Benar apa yang dikatakan Dharu, saat Chris menyukai Briana yang memakai hasil karyanya, wanita itu kini jadi bintang di pesta.Bahkan Briana diundang ke panggung untuk memperlihatkan keindahan maha karya Chris yang melekat indah di tubuh wanita itu.Demi menjadi pusat perhatian agar bisa membuat mantan suaminya menyesal, tentu saja Briana tak keberatan sekali saat dijadikan model dadakan oleh Chris.“Beberapa waktu lalu, ada beberapa klienku yang meragukan hasil karyaku karena penilaian negatif dari salah satu pemesan yang ternyata salah ukuran. Tapi berkatmu, sepertinya aku akan mendapat kepercayaan lagi. Terima kasih.”Chris dengan gemulai menggenggam tangan Briana, menyentuh jari-jari lentik wanita itu.“Dengan senang hati,” balas Briana sopan.“Aku akan memberimu hadiah. Berikan alamatmu dan aku akan mengirimkannya ke sana,” ucap Chris sambil siap mencatat alamat Briana.Briana menoleh Dharu seolah ingin minta pendapat pria itu. Briana melihat Dharu menganggukkan kepala, sehingga
Briana menatap Litta yang terlihat emosi, dia puas bisa sedikit membalas perbuatan wanita itu. Hingga dia melihat Litta mengangkat tangan hendak memukulnya, Briana pun tak tinggal diam begitu saja.Briana menahan pergelangan tangan Litta, membuat wanita itu terkejut.“Kamu memang kasar dan tak tahu diuntung, pantas saja Farhan lebih memilihku daripada kamu,” ucap Litta berusaha melepas tangan dari Briana tapi dicengkram erat.Ekspresi wajah Briana berubah mendengar ucapan Litta. Dia semakin mencengkram erat pergelangan tangan Litta, lantas mendorong selingkuhan mantan suaminya itu hingga menabrak dinding pembatas antar bilik.Litta agak terkejut karena Briana mendorongnya sampai menabrak yang membuat punggungnya sakit.“Dia memilihmu, bukan karena kamu lebih baik dariku. Dia memilihmu karena kamu bodoh dan mudah termakan bujuk rayuannya. Bahkan kamu rela jadi orang ketiga hanya karena nafsu. Bukan aku yang buruk karena bagaimanapun tadinya aku adalah istri sah. Berkacalah sebelum kamu
“Kenapa sangat lama?” tanya Dharu saat Briana baru saja kembali dari toilet.Briana malah tersenyum mendengar pertanyaan Dharu, membuat pria itu mengerutkan alis.“Apa yang sudah kamu lakukan?” tanya Dharu penasaran dan curiga saat melihat senyum Briana.“Sedikit membuat huru-hara,” jawab Briana lantas menunjuk menggunakan dagu ke arah Litta dan Farhan yang baru masuk ruang pesta.Dharu memperhatikan Litta yang terlihat kesal, bahkan Farhan yang tampak panik.“Wanita itu berpikir bisa menindasku, sayangnya dia yang tampaknya tertindas,” ujar Briana sambil tersenyum puas melihat Litta yang begitu marah.Dharu memperhatikan Briana yang tersenyum jahat, tampaknya wanita itu baru saja membalas dendam ke mantan suami.Di sisi lain. Litta sangat kesal melihat apa yang tadi dilihatnya. Dari sudut pandangnya, Litta melihat Briana sedang mencium pipi Farhan, membuat wanita itu sangat murka.“Jangan seperti ini, Litta. Tidak enak kalau dilihat orang lain,” ucap Farhan membujuk.Litta memberikan
“Kenapa pulang pesta wajahmu kusut?” tanya Mirna saat melihat Farhan pulang lebih awal dari pesta.Farhan menoleh sang mama. Dia kesal karena semua sandiwara Briana juga ketakutan akan ancaman jika Briana bersama Dharu.Namun, meski dia cemas akan hal itu, tapi Farhan tak berani mengatakan hal itu ke sang mama, apalagi soal Briana yang sebenarnya masih kaya.“Tidak ada, aku hanya lelah,” jawab Farhan berbohong. Dia mengusap tengkuk seolah memperlihatkan jika memang tubuhnya lelah.“Ya sudah kalau memang capek, sana istirahat saja,” ucap Mirna pada akhirnya.“Oh ya, kapan kamu akan melamar Litta? Mama tidak sabar menjadikannya menantu di rumah kita?” tanya Mirna begitu antusias.Farhan diam sejenak, hingga kemudian menjawab, “Secepatnya, aku akan membicarakan ini dengan Litta.”Mirna mengangguk-angguk mendengar jawaban Farhan, lantas menatap putranya itu pergi menaiki anak tangga.Farhan masuk kamar, sesampainya di sana langsung mengembuskan napas kasar sambil memejamkan mata sekilas.
“Kenapa tiba-tiba mengajak jalan saat jam kerja? Ini bukan kebiasanmu,” ucap Medha sambil melirik Briana yang berjalan di sampingnya.“Nanti malam Dharu mau mengajakku bertemu orang tuanya lagi. Aku tak mungkin ke sana dengan tangan kosong lagi,” balas Briana sambil mengamati barang di toko yang mereka lewati.Medha langsung berhenti dengan ekspresi terkejut.“Kamu benar-benar akan menikah dengannya?” tanya Medha memastikan karena berpikir jika Briana bisa saja berubah pikiran.Briana diam mendengar pertanyaan Medha, lantas menoleh ke sahabatnya itu.“Hanya untuk sandiwara,” jawab Briana, “aku juga butuh seseorang yang berdiri di belakangku untuk memperkuat posisiku agar rencana balas dendamku berjalan lancar.”“Hm ... sejak kapan kamu jadi licik. Tapi tak masalah juga, sekali-kali licik demi harga diri,” balas Medha lantas tertawa kecil.“Kadang kala kita harus menjadi antagonis agar tidak diinjak. Aku tidak berniat terlalu jahat, hanya ingin membuktikan jika wanita yang diremehkan i
Briana melihat Medha yang tampak kesal melihat siapa yang muncul di sana. Dia pun agak malas harus berhadapan dengan adik Farhan yang sombong.“Aku mau jam itu,” kata Rani menunjuