Tiba di depan rumah Ryan, Bastian memarkirkan mobil BMW 740Li milik Edi dan segera membukakan pintu Bosnya. Ia kemudian membawakan semua barang yang dibeli Bosnya tadi sembari menemani Edi berjalan masuk ke pekarangan rumah.Edi mengetuk pintu, dan tak lama kemudian, seorang wanita cantik berusia 40-an membukanya dengan senyuman ramah di bibirnya. Edi sedikit tertegun melihat betapa cantiknya wanita paruh baya itu.“Cari siapa, Pak?” tanya wanita itu dengan ramah. “Tuan Ryan ada, Bu?” tanya Edi sambil melemparkan senyuman kepada wanita itu.“Iya, silakan masuk,” ucapnya kemudian masuk ke dalam dengan langkahnya diikuti Edi. Bastian mengikuti mereka berdua seraya menjinjing tas belanjaan di kedua tangannya. Edi dan Bastian kemudian duduk di sofa ruang keluarga setelah dipersilahkan.Kemudian wanita itu masuk ke dalam hendak memanggil Ryan yang sedang berada di dapur. Ketika Ryan keluar dan melihat Edi, wajahnya tampak garang dan tidak senang dengan kehadiran tamu yang tak diundang. "
Api hijau yang tenang muncul di telapak tangannya, memancarkan cahaya yang memenuhi ruangan. Cahaya hijau itu seolah-olah membawa harapan dan kedamaian, menghilangkan ketegangan yang ada.Dengan penuh keahlian, Ryan membentuk api hijau tersebut menjadi jarum akupuntur. Jarum ini tidak hanya terlihat nyata, tetapi juga mengandung getaran energi penyembuhan yang begitu kuat. Dengan gerakan yang lembut, ia mulai menusukkan jarum-jarum tersebut pada titik-titik acupoint di punggung Adit.Setiap tusukan jarum terasa seperti sentuhan lembut yang langsung menghubungkan Adit dengan aliran energi Qi. Adit merasakan sensasi hangat dan mengalir dalam tubuhnya, seolah-olah ada aliran kekuatan yang menelusuri setiap serat tubuhnya. Rasa sakit yang tadi begitu kuat perlahan mereda, dan ia merasakan perasaan rileks yang luar biasa.Ryan sangat teliti dalam memilih titik-titik acupoint yang akan ditusukkan. Ia mengarahkan jarum akupuntur dengan presisi yang luar biasa, menemukan titik-titik yang berh
Suasana di ruangan semakin tegang saat Ryan berkata, "Persyaratan saya cukup sederhana. Saya hanya meminta Anda untuk memberi saya mobil Ferrari 250 GTO 1962, rumah di daerah elit Surabaya, dan uang tunai sebesar sepuluh miliar rupiah."Dengan nada yang tetap tenang, namun penuh dengan kepastian, Ryan menambahkan, "Ingat kata-kata saya, jika Anda tidak mampu memenuhi semua ini, maka jangan pernah berharap untuk mendapatkan bantuan lebih lanjut dari saya."Bagi Edi, permintaan Ryan terdengar seperti petir di siang bolong. Matanya melebar tak percaya saat ia mencerna semua kata-kata yang baru saja didengarnya. Mobil Ferrari 250 GTO 1962, kendaraan langka yang memiliki hanya 32 unit di seluruh dunia. Harganya mencapai angka yang begitu fantastis, sekitar 542 miliar rupiah. Ini adalah permintaan yang luar biasa sulit untuk dipenuhi.Sedangkan permintaan mengenai rumah mewah di daerah elit dan uang sepuluh miliar rupiah, mungkin terdengar lebih masuk akal dibandingkan dengan mobil Ferrari y
