Share

Enam

Author: Nannys0903
last update Last Updated: 2022-06-21 10:13:33

Mereka berkumpul di ruang makan, setiap hari mereka akan makan bersama kecuali berada di luar kota. 

Antoni membantu Angel menuruni tangga, tubuhnya lemas dan lunglai. "Pelan-pelan, Tiara. Apa perlu aku gendong?" Antoni menahan tubuh Angel yang hampir terjatuh. 

"Tidak usah, aku masih kuat." Melangkah perlahan menuruni anak tangga. Tangannya mengenggam Antoni.

Tatapan Angel menelusuri meja makan. Tak ada Ros, biasanya ia akan menyapa Angel ramah. Merasa sesuatu menganjal di hati.

Menurut informasi yang diterima Angel dari salah satu anak buahnya. Antoni memiliki tiga istri yaitu Tiara sebagai istri pertama Antoni. Sejak SMP mereka sudah saling kenal. Tiara sangat akrab dengan Black. Antoni sangat terobsesi dengan Tiara. Selalu saja mengejar-ngejar Tiara.

Ros, istri Antoni yang kedua. Ia dijual oleh pamannya karena utang yang mencapai ratusan juta rupiah kepada rentenir. Antoni dengan senang hati menerima tawaran pamannya Ros. Ia gadis berumur dua puluh tahun harus rela menjual dirinya untuk membantu melunasi utang. Antoni menolongnya ketika ia berada di club malam. Menolong dengan cara membeli, pikiran itu yang ada dalam benaknya. Ros beruntung tak menjadi wanita malam, menyerahkan mahkotanya kepada suami sendiri walaupun ia suami orang.

Yohana, ia seorang wanita karir berprofesi sebagai model. Cintanya hanya untuk Antoni walaupun lelaki itu tak begitu mencintainya. Kala itu, Yohana melamar Antoni, setelah setahun mendekatinya dengan berbagai cara mengambil cintanya.

"Menikahlah denganku, aku tak bisa mencintai lelaki lain selain kamu. Aku rela menjadi simpananmu." Antoni tersenyum melihat Yohana yang berani melamar dirinya. Akhirnya, ia menyetujui lamaran tersebut.

Tiara mengetahui semua itu, Antoni menceritakan keinginanya untuk menikah lagi."Antoni, apa kamu tak waras. Baru dua bulan kamu menikahi Ros, sekarang mau menikah dengan Yohana." Wajah Tiara sangat kecewa. Suaminya selalu berkata mesra dan lembut, tapi itu semua hanya sebuah kedok. 

"Tenang Tiara, aku akan tetap mencintaimu. Tak ada wanita lain di hati ini. Ros dan Yohana hanya selingan saja," ucap Antoni datar. Ia membelai lembut rambut istrinya dan mengecup kening wanita yang ia cintai. Matanya sembab dan wajah kecewa terlihat jelas. Ros tak bisa berbicara apa-apa. Ia hanya pasrah.

Tiara--istri yang sudah dinikahinya sejak tiga tahun yang lalu. Ia adalah istri yang patuh. Semua pekerjaan di rumah dikerjakan olehnya walaupun banyak pelayan. Lebih memilih membersihkan rumah sebesar itu dari pada berada di dalam kamar yang penuh kesedihan dan kesepian. 

Tiara tergugu menyaksikan suami tercintanya menikahi Yohana. Berbeda dengan pernikahan kedua Antoni. Saat itu mata Ros selalu meneteskan air mata terlihat wajahnya sembab akibat menangis semalaman. Tiara menjadi iba, tubuh Ros terlihat membiru seperti mendapatkan perlakuan kasar. Entah apa yang terjadi dengan wanita istri kedua Antoni.

Setelah menikah, wajah Ros kembali murung. Tiara mendekati Ros memberi kekuatan untuk hidup. Ros dan Tiara bagaikan kakak beradik.

Tiara hanya bisa menangis, cintanya semakin memudar ketika Antoni bermesraan di setiap sudut rumah dengan Yohana. Sejak kehadiran wanita lain di rumah ini, Antoni jarang menemaninya. Ia lebih suka menghabiskan waktu dengan istri barunya.

