiklah, aku tak akan mengganggumu lagi. Tapi jika kau mendapat kabar tentang Ryan, segera beritahu kami!"Herold membungkuk dalam-dalam, mengantar rombongan itu keluar de