“Aku—”Drrt! Drrt! Drrt!Salah satu ponsel yang tergeletak di atas meja bergetar panjang sementara layarnya berpendar menampilkan sebuah nama.Don Luca.“Ayah?” tanya Visha sambil meyakinkan diri bahwa itu bukanlah ponselnya tapi milik Javier.Javier mengulurkan tangannya untuk meraih ponsel tersebut seraya menjelaskan, “Ah … ya. Kurasa Bos akan memberikan keputusannya saat ini. Soal usulanku.”Visha melemparkan punggungnya melawan sandaran sofa sambil menyentak napasnya. Ia berkata, “Kurasa Ayah tidak akan menyetujuinya.”Javier mendengus. Ia sendiri tahu hal itu, tapi tetap ingin mencoba peruntungannya saja.“Ya, Bos?”“Luca, apa kau sudah gila?! Kalau Dynee ada di kediaman Cavallo, semua fokus musuh Vasili akan berpindah pada kita.” Luca berang.“Sabar dulu, Bos. Tentu saja, kalau diperbolehkan, membawa Dynee ke kediaman Cavallo tanpa sepengetahuan siapapu—””Tidak! Tidak tetap tidak!”Klik!Tut! Tut! Tut!Sambungan itu pun terputus sepihak. Javier hanya bisa meringis ketika menole
“Kau terlihat tak fokus dalam rapat tadi, Kak? Ada yang mengganggu pikiranmu?” Ernesto bertanya padahal ia sudah tahu apa yang membuat Visha tidak fokus.2 bulan sudah berlalu, setelah Visha terakhir bertemu dengan Javier, sebelum suaminya itu bertugas sebagai bodyguard calon istri Vasili.Dan saat Visha tengah mengikuti rapat, wanita itu mendapat kabar dari salah satu anak buah Madoka yang dikirimnya untuk memata-matai kondisi Javier, bahwa terjadi penyerangan saat Dynee pergi untuk mencoba gaun pengantin di sebuah butik.Sampai detik ini, ia belum menerima berita lanjutan dari serangan itu.“Diamlah, Ernesto. Apa kau sudah mendapat kabar siapa dalang penyerangan itu?” tanya Visha tanpa mengalihkan pandangannya dari ponsel di genggaman tangan.Ia sedang sibuk menanyai Madoka kalau-kalau ia sudah mendapat kabar dari Javier. Tapi sepertinya belum ada kabar lebih lanjut.“Well, Vasili punya banyak sekali musuh. Mungkin seluruh klan mafia adalah musuhnya, kecuali Cavallo. Tentu saja itu
“Brengsek! Ini semua karena kau, Vasili!” raung Luca yang akhirnya tak lagi menahan diri dan langsung membenamkan sebuah kepalan tinju di pipi sepupu jauhnya itu.Bahkan calon istrinya terlihat tak peduli. Ia sudah berulang kali menyaksikan perkelahian Luca dan Vasili saat muda dulu.Tentu saja, Visha tidak tinggal diam. Ia langsung menyuruh Javier untuk menarik sang ayah, karena mereka harus mengejar waktu.“Ayah! Tidak ada waktu untuk ini. Ayo! Aku sudah mendapatkan lokasi Dante!” Visha berseru nyaring sambil membuka pintu, keluar dari ruangannya sendiri tanpa peduli kalau Vasili dan Dynee masih ada di dalam.Javier bahkan sudah lupa tugasnya sebagai bodyguard Dynee. Ia tidak bisa tinggal diam mendengar putranya—Dante, sedang dalam bahaya.Sementara itu, Dynee yang ditinggal di ruang kantor Visha hanya bisa menghela napas panjang. Matanya mengamati Vasili yang masih memegangi pipinya, kesakitan.Wanita paruh baya itu meletakkan cangkir tehnya dan berujar dengan nada sarkas, “Kau jel
"Kau diminta mengingat tugasmu, Jav." Madoka berkata dengan nada mengambang. Antara memberitahu dengan bertanya.Karena, pria cantik itu sebenarnya sedikit ragu untuk menyampaikan pesan Vasili tadi, tapi ia tahu, mafia tak pernah berutang.Apalagi utang budi terhadap klan lain. Itu akan membuat posisi si penerima 'utang' lemah. Vasili sudah menyelamatkan Dante. Balasan setimpal adalah Javier kembali pada posisi sebagai bodyguard calon istri Vasili.Padahal saat ini, mungkin Dante sangat membutuhkan kehadiran Javier di sisinya. "Yeah. Aku akan kembali menjemput Nyonya Dynee di kantor Nana. Aku tidak akan lupa dengan tugasku." Javier berkata demikian, padahal di saat bersamaan ia juga mengepalkan tangannya, kesal.Madoka hanya bisa menepuk pundak Javier sebelum pria itu masuk ke kamar perawatan Dante. Luca bersikeras supaya Dante beristirahat di rumah sakit. Ia takut kalau cucunya mengalami trauma atau serangan panik setelah kejadian mengerikan tadi."Dante masih tidur?" tanya Javier