Penampilan Ros berubah, ketika Antoni mengenalkan kepada teman wanitanya. Pakaian yang dulu sederhana dan tertutup, kini berubah drastis. 

Tiara tak pernah mau melakukan hal tersebut. Ia lebih suka berpenampilan sederhana, namun memesona. Black--teman dekat Tiara pergi meninggalkannya ke negara lain karena patah hati dan kecewa. 

Black adalah anak ketiga, ia berbeda dari saudara-saudaranya. Kulitnya sedikit gelap sedangkan saudara yang lain memiliki kulit putih dan bersih. Rambut Black sedikit keriting. 

Orang tua Antoni hanya merestui keinginan anak mereka tanpa menentangnya."Biarkan saja mereka melakukan apa yang mereka inginkan," ucap papa mertua. Antoni anak pertama bebas melakukan apa saja.

Mereka juga memiliki satu anak yang berbeda yaitu Wildan. Lelaki itu terlihat dingin dan pendiam. Bentuk tubuh dan parasnya hampir mirip Antoni. Ia adalah anak kedua. Tak ada satu katapun terucap di bibir. Ia tak pernah bertengkar dengan saudara-saudaranya. Lebih memilih pergi jika terjadi perdebatan. Kegiatan Wildan hanya mengurung diri di kamar dan pergi ke luar entah ke mana. Setelah jam makan tiba, ia akan pulang. 

Aldo, pemuda manis berumur enam belas tahun. Ia seorang pelajar yang cerdas dan berprestasi. Sikapnya bersahabat dengan Tiara. Asik diajak mengobrol dan berdiskusi. 

Antoni tak pernah keberatan, jika Tiara bermain dengan adiknya kecuali Black, suami Tiara akan cemburu dan marah.

Antoni memberikan Angel roti tawar dengan olesan coklat, meletakkan roti tersebut di piring istri tercinta. Yohana menatap sinis Angel. Mereka saling bertatapan. 

Seorang pelayan tak sengaja menumpahkan kopi ke celana apapa mertua. Angel menatap pelayan tersebut.

"Maaf, Tuan. Saya tak sengaja," ucapnya sopan. Ia mengambil serbet dan membersihkan celana majikannya dengan mengusap-usap. 

"Hei, kamu. Bisa kerja tidak!" teriak mama mertua. Wajahnya memerah.

"Sudah Ma, tak apa. Kopinya juga tidak panas." Papa mertua mengusap pelan celananya yang basah.

Angel terdiam mendengar ucapan papa mertua. Kopi yang baru dibawa seharusnya panas, tapi ini tidak panas. Papa mertua bangkit dari duduknya. Keluar rumah mengikuti langkah pelayan tersebut yang lebih dulu keluar rumah. 

'Mengapa papa pergi ke luar, bukankah dapur berada di sebelah sana,' ucap Angel dalam hati. Mama mertua terlihat biasa saja. 

'Sepertinya tatapan pelayan itu, pernah kulihat.' Angel bertempur dengan pikirannya. Mengingat siapa pemilik mata itu. 

"Tiara, makanlah! Jangan melamun," ucap Antoni. Memberikan segelas susu putih hangat. Angel meminum susu tersebut dengan perasaan tanda tanya. 

Angel menatap tiga kamera di dalam rumah."Aku harus tahu isi kamera tersebut. Bagaimana pun caranya." 

Semua penghuni sudah meninggalkan meja makan. Antoni dan Yohana pergi bekerja. Mama mertua berada di dalam kamar. Angel masih duduk di meja makan. Seorang pelayan menghampirinya. 

"Non, Tiara. Apa Anda baik-baik saja?" ucapnya pelan. Ia menatap Angel sekilas dan menundukkan kembali wajahnya. 

Mendengar sapaan dari pelayan tersebut Angel  sedikit terkejut. Banyak pelayan yang ia jumpai di rumah ini, tapi tak ada satu pun yang menegur atau mengajaknya bicara.

