Abigail mengemas semua barangnya, ia sudah bersiap untuk menutup semua kenangannya bersama Zach. Mulai hari ini ia akan angkat kaki dari rumah yang dulu ia tinggali bersama Zach, untuk surat rumah Abigail akan mengirimkannya ke mansion Christensen melalui jasa pengiriman. Abigail pindah ke sebuah apartment yang berada dekat dengan perusahaan August, ia sudah mulai kembali bekerja dengan August seperti dulu. Berita tentang rencana pernikahan mereka juga sudah diketahui oleh seluruh karyawan August, mereka memberikan ucapan selamat juga doa agar rencana pernikahan mereka diberikan kelancaran. Mereka tau bagaimana tragisnya kisah cinta Abigail dan Zach, namun beberapa orang ada yang tetap mencibirnya karena ia pernah hampir tidur dengan August. August begitu perhatian padanya, ia bersikap seolah-olah Abigail adalah sesuatu yang paling berharga di dalam hidupnya yang harus sangat ia jaga. Bahkan demi mencegah Abigail kelelahan, August rela mendatangkan perancang gaun dan pegawai dari to
Setelah Abigail pindah ke kondominium August, Rebecca benar-benar kesulitan untuk mencoba mengancam Abigail. August menjaga ketat keamanan di kondominiumnya, ia bahkan tidak mengizinkan satupun anggota keluarga Walton menginjakkan kakinya disini. Beberapa kali Rebecca mencoba untuk menerobos masuk, namun usahanya selalu gagal karena pengawal bayaran August mengusirnya bahkan sampai berani menyeretnya keluar. Tentu saja hal ini membuat Rebecca geram sekaligus malu, terutama James yang merasa putranya sudah kelewat batas dengan berani mempermalukan ibunya di hadapan orang-orang demi seorang wanita seperti Abigail."Aku ayah dari bosmu! aku bisa menghancurkan bisnisnya hanya dengan sebuah jentikkan jari, jadi lebih baik kamu menyingkir sebelum kamu kehilangan pekerjaan!" ancam James. Pengawal tersebut akhirnya menyingkir, namun ia tetap mengikuti James sampai ke ruangan August. Keadaan mendadak menegang saat James melewati semua karyawan August, James bahkan tanpa permisi mendobrak pint
Meeting di ruangannya belum juga selesai, namun August sudah kedatangan tamu yang tidak lain adalah suster Margaretha. Wanita paruh baya itu datang dengan wajah cemas, ia bersikeras untuk menemui August secepatnya. "Suster Margaretha?" panggil August. "Kamu, August Walton? putra James Walton?" tanya suster Margaretha. "Iya aku August Walton, ada apa suster?" "Kenapa kamu tidak mengatakannya sejak awal! dan apakah Abigail tau soal ini?" "Ya aku memang August Walton dan Abigail sudah mengetahuinya sejak lama, tapi perusahaan ini tidak ada sangkut pautnya dengan ayahku dan-""Bukan itu masalahnya!" suster Margaretha menginterupsi ucapan August, "Batalkan rencana pernikahan kalian, aku tidak memberikan restuku untukmu menikahi Abigail." Suster Margaretha bangkit dari sofa dan hendak pergi, namun August segera mencegahnya. "Tidak! aku tidak akan membatalkan rencana pernikahanku dengan Abigail, sebelum anda menjelaskan mengapa anda berubah pikiran. Apa karena aku seorang Walton? aku m