"Ugh!" Javier menahan emosi kepedihan dan juga rasa jengkelnya karena ia terjebak dalam pekerjaan di saat Dante sangat membutuhkannya.Ia baru saja selesai membaca pesan dari Visha yang memberitahu kondisi Dante.Lagi, dibacanya ulang.My Nana: Jav.My Nana: Sepertinya Dante mengalami trauma. Ia tidak ingat kejadian mengerikan barusan. Hanya tahu kalau dirinya ketakutan.My Nana: Dan ... ia mencarimu.Baru saja ia berniat menekan tombol untuk menghubungi ulang sang istri, pesan baru dari Visha masuk lagi.My Nana: Maaf, Jav. Jangan menghubungiku dulu. Aku ingin sendiri.Namun, tidak mungkin Javier membiarkan begitu saja. Apalagi setelah membaca pesan terakhir itu.Javier pun segera menghubungi Madoka untuk menanyakan apa yang terjadi dengan Visha.Baru saja Madoka akan menyapa Javier setelah menekan tombol hijau di layar ponselnya, si penelepon sudah menyerobot dengan pertanyaan."Madoka, apa kau sedang bersama Nona Visha?" tanya Javier yang memang selalu menggunakan sebutan 'Nona Vi
"Madoka bukan orang sembarangan, Vasili. Kekuatannya dua kali lebih besar dariku. Ketelitian dan intuisinya juga."Javier mencoba 'menjual' Madoka setinggi ia bisa. Pria ini sudah sampai tahap di mana ia ingin pergi saja dan memeluk istri serta putranya.Namun, Vasili mengomentari ucapan Javier dengan dengkusan yang bernada sarkas.Tak menyerah, Javier menambahkan, "Kau tahu dia kan? Mad Dog."Seolah semua orang langsung terpukau mendengar nama itu, tapi tidak untuk Vasili.Ia menyandarkan tubuhnya di dinding samping jendela itu lalu melirik Javier dengan tatapan yang jelas meremehkan ucapannya."Javier. Seharusnya kau juga menyadari, urusanku dengan Mad Dog tidak semudah itu. Ia sudah jadi mesin pembunuh sejak kecil, walau akhirnya Luca mengambilnya. Dia musuh alamiku."Tak membuka banyak tentang kisahnya, Vasili hanya memberikan petunjuk yang menggantung. Cukup membuat Javier tertegun lama, lalu tertunduk lesu.Tidak. ia tidak tahu cerita itu. Dan sekarang, ia merasa bahwa harapanny
"Jav, jangan pejamkan matamu! Oke?!" sentak Nata dengan nada sedikit panik. Ia mencoba mengecek respon Javier dan untungnya pria itu masih bisa mengangguk. Nata yakin, kalau kali ini ada mata-mata di dalam susunan pelayan rumah tangga Vasili. 'Pria itu benar-benar tidak punya tempat aman. Bahkan rumahnya sekalipun,' keluh Nata dalam hatinya. Tiba di ruang dokter, Nata langsung dibantu oleh seorang suster laki-laki untuk membaringkan Javier di atas sebuah kasur tinggi.Vasili membeli dokter tersebut untuk tinggal di kediamannya. Ia hanya bekerja untuk Vasili dan orang yang berada dalam daerah kekuasaan Nostra."Bantu aku membuka kemejanya." Dokter itu segera menurunkan perintah pada suster tersebut. Dengan sigap suster itu pun memotong kemeja Javier, untuk memudahkan sang dokter memeriksa pasiennya. Asisten rumah tangga yang ditempatkan untuk membantu sang dokter juga sudah menyiapkan air hangat untuk membasuh luka Javier.Dan karena Javier sudah berada di tangan yang tepat, Nata
“Dimitri.”Vasili mencoba menegurnya, karena ia bahkan tidak menjawab pertanyaannya barusan. Malah memberi pertanyaan lain padanya.Menyadari kesalahannya, Dimitri pun langsung tertunduk, “Maaf, Tuan Dimitri. Saya sedikit shock dengan kondisi Javier—”“Kau akan menggantikan Javier, Dimitri. Fokuslah!” sentak Vasili memotong.Ia cukup kecewa karena ternyata logikanya masih lebih memilih Javier ketimbang Dimitri. Menurut Nata Dimitri persis seperti Javier, tapi di mata Vasili saat ini, Dimitri terlihat seperti orang dungu.“Ba—baik, Tuan Vasili. Saya—”“Kau bisa mengecek Javier sekarang. Setelah itu, fokuslah dengan tugasmu. Kalau sampai Dynee lecet sedikit saja, nyawamu taruhannya, Dimitri!” Vasili menegaskan sekali lagi sebelum ia menyuruh Dimitri keluar.Begitu Dimitri sudah di luar, ia pun segera mencari Nata untuk mengantarnya melihat Javier. Tanpa banyak bicara ia mengikuti Nata melewati lorong menuju ke ruang dokter.Bertepatan dengan mereka tiba di depan ruang dokter, suster lak