"Maaf, kepala aku pusing." Angel berpura-pura sakit. Memijat kepalanya pelan. 

"Apa Nona, butuh dokter?" 

"Tidak, nama kamu siapa? Aku lupa." Angel memijat keningnya pelan. 

"Nona, lupa nama saya. Saya Mimi. Ternyata, Non lupa. Padahal kita sering bermain dan bercerita," ucapnya kecewa.

"Maaf, sejak kecelakaan itu setengah memoriku hilang. Apa kamu mau membantuku?" Mimi tersenyum dan mengangguk. Akhirnya, Angel mendapatkan satu pelayan untuk mencari info tentang keluarga ini. 

"Ayo, kita rapikan meja makan ini!" Angel bangkit dan membersihkan meja makan. 

"Jangan, Non. Non, lagi sakit." Merebut piring yang dipegang Angel. 

"Baiklah, apa kamu mau bermain denganku setelah pekerjaan selesai." 

"Tentu, Non. Saya akan selesaikan pekerjaan dulu. Nanti, kita bermain di halaman belakang." Mimi membersihkan piring-piring kotor dan membawanya ke dapur. 

'Halaman belakang, tentu. Mari kita bermain!' Angel berencana menelusuri rumah besar ini. Mengetahui tata letak rumah ini dan karakter seluruh keluarga cara Angel mencari pembunuh adiknya. Angel melihat keganjalan di rumah ini.

****

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Pembalasan Saudara Kembar    Tujuh

    Mimi sudah menyelesaikan pekerjaanya, ia menghampiri Angel di meja makan. Mengeringkan tangan setelah mencuci piring. "Ayo, Non. Pekerjaanku sudah selesai." Mimi mengandeng lengan Angel seperti seorang teman. Angel membulatkan mata. Ia belum pernah di sentuh oleh seorang pelayan. Mimi sadar dengan tatapan istri Antoni. "Maaf, Non Tiara." ucapnya sopan. Ia melepaskan tangannya dari lengan Angel. Memberikan jarak dengan majikan. "Ah, kamu seperti sama orang lain saja. Ayo!" Angel mengandeng Mimi dan tersenyum. Mereka terlihat akrab dan bersahabat. "Apa kamu sudah lama bekerja di sini?" tanya Angel. Ia harus mendapatkan informasi yang lebih banyak. "Lima tahun aku bekerja di sini." Memperlihatkan jari letiknya sebanyak lima. "Apa kamu betah di sini?" "Mau tidak mau harus betah. Karena aku butuh biaya buat keluargaku di kampung." Raut wajah Mimi berubah sedih. Sejak bapaknya meninggal, Mimi yang menjadi tulang punggung keluarga. "Kamu tadi lihat tidak, pelayan yang menumpahkan kop

    Last Updated : 2022-07-21
  • Pembalasan Saudara Kembar    Delapan

    "Tunggu, kalian mau ke mana?" teriak Silvia mencegah langkah mereka agar tak mengelilingi halaman belakang selebar lapangan bola. "Ada apa lagi? Menganggu saja!" sungut Angel. Ia melipat tangan di dada.. Pelayan tak tahu diri masih saja tak pergi. "Ka-kalian tidak boleh ke sana!" Silvia terlihat gelagapan. Sebutir keringat sebesar biji jagung mengalir di dahi putih nan mulus. Hati Silvia was-was dan cemas. "Mengapa? Aku ingin lihat kolam ikan itu." Angel menyadari sesuatu telah dirahasiakan dekat kolam ikan dengan jembatan kecil sebagai hiasan. dan beberapa bunga juga ada di sana. "Tidak boleh! Itu perintah tuan besar." Silvia melirik kolam ikan. Wajahnya gusar terlihat seperti maling yang tertangkap basah. Angel menatap curiga.'Ada yang ia sembunyikan, aku yakin itu.' Monolog dalam hati. Angel tak memedulikan teriakan Silvia, wajah cantiknya menatap rendah. Pelayan itu berlari ke arah Angel merasa tak dihargai. "Nona, Anda harus pergi dari sini dan kembalilah ke kamar." "Hei

