Tidak hanya kejutan gaun dan tempat pernikahan yang mewah, ternyata Zach juga sudah menyiapkan kejutan lain untuknya saat mereka pergi. Zach menyewa pendekor ruangan untuk menyulap kamar kosong di rumah menjadi kamar untuk calon bayi mereka, beberapa peralatan bayi mulai dari tempat tidur sampai mainan semua sudah disiapkan oleh Zach. Kamar ini disulap senyaman mungkin agar bayi mereka bisa beristirahat dengan baik dan nyaman, Zach ingin yang terbaik untuk anaknya. "Zach, aku tidak tau harus mengatakan apalagi padamu. Rasanya ucapan terimakasih saja tidak cukup," "Ya memang terimakasih saja tidak cukup, kamu harus membayarnya Aby." "Benarkah?" tanya Abigail dengan mimik wajah serius. Zach tertawa melihat ekspresi wajah Abigail, "Ya, bayarlah aku dengan cintamu. Kamu harus memberikan seluruh cintamu padaku dan kamu harus membayarnya seumur hidupmu Aby," Abigail memukul pelan dada Zach, "Zach, itu menggelikan." "Jadi kamu tidak mau membayarnya dengan cintamu Aby? kalau begitu aku
Bandara Internasional B, Luca berhasil kembali ke negara kelahirannya setelah membuat James naik darah, ia tidak mengindahkan ocehan James karena kabur dari Italia sebelum pekerjaannya selesai. Luca tidak perduli, semarah apapun James Luca tetap akan menjadi pewaris Walton karena hanya dirinya yang bisa James harapkan. Luca menemui Kai di sebuah hotel yang sudah Kai pesan untuknya, ia juga menjelaskan semua hal tentang Zach dan Abigail kepada Luca sampai ke jati diri Zach yang sebenarnya. "Jadi dia Noah? apa kamu yakin Abigail tidak tau siapa pria yang bersamanya sekarang?" "Tidak, gadis itu hanya tau kalau pria yang bersamanya adalah Zach." "Baiklah, terimakasih sudah membantuku Kai. Sekarang lebih baik kamu kembali ke mansion Walton, aku tidak ingin ayahku menemukanku disini sebelum misiku selesai," Kai dengan patuh menuruti perintah Luca, setelah Kai pergi Luca memutar video yang Kai berikan kepadanya. Video saat Abigail berada di butik dan tengah mencoba gaun pengantin, mesk
Zach mematikan ponselnya dan kembali bekerja setelah mendapatkan sedikit kata-kata penyemangat dari Abigail, Zach terus tersenyum sepanjang hari membayangkan akan seindah apa pesta pernikahannya nanti dengan Abigail.Brugh! Zach menoleh ke belakang setelah merasakan seseorang menabraknya dengan sengaja hingga barang di tangannya terjatuh, ia tidak menoleh ke arah orang yang sudah menabraknya dan fokus membereskan barang miliknya. "Noah?" Mendengar namanya dipanggil, Zach lantas menoleh karena yang mengetahui nama itu hanyalah orang-orang dari kalangan atas terutama yang memang sangat mengenal dirinya. "Hei, apa yang kamu lakukan disini?" tanyanya basa-basi membuat Zach jengah. "Apa aku mengenalmu?" tanya Zach balik. Luca tertawa, "Ayolah Noah, ada apa denganmu? mengapa kamu menggunakan baju lusuh seperti ini? kamu pewaris Christensen, kenapa kamu rela turun derajat dan menjadi rakyat jelata." "Berhenti bicara Luca," ancamnya dengan tatapan tajam. "Oke maafkan aku, Noah. Aku ta
