Terima Kasih Kak Catur atas dukungan Gem-nya (. ❛ ᴗ ❛.) Akumulasi Gem Bab Bonus: 02-11-2024 (malam): 2 Gem Bab Bonus View: 2/3 Bab Bab Bonus View besok: 1 Bab Bonus Gem besok: 2 semoga malam minggu kalian menyenangkan (。•̀ᴗ-)✧
Wong Ren adalah satu-satunya harapan Bibi Sandra dan Paman Wong. Jika sesuatu terjadi padanya, seluruh keluarga akan hancur. Para penonton yang menyaksikan perubahan sikap Rhodes Pitt mulai berbisik-bisik ketakutan. Jelas pemuda di hadapan mereka ini jauh lebih mengerikan dari yang mereka bayangkan. Setelah Brat Pitt pingsan, Ryan mengabaikannya dan menghubungi Lindsay. Ia lalu menghampiri Wong Ren yang masih terpaku. "Kak Ryan, kamu..." Ryan tersenyum hangat dan meraih tangan Wong Ren yang terluka. "Ini akan sedikit menyakitkan. Bersabarlah." Dengan gerakan lembut namun pasti, Ryan membalikkan pergelangan tangan Wong Ren, membetulkan tulang yang terkilir. Bersamaan dengan itu, ia mengalirkan energi qi ke tangan Wong Ren. Energi hangat menyelimuti area yang terluka, meredakan rasa sakit dan memulihkan fungsi tangan secara bertahap. Wong Ren bahkan bisa menggerakkan jarinya sedikit. "Aku akan meresepkan obat untukmu," ujar Ryan. "Minumlah obat tersebut selama beberapa hari
Hobbs West mengangguk. Inilah hasil yang diinginkannya. "Aku dengar kau akan menantangnya berduel?" tanya Hobbs West. "Ya, sepertinya hanya itu cara menghadapinya secara terbuka." "Aku punya rencana lebih baik," mata Hobbs West berkilat penuh niat membunuh. "Aku tahu dia tinggal di kompleks apartemen Grand City dengan dua wanita. Bagaimana kalau kita menculik salah satu dari mereka?" "Itu akan memaksanya keluar. Kita bisa menguji kekuatannya, sekaligus menyiksanya. Membunuhnya dalam duel terlalu mudah. Dia harus mati dengan kejam!" Hobbs West menyeringai. "Keluarga West akan mengirim tiga praktisi bela diri." "Bagus!" Maxim Shaw mengangguk setelah berpikir sejenak. "Aku akan mengirim empat murid terkuatku. Mari kita lihat bagaimana dia bertarung!" ** Tengah malam telah lewat saat Ryan dan Adel meninggalkan Universitas Golden River. Meski Ryan telah merawat tangan Wong Ren, Bibi Sandra masih khawatir dan membawanya ke Rumah Sakit Ortopedi kota Golden River untuk pemeriksaan le
"Bukan apa-apa," Rindy berusaha tertawa, namun tawanya terdengar hambar. "Mataku hanya kering karena terlalu lama di balkon semalam." Ryan, yang baru keluar dari kamarnya, menangkap kebohongan dalam suara Rindy. Namun sebelum ia sempat berkomentar, gadis itu sudah melesat ke kamarnya. "Aku sedang tidak enak badan," ujar Rindy dari balik pintu. "Hari ini aku tidak ke Golden Dragon Group. Akan kususun rencana pengembangan dan operasi perusahaan dari sini saja. Nanti bisa kubahas dengan Adel." Ryan mengangguk meski Rindy tak bisa melihatnya. "Baiklah," jawabnya singkat. Dengan adanya Adel dan bantuan dari Jeremy, serta produk-produk unggulan mereka, ia yakin Golden Dragon Group akan berkembang pesat. Pukul delapan pagi, Ryan dan Adel meninggalkan apartemen dengan tujuan berbeda. Adel menuju Golden Dragon Group, sementara Ryan bergegas ke Universitas Negeri Golden River untuk menemui Wong Ren. Di dalam tasnya, Ryan telah menyiapkan panduan kultivasi khusus yang ia tulis sendiri—t