    Last Updated : 2022-07-21
  • Pembalasan Saudara Kembar    Sembilan

    Pembalasan Saudara Kembar (Tiara) "Tiara, tangkap ini. Bunuh dia!" Mama mertua melemparkan kayu kepada Angel. Angel menerimanya, ia melayangkan kayu tersebut ke arah wajah Silvia. Pelayan itu juga meraih batu besar dekat dengan dirinya."Non Tiara!" pekik Mimi. Ia mendorong tubuh Angel hingga terjatuh ke samping. Silvia sudah sangat marah, ia memukul kepala Mimi hingga berdarah. Mimi tak mau Tiara terluka, dan ia tak mau Tiara masuk penjara karena membunuh Silvia. Hanya Tiara yang mau berteman dan bercerita dengannya. Mimi sangat menyayangi wanita itu. Silvia terus memukul kepala Mimi. Angel menahan tangan pelayan jahat itu. Merebut batu tersebut dan membuangnya. Silvia mendorong tubuh Mimi, namun pelayan itu masih sadar dan menahan tubuh Silvia agar tak menyakiti Tiara. "Hentikan!" teriak papa mertua. Tubuh Mimi terbaring di tanah, Silvia mendorong tubuhnya. Pandangan Mimi berubah gelap dan ia memejamkan matanya. "Mimi ...." Angel menatap wajah Mimi yang tertutup cairan merah.

    Last Updated : 2022-07-21
  • Pembalasan Saudara Kembar    Sepuluh

    "Tidak bisa, Pa! Pelayan itu telah melukai Mimi. Ia harus dipenjara." ancam Angel. Silvia terkejut mendengar penuturan kata Angel. Matanya melotot ke arahnya. Silvia hendak pergi, tetapi tangan lain menahan lengannya, menatap manik mata hitam yang selalu dirindukan olehnya. "Tidak! Aku tak setuju membawa Silvia ke kantor polisi. Bawa saja Mimi ke rumah sakit." tolak papa Ronald. "Tuan ...," panggil Silvia dengan lirih. Wajah papa mertua sudah pucat. Ia tak mau berhubungan dengan polisi. "Kamu harus bertanggung jawab!" Antoni menghubungi pihak kepolisaan. "Tidak! Tuan. Aku tak bersalah. Ini fitnah. Tuan besar Ronald, bantu saya." Silvia menyentuh lembut lengan papa mertua. Ia tak bisa berbuat apa-apa. Menghembuskan napas panjang. Rebeca tersenyum kemenangan, wanita yang menjadi duri dalam rumah tangganya akan dipenjara.'Bagus, kalau kamu dipenjara,' ucap mama mertua dalam hati berbahagia. Setidaknya tak ada suara desahan atau bau aroma percintaan mereka di samping kamar utama mi

    Last Updated : 2022-07-21
  • Pembalasan Saudara Kembar    sebelas

    Pembalasan Saudara Kembar ( Tiara )"Benar dugaanku, samping kamarku ada ruangan lain yang terletak di lantai 1. Pintu tersebut berada di samping gudang persis dengan apa yang dikatakan Mimi. Posisi di bawahku adalah dapur dan jendela yang pernah aku lihat mengarah ke ruangan samping. Tapi bagaimana cara ke sana." Gusar itu yang dirasakan Angel. "Apa yang terjadi? Apa wanita itu sudah mati?" Jantungnya bergemuruh, ia tak ingin melihat darah lagi hari ini. Tadi siang adalah hari terburuknya. Melihat Mimi tergeletak di tanah dengan noda merah melekat di kepala. "Ya Tuhan, apa yang terjadi dengan wanita itu."Perasaannya gusar dan tak bisa tenang, menutup mata agar semua pikirannya kembali ke semula seolah-olah semua baik-baik saja. Angel memilih memejamkan mata ketika mendengar suara-suara aneh dari samping kamarnya. Membuang semua pikiran hingga suara itu tak terdengar kembali. Keesokan paginya Angel berniat untuk menjenguk Mimi. Ia ingin tahu keadaan gadis itu, pelayan yang telah m