Ryan, Edi, dan Bastian pun tertawa riang melihat kepolosan Alena. Ryan kemudian memberikan penjelasan singkat tentang apa itu sekolah dengan penuh kesabaran.Setelah beberapa menit mendengarkan penjelasan Ryan, mata Alena mulai berbinar-binar. "Ayah, Alena mau pergi ke sekolah!""Besok ya Nak," Ryan mengusap-usap rambut Alena dan berkata, "Jadi, Alena besok harus bangun pagi ya."Alena dengan antusias menjawab, "Baik Ayah!"Dengan rencana sudah dibuat, diputuskan bahwa esok harinya Ryan dan Edi akan pergi ke TK LionKing bersama anak-anak mereka untuk mengikuti uji coba kelas.Setelah itu, Edi pamit pulang sambil memeluk Adit yang sudah tertidur pulas. Ia memiliki perasaan campur aduk, antara harapan akan masa depan yang lebih baik dan kekhawatiran tentang apa yang akan terjadi selanjutnya.Keesokan harinya, Ryan dan Alena berangkat menuju TK LionKing menggunakan layanan taksi online. Ketika mereka tiba di depan gerbang sekolah, mata Alena terbuka lebar melihat keindahan dan kemegahan
Ryan, Edi, Alena, dan Adit berjalan bersama, dipimpin oleh guru cantik yang memperkenalkan dirinya sebagai Lisa. Dengan senyuman hangat, Lisa memulai perjalanan mereka untuk menjelajahi fasilitas mewah yang ada di TK LionKing.Pertama-tama, mereka mengunjungi perpustakaan yang begitu luas dan indah. Rak-raknya dipenuhi dengan berbagai jenis buku, mulai dari cerita anak-anak hingga ensiklopedia. Di sela-sela rak, terdapat ukiran kayu halus bergaya Perancis yang menghadirkan kesan elegan. Lisa, dengan penuh semangat, menjelaskan, "Ini adalah perpustakaan kami, tempat yang menawarkan dunia pengetahuan kepada siswa-siswi kami. Mereka dapat menemukan jawaban atas rasa ingin tahu mereka di sini," ujarnya sambil mengangkat buku berjudul "Angka dan Hewan".Setelah itu, mereka bergerak ke area lapangan olahraga yang mengesankan. Terdapat lapangan rumput yang luas dengan fasilitas seperti lapangan sepak bola, lapangan basket, dan lapangan tenis. "Lapangan ini adalah tempat siswa kami mengembang
Atas pengaturan Edi, Ryan akhirnya dapat bertemu dengan orang yang bertanggung jawab atas semua makanan yang dihidangkan di kantin. ‘Ini!’ Mata Ryan sedikit terbelalak begitu melihat sosok di balik semua makanan yang ada di kantin. Di depan Ryan, berdiri seorang pria tua dengan rambut dan jenggot putih. Walau tubuhnya terlihat tua renta, namun dengan mata batinnya, Ryan dapat melihat energi Qi yang sangat kaya dalam Dantian-nya.'Tidak salah lagi, dia seorang Grand Master!' Ryan bergumam dalam hati, 'Bahkan jumlah Qi di dalam tubuhnya jauh di atasku! Kemungkinan besar dia hanya setengah langkah dari Great Grand Master, eksistensi terkuat di dunia ini!'"Anak muda, ada urusan apa kamu ingin bertemu pria tua ini?" tanya pria tua itu dengan wajah cemberut. Jelas ia merasa terganggu ketika ada seseorang yang menemuinya di saat sedang bekerja."Maaf telah mengganggu Kakek. Saya hanya ingin bertemu dengan orang yang membuat makanan selezat ini. Saya benar-benar kagum dengan masakan Kakek.
