Beranda / Urban / Pembalasan Sang Menantu Terkaya Yang Menyamar / Bab 17 : Membeli Mobil Hadiah Untuk Clara

Share

Bab 17 : Membeli Mobil Hadiah Untuk Clara

Penulis: Pipi_Kiri
last update Terakhir Diperbarui: 2024-02-09 21:05:27

Adrian heran kenapa Baron dan Clara malah terkejut mendengarnya bicara begitu.

"Kenapa, Clara? Jadi, bukan kamu yang memberitahunya tapi dia bilang kalau sebelumnya menelponmu untuk bertanya," ujar Adrian sedikit heran.

Clara tergagap sampai bingung harus bicara apa.

"I-iya! Aku yang memberitahunya tapi aku tidak tahu kalau dia sampai menemuimu!" ucapnya panik.

Clara pun menatap Papanya dengan wajah khawatir.

Baron sudah duduk dengan gelisah.

"Apa yang Ronald katakan padamu?" dia jadi semakin penasaran.

"Dia bilang, kalau aku adalah Bos disana sekaligus pemilik dari tempat itu. Lalu dia tertawa mengejekku karena tahu aku hanya karyawan biasa dan dia juga mengatakan kalau Tuan Baron hanya membual untuk menutupi rasa malu pada rekan bisnis, Tuan. Apa itu benar?"

Entah kenapa Adrian berani berkata dengan jujur, karena dia yakin kalau apa yang dikatakan oleh Ronald adalah benar dari Baron yaitu mertuanya sendiri.

Barun pun melongo mendengar itu.

"Be-benarkah dia bilang seperti itu?" dia b
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pembalasan Sang Menantu Terkaya Yang Menyamar   Bab 18 : Pergi! Jangan Ganggu Istriku!

    Sorenya…Adrian dan Clara tiba di rumah bersama.Tapi kali ini dengan dua mobil.Satu milik Baron yang digunakan oleh Clara setiap harinya, sekarang Adrian yang mengendarai.Satu lagi mobil baru yang dibelikan Adrian yang dibawa oleh istrinya.Mereka berdua pun memarkirkan mobil berdampingan.Cindy yang sedang duduk di teras depan, yang memang sedang menunggu putrinya, jadi penasaran dan langsung bangkit berdiri."Mobil siapa ini, Clara?" dia bertanya dengan raut wajah berbinar.Tentu saja dia senang karena itu adalah mobil mewah, salah satu keluaran merk ternama.Wanita mata duitan itu pasti sudah tahu betul kalau harga mobilnya pasti mahal."Hmm, ini mobil Clara, Ma." jawabnya pelan."Benarkah? Uang dari mana kamu, Sayang? Jangan bercanda deh!" ucapnya sambil menyenggol lengan anaknya itu."Iya benar, Ma. Adrian yang membelikannya untuk Clara," jelasnya sambil melirik Adrian yang berdiri di sampingnya."A-apa?!" pekiknya tak percaya.Clara sampai harus menutup kedua telinganya karen

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-10
  • Pembalasan Sang Menantu Terkaya Yang Menyamar   Bab 19 : Dia Pemilik Showroom Ini!

    Daniel tertawa dengan terbahak karena mendengar ucapan Adrian barusan."Apa kau bilang? Pemilik tempat ini? Hahaha lucu sekali! Padahal jelas-jelas kalau kau hanya membual! Gio bilang padaku kalau kau itu hanya seorang pembohong!" ucapnya sambil menunjuk Adrian dengan tatapan remeh.Adrian sudah menduga sebelumnya pasti Gio akan memberitahu Daniel tentang kejadian itu, saat Ronald datang kemari.Tapi dia tidak peduli hal itu sekarang.Clara yang merasa Adrian berusaha untuk menyudutkan Daniel dengan cara mengatakan sebagai pemilik tempat itu, mendadak menjadi gelisah.Dia takut kalau Daniel semakin merendahkan Adrian kalau masih membicarakan soal itu."Kenapa kamu bicara seperti itu? Bukankah itu hanya asumsi dari Papa? Tolong, jangan tambah masalah lagi, Adrian!" bisiknya di samping Adrian."Tidak, Clara. Aku mengatakan yang sebenarnya! Aku benar-benar pemilik tempat ini! Asistenku sudah membelinya atas nama perusahaan milikku," jelasnya sangat yakin.Clara pun melongo mendengar penj

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-10
  • Pembalasan Sang Menantu Terkaya Yang Menyamar   Bab 20 : Perusahaan Car's Nata Itu Milikku!