    Last Updated : 2022-07-21
  • Pembalasan Saudara Kembar    Dua belas

    Angel menuruni tangga, melangkah perlahan tanpa bersuara sedikitpun. Tak ada cahaya masuk di ruangan itu. Bau pengap dan debu yang tebal tercium menusuk penciuman. Angel turun hingga sampai paling bawah. Sebuah pintu hitam bertulisan dan bergambar mobil balap terlihat di kayu pintu. Angel mengusap debu di papan tersebut dan membaca tulisan hingga terlihat jelas. Karena penerangan ruangan yang sedikit gelap, ia menajamkan matanya. Perlahan menyentuh papan ukiran tersebut. Mengeja huruf satu persatu. "BEAN ROOM sepertinya ini kamar," lirihnya pelan. Ia juga mencium sesuatu yang amis. Mengibas-ngibas tangannya ke hidungnya dan menggaruk pelan.Angel menempelkan telinganya ke pintu, memastikan apa ada orang di dalam. Sunyi tak ada pergerakkan sekalipun. Ia memutar knop pintu perlahan. "Terkunci," ucapnya pelan. Ia menoleh ketika melihat bayangan hitam berdiri di pojok bawah tangga. Ia terkejut dan menutup mulutnya dengan kedua tangan. Menahan suara agar tak berteriak.Tubuhnya bergetar h

    Last Updated : 2022-07-21
  • Pembalasan Saudara Kembar    Tiga Belas

    Angel hendak pulang ke rumah. Namun ia urungkan, ingin berjalan-jalan ke taman kota. Rasa bosan dan frustasi membuat pikirannya menjadi tak karuan. Masalah dan misteri di dalam rumah Antoni menjadi dirinya tak fokus. "Lebih baik aku jalan-jalan ke Kota. Melihat keindahan langit," lirihnya dalam taksi. Angel memberitahukan tujuan perjalanan kepada supir taksi."Taman Kota, Pak." "Baik, Non." Suasana kota yang hiruk pikuk, dan asap kendaraan yang keluar dari knalpot kendaraan lain membuat polusi udara semakin parah. Hawa panas sinar matahari seolah-olah membakar kulit. Angel menatap keluar jendela menikmati keindahan kota. Hingga taksi sampai ke tempat tujuan. Angel duduk di bawah pohon sambil memakan es krim yogurt. "Indah sekali pemandangannya." Angel memejamkan mata sejenak. Ia bangkit dari duduknya dan menelusuri taman kota."Itu bukannya adiknya Antoni?" lirihnya pelan. Ia mendekati lelaki yang duduk dan memainkan jarinya di atas kertas. Angel mengintip gambar yang telah dibua

    Last Updated : 2022-08-03
  • Pembalasan Saudara Kembar    Empat Belas

    Angel membawa paket itu ke dalam kamar. Membuka paket itu dengan mengunting bungkus plastik tersebut. Plastik hitam kecil dan di dalam bungkus itu sebuah kotak kecil. Senyum terukir di bibirnya. "Bagus, akhirnya aku bisa mengetahui rahasia di balik pintu itu." Benda besi serba guna, dengan alat itu ia bisa membuka apa saja yang ada di rumah ini. Angel memesan khusus hanya untuk darinya. Apa saja bisa didapatkan asal ada uang. Barang-barang yang diinginkan Angel pasti tercapai. Hingga ke ujung dunia para anak buahnya akan mencari. Mereka tak ingin mengecewakan bosnya. Angel bukan penjahat atau mafia. Ia berniat menolong orang yang mengalami masalah. Walaupun, Angel anak angkat ia memiliki warisan yang berlimpah dan sangat fantastic. Angel memikirkan rencana untuk hari ini. "Aldo, aku akan mendekatinya." Semua penghuni rumah ini akan Angel dekati tanpa kecuali. Angel hanya bisa mendekati Mimi. Angel keluar kamar mendengar suara Aldo yang sedang menyanyi di kamar samping kamar