Setelah mengantar Abigail, August pergi ke mansion Christensen untuk memastikan bahwa Zach benar ada disana. Ia tidak tega melihat keadaan Abigail, gadis itu terus melamun dan menghubungi Zach berharap Zach menjawab panggilan teleponnya dan kembali pulang. Kedatangan August disambut oleh Ethan dan Jennifer, mereka begitu antusias menyambut kedatangan August meskipun August tidak menghiraukan keberadaan mereka. "Aku mencari Noah, apakah dia kembali ke rumah ini?" tanya August. "Noah? ya di kembali semalam, ada apa memangnya kak?" sahut Ethan. "Bisakah aku bertemu dengannya?" "Tentu, biar aku antar. Dia sedang bersama dengan ayah di tempat latihan menembak," Ethan dan August berjalan beriringan menuju ke tempat dimana Zach berada, suara deru peluru mulai terdengar dan beberapa detik kemudian August bisa melihat seseorang ya ia cari. Pria itu nampak berbeda, penampilannya mencerminkan bahwa ia adalah keturunan dan pewaris Christensen. Ia tidak menyadari kedatangan August karena sed
Acara pesta di mansion Christensen semalam disorot oleh beberapa media massa, efeknya adalah kini August tengah sibuk membuat Abigail tidak melihat koran, berita televisi ataupun berita online di situs web. August sibuk memberikan pekerjaan kepada Abigail, ia tidak mengizinkan Abigail keluar rumah atau bahkan melirik ponselnya. "Kak, aku lelah dan aku juga lapar." ucap Abigail, sejak pagi ia belum makan karena setiap apapun yang ia makan pasti akan dimuntahkan kembali. "Apa yang sedang ingin kamu makan?" "Aku ingin pizza!" "Ibu hamil tidak boleh makan junkfood," tolak August. "Kak, aku tidak akan sakit hanya karena makan satu slice pizza. Bayiku lapar dan dia ingin pizza," rengek Abigail, tangannya mengelus perutnya yang sudah mulai terlihat agak membuncit. August menghela nafas panjang, jika menyangkut soal bayi Abigail tentu ia tidak akan bisa menolaknya. Dengan terpaksa ia memesan pizza favorit Abigail namun sayang situs pemesanannya sedang error, August segera bergegeas ke r
Zach tidak pernah tersenyum sejak menginjakkan kakinya di rumah ini, yang ia lakukan hanya diam merenung dan berlatih menembak untuk melepaskan rasa sesak di dadanya. Entah sudah berapa lama ia ada di tempat ini, sampai para pengawal yang mengawalnya pun mulai merasa jenuh. "Aku pikir kamu tidak akan pernah kembali ke rumah, Noah." ucap Ethan yang tiba-tiba datang ke tempat latihan menembak. "Apakah itu harapan terbesarmu Ethan?" Ethan tertawa pelan, "Tentu saja tidak, mengapa kamu berpikir negatif seperti itu." "Ini rumahku, aku bebas kembali kapanpun aku mau." "Iya itu benar, tapi tidak bisakah kamu tidak merebut hasil kerja keras seseorang setelah kembali ke rumah?" "Aku tidak merebut apapun, semua yang ada disini milikku sejak awal. Kamu seharusnya lebih sadar diri siapa dirimu sebelum menyandang nama Christensen di belakang namamu, dan aku pikir wajar jika kamu harus bekerja keras demi nama Christensen tetap ada di belakang namamu." "Sombong sekali," sahut Ethan berdecih k
"Noah, kenapa kamu membawaku kesini?" tanya Valerie. "Karena ini rumahku, jadi aku membawamu kesini." "Maksudku kenapa kita tidak kembali ke rumah lamamu dulu saat kita tinggal bersama?" "Rumah itu sudah ditempati oleh orang lain," "Tapi apakah aku akan diterima tinggal disini? maksudku, kamu sudah memiliki banyak pelayan di rumah ini. Apakah kamu masih ingin memperkerjakan aku?" Zach mengehela nafas pelan, "Apa aku pernah mengatakan kepadamu jika aku akan menjadikan kamu pelayan dirumahku?" "Sudah jangan banyak bertanya, sekarang ayo kita masuk ke dalam." Zach membukakan pintu mobil untuk Valerie, sama seperti yang selalu ia lakukan dulu ketika mereka masih bersama. Ketika melihat Valerie keluar dari mobil, para pelayan dan pengawal langsung memusatkan perhatian mereka kepada Valerie. Pakainnya yang agak kumal, sangat terlihat kontras dengan pakaian Zach. "Dimana ayahku?" tanya Zach pada salah satu pengawalnya. "Tuan Abraham ada di perpustakaan pribadinya, tuan muda." Zach