    Daniel masih belum sepenuhnya sadar dari rasa terkejutnya.Sepertinya Adrian berhasil membuatnya shock tentang fakta yang sebenarnya."Adrian, apa yang dikatakan pria ini benar?" tanya Clara dengan raut wajah yang terlihat bingung.Mereka berada di situasi rumit.Karena antara harus percaya dan tidak dengan ucapan Joseph barusan.Perusahaan Car's Nata.Tentu saja mereka mengenalnya. Perusahaan terbesar dengan anak cabang showroom besar dan mewah yang ada di seluruh penjuru kota besar.Daniel yang hanya sebagai pekerja Bank tidak terlalu paham, tapi dia pernah mendengar nama itu dan tahu kalau pemiliknya masih muda dan dikabarkan menghilang.Begitu juga Clara yang memang pernah bekerja dan sering diajak oleh Baron saat meeting atau bertemu klien perusahaan.Tentu mereka tahu perusahaan-perusahaan besar yang ada, meskipun perusahaan Adrian tidak berdiri di kota yang sama."Car's Nata yang terkenal dengan mobil mewah

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-10
  • Pembalasan Sang Menantu Terkaya Yang Menyamar   Bab 21 : Ke Marilah Menantu Kesayanganku

    Cindy pun tertawa dengan keras karena menganggap Clara sedang bermain-main dengannya."Sudahlah, Sayang. Jangan ikut-ikutan seperti Papamu! Berhenti berkhayal dan terima saja kenyataan. Dia itu hanya karyawan biasa! Lagipula kalian itu menikah karena terpaksa, jadi untuk apa mengurusi pria seperti dia!" ucapnya sambil mengerucutkan bibirnya."Mama, Clara bicara serius! Clara sama sekali tidak bercanda. Sekarang Clara bukannya mengigau, Ma! Tadi pagi Daniel datang ke tempat kerja Adrian," ungkap Clara dengan nada yang jengkel."Apa? Untuk apa dia kesana? Apa dia mengganggumu?" tanya Cindy dengan mata yang melotot.Meskipun awalnya dia merestui dan menyukai Daniel saat masih berpacaran dengan Clara, tapi setelah mengetahui pria itu yang berselingkuh, membuatnya kehilangan rasa sukanya pada pria itu.Walaupun dia sangat berharap kalau Daniel menjadi menantunya, tapi apa boleh buat.Pria itu sudah membuat mereka malu dan mengorbankan masa depa

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-10
  • Pembalasan Sang Menantu Terkaya Yang Menyamar   Bab 22 : Layani Suamimu Dengan Baik!

    Adrian menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.Dia merasa canggung saat Cindy mengatakan itu."Maaf, Nyonya. Aku sedang berkeringat, jadi mau cepat pergi mandi," ucap Adrian meminta izin dengan sopan."Aduh, Adrian! Kamu panggil saja Mama! Kenapa masih seperti itu sih!" ujarnya dengan senyuman manis yang dibuat-buat."Baiklah, Ma!" jawabnya canggung.Adrian merasa sangat aneh dengan memanggil Cindy seperti itu karena sudah terbiasa memanggil Nyonya.Juga suara lemah lembut Cindy yang bicara padanya saat ini sangatlah di luar dugaan.Cindy pun beralih pada Clara yang masih saja duduk manis di sofa."Clara, kenapa kamu diam saja! Ayo cepat susul suamimu! Layani dia dengan baik!" ujarnya dengan mata melotot sebagai kode pada anaknya itu."Iya, Ma!" jawabnya dengan mendesah pelan.Bukan hanya Mamanya saja yang harus dituruti sebagai anak yang baik tapi dia juga sekarang harus berperan sebagai istri.