"Masih belum ada kabar apapun?" tanya Ryan, ia membawakan segelas kopi untuk August. "Belum, pihak kepolisian mengatakan tidak ada jejak keberadaan Abigail dimanapun. Bahkan jika dia kabur keluar negeri, polisi juga tidak bisa menemukan datanya di maskapai penerbangan manapun. Dia seperti hilang ditelan bumi," sahut August frustasi. "Kita pasti bisa menemukannya, apakah kamu sudah mencarinya ke panti asuhan suster Margaretha?""Dia tidak ada disana, Seth sudah mengeceknya dan suster Margaretha tidak boleh tau soal hilangnya Abigail." "Bagamana kalau dia menanyakan Abigail?""Seth menyampaikan kepada suster Margaretha jika Abigail sedang pergi perjalanan bisnis ke luar negeri," Ryan menghembuskan nafasnya pelan, "Baiklah, kita sudah berusaha mencarinya, August. Sekarang biarkan polisi yang mencari keberadaannya, kamu cukup fokus pada perusahaanmu. Kamu sudah mengabaikan dua klien penting dan jika kamu mengabaikan yang terakhir ini maka bisnismu akan selesai."August mengenakan mant
Abigail menatap nanar kalung di tangannya, ia tidak menyangka jika ayahnya telah dibunuh dan ibunya dibuat menderita sampai sakit jiwa demi kekayaan. Bahkan ia dibuang di panti asuhan miskin, dengan tujuan agar ia tidak bisa bertahan hidup dan kekayaan Walton tetap berada di tangan James. "Ayahmu bertemu dengan ibumu di sisi barat kastil ini, mereka saling jatuh cinta namun kakek menentang cinta mereka karena kakek sudah menjodohkan ayahmu dengan putri bangsawan lainnya." Abigail bangkit dan melihat tempat dimana orang tuanya bertemu, "Ibuku pasti sangat menyukai bunga," "Ya, bahkan ayahmu sampai membuat sisi timur yang penuh dengan senjata menjadi kebun bunga demi ibumu." "Kenapa kakek tidak merestui hubungan mereka jika kakek tau mereka saling mencintai?" "Amberley, sebagai seorang bangsawan apalagi ayahmu adalah penerus satu-satunya bangsawan Moore tidak bisa hidup dengan sembarangan. Semua sudah di atur untuknya," "Lantas apakah kakek akan mengaturku juga?" "Untuk soal pasa
"Noah dengarkan aku! kenapa kamu terus melamun dan tidak mau mendengarkan keluh kesahku!" pekik Valerie. "Valerie, ini sudah hampir makan malam dan aku sudah lelah bekerja seharian. Bisakah kamu diam sejenak? aku ingin istirahat dan makan malam dengan tenang," Valerie mendengkus kesal, "Semenjak mantan kekasihmu itu hilang kamu jadi sering melamun dan mengabaikan aku! apakah dia sepenting itu untukmu!" "Cukup Valerie! aku muak terus diteriaki seperti ini olehmu!" Zach pergi dan membanting pintu kamar hingga beberapa pelayan juga dibuat terkejut olehnya. Zach pergi entah kemana dengan mobilnya, ia muak dengan keadaannya saat ini dan menyesali keputusan bodohnya untuk menikahi Valerie. Wanita itu terlalu posesif, Zach bahkan tidak memiliki privasinya sendiri dan semua yang ia lakukan di kontrol olehnya. Awalnya Zach memakluminya karena mungkin Valerie begitu mencintainya dan takut kehilangannya, tapi semakin lama Zach semakin muak dan tidak tahan.Zach tanpa sadar mengendarai mobiln
"Semoga perjalanan anda menyenangkan nona," sapa sang pramugari.Hanya senyum yang terukir di bibirnya yang terpoles lipstik berwarna merah maroon, tatapan matanya begitu dingin seolah ia sudah siap menghadapi medan perang tanpa belas kasih. Ia duduk begitu anggunya, dengan setelan serba hitam dan barang mewah yang nampak menyatu dengan auranya. Setelah melewati berjam-jam perjalanan yang membosankan, akhirnya pesawat yang ditumpanginya tiba di tujuan dan beberapa pengawal berpakaian khusus sudah menunggunya di bandara untuk menyambut kedatangannya."Apa rencana pertama kita paman?" "Menemui kakekmu," sahutnya. ******James panik setengah mati saat mendapatkan laporan bahwa ayahnya diculik sekelompok orang tidak dikenal di villa, seseorang sudah membobol sistem keamanan dan melumpuhkan para penjaga lalu membawa pergi Edmund Walton. Tidak ada yang mengetahui siapa mereka, mereka bergerak begitu cepat sampai anak buah James tidak dapat mengendalikan pergerakan mereka. "Cek cctv!" ti