Dengan susah payah Ryan memaksa dirinya tetap tenang. "Apakah Keluarga Snowfield yang melakukannya?" Setidaknya, jika pelakunya Keluarga Snowfield, Rindy masih relatif aman. Tidak mungkin keluarganya sendiri akan menyakitinya secara fisik. "Sepertinya bukan, Ketua Guild," jawab Lancelot serius. "Keluarga Snowfield tidak memiliki praktisi bela diri sekuat itu di Kota Golden River. Dari luka-luka yang diderita anak buah saya... ini pasti ulah lebih dari satu orang grandmaster." "Ketua Guild, ini semua salah saya! Saya siap menerima semua hukuman!" "Aku tidak peduli siapa yang salah, Lancelot!" bentak Ryan. "Cari dia! Dan kirim mobil untuk menjemputku di Universitas Negeri Golden River sekarang juga!" "Sudah saya persiapkan, Ketua Guild. Kendaraannya akan tiba di gerbang timur dalam 30 detik." Ryan langsung memutus sambungan. Tanpa basa-basi, ia melompat turun dari atap, mengagetkan Wong Ren yang masih berdiri di sana. "Kak Ryan, kamu—" Sebelum Wong Ren sempat menyelesaikan kalim
Sebelum sang penciulik sempat membalas ancaman Ryan, Ryan sudah memutus sambungannya. Penculik itu terpaku beberapa saat sebelum menyadari satu hal fatal—ia belum memberitahu lokasinya! Tanpa alamat, bagaimana mungkin Ryan bisa dijebak untuk datang? Dengan panik ia mencoba menelepon kembali, namun hanya mendapat jawaban "nomor tidak aktif" dari operator. Pria itu nyaris gila frustrasi. Mungkinkah Ryan sudah menyerah begitu saja pada sanderanya? Di Pelabuhan Tanjung Perak, si penculik berjalan gontai menghampiri Hobbs West dan Maxim Shaw yang menunggu dengan tidak sabar. "Apa dia bilang kapan akan datang?" tanya Maxim Shaw dengan nada mencemooh. "Apa bocah itu sudah panik, Mike?" Hobbs west menambahkan. Mike West memasang ekspresi seolah baru menelan sesuatu yang pahit. "Dia... dia malah mengancamku lalu menutup telepon. Bahkan sebelum aku sempat memberitahu lokasinya." "Apa katamu?" Maxim Shaw mengerutkan dahi tak percaya. "Telepon dia lagi!" "Ponselnya dimatikan..." "B
Di pintu masuk Pelabuhan Tanjung Perak, gerbang baja tua berkarat itu tiba-tiba hancur dengan suara memekakkan telinga. Debu mengepul tebal saat sosok Ryan muncul, tatapannya dingin dan penuh intimidasi. Matanya yang tajam mengamati sekeliling, mendeteksi aura beberapa praktisi bela diri kuat di area itu. 'Seperti dugaanku, inilah tempatnya,' batinnya. "Kalian suka bermain game?" ujarnya dengan nada mengejek yang berbahaya. "Mari kita mainkan game terakhir dalam hidup kalian!" "Siapa dia?" Empat sosok melesat muncul menghadang jalan Ryan. Mereka adalah murid-murid Maxim Shaw yang semuanya telah mencapai level grandmaster. Demi kemudahan, Maxim Shaw memberi mereka nama Eins, Zwei, Drei, dan Vier. Selama sepuluh tahun terakhir, mereka telah mengasah teknik bela diri kuno dan ilmu membunuh hingga ke tingkat tertinggi. Mereka adalah murid-murid terkuat Maxim Shaw, salah satu alasan mengapa sang guru membawa mereka turun gunung. Namun begitu mengenali wajah Ryan, keempat grandmas
Tendangan Ryan tak berhenti—gelombang qi mematikan terus menghantam tubuh ketiga lawannya. Darah segar menyembur saat tulang rusuk mereka menembus daging. Tubuh ketiganya terpental bagai boneka kain, menghantam kontainer dengan keras hingga meninggalkan lekukan dalam berbentuk manusia. Drei kehilangan separuh wajahnya saat kepalanya membentur sudut tajam kontainer. Sementara tulang-tulang Zwei mencuat dari berbagai tempat, membuat tubuhnya tampak seperti landak mengerikan. Vier mengalami nasib paling mengenaskan—tubuhnya terbanting ke celah antara kontainer, dan kekuatan dahsyat Ryan membelahnya menjadi dua! Mike West menelan ludah, keringat dingin membasahi punggungnya. Matanya yang dipenuhi ketakutan tak lepas dari sosok Ryan. Meski keempat murid Maxim Shaw baru saja mencapai level grandmaster, tetap saja mereka grandmaster! Namun bahkan saat menyerang bersama, mereka tak mampu menyentuh sehelai rambut Ryan. Sepanjang pertarungan, Ryan hanya menggunakan dua gerakan—satu