Zach menghampiri Valerie yang saat ini tengah menikmati kehidupan barunya di dalam kamar mewah, begitu melihat kehadiran Zach ia langsung merubah sikapnya kembali menjadi gadis lugu dan duduk seolah-olah ia tidak pantas berada di tempat ini. "Valerie, aku ingin bicara sebentar denganmu." "Ada apa Noah?" "Soal rencana pernikahan kita, maaf aku lancang mengatakan itu di hadapan ayahku tanpa persetujuanmu lebih dulu sampai akhirnya ayahku membuat keputusan yang menghinamu.""Tidak apa Noah, lagipula aku tau kamu ingin menikahiku hanya karena kasihan kepadaku. Jadi keputusan ayahmu sama sekali tidak menghinaku," sahut Valerie dengan senyum sendu. "Tidak, aku tulus ingin menikahimu Valerie. Biar bagaimana pun kamu sedang mengandung anakku, jadi aku pikir lebih baik kita menikah saja." Valerie mengangguk pelan, "Jadi kamu sudah tidak mempermasalahkan soal masalah kita dulu?" "Soal kamu yang hanya menginginkan hartaku? tentu saja tidak, lagipula jika kamu memang seperti itu kamu pasti
Belum selesai masalah penangkapannya, kini Abraham harus menelan pil pahit setelah hartanya disita dan perusahaannya mengalami kebakaran karena korsleting listrik. Tidak ada yang bisa diselamatkan, semua hancur lebur bersama api dan meluluh lantahkan gedung mewah itu. Abraham kini tidak memiliki apapun, hanya pakaian yang menempel di tubuhnya harta satu-satunya yang ia miliki itupun sebentar lagi akan berganti dengan baju tahanan. Jennifer dan Ethan terusir tanpa membawa apapun, semua harta Abraham disita polisi dan mereka tidak diizinkan untuk membawa apapun selain pakaian. Jennifer menangis tersedu-sedu ketika semua kemewahan yang ia miliki tidak lagi berada dalam genggamannya, begitupun Ethan yang merasa usahanya selama ini untuk membangun Christeus sia-sia. Semua karena ulah Noah, begitulah yang Ethan dan Jennifer pikirkan. Sebelum Noah kembali, hidup mereka begitu tenang dan ketika Noah kembali dengan seluruh permasalahannya kehidupan keluarga Christensen mulai tidak beres. "Ny
Hari belum terlalu pagi ketika Abraham yang sedang tertidur pulas di kamarnya didatangi pihak kepolisian, ia diseret tanpa ampun atas kejahatan penggelapan dana sebuah mega proyek juga atas kejahatan karena bekerja sama dengan seorang gembong narkoba kelas kakap. Tidak hanya itu, Abraham juga ikut ditetapkan sebagai tersangka atas penjualan gadis di sebuah klub malam terkenal di kota I. Abraham tidak tau bagaimana bisa semua kejahatannya terbongkar semua dalam satu malam, ia mencari semua anak buahnya tapi sayangnya semua anak buahnya juga sudah diringkus oleh pihak kepolisian. Di tengah kekacauan, Jennifer dan Ethan yang tidak mengetahui apapun soal kejahatan Abraham mencoba meminta kejelasan kepada kepolisian tetapi tidak ada satupun yang menanggapi pertanyaan mereka. Mereka melihat Abraham diseret, tanpa mereka tau apa yang sudah Abraham lakukan. Sejak Jennifer memergoki Abraham di toko perlengkapan bayi bersama dengan seorang wanita, Jennifer tidak pernah lagi berbicara dengan A
