"Aku tak boleh takut, mereka tak pernah ada." Angel menutup matanya. Menarik napas dalam dan membuka jendela kamar Will."Tidak terlalu tinggi," ucapnya. Ia melompat ke dahan pohon yang menempel di jendela.Angel menatap jendela kamar Tiara. Ia terkejut melihat seorang wanita dibalik hordeng. Tatapan mereka bertemu."Siapa dia, manusia atau hantu?" Tak beberapa lama kemudian sosok wanita itu hilang. Wanita berambut pirang dan berbaju merah.Angel masuk ke mobil dan meninggalkan rumah tersebut dengan jantung yang berdegup kencang. Pikirannya melayang-layang ke udara. Mengingat sosok wanita itu. Wajahnya tak terlihat jelas. Angel tak mau memikirkan hal itu. Ia fokus untuk mencari bukti tentang Bean dan Will.Mengendarai mobil menuju rumah sakit menemui Bean. Petugas memberi izin kepada Angel. Petugas hanya memberikan waktu sepuluh menit untuk berbincang.Bean di rumah sakit jiwa, polisi masih menjaga ruangnya dengan ketat." Jangan sampai kalian lengah. Dia lelaki gila dan pembunuh." Sal
Angel mengikuti arah anak lelaki itu berjalan. Tepat di depan pintu berwarna biru. Anak laki-laki tanpa terlihat wajahnya menghilang menembus pintu."Astaga dia!" Mengusap dada. Jantungnya berdegup kencang bagaikan kuda yang sedang berlari. Tiba-tiba menghilang bagaikan hantu. Apakah anak itu hantu atau penghuni rumah ini."Aku harus masuk." Angel berperang melawan rasa takut. Ia harus terus maju tanpa ragu. Angel mendorong pintu perlahan. Ruangan seperti tempat tidur dan lemari tertata rapi di dalamnya. Debu menebal menutupi perabotan.Angel menelusuri kamar penuh debu dan sarang laba-laba. Ia memaksa kakinya untuk melangkah. Pandangannya terus menelusuri kamar yang entah berapa lama tak terpakai dengan cahaya lilin.Tatapan Angel terhenti pada sebuah benda. Dirinya penasaran apa yang ada di dalam benda tersebut. Sebuah bingkai foto keluarga dengan senyum bahagia. Namun, tak ada dirinya di dalam foto tersebut."Mengapa foto ini tak ada aku?" desisnya.Angel mengambil foto tersebu
"Mengapa ia mengikutiku. Apa yang ia mau?" lirihnya dalam hati. Tak ada yang bisa melihat sosok anak itu kecuali Angel.Tatapan mereka bertemu. Namun, wajah anak itu tak terlihat jelas. Tubuh bocah laki-laki sama persis di rumah tadi. Tempat tinggal kedua orang tuanya. Bayangan anak itu tiba-tiba menghilang. Tak menampakkan jejak untuknya. Angel mengelengkan kepala pelan. Entah apa mau anak itu, mengikuti wanita yang duduk di bangku plastik merah. Setelah makan pikirannya bukan tenang malah semakin runyam. Angel yakin, bocah itu ingin memberitahukan tentang dirinya atau memberikan informasi tentang kematian Tiara, adik kembarnya. "Berapa Pak?" Memberikan piring yang telah kosong. "Dua belas ribu aja, Neng." Angel mengeluarkan uang berwarna hijau dari dompet merah muda dan menyerahkan ke pedagang nasi goreng."Ambil saja kembaliannya, Pak." "Terima kasih. Hati-hati Neng."Angel memberikan senyuman kepada pedagang tersebut. Melangkah kembali menelusuri jalan yang sama. Angel kemb
Setelah kejadian kecelakaan maut yang menimpa kedua orang tuanya. Angel dan Tiara tinggal di sebuah panti asuhan Sari Kasih. Mereka terpaksa tinggal di sana karena tak ada satu saudara pun yang bisa dihubungi. Silsilah keluarga mereka tak diketahui olehnya. Entah mengapa kedua orang tua mereka tak memberi tahu saudara mereka yang lain. Angel diadopsi oleh orang yang berkebangsaan Rusia. Ia memanggil kedua orang tuanya dengan sebutan dady Rich and momy Rich. Mereka tinggal di negara tersebut. Mereka sepasang suami istri yang tak dikaruniai seorang anak hingga sekarang. Mereka sangat menyayangi Angel melebihi diri mereka. Angel bahagia dan sejahtera hidup bersama mereka dengan harta yang berlimpah. Apa yang diinginkan selalu terkabul. Momy Rich sangat memanjakan Angel. Apa yang diinginkannya pasti dituruti asalkan Angel bahagia. Senyum Angel menjadi candu untuk dirinya. Dady Rich juga yakin kalau Angel dapat meneruskan usahanya yang selama ini berjalan semakin sukses. Kepintaran d
Mengingat kejadian masa lalu membuat Angel nyeri. Kehilangan saudara satu-satunya dan kini nama aslinya kembali teringat. Mendesah panjang dengan segala konflik ini. "Apakah hidupku serumit ini? Apakah masa lalu terlalu suram. Sebenernya siapa pembunuh Tiara. Kini, Antoni telah pergi. Satu persatu keluarga Ronald telah tiada. Apa yang harus aku lakukan.Angel menatap jalan raya tanpa ada kendaraan lain yang melintas. Hawa dingin menusuk ke kulit. Entah sudah berapa jam ia berada di dalam mobil. Selama perjalanan Angel tak berhenti sedikitpun. Mobilterus melanju membelah jalanan dengan cepat. Jalan raya terlihat sepi dan menyeramkan. Hawa dingin lebih menusuk ke dalam tulang. "Kenapa cuaca dingin sekali?" Angel tak mengenakan jaket atau sweater. Teringat kembali masa lalu tentang dirinya. Masa lalu yang mungkin menjadi indah jika ia tak memilih seperti ini Keadaan dirinya dan nama asli setelah kelahirannya. "Aku Tara bukan Angel ... Aku ...." Mengelengkan kepala cepat. Tanpa ia sa
Angel tersentak, ketika tubuhnya terasa dingin. Air membasahi seluruh tubuhnya. Wanita itu tak sadar apa yang telah terjadi. Suara teriakkan mengema di ruangan tersebut. Suara menakutkan telinga dan mata hingga tersadar dari tidur sementara."Bangun!" pekik salah satu pria bertopeng. Tangan kanan menggenggam ember kecil merah. Isi dalam ember sudah dibuang ke wajah Angel. Senyum menyeringai menakutkan jiwa. Sifat jahat terpancar menyilaukan hati dan mengelapkan dirinya. Hatinya menghitam, pikirannya hanya menyakiti orang lain. Kejahatan yang sering mereka lakukan. Hati yang gelap membuat pria bertopeng memperlihatkan senyumnya ketika korban terluka atau sengsara. Orang lain sengsara ia tersenyum begitulah istilahnya. Pria bertopeng memukul bagian bawah ember agar Angel sadar dari pingsannya. Ingin sekali pria bertopeng menyayat kulit Angel agar terlepas dan ia jemur di bawah sinar matahari. Angel belum membuka mata, tubuhnya hanya bergerak sedikit membuat pria bertopeng kembali ber
"Kalian gila!" maki Angel. Berusaha menutup mata. Mereka tertawa terbahak-bahak. Tingkah Angel membuat mereka bersemangat untuk menyakiti wanita yang terikat di kursi. "Iya, memang kami gila. Gila karena kalian yang memperlakukan kami seenaknya." Aldo berucap seakan-akan Angel bersalah dalam kehidupan masa lalu. "Salah aku apa, Tiara. Mengapa kamu mengikatku seolah aku adalah korban kekerasan! Aku saudaramu kita satu keluarga." "Salahmu adalah memiliki wajah yang sama persis denganku. Kamu juga telah melupakan adik kembarmu yang bernasib malang. Kamu hidup di atas penderitaku.""Kamu bahagia dengan harta berlimpah tetapi aku harus menelan kehidupan pahit hingga aku berubah seperti ini." Tatapan iblis muncul di kedua netra Tiara. Hatinya tertusuk pisau yang sangat tajam dan runcing menusuk dalam hingga menembus ke belakang tubuh. "Tidak Tiara, aku tak melupakanmu. Hanya saja. Daddy dan Momy Rich ...." Angel mengelengkan kepala lemah. Sejenak ia teringat dengan kedua orang tua an
"Ya Tuhan ... Dokter Ardian! Ternyata kamu menipuku!" sungut Angel kesal. Tubuhnya bergerak untuk maju. Hatinya panas membara ingin menghajar lelaki itu. Penipu dan licik. Segala rencana Angel, ia ketahui. Semuanya tanpa ada yang ditutupi. Begitu bodohnya Angel tak menyadari manusia licik dan serakah. Apakah salah Angel dengan dokter muda itu. Apakah Angel pernah membuat dirinya menderita. Orang yang terlihat baik di depan Angel ternyata manusia iblis. Pembunuh dan pencundang. Selama ini Ardian yang membantunya. Ia mempercayakan semua kepada dokter muda itu. Pria yang bergelar dokter dan selalu ada di sampingnya ternyata menusuk Angel dari belakang. Begitu sakit hati Angel telah dikhianti. "Penipu kau, Ardian!" Dada Angel naik turun, udara di dalamnya mencari jalan agar aliran lancar. Tapi, saat ini Angel marah, kesal dan geram sehingga udara dalam tubuhnya tersedat. Ardian hanya tertawa dan mengelengkan kepala. Tiara merangkul tubuh dokter tampan itu