Mike kembali menatap Ryan dengan mata melotot. "Lepaskan kakak seniorku dan berlutut di depanku! Cepat!" "Kau ingin aku berlutut?" Suara Ryan terdengar geli, seolah baru mendengar lelucon yang sangat lucu. "Kau yakin?" Belum sempat Mike West membalas, Ryan telah bergerak. Dalam sekejap mata, tangannya mencengkeram leher praktisi bela diri Keluarga West yang tersisa. KRAK! Suara tulang patah bergema di udara sebelum tubuh tak bernyawa itu terjatuh ke tanah. Niat membunuh yang dingin menguar pekat dari tubuh Ryan, membuat Mike West menyesali keputusannya. Ia tidak menyangka ancamannya sama sekali tidak mempan. 'Apakah dia benar-benar tidak peduli dengan nasib gadis ini? Atau dia begitu yakin aku tak berani membunuhnya?' Ryan melempar mayat itu ke samping dengan santai sebelum melangkah perlahan ke arah Mike West. Meski masih memegang sandera, justru Mike West yang panik. Aura Ryan terlalu mengerikan! Ia menarik Rindy lebih dekat sembari mundur beberapa langkah. "Jangan mend
Ryan menyipitkan matanya, memikirkan situasi ini dengan cermat. Ia harus kembali ke Ibu Kota. Karena Tetua Zigfrid telah tiba di Nexopolis, Ryan seharusnya bisa mendapatkan informasi lebih banyak dari Eagle Squad dan lelaki tua itu.Adapun Floridas Kennedy, dia tahu lokasi pasti markas besar Sekte Hell Blood dan merupakan kunci untuk Ryan bisa menyusup ke sana. Karena itu, untuk sementara nyawanya masih berguna. Lagipula sekarang dia sudah menjadi budak, kesetiaannya tidak perlu diragukan lagi."Tuan Ryan," Shiki Seiho tiba-tiba berkata pelan, "saya merasakan dua aura mendekat. Mereka tidak memiliki niat buruk. Menurut perkiraan saya, mereka adalah dua orang dari Keluarga Jirk.""Bagaimana kita harus menangani hal ini?"Keluarga Jirk?Ryan tentu saja tidak mengira keluarga itu akan menyerangnya. Setelah berpikir sejenak, dia melirik ke arah tertentu dan memberi instruksi, "Shiki Seiho, bawa Floridas Kennedy kembali ke ibu kota dulu. Aku akan menyusul nanti.""Baik, Tuan Ryan."Tanpa
"Tidak, aku harus kembali ke Gunung Langit Biru dan melaporkan ini pada pemimpin sekte!" seru seorang pria tua panik. "Kita harus menggambar potretnya sebelum wajahnya terlupakan!""Mulai hari ini, tidak ada seorang pun yang boleh menyinggung Arthur Pendragon," tambah yang lain dengan wajah pucat."Benar, benar! Aku khawatir Arthur Pendragon akan memasuki Gunung Langit Biru suatu hari nanti. Kita harus segera memperingatkan sekte kita. Jika tidak, siapa pun yang berani menyinggung iblis ini akan membuat seluruh sekte mereka dihancurkan oleh dahan pohon bunga sakura!"Di tengah kepanikan itu, seorang wanita tampak tersadar akan sesuatu. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, dia bergegas mengejar ke arah Ryan pergi. Tetua Juan dari Keluarga Jirk juga melakukan hal yang sama!Setelah semua yang terjadi, mereka harus menunjukkan pendirian Keluarga Jirk. Tetua Juan tidak lagi berambisi memenangkan hati Arthur Pendragon–dia hanya ingin memastikan sosok mengerikan itu tidak menjadi musuh Ke