"James Walton! keluar kamu! aku ingin menagih janjimu!" teriak seorang wanita yang usianya tidak jauh dari August. Wanita itu membawa dua orang anak kecil, yang satu berusia empat tahun dan yang satunya lagi berusia satu tahun. Semua anggota keluarga Walton segera keluar untuk menemuinya, saat melihat kedatangannya James langsung panik dan berusaha untuk mengusir wanita itu dari hadapannya. "James, siapa wanita ini?" tanya Rebecca. "Aku Evelyn, aku istri muda James Walton dan kedua anak ini adalah darah dagingnya!" sahutnya lantang. "Tidak, kamu jangan mengada-ada! Rebecca tolong jangan percaya kepadanya, aku bahkan tidak mengenalnya." sanggah James. Evelyn tertawa sinis melihat kepanikan James, "Nyonya Rebecca yang terhormat, anda tidak perlu berpikir apakah aku berbohong atau tidak karena aku sudah membawa buktinya." Evelyn menyerahkan beberapa lembar kertas kepada Rebecca, juga foto sebagai bukti jika ia memang benar istri dari James Walton. Wajah Rebecca memanas, air mata mu
Belum selesai masalah penangkapannya, kini Abraham harus menelan pil pahit setelah hartanya disita dan perusahaannya mengalami kebakaran karena korsleting listrik. Tidak ada yang bisa diselamatkan, semua hancur lebur bersama api dan meluluh lantahkan gedung mewah itu. Abraham kini tidak memiliki apapun, hanya pakaian yang menempel di tubuhnya harta satu-satunya yang ia miliki itupun sebentar lagi akan berganti dengan baju tahanan. Jennifer dan Ethan terusir tanpa membawa apapun, semua harta Abraham disita polisi dan mereka tidak diizinkan untuk membawa apapun selain pakaian. Jennifer menangis tersedu-sedu ketika semua kemewahan yang ia miliki tidak lagi berada dalam genggamannya, begitupun Ethan yang merasa usahanya selama ini untuk membangun Christeus sia-sia. Semua karena ulah Noah, begitulah yang Ethan dan Jennifer pikirkan. Sebelum Noah kembali, hidup mereka begitu tenang dan ketika Noah kembali dengan seluruh permasalahannya kehidupan keluarga Christensen mulai tidak beres. "Ny
Hari belum terlalu pagi ketika Abraham yang sedang tertidur pulas di kamarnya didatangi pihak kepolisian, ia diseret tanpa ampun atas kejahatan penggelapan dana sebuah mega proyek juga atas kejahatan karena bekerja sama dengan seorang gembong narkoba kelas kakap. Tidak hanya itu, Abraham juga ikut ditetapkan sebagai tersangka atas penjualan gadis di sebuah klub malam terkenal di kota I. Abraham tidak tau bagaimana bisa semua kejahatannya terbongkar semua dalam satu malam, ia mencari semua anak buahnya tapi sayangnya semua anak buahnya juga sudah diringkus oleh pihak kepolisian. Di tengah kekacauan, Jennifer dan Ethan yang tidak mengetahui apapun soal kejahatan Abraham mencoba meminta kejelasan kepada kepolisian tetapi tidak ada satupun yang menanggapi pertanyaan mereka. Mereka melihat Abraham diseret, tanpa mereka tau apa yang sudah Abraham lakukan. Sejak Jennifer memergoki Abraham di toko perlengkapan bayi bersama dengan seorang wanita, Jennifer tidak pernah lagi berbicara dengan A