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-10
  • Pembalasan Sang Menantu Terkaya Yang Menyamar   Bab 23 : Aku Mau Pamer

    "Papa! Papa kenapa?" pekik Cindy panik.Dia pun membantu suaminya agar kembali duduk dengan benar."Clara! Bi Dina!" teriaknya memanggil semua orang."Mama, ada apa?" Clara yang panik karena mendengar teriakan Mamanya segera berlari ke arah ruang tamu.Bi Dina mematikan kompor dan langsung menyusul majikannya."Papa kenapa, Ma?" tanya Clara ikut panik."Sepertinya penyakit jantung Papa kumat lagi, Sayang!"Cindy segera melepas dasi yang Baron kenakan dan membuka kancing kemeja suaminya.Baron pun mengatur napas dengan menghirup dari hidung dan mengeluarkannya dari mulut.Begitu terus sampai beberapa kali.Setelah merasa baikan, dia pun mulai terlihat tenang."Papa baik-baik saja kan?" Cindy terlihat khawatir."Iya, Ma!" jawabnya pelan."Syukurlah. Papa kenapa bisa kaget begitu sih! Mama bicara soal apa pada Papa?!" selidik Clara curiga."Mama cuma bilang soal Adri

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-10
  • Pembalasan Sang Menantu Terkaya Yang Menyamar   Bab 24 : Selidiki Perusahaan Mereka

    Setelah makan malam selesai, Adrian ingin segera naik ke kamarnya seperti biasa.Meskipun Baron dan Cindy mengucapkan kata basa basi supaya Adrian mengobrol bersama mereka, tapi pria berambut hitam itu menolaknya dengan halus."Lain kali saja ya, Tuan dan Nyonya. Masih ada beberapa hal yang harus aku kerjakan," jawabnya dengan tersenyum tipis."Oh, baiklah. Mulai sekarang kamu harus panggil kami papa dan juga mama seperti Clara. Ok, Adrian?" pinta Cindy dengan memasang wajah seramah mungkin.Dia harus bisa mengambil hati Adrian secepat mungkin untuk mendapatkan simpati dan juga uang tentunya."Iya, Ma. Adrian naik dulu," Adrian bangkit dari duduknya dan bergegas menaiki tangga.Setelah memastikan Adrian sudah tidak terlihat lagi. Cindy pun tidak tahan untuk bicara."Clara, kenapa kamu diam saja dari tadi?!" Cindy jadi heran melihat sikap putrinya yang tidak mau mendekati Adrian sedangkan mereka kan su

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-10
  • Pembalasan Sang Menantu Terkaya Yang Menyamar   Bab 25 : Bagaimana Kalau Kita Dipecat?!

    Sementara itu di Showroom One Car…Adrian memakai setelan jas berwarna hitam lengkap dengan dasi berwarna biru tua dan juga sepatu hitam yang mengkilat.Penampilannya sedikit berbeda hari ini.Adrian yang memang memiliki tubuh tinggi dan tampan terlihat sangat berwibawa dan juga gagah.Apalagi saat Adrian berjalan dengan gaya yang sangat khas di dampingi oleh pria yang tak kalah tampannya yaitu Joseph.Bukan hanya karyawan yang ada di showroom itu saja yang terpana melihat sosoknya tapi juga para pelanggan yang datang, sampai-sampai mereka berbisik siapa sih sebenarnya Adrian."Kenapa dia begitu terlihat mencolok di antara para karyawan yang lain?"Adrian sedang dan juga Joseph sedang berbincang serius di ruangannya."Bukankah dia karyawan di sini? Hari ini terlihat tampan sekali ya?" tanya salah satu pengunjung wanita cantik pada Gio.Gio yang mendapat pertanyaan seperti itu pun merasa kesal. Dia bahkan menjawab

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-10

Bab terbaru

  • Pembalasan Sang Menantu Terkaya Yang Menyamar   Bab 144 : Apa Hubungan Mereka?