Pemikiran itu segera terhenti. Bagaimanapun, baik Brandy Shroud maupun para pengikutnya tidak dianggap sangat kuat di Gunung Langit Biru. Terlalu banyak kultivator di sana yang jauh lebih mengerikan.Brandy Shroud hanyalah kepala cabang Paviliun Ivoryshroud di Nexopolis. Para kultivator di cabang lain di Gunung Langit Biru jelas tak akan semudah ini ditangani. Dan kali ini, Ryan tidak hanya menyinggung Sekte Hell Blood, tetapi juga Paviliun Ivoryshroud.Namun Ryan justru tersenyum tipis. Lalu kenapa? Jika orang-orang dari Gunung Langit Biru ingin mencari masalah, mereka akan mencari Arthur Pendragon. Dan setelah hari ini, yang akan mereka temui hanyalah Ryan.'Meski begitu,' pikirnya sambil merapikan jubahnya yang ternoda darah, 'nama Arthur Pendragon mungkin masih berguna sebagai jimat penyelamat nyawa di masa depan.'Mulai hari ini, nama itu akan mengguncang seluruh Gunung Langit Biru. Jika suatu saat dia perlu mengungkapkan identitasnya sebagai Arthur Pendragon, mungkin dia bis
"Dahan pohon bunga sakura menghancurkan formasi kuno dan membunuh Brandy Shroud!" seru seseorang tak percaya. "Pengungkapan kekuatan ini sendiri sudah cukup untuk mengguncang seluruh Gunung Langit Biru!"Tetua Juan dari Keluarga Jirk gemetar hebat. Sebagai anggota terkuat dari rombongan Keluarga Jirk, ini adalah pertama kalinya dia merasakan ketakutan yang begitu mencekam. Penyesalan memenuhi hatinya–dia tahu telah kehilangan kesempatan terbaik.'Jika saja aku mendengarkan nona muda dan berdiri di pihak Arthur Pendragon tanpa ragu,' pikirnya getir. 'Mungkin Keluarga Jirk masih bisa membangun hubungan dengannya.'Berkat bakat Shirly Jirk yang luar biasa, Keluarga Jirk terbiasa unggul dalam hal negosiasi dan perekrutan orang-orang jenius. Namun penampilan Ryan tampak bahkan melampaui kejayaan Shirly Jirk yang selama ini menjadi kebanggaan keluarga.'Selama dua puluh tahun terakhir, mengapa tidak ada berita di Gunung Langit Biru tentang seorang jenius seperti ini?' Tetua Juan bertanya
"Astaga... Ini adalah petir Ilahi!""Bagaimana mungkin? Arthur Pendragon benar-benar memiliki kekuatan petir Ilahi!""Mungkinkah dahan pohon bunga sakura itu? Apakah itu harta karun yang dapat memicu petir Ilahi?""Kali ini Brandy Shroud akan mati!"Bisikan-bisikan ketakjuban memenuhi arena. Para anggota Keluarga Jirk yang hadir saling berpandangan dengan ekspresi tak percaya. Bahkan Tetua Juan dari Keluarga Jirk membelalakkan matanya lebar-lebar. "Dari mana Arthur Pendragon berasal?" gumamnya heran. "Kekuatan seperti ini... dia pasti bukan orang biasa!"Sementara itu, wajah Brandy Shroud semakin memucat. Dia bisa merasakan kematian mengintai dari balik petir ilahi yang menari-nari di sekeliling Ryan. Namun ego dan harga dirinya tidak mengizinkan dia mundur."Pergi kau ke neraka!" teriaknya sambil melancarkan serangan pamungkas.Pedang spiritualnya melesat bagai meteor merah yang siap menghancurkan segalanya. Namun Ryan hanya tersenyum dingin."Hari ini, aku akan mengajarimu kon