Sidang selanjutnya atas kasus kematian Noah dimulai kembali hari ini, tetapi semua orang di ruang pengadilan nampak terlihat murung tidak seperti sidang kemarin terutama Flint. Pria itu tidak banyak bicara dan lebih banyak menghabiskan waktunya untuk melihat ponselnya, dengan harapan sang cucu tersayang akan mengabarinya dan memberitahukannya jika ia baik-baik saja. Tidak ada kabar apapun tentang Amberley hingga saat ini, bahkan hingga kini Flint masih belum menemukan jejak keberadaan Amberley. Terakhir kali ia melacak keberadaan Amberley lewat foto yang dikirim orang tidak dikenal, ternyata ketika Flint sampai disana untuk mengeceknya ternyata tidak ada siapapun disana. Tempat itu kosong, entah karena Flint terlambat datang atau memang mereka sudah pergi sebelum Flint berhasil melacak keberadaan mereka. Sejak hilangnya Amberley, Matthias juga semakin rewel tidak seperti biasanya. Berkali-kali Jessica dan Darren mencoba menenangkannya, namun bayi itu tetap menangis seolah ia sangat
"Apa kalian sudah menemukan keberadaan cucuku atau jejaknya?" tanya Flint dengan raut wajah cemas dan gelisah. Mereka serentak menggeleng, mereka benar-benar menutup jejak rapat-rapat sampai tidak terlihat sedikitpun bukti kehadiran mereka di tempat ini. Flint menggeram kesal, ia membanting apapun yang ada di hadapannya untuk melampiaskan kekesalannya. Disaat semua orang sedang sibuk pada pemikirannya sendiri tentang keberadaan Amberley, tiba-tiba suara tembakan dari senjata api terdengar menggelegar di luar gerbang mansion Moore. Semua orang serentak keluar dari mansion untuk memastikan apa yang mereka dengar barusan, saat tiba disana mereka menemukan satu orang penjaga sudah tergeletak bersimbah darah dengan sebuah amplop tergeletak tidak jauh darinya. Flint memungutnya dan mengeluarkan isi dari amplop tersebut, beberapa lembar foto yang ia lihat berhasil membuatnya syok. "Tuan Flint," ujar Roberto dengan wajah memucat. "Roberto, menurutmu siapa yang berani melakukan ini?" tanya
Di sebuah ruangan temaram, Frank menyesap cerutunya begitu berat karena negosiasinya dengan orang di hadapannya ini sangat sulit. Frank tidak bisa serta merta menemuinya dengan mudah, ada beberapa hal yang harus ia lakukan demi bisa bertemu dengan orang ini. Bahkan ketika mereka sudah bertemu Frank masih harus melakukan negosiasi sengit demi tujuannya, kalau bukan demi Flint Frank tidak akan mau berurusan dengan orang seperti ini. "Apa kamu yakin bisa memberikan yang aku inginkan sebagai kesepakatan? aku hanya ingin mengingatkan, ketika kita sudah sepakat maka tidak ada jalan untukmu membatalkan perjanjian kita." ucapnya membuat Frank cukup gelisah di dalam hatinya, tapi tidak ia tunjukkan itu."Ya, aku menyetujuinya. Asal kamu bisa memberikan semua yang aku inginkan juga, aku ingin imbalan yang adil." "Apa kamu tidak percaya kepadaku Frank Moore?" "Jika aku tidak percaya kepadamu untuk apa aku harus bersusah payah untuk bisa duduk disini," Pria itu tertawa, "Baiklah, silahkan tan
Setelah mengasingkan Amberley, Flint langsung pergi menemui Frank untuk meminta bantuannya. Flint harus menyusun rencana baru untuk melawan Abraham, dan tentunya tidak dengan cara lurus seperti kemarin. Abraham tidak bisa dilawan dengan cara hukum, meskipun Flint bisa memenangkan Zionathan tapi Flint yakin Abraham akan bertindak gila jika ia kalah di pengadilan. "Frank tolong bantu aku, keselamatan cucuku terancam sekarang." ucap Flint setelah membuka pintu ruangan pribadi Frank.Di dalam sana, Frank tengah sibuk bercinta dengan seorang wanitanya di meja kerjanya. Melihat ekspresi Flint yang begitu gelisah, Frank menyudahi kesenangannya dan menyuruh wanitanya itu untuk pergi. Wanita itu terlihat sedikit jengkel karena ia hampir mencapai klimaksnya, tapi ia bukan siapa-siapa untuk bisa membantah perintah Frank. "Katakan kepadaku, apa yang harus aku lakukan Flint." "Cari celah kebusukan Abraham agar aku bisa menjebloskannya ke penjara selamanya, dia berusaha melenyapkan cucuku dan Zi