    Adrian menatap lekat lembaran foto di tangannya secara bergantian.Sorot matanya yang tajam meneliti setiap detail petunjuk yang ada.Raut wajahnya penuh tanda tanya. “Siapa pria ini, Jo? Lalu apa yang dia lakukan dengan Pamanku?” Joseph pun duduk dan terlihat antusias sekali.“Aku yakin pria ini adalah orang penting sampai mereka harus bertemu di tempat tersembunyi, Tuan!” ungkapnya bersemangat.Kening Adrian berkerut mendengar itu. Masih tetap tidak puas dengan penjelasan Asistennya.“Tapi, kenapa kau memberikan foto ini padaku? Memangnya apa yang menarik dari dia?” ucapnya kesal dan melempar asal ke meja.Dia sudah pusing dengan masalah perusahaan dan sekarang harus mengurusi orang asing pula!“Nah itu dia, Tuan! Apa Tuan tidak penasaran siapa dia sebenarnya? Tapi, tenang saja karena aku sudah mencari tahu siapa pria itu!” ucap Joseph dengan senyuman misterius.Dia pun membuka Tab miliknya dan mendekatkan lay

  • Pembalasan Sang Menantu Terkaya Yang Menyamar   Bab 143 : Menyalahkan Semua Orang

    Pria paruh baya itu memberikan tatapan menusuk.Sementara pemuda lajang di seberang sana tampak duduk dengan gelisah, susah payah menyembunyikan raut wajah kesal karena kembali mendengar kata-kata yang sangat ia benci.‘Huh! Lagi-lagi cuma bisa menyalahkanku!’ hanya berani menggerutu dalam hati.Tangan kanannya mengambil gelas whisky, menghabiskan sisa minuman itu hingga tandas dan meletakkannya kembali ke atas meja kaca.Butuh sesuatu yang menantang untuk berbicara dengan pria itu.“Aku sudah mengatur semuanya, Bos! Dia gadis yang bodoh. Bahkan tidak memberitahuku kalau si cecunguk itu punya rekaman videonya!” jelasnya berkelit.Yup!Sandy dan Bastian bertemu diam-diam hari ini.Tentu untuk membahas situasi yang makin rumit karena rencana pemuda itu yang hanya ampuh di awal dan menguap begitu saja setelah Adrian berhasil memutar balikkan keadaan.Sandy menyenderkan punggungnya ke sofa.Senyuman miring pun terbit di sudut bibirnya, “Hahaha! Kalian berdua itu sama-sama bodoh! Kau itu s

  • Pembalasan Sang Menantu Terkaya Yang Menyamar   Bab 142 : Berita Itu Membuatku Sedih

    “A-apa? Ti-tidak mungkin!” ucapnya dengan bibir bergetar. “Kalian pasti salah orang!”[“Tidak, Pak. Kami sudah memeriksa di dalam selnya dan memastikan informasi ini dengan dokter terkait,” jelasnya lagi.]Tangan Bryan lemas dan ponselnya pun jatuh ke lantai.Pria di seberang sana masih bicara, tetapi pria paruh baya itu sudah tidak peduli.“Ti-tidak! Putraku tidak mungkin mati! Ronald … tidak mungkin! Tidaakkkkk!!!”Suaranya menggema di ruangan kerjanya.“Tidak mungkin! Hu-hu-huaaaaa!” Tangis pria itu akhirnya pecah.Kedua bahunya berguncang karena terisak pilu.Setelah semua kejadian yang dialaminya, dia selalu berusaha untuk kuat.Namun, sekarang adalah puncaknya.Putra satu-satunya dan kebanggaan baginya sudah pergi untuk selamanya.Dan dalam beberapa jam saja, berita kematian Ronald langsung laris manis mengisi stasiun televisi.Semua orang pun membicarakan berita itu dengan berbag

  • Pembalasan Sang Menantu Terkaya Yang Menyamar   Bab 141 : Ini Balasan Untukmu!