Dengan satu gerakan saja, bumi berguncang! Ryan mengayunkan dahan pohon bunga sakura di tangannya dengan gerakan ringan, namun dampaknya luar biasa. Tanah di bawah kakinya retak dan bergetar hebat, menciptakan gelombang kejut yang menyebar ke segala arah.Brandy Shroud yang tadinya berdiri angkuh terpaksa mundur beberapa langkah untuk menjaga keseimbangan. Matanya menyipit melihat kekuatan tak terduga ini.Dengan gerakan kedua, awan gelap menutupi langit!Dahan pohon bunga sakura kembali bergerak, kali ini membentuk pola rumit di udara. Dalam sekejap, langit cerah berubah gelap mencekam. Awan hitam bergulung-gulung menutupi matahari, menciptakan suasana yang membuat bulu kuduk merinding."Mustahil..." bisik salah seorang penonton. "Bagaimana bisa sebuah dahan pohon bunga sakura memiliki kekuatan seperti ini?"Dengan gerakan ketiga, bahkan ruang terasa terkoyak!Ryan tersenyum tipi
Wajah nona muda Jirk memucat seketika, seolah seluruh energinya tersedot habis. Dengan putus asa dia menoleh pada lelaki tua di sampingnya."Kakek Juan, izinkan aku melakukannya. Aku merasa Arthur Pendragon pantas mendapatkannya."Semua wanita di Keluarga Jirk memang memiliki bakat terpendam yang memungkinkan mereka merasakan hal-hal tertentu tentang masa depan. Shirly Jirk telah menyelamatkan Ryan empat tahun lalu berkat bakat itu. Dan kini, wanita lain dari Keluarga Jirk juga merasakan sesuatu yang serupa.Sayangnya lelaki tua di sampingnya sama sekali tidak tergerak. Para penonton mendesah tak henti-hentinya menyaksikan pertarungan ini. Mereka mengira akan melihat kelahiran seorang jenius, namun tampaknya takdir berkehendak lain. Sepertinya orang jenius memang ditakdirkan untuk mati muda.Bahkan Floridas Kennedy yang baru terbangun dari proses pemulihannya hanya bisa menghela napas panjang. Dia telah mele
"Ini adalah pertarungan antara para kultivator sejati!" seru salah seorang dari mereka."Niat pedang mereka benar-benar mengerikan!""Kudengar niat pedang Brandy Shroud berasal dari Dewa Pedang Alex Shroud seribu tahun lalu," ucap seorang tetua. "Tapi dari mana warisan Arthur Pendragon berasal..."Waktu seakan membeku saat kedua sosok itu saling menatap dalam diam. Meski tidak ada yang bergerak, tekanan di sana begitu mencekam hingga membuat para penonton kesulitan bernapas."MAJU!"Teriakan keras Brandy Shroud memecah keheningan bersamaan dengan ledakan auranya yang mencapai puncak."Pedang Pembelah Sembilan Provinsi!"Benda-benda di aula Paviliun Ivoryshroud mendadak tertarik ke arah Brandy Shroud, seolah ada kekuatan misterius yang menarik mereka. Dalam sekejap, semua benda itu hancur berkeping-keping!"Aura yang sangat kuat!""Gerakan ini... sungguh menakutkan!""Ya Tuhan, bahkan ahli Ranah Transcendence tingkat puncak biasa tidak akan memiliki aura semengesankan ini!" seru seora
Dari pinggir area pertarungan, tetua Keluarga Jirk yang tadinya berniat turun tangan mendadak menghentikan langkahnya. Dia memang berencana mengikat Ryan mengingat bakat dan teknik pedang menakjubkan yang dimiliki pemuda itu. Namun situasi telah berubah jauh lebih serius sejak Brandy Shroud memutuskan turun tangan secara pribadi.Ryan hanya mencibir mendengar ancaman itu. Dengan santai dia berkata, "Tidak ada yang pernah berhasil menghentikanku membunuh siapa pun yang kuincar. Albert Shroud harus segera belajar dari pengalaman pahit itu." Tatapannya berkilat berbahaya. "Kau ingin menghentikanku? Apa kau yakin punya hak untuk melakukannya?"Begitu kata-kata itu terucap, Ryan melepaskan niat membunuh yang pekat. Pedang spiritual yang dia peroleh dari Paviliun Ivoryshroud tiba-tiba muncul dan terbang keluar. Awalnya dia berniat memberikan pedang ini pada ibunya sebagai hadiah, namun sepertinya dia harus menggunakannya untuk menampar wajah Paviliun Ivoryshroud terlebih dahulu.BOOM!