    Last Updated : 2022-08-03

Latest chapter

  • Pembalasan Saudara Kembar    Ending

    Bab 88"Angel," sapa Tiara dengan suara tegas. Angelica menatap manik kembarannya. Ia bangkit dari duduk yang disediakan oleh petugas polisi untuk para pengunjung. Bagaimana bisa Tiara mengenalnya. "Angel? Aku Angelica." Wanita berparas manis tersenyum tipis. Bibirnya bergetar. Tak mungkin Tiara mengenalinya. Wajahnya saja tak seperti dulu lagi. "Kamu Tara, saudara kembarku. Aku yakin kamu Tara." "Siapa Tara. Siapa Angel?" Angelica berusaha untuk tenang. Ia tak boleh gegabah hingga Tiara curiga mimik wajahnya pasrah. "Tara kembaranku." "Loh, bukankah ia sudah kamu bunuh?" Tiara terdiam, ia ingat kejadian itu tapi penjelasan dari polisi membuat dirinya yakin kalau Angelica adalah Tara. "Ia tidak mati. Saudaraku masih hidup. Aku yakin itu kamu. Kamu adalah Tara." Suara Tiara meninggi, ia mengungkapkan apa yang dilihat dengan matanya sendiri. Walau wajahnya berbeda, ciri-ciri Angelica sama dengan Angel atau Tara. Ketika mereka berada di laut, Tiara merasa tak asing dan dekat d

  • Pembalasan Saudara Kembar    Delapan Puluh Tujuh

    Bab 87Luka Tiara sudah tak terlalu parah. Ia dapat berjalan seperti biasa. Para petugas berjaga di pintu masuk ruang inap Tiara. Mereka tetap mengawasi wanita itu. "Hai, bagaimana keadaanmu?" tanya Angelica menyapa Tiara. Ia membawa boneka beruang berwarna coklat. Tiara dan Lola mendapatkan izin khusus untuk keluar masuk ruangan Tiara. "Baik. Lebih baik." Tiara menyungingkan senyum. Ia menatap boneka di tangan wanita yang mengenakan dress coklat di atas lutut. Rambut panjangnya digerai indah hingga wajahnya semakin memesona. "Boneka ini?" tanya Tiara mengingat momen semasa kecil. Ia suka dengan boneka beruang. Entah ke mana boneka itu. Boneka pemberian almarhum ibunya. "Untukmu. Hanya ada warna ini tak ada yang lain." Tiara mencium aroma boneka berbau rosberry. Aroma yang ia sukai. "Dari mana kamu tahu aku menyukai boneka beruang dengan aroma rosberry?" "Hanya menebak saja. Tipe wanita sepertimu pasti suka boneka." Tiara hanya tersenyum simpul. Ia merasa ada teman dalam deka

  • Pembalasan Saudara Kembar    Delapan Puluh Enam

    Bab 86"Angelica!" panggil Lola melambaikan tangan. Gadis itu senang ketika teman barunya selamat. Angelica meletakkan tangan kanannya di bahu Tiara. Langkah Tiara terseok-seok. "Tolong bantu dia!" ujar Angelica kepada Lola."Ayo Non Tiara kita ke sana!" Tiara memilih diam, ia mengikuti langkah Lola ke sebuah tempat lebih aman. Lola melihat luka bakar Tiara. Ia segera berlari ke mobil dan mengambil kotak P3K. Lola menyobek celana panjang orange Tiara agar bisa melihat luka lebih jelas. "Astaga, lukanya terlihat parah. Kejam sekali pria itu." Tangan Lola mengunting celana panjang Tiara hingga ke paha. Tiara meringis ketika Lola menyentuh luka bakarnya. "Rumah sakit jauh, kita harus mengobatinya lebih dulu." Angelica berdiri dekat Lola, memperhatikan luka Tiara. Ia meringis melihat kulit Tiara melepuh seperti balon. "Aku kasih salep saja. Ini ada salepnya." Tiara tak berkata sepatah katapun. Ia hanya menatap kedua perempuan yang ada dihadapannya. "Ayo Nona kita ke mobil." L