    Sementara itu…Seorang pria paruh baya baru saja ingin merebahkan badan karena lelah seharian bekerja.Namun atensinya teralihkan saat mendengar bunyi ponsel yang ada di samping ranjang.Saat melihat nama yang ada di layar, raut wajahnya langsung berubah menjadi masam.“Halo! Untuk apalagi kau menelponku?” jawabnya ketus.Pria di seberang sana mencoba bersabar walaupun juga sama kesalnya.[“Tidak usah ketus begitu, Baron! Aku hanya ingin minta keringanan hukuman untuk Ronald! Kau bisa kan bicara pada polisi?” ucapnya sedikit memaksa.]Ya, Bryan menghubungi Baron untuk minta potongan masa tahanan putranya dan mereka tidak tahu sama sekali soal kedatangan Adrian dan rencana licik Ronald yang terbongkar.Belum ada yang memberitahu kedua pria ambisius itu.Jadi, apapun akan dia lakukan meskipun mengemis pada Adik satu-satunya.Baron merasa sangat emosi mendengarnya tetapi berusaha tetap tenang demi kesehatannya

  • Pembalasan Sang Menantu Terkaya Yang Menyamar   Bab 140. Keputusan Yang Sulit

    Semua orang di ruangan terkejut mendengar ucapannya barusan.Tanpa banyak basa-basi lagi, Adrian melangkah mendekat ke arah pria yang dulu sangat sombong padanya.Orang yang menghancurkan keluarga istrinya, meskipun ada satu pengecualian karena berkat hal itu dia bisa menikah dengan Clara.Dengan cepat kedua tangannya menarik kerah baju berwarna oranye itu.Wajahnya berbalik ke belakang menatap Asistennya, “Berikan pisaunya, Jo!” teriak Adrian murka.Joseph yang tersadar langsung menaikkan celana kainnya di kaki kiri dan terlihat di balik kaos kaki itu sebuah benda tajam terbungkus dengan kulit khusus berwarna coklat.Dia pun mengambil bilah pisau lipat itu dan tanpa ragu memberikan pada Adrian.“Ini, Tuan!” ucapnya pelan.Adrian langsung mengambilnya dengan cepat dan kasar tanpa peduli kalau tangannya akan terluka.Dia langsung mengarahkan ke leher Ronald.Melihat itu salah satu petugas melarang Adrian untuk melakukan niatnya.“Jangan lakukan apapun, Pak Adrian! Ini kantor polisi dan

  • Pembalasan Sang Menantu Terkaya Yang Menyamar   Bab 139. Aku Akan Membunuhmu!

    “Apa?!” teriaknya dengan raut wajah terkejut.Dia sampai bangkit berdiri dari kursi.Helaan napas panjang langsung keluar dari mulutnya.'Ini tidak mungkin!’ hatinya menolak percaya.Tentu saja!Bagaimana caranya dia membayar orang?Karena Joseph yakin kalau saat itu Ronald sedang berada di dalam penjara.“Kenapa pria itu masih bisa … ah, sudahlah. Cepat berikan semuanya pada kantor polisi atas nama Tuan Adrian. Aku akan menyusul ke sana!” putusnya cepat.[“Baik, Bos!”]Napas Joseph memburu lalu secepat kilat melangkah masuk ke dalam ruangan Tuannya.“Tuan, a-aku ada kabar buruk!” ucapnya sedikit ragu.Adrian memijat keningnya yang pusing karena dari pagi moodnya sudah jelek, ditambah informasi yang diterima dari Asistennya itu semua adalah masalah.“Ada apalagi, Jo?” jawabnya dengan ketus.Adrian terlihat malas meladeni Asistennya itu.Joseph pun duduk di kursi yang ada di depan meja kerja Adrian.“Orangku bilang, kalau pria yang menabrak Tuan kemarin dibayar oleh Ronald. Dia pelaku

  • Pembalasan Sang Menantu Terkaya Yang Menyamar   Bab 138 : Cepat Katakan Saja!