Sidang selanjutnya atas kasus kematian Noah dimulai kembali hari ini, tetapi semua orang di ruang pengadilan nampak terlihat murung tidak seperti sidang kemarin terutama Flint. Pria itu tidak banyak bicara dan lebih banyak menghabiskan waktunya untuk melihat ponselnya, dengan harapan sang cucu tersayang akan mengabarinya dan memberitahukannya jika ia baik-baik saja. Tidak ada kabar apapun tentang Amberley hingga saat ini, bahkan hingga kini Flint masih belum menemukan jejak keberadaan Amberley. Terakhir kali ia melacak keberadaan Amberley lewat foto yang dikirim orang tidak dikenal, ternyata ketika Flint sampai disana untuk mengeceknya ternyata tidak ada siapapun disana. Tempat itu kosong, entah karena Flint terlambat datang atau memang mereka sudah pergi sebelum Flint berhasil melacak keberadaan mereka. Sejak hilangnya Amberley, Matthias juga semakin rewel tidak seperti biasanya. Berkali-kali Jessica dan Darren mencoba menenangkannya, namun bayi itu tetap menangis seolah ia sangat
"Apa kalian sudah menemukan keberadaan cucuku atau jejaknya?" tanya Flint dengan raut wajah cemas dan gelisah. Mereka serentak menggeleng, mereka benar-benar menutup jejak rapat-rapat sampai tidak terlihat sedikitpun bukti kehadiran mereka di tempat ini. Flint menggeram kesal, ia membanting apapun yang ada di hadapannya untuk melampiaskan kekesalannya. Disaat semua orang sedang sibuk pada pemikirannya sendiri tentang keberadaan Amberley, tiba-tiba suara tembakan dari senjata api terdengar menggelegar di luar gerbang mansion Moore. Semua orang serentak keluar dari mansion untuk memastikan apa yang mereka dengar barusan, saat tiba disana mereka menemukan satu orang penjaga sudah tergeletak bersimbah darah dengan sebuah amplop tergeletak tidak jauh darinya. Flint memungutnya dan mengeluarkan isi dari amplop tersebut, beberapa lembar foto yang ia lihat berhasil membuatnya syok. "Tuan Flint," ujar Roberto dengan wajah memucat. "Roberto, menurutmu siapa yang berani melakukan ini?" tanya
Di sebuah ruangan temaram, Frank menyesap cerutunya begitu berat karena negosiasinya dengan orang di hadapannya ini sangat sulit. Frank tidak bisa serta merta menemuinya dengan mudah, ada beberapa hal yang harus ia lakukan demi bisa bertemu dengan orang ini. Bahkan ketika mereka sudah bertemu Frank masih harus melakukan negosiasi sengit demi tujuannya, kalau bukan demi Flint Frank tidak akan mau berurusan dengan orang seperti ini. "Apa kamu yakin bisa memberikan yang aku inginkan sebagai kesepakatan? aku hanya ingin mengingatkan, ketika kita sudah sepakat maka tidak ada jalan untukmu membatalkan perjanjian kita." ucapnya membuat Frank cukup gelisah di dalam hatinya, tapi tidak ia tunjukkan itu."Ya, aku menyetujuinya. Asal kamu bisa memberikan semua yang aku inginkan juga, aku ingin imbalan yang adil." "Apa kamu tidak percaya kepadaku Frank Moore?" "Jika aku tidak percaya kepadamu untuk apa aku harus bersusah payah untuk bisa duduk disini," Pria itu tertawa, "Baiklah, silahkan tan
Setelah mengasingkan Amberley, Flint langsung pergi menemui Frank untuk meminta bantuannya. Flint harus menyusun rencana baru untuk melawan Abraham, dan tentunya tidak dengan cara lurus seperti kemarin. Abraham tidak bisa dilawan dengan cara hukum, meskipun Flint bisa memenangkan Zionathan tapi Flint yakin Abraham akan bertindak gila jika ia kalah di pengadilan. "Frank tolong bantu aku, keselamatan cucuku terancam sekarang." ucap Flint setelah membuka pintu ruangan pribadi Frank.Di dalam sana, Frank tengah sibuk bercinta dengan seorang wanitanya di meja kerjanya. Melihat ekspresi Flint yang begitu gelisah, Frank menyudahi kesenangannya dan menyuruh wanitanya itu untuk pergi. Wanita itu terlihat sedikit jengkel karena ia hampir mencapai klimaksnya, tapi ia bukan siapa-siapa untuk bisa membantah perintah Frank. "Katakan kepadaku, apa yang harus aku lakukan Flint." "Cari celah kebusukan Abraham agar aku bisa menjebloskannya ke penjara selamanya, dia berusaha melenyapkan cucuku dan Zi
"Sayang, apa kamu sedang memikirkan sesuatu?" tanya Amberley karena sedari tadi Zionathan lebih banyak diam. Zionathan menarik nafas panjang, seperti tengah memikul beban berat di dadanya. Amberley tau jika Zionathan pasti sedang tidak baik-baik saja sekarang, prianya itu selalu ceria di hadapannya meskipun sedang berada di penjara sekarang tapi kini ia lebih banyak diam. "Amberley, bisakah kamu melakukan sesuatu untukku?" "Melakukan sesuatu? apa yang harus aku lakukan untukmu?" "Amberley, jika aku kalah di pengadilan pergilah sejauh-jauhnya dari tempat ini atau kalau perlu pergilah ke negara lain. Pergilah ke tempat dimana tidak ada seorangpun bisa menemukanmu," pinta Zionathan tangannya menggenggam erat jemari Amberley. Amberley mengernyitkan kening, "Permintaan konyol macam apa itu, jika kamu kalah aku tetap akan disini menemanimu Zio." "Amberley, aku mohon. Pergilah, mulailah hidup baru tanpaku. Jika memang kita ditakdirkan bersama kita pasti akan bertemu lagi," ucap Zionath
"Buka pintunya!" teriak seseorang dari luar unit orang tua Rosalyn. Mereka mengejutkan Rosalyn yang masih tertidur di dalam, kedua orang tuanya sudah pergi bekerja sejak pagi hari. Rosalyn tidak langsung membuka pintu, ia lebih dulu mengecek siapa yang ada di luar lewat doorbell camera. Rosalyn memperhatikan dua orang yang ada di depan pintu unit, setelah memperhatikannya cukup lama Rosalyn akhirnya tau jika mereka adalah anak buah Frank. "Buka pintunya nona Rosalyn! atau anda ingin kami mengacak-acak tempat ini!" ancam mereka lagi. Rosalyn kebingungan di dalam sana, ia tidak memiliki nyali untuk berhadapan dengan anak buah Frank tapi ia juga tidak mau mereka mengacau di tempat ini. "Baiklah, anda menantang kami nona Rosalyn. John, dobrak unitnya!" "Tunggu! jangan di dobrak! baiklah aku akan membuka pintunya," ucap Rosalyn lewat doorbell. Rosalyn membuka pintu untuk mereka namun setelah itu mereka malah masuk dan menggeledah seluruh isi unit, entah apa yang mereka cari karena Ro
Zionathan terpaku sesaat, tapi akhirnya ia bisa mengendalikan dirinya lagi dan mencoba bersikap tenang. Ia tidak boleh terpancing dengan ucapan Abraham, karena sekali ia terpancing maka usahanya untuk tetap membuat Amberley aman akan sia-sia. "Apa sekarang anda sedang bermain tebak-tebakan denganku tuan Abraham?" ujar Zionathan dengan tawa sinis. "Zionathan, aku bukan anak kecil yang bisa kamu tipu. Pelaku sebenarnya adalah Amberley, kamu hanya mengorbankan diri untuk membuat Amberley tetap aman. Sidik jari Amberley terlekat jelas di pistol itu," Zionathan maju mendekati Abraham yang tengah berusaha mengintimidasinya, "Tidak perlu berbasa-basi, anda sedang berusaha membuat Amberley menjadi pelakunya demi merebut Matthias bukan? tapi maaf tuan Abraham, pelakunya memang aku karena aku sangat membenci putramu." Abraham menanggapi ucapan Zionathan dengan tawa, "Ucapanmu ada benarnya juga, tapi selain itu aku juga memang ingin menyingkirkan kalian berdua. Nyawa dibayar nyawa, sebagai g