  • Pembalasan Saudara Kembar    Delapan Puluh Lima

    Bab 85 Tubuh Angelica terjun ke dalam laut. Tangan dan kaki bergerak cepat mencari keberadaan sebuah mobil yang mulai tenggelam.Angelica menoleh ke sekitar, melihat bayangan hitam di kedalaman laut. Ia terus berenang menuju ke arah benda yang biasa di gunakan untuk menuju ke tempat lain dalam waktu singkat. "Tiara, bertahanlah!" ucapnya dalam hati. Tangan dan kaki berusaha mengapai mobil itu. Hingga ia berhasil mendekatinya. Angelica melihat isi mobil tak ada Tiara di dalamnya hanya ada bangku kosong tak berpenghuni.Ia melihat ke arah bagasi. Bisa jadi Tiara berada di dalamnya. Tangannya menyentuh pintu yang terbuka sedikit dan masuk ke dalam . Jari menyentuh tombol pembuka bagasi hingga seseorang keluar dari tempat itu. Tiara berusaha untuk berenang ke atas permukaan ketika mendapat cela. Angelica mengikuti tubuh adiknya hingga mereka berhasil muncul ke permukaan. Uhuk! Uhuk! Tiara menatap wanita yang berada dekat dengannya. Ia terkejut Angelica berusaha menolong. Padahal,

  • Pembalasan Saudara Kembar    Delapan Puluh Empat

    Bab 84 Angelica masih berusaha mencari keberadaan adiknya. Ia harus menemukan wanita itu sebelum Seno membunuh. "Ke mana lagi kita Nona?" tanya supir yang mengemudi di depan mereka. Sejak tadi hanya berkeliling saja tanpa tujuan jelas. "Jalan saja terus. Ikuti jalan ini hingga ke atas." Hanya ada satu jalan saja. "Baik, Nona." Pohon-pohon menjulang tinggi, jalan becek akibat hujan semalam. Tak ada rumah yang tinggal di daerah itu. Angelica dan Lola masih menatap jalan sekitar. Di kejauhan, Lola melihat sebuah mobil di antara pepohonan. Walau tak jelas benda itu berjalan menuju arah atas. "Lihat itu!" Tunjuk jari Lola. "Pak, kejar dia!" Jalan tanah dan bebatuan membuat kendaraan sulit untuk melaju. Kecepatan tak bisa ditambah lagi. Situasi dan keadaan tak mendukung. "Apa tak bisa cepat?" omel Angelica tak sabaran karena mobil Seno sudah tak terlihat. "Tidak bisa Nona. Jalannya hancur." Angelica hanya pasrah. Ia berpikir ke mana Seno membawa adiknya itu. "Seno pasti membawan

  • Pembalasan Saudara Kembar    Delapan Puluh Tiga

    Bab 83 Setelah Angelica bekerja sama dengan polisi mencari mobil milik Seno. Mereka semua mencari keberadaan mobil itu dengan bantuan para polisi daerah lain terutama polisi lalu lintas. Angelica dan Lola mengikuti para polisi di belakangnya. "Kayaknya kita lewat jalan biasa saja jangan jalan tol. Aku yakin Seno tak lewat situ." "Tapi, para petugas bilang Seno menuju ujung kota." Lola menimpali ucapan Angelica. "Gak semua CCTV terpasang di jalan. Kita jalan lewat biasa saja, Pak," ucap Angelica kepada supir. "Kenapa kamu gak bawa anak buah?" "Gak mungkin aku bawa mereka sedangkan aku masih tahap penyamaran. Mereka gak akan kenal wajahku." "Itulah manusia kalau terfokus dengan dendam," sindir Lola. "Memangnya kamu tak dendam dengan adikku?" "Aku biasa saja. Karena aku tahu dendam itu akan membuat petaka." Angelica merasa tersindir. Sejak pertama penyamaran hingga sekarang hatinya penuh dengan dendam. "Bagaimana kamu bisa memaafkan mereka?""Biarkan saja karma yang akan memb