Ryan dan Kakek Liong telah bersiap untuk bertarung, di mana udara penuh dengan tegangan yang tak terucapkan. Mata mereka saling memandang, mengeluarkan aura yang kuat dan tajam. Pertarungan ini bukan hanya fisik, tetapi juga perang kekuatan antara seorang Kultivator Qi Gathering Puncak dengan Grand Master Bela Diri yang tangguh.Sebelumnya, Kakek Liong telah memasang pelindung, agar kekacauan yang mereka buat tidak mengganggu orang lain. Pelindung ini memiliki efek untuk mencegah kekuatan yang mereka lepaskan keluar dari area yang ditentukan, dan juga untuk menghalangi orang lain melihat pertarungan mereka, terkecuali Edi.Saat ini, suasana di antara keduanya menjadi sunyi, hanya ditemani desiran angin yang berbisik sebagai pelipit perang. Tak lama kemudian, Ryan memulai dengan perlahan, melambaikan tangannya ke udara. Dan tiba-tiba, Api Lotus Hijau pun muncul dengan cemerlang dari telapak tangannya. Api hijau itu tumbuh membesar dengan cepat, membentuk pelindung seperti perisai yang
Kakek Liong menatap tanah di bawahnya dengan penuh konsentrasi. Ia mengambil napas dalam-dalam, mengumpulkan energi Qi-nya ke kedua tangannya. Energi itu terasa seperti arus yang kuat dan mengalir melalui tubuhnya, siap untuk ia gunakan dalam tindakan yang hebat.Dengan gerakan yang perlahan namun pasti, Kakek Liong meletakkan kedua telapak tangannya di tanah yang rusak. Seolah-olah dia berkomunikasi dengan alam, energi Qi miliknya meresap ke dalam tanah dengan lembut namun mantap. Energi itu mengalir melalui jaringan akar dan ke dalam inti bumi, menyentuh kekuatan alam yang tersembunyi di dalamnya.Dalam beberapa detik, tanah mulai bergetar lembut. Kakek Liong merasakan denyut energi alam yang bekerja sama dengannya. Ia membayangkan taman yang indah, rerumputan yang rapi, bunga-bunga yang mekar, dan pohon beringin yang megah. Visi ini menguatkan konsentrasinya dan mengalihkannya dari kekuatan yang merusak menjadi kekuatan penciptaan.Energi Qi Kakek Liong mengalir ke dalam tanah deng
Dari balik dinding rumah mewah di kawasan elit Surabaya, terdengar isak tangis yang merobek kesunyian. Sebuah wanita bertubuh mungil dengan dada yang menonjol, tampak berusaha meredakan tangisan anak laki-lakinya yang masih berusia belia, kurang dari 8 tahun. Wanita itu, Winnie, dengan lembut mengelus punggung anaknya sambil mengayun-ayunkan tubuhnya."Sayang, shhh... sudah ya, jangan menangis lagi..." Suaranya lembut, berusaha menenangkan hati kecil yang sedang sedih itu."Reno, jangan terlalu lemah, kamu kan laki-laki!" ujar seorang gadis berusia 16 tahun, rambutnya yang panjang terurai hingga pinggang."Alena, cukup … jangan mengganggu adikmu," tegur Ryan, meski sudah berusia 46 tahun, penampilannya masih seperti mahasiswa. Banyak yang salah mengira usianya.Alena memutar matanya, rasa kesal tergambar jelas di wajahnya. "Tapi Ayah, Reno itu menggemaskan. Alena tidak tahan melihat pipi tembemnya begitu saja..." katanya sambil berusaha mencubit lagi pipi adiknya yang masih dalam dekap
Setelah berpisah dengan Zeus, kini hati Ryan penuh dengan kekhawatiran yang mendalam. Ia sangat khawatir dengan Istri dan anaknya, serta teman-teman lainnya. Dengan cepat, ia menggunakan Mode Dewa, mengepakkan keempat pasang sayap api dan es, lalu meluncur ke Jakarta, meninggalkan jejak cahaya aurora yang membelah langit, seperti bintang jatuh yang menembus kegelapan.Dalam sekejap, Ryan sudah berada di area parkir Jakarta Expo. Saat mendarat, debu dan angin berhamburan ke segala arah, menciptakan pemandangan dramatis di tengah malam. Di sekeliling Ryan, tumpukan mayat manusia dan juga makhluk modifikasi tergeletak tak bernyawa, mirip dengan tumpukan sampah yang telah dibuang. Cairan merah, yang kini mulai mengering, meresap ke dalam retakan tanah dan paving, menciptakan gambaran yang mengerikan.Melihat semua itu, Ryan memperlihatkan kegelisahan yang mendalam. Kekhawatirannya terhadap keluarga dan teman-temannya membuat wajahnya menjadi suram. Namun, sebelum Rya sempat merasakan apa