"Sayang, apa kamu sedang memikirkan sesuatu?" tanya Amberley karena sedari tadi Zionathan lebih banyak diam. Zionathan menarik nafas panjang, seperti tengah memikul beban berat di dadanya. Amberley tau jika Zionathan pasti sedang tidak baik-baik saja sekarang, prianya itu selalu ceria di hadapannya meskipun sedang berada di penjara sekarang tapi kini ia lebih banyak diam. "Amberley, bisakah kamu melakukan sesuatu untukku?" "Melakukan sesuatu? apa yang harus aku lakukan untukmu?" "Amberley, jika aku kalah di pengadilan pergilah sejauh-jauhnya dari tempat ini atau kalau perlu pergilah ke negara lain. Pergilah ke tempat dimana tidak ada seorangpun bisa menemukanmu," pinta Zionathan tangannya menggenggam erat jemari Amberley. Amberley mengernyitkan kening, "Permintaan konyol macam apa itu, jika kamu kalah aku tetap akan disini menemanimu Zio." "Amberley, aku mohon. Pergilah, mulailah hidup baru tanpaku. Jika memang kita ditakdirkan bersama kita pasti akan bertemu lagi," ucap Zionath
"Buka pintunya!" teriak seseorang dari luar unit orang tua Rosalyn. Mereka mengejutkan Rosalyn yang masih tertidur di dalam, kedua orang tuanya sudah pergi bekerja sejak pagi hari. Rosalyn tidak langsung membuka pintu, ia lebih dulu mengecek siapa yang ada di luar lewat doorbell camera. Rosalyn memperhatikan dua orang yang ada di depan pintu unit, setelah memperhatikannya cukup lama Rosalyn akhirnya tau jika mereka adalah anak buah Frank. "Buka pintunya nona Rosalyn! atau anda ingin kami mengacak-acak tempat ini!" ancam mereka lagi. Rosalyn kebingungan di dalam sana, ia tidak memiliki nyali untuk berhadapan dengan anak buah Frank tapi ia juga tidak mau mereka mengacau di tempat ini. "Baiklah, anda menantang kami nona Rosalyn. John, dobrak unitnya!" "Tunggu! jangan di dobrak! baiklah aku akan membuka pintunya," ucap Rosalyn lewat doorbell. Rosalyn membuka pintu untuk mereka namun setelah itu mereka malah masuk dan menggeledah seluruh isi unit, entah apa yang mereka cari karena Ro
Zionathan terpaku sesaat, tapi akhirnya ia bisa mengendalikan dirinya lagi dan mencoba bersikap tenang. Ia tidak boleh terpancing dengan ucapan Abraham, karena sekali ia terpancing maka usahanya untuk tetap membuat Amberley aman akan sia-sia. "Apa sekarang anda sedang bermain tebak-tebakan denganku tuan Abraham?" ujar Zionathan dengan tawa sinis. "Zionathan, aku bukan anak kecil yang bisa kamu tipu. Pelaku sebenarnya adalah Amberley, kamu hanya mengorbankan diri untuk membuat Amberley tetap aman. Sidik jari Amberley terlekat jelas di pistol itu," Zionathan maju mendekati Abraham yang tengah berusaha mengintimidasinya, "Tidak perlu berbasa-basi, anda sedang berusaha membuat Amberley menjadi pelakunya demi merebut Matthias bukan? tapi maaf tuan Abraham, pelakunya memang aku karena aku sangat membenci putramu." Abraham menanggapi ucapan Zionathan dengan tawa, "Ucapanmu ada benarnya juga, tapi selain itu aku juga memang ingin menyingkirkan kalian berdua. Nyawa dibayar nyawa, sebagai g