  • Pembalasan Saudara Kembar    Delapan Puluh Dua

    Bab 82 "Api! Panas!" Seno melihat Tiara tak merasa iba. Baginya kesakitan Tiara adalah kebahagiaan yang hakiki, harus ia resapi hingga masuk ke dalam hati. Suara penuh penderitaan terasa indah di telinga Seno. Pria itu tertawa terbahak-bahak menatap kesakitan Tiara. Tubuh Tiara merasakan panas di sekitarnya. Tiara bagai kambing yang siap di bakar. Asap tebal mulai memenuhi rumah tua itu. Tak ada yang tahu apa yang terjadi. Mereka hanya tahu ada seseorang yang membakar di sekitar rumah tua itu. Seno merekam Tiara yang kepanasan akibat ulahnya. Ia terkekeh berkali-kali. Adegan demi adegan ia rekam hingga wajah kesakitan Tiara terekam sempurna. Hingga Seno tak menyadari pakaian Tiara dibagian kaki mulai terkena api. "Api!" Tiara menatap api menyentuh celananya. Kulitnya terasa melepuh. Pria itu mengambil air untuk memadamkan api tersebut. Belum waktunya Tiara mati. Wanita itu harus mendapat siksaan secara perlahan. Uhuk! uhuk! Tiara terbatuk-batuk menghisap banyak asap. Kedua m

  • Pembalasan Saudara Kembar    Delapan Puluh Satu

    Bab 81 Seno mengikat tubuh Tiara di kursi kayu. Ia menatap wajah cantik mantan istrinya. "Cantik doang tapi hatinya busuk," maki Seno dengan tatapan benci. Seno tak pernah menyangka kalau dirinya akan seperti ini hanya karena cinta. Tangan kekar Seno melayang di udara dan berakhir di wajah Tiara. Wanita itu terbangun, merasakan perih di pipi kanan. Rintihan kecil terdengar di bibir Tiara."Bangun Tiara!" Wanita yang terikat di kursi kayu dengan pakaian serba orange membuka mata perlahan. Ia tahu hidupnya akan berakhir di tangan sang mantan. "Seno." "Selamat datang putri tidur. Sudah waktunya kamu bangun." "Aku di mana?" "Di istana yang akan menjadi tempat paling indah untukmu." Seno menyeringai menatap mangsa yang tak akan bisa pergi lagi dari hidupnya. Sudah waktunya untuk mengakhiri semuanya. "Seno aku ...." "Sst! Diam Sayang. Jangan berbicara. Sudah waktunya kamu menikmati indahnya dunia ini. Tanpa ada rasa sakit sedikitpun." Tiara menatap wajah Seno, pria yang dulu san

  • Pembalasan Saudara Kembar    Delapan Puluh

    Bab 80 Angelica menetap beberapa barang yang diperlihatkan oleh Seno. Wanita itu tahu benda apa itu. Angelica harus menghentikan kegilaan Seno yang semakin merajalela. Ia takut Tiara akan mengalami hal yang lebih parah. Rasa benci Seno akan adiknya begitu besar. Hingga pria itu nekad melakukan hal gila. Angelica tak ingin Seno terjebak lebih dalam. Ia ingin Tiara mendapatkan hukum setimpal atas perbuatannya. "Ya Tuhan, semoga saja tak terlambat." Angelica menatap ponsel berharap ia bisa mencegah kejadian itu. Seno berdiri di tempat yang tepat. Ia menunggu sesuatu terjadi di kantor polisi itu. Tubuhnya terbalut jaket hitam. Seno memandang tempat Tiara berada, wanita yang telah membuat hatinya terluka. Menatap jam tangan yang melingkar di lengan. "Satu, dua, tiga, duar!" Seno tersenyum licik ketika dua mobil polisi meledak hingga terbakar. Semua petugas keluar dari dalam kantor. Mereka mencoba memadamkan api dalam mobil. "Cepat singkirkan kendaraan lain!" teriak salah satu petuga

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status