    Klik!Panggilan telepon itu dimatikan sepihak oleh Bastian.“Ha-halo! Hei, aku belum selesai bicara!” teriaknya kencang.Nayla menatap layar ponselnya dengan nanar. Tanpa basa-basi lagi dia pun langsung membantingnya ke lantai.“Aarrgghhhh!!! Aku benci kalian semua! Dasar brengsek!”Tubuh gadis itu merosot ke lantai.Kedua bahunya berguncang karena menangis dengan histeris.Tidak ada lagi yang bisa membuatnya merasa aman di sini.Dengan cepat dia menghapus air matanya dan segera bangkit menuju kamarnya.Nayla akan melakukan rencana yang terakhir supaya bisa hidup dengan tenang.Di Apartemen Joseph…Baru saja pria itu ingin merebahkan badan setelah seharian berkutat dengan pekerjaan yang melelahkan.Tiba-tiba ponselnya berbunyi dan keningnya pun berkerut saat melihat nomor asing di layar.Meskipun ragu, ia akhirnya mengangkatnya juga.“Halo? Siapa ini?” ucapnya langsung.[“Halo, Bos. Maaf mengganggu malam-malam. Tapi, aku sudah mendapatkan lokasi gadis itu!” ungkap pria di seberang s

  • Pembalasan Sang Menantu Terkaya Yang Menyamar   Bab 137. Kerja Sama Selesai!

    Pria itu menarik sudut bibirnya dan tetap santai saja. Setelah seharian sengaja mengabaikan semua pesan dan telepon yang masuk, sekarang barulah ia tertarik meladeni gadis itu.[“Aku tentu saja sedang di kantor. Ada apa?” pria itu bertanya dengan nada malas.]Nayla semakin geram mendengar Bastian yang bersikap cuek padanya. Bahkan dia yakin kalau pria itu pasti sudah menonton berita yang mengguncang dirinya.Meskipun memakai inisial tapi semua karyawan perusahaan Adrian bisa menebak siapa orang yang dimaksudkan. Dan bukannya mendukung, malah mereka semua pasti akan menyalahkan dirinya.Kedua kaki Nayla menghentak ke lantai, “Kenapa kau membuat berita gosip tanpa persetujuan dariku? Kenapa membawa namaku, hah? Aku tidak terima!” teriaknya dengan kencang.Bastian sampai harus menjauhkan ponsel itu dari telinganya.Tetapi, bukannya merasa bersalah malah menampilkan senyuman licik di sudut bibirnya.[“Memangnya aku harus minta pendapatmu kalau ingin melakukan sesuatu? Tidak ‘kan? Kau ti

  • Pembalasan Sang Menantu Terkaya Yang Menyamar   Bab 136 : Amarah Yang Meluap

    "Baik, Tuan!" jawab Joseph patuh. Adrian membuka jasnya dengan cepat dan memberi perintah lagi, “Hapus berita murahan itu sekarang!”Pria itu pun mengangguk dan segera ke luar dari sana sebelum Tuannya semakin murka. Adrian pun mendudukkan tubuhnya di kursi dengan kasar. Dia pun memegang kepalanya yang berdenyut pusing dengan kedua tangannya. "Apalagi sekarang?!" teriaknya frustasi. Tentu saja karyawan di perusahaan ini tahu siapa yang dipecat secara tidak hormat olehnya. Sebagian orang pasti ada yang percaya dengan berita itu dan Adrian tidak ingin hal itu memperngaruhi kinerja mereka. Juga dengan inisial nama yang sudah jelas merujuk pada Nayla. Adrian tidak menyangka kalau gadis itu masih berani bermain api dengannya setelah apa yang terjadi. Padahal ia sudah sebisa mungkin menjauh dan tidak pernah memberikan celah pada wanita manapun untuk mendekatinya. Sedetik kemudian ia teringat kalau ponselnya masih dalam mode silent. Dengan terburu-buru Adrian merogoh saku jasnya.

DMCA.com Protection Status