Dalam pandangan Ryan, tubuh pria tua itu hampir tidak memiliki garis kematian. Hanya dua garis saja yang bisa dilihat, sebuah bukti bahwa pria tua itu hampir mencapai batas keabadian. Seolah-olah, semakin sedikit garis kematian yang dimiliki, semakin jauh mereka dari ambang kematian.Dalam satu hembusan nafas, Ryan telah berada tepat di depan pria tua itu. Dengan keberanian dan kepastian, pedang Aurora di tangannya bergerak, berusaha memotong garis kematian yang berjalan secara diagonal dari punggung kanan pria tua itu hingga pinggang kirinya.Saat ujung pedang Ryan hampir menyentuh garis kematian, sesuatu berkilauan tiba-tiba muncul. Seolah-olah muncul dari ketiadaan, rantai keemasan meluncur keluar, bergerak cepat dan ganas. Mereka melilit pergelangan tangan, betis, dan leher Ryan dengan kekuatan yang membelenggu, menahan gerakannya yang hampir berhasil. Ryan sangat terkejut dengan apa yang dialaminya. Ia berjuang, mencoba untuk bergerak, namun rantai emas yang melilit dirinya sema
Ryan merasakan beratnya hawa kehadiran pria tua itu, membebani udara di sekitarnya. Namun, hal itu tidak menghalangi Ryan untuk mengekspresikan rasa kekecewaanya. "Kenapa … kenapa kau membunuh Albert?!" suaranya bergema, penuh dengan rasa kemarahan."Aku hanya membantumu untuk membunuhnya." Pria tua itu tersenyum, tidak ingin memberitahu Ryan alasan sesungguhnya. "Lagipula, dia sudah kalah darimu. Jadi aku hanya ingin mempercepat kematiannya, demi kegembiraanku dan para penonton lainnya.""Para penonton?" Ryan. mengerutkan dahinya. Ia mengangkat kepalanya dan menatap tajam pria tua itu. "Apa maksudmu?"Pria tua itu menunjuk ke atas langit. Ryan secara tidak sadar ikut mendongak ke atas. Detik berikutnya, mata Ryan melebar. Di atas langit, terdapat sebuah bola mata raksasa samar, mengintip semua yang terjadi di lokasi tersebut."Jadi, semua pertarungan hidup dan mati ini hanya tontonan bagi kalian?!" ucap Ryan dengan nada penuh amarah."Benar, kalian tidak lain hanya hiburan semata di
Ketika serangan keduanya bertabrakan, langit malam itu seketika terang benderang. Kilatan cahaya aurora dan petir menyinari pulau tak berpenghuni di bawah mereka. Gelombang kejut dan angin kencang membelah udara, merusak pepohonan di pulau itu. Gelombang laut naik tinggi, terpengaruh oleh kekuatan serangan mereka.Tabrakan antara kedua serangan ini menghasilkan ledakan yang luar biasa. Suara dentuman yang menggelegar mencapai ke segala penjuru. Energi dari serangan itu menyebar luas, menciptakan riak di laut dan menyapu pohon-pohon di daratan.Kedua serangan tersebut saling melawan, menciptakan tekanan besar di antara keduanya. Mereka sama-sama merasakan kekuatan besar satu sama lain, dan keduanya terus menerus berusaha untuk mendominasi serangan ini. Hingga akhirnya, sebuah ledakan besar tercipta. BOOM!Asap berbentuk kepala jamur membumbung tinggi di langit yang memerah. Suara dentuman keras terdengar hingga jarak ratusan kilometer. Gelombang tsunami setinggi sepuluh meter menengge
Di tengah reruntuhan gedung Jakarta Expo, Ryan dan Albert berdiri saling berpandangan dengan nafas terengah-engah. Dalam jangka waktu satu jam, mereka berdua telah bertarung dengan intens. Namun, sampai sekarang, masih belum ditentukan juga siapa pemenangnya.Ryan sadar, bahwa Albert memiliki pengetahuan mendalam tentang semua kekuatan yang dimilikinya dari pertarungan sebelumnya. Jadi, untuk mengalahkan Albert, ia butuh elemen kejutan yang tidak terduga. Dan sepertinya, Api Surgawi ketiga miliknya–Api Lotus Pengubah Kehidupan, merupakan hal yang cocok dalam mengejutkan lawannya. Tapi, untuk melakukannya, Ryan harus membawa Albert menjauhi kota Jakarta. Jika tidak, serangan pamungkas miliknya bisa saja mengenai Alena dan teman-temannya. Ia tidak mau hal tersebut sampai terjadi.Ryan kemudian berkonsentrasi mengendalikan ketiga Api Surgawi miliknya. Keempat pasang sayap api-es yang sebelumnya telah compang-camping dan agak meredup, kembali pulih seperti semula. Tapi, di belakang keemp
“Rooaar—!”Suara auman dari manusia yang telah dimodifikasi itu terus terdengar secara bergantian. Alena yang berada di dalam mobil bersama Winnie, Ratna, Latisha, Rahmad, Arin, dan juga Arnold, tampak sangat ketakutan. Sebagai tangan kanan Ryan, Arnold bertekad melindungi semua teman dan juga anaknya dari marabahaya. Arnold kemudian memberi aba-aba pada rekan-rekan gangster dan Praktisi Bela Diri untuk melawan monster tersebut. Di bantu oleh 500 anggota mafia Cosa Nostra, lahan parkir kawasan Jakarta Expo tersebut pun menjadi medan perang.Dududududu—!Suara derap senapan mesin meraung memecah kegelapan malam. Peluru demi peluru dimuntahkan senapan milik anggota Cosa Nostra, meluncur dengan liar ke arah beberapa monster yang berada di dekat mereka. Akan tetapi, begitu peluru tersebut menyentuh kulitnya, bagaikan peluru karet, peluru-peluru itu malah dimentahkan. Hal tersebut membuat mata orang-orang terbelalak."Ini benar-benar gawat!" gumam Arnold. Ia lalu mengeluarkan pisau dari k
Satu per satu, para tamu bergelagat aneh mulai berubah menjadi makhluk menyerupai monster. Mereka semua adalah manusia yang telah dimodifikasi menggunakan NTZ-461. Berbeda dengan seri sebelumnya, seri NTZ-461 tidak hanya meningkatkan kemampuan otak hingga 100%, tetapi juga meningkatkan kekuatan fisik. Akan tetapi, karena masih belum sempurnanya NTZ-461. Mata merah menyala menunjukkan kekacauan pikiran mereka, yang telah hancur akibat penggunaan obat eksperimental itu. Kekuatan fisik mereka melampaui manusia biasa, tetapi mereka hanya bisa mengikuti perintah Albert seperti mesin tanpa jiwa.Yudha, yang masih terkejut dengan munculnya makhluk modifikasi ini, segera sadar akan prioritasnya. "Percepat evakuasi! Jangan hiraukan makhluk-makhluk ini! Utamakan keselamatan para tamu!""Siap Letnan!" Para personel Pasukan Khusus segera mengevakuasi para tamu undangan, tanpa menghiraukan para monster bertubuh besar itu. Beruntungnya, para manusia hasil modifikasi itu sama sekali tidak menghirau
Melihat kedatangan Ryan, air mata mulai menitik dari sudut mata Dian. Ia merasa terharu dan lega melihat sosok pria yang selama ini menjadi cinta sejatinya. "Ryan…" gumamnya pelan, tapi penuh emosi.Hal itu tidak luput dari pandangan para tamu, membuat mereka saling berbisik, membicarakan Dian dan Ryan."Bukankah itu Ryan Santoso, CEO baru LionKing Indonesia?""Sepertinya Ryan dan calon mempelai wanita memiliki hubungan spesial.'"Pantas saja sang calon mempelai wanita terlihat sedih, tampaknya dia dijodohkan dengan paksa.""Wah kasihan sekali Tuan Albert, calon mempelainya akan direbut oleh Ryan malam ini.""Kalau aku jadi Tuan Albert, aku pasti akan malu tujuh turunan."Pembicaraan yang senada seperti itu, menyebar di antara para tamu, membuat Albert sedikit jengkel. Faktanya, Albert tidak merasa malu dengan semua ini. Karena kejadian ini sudah masuk dalam salah satu prediksinya."Ryan, apa yang kau lakukan di sini? Jika kamu ingin memberiku selamat, silahkan minggir dulu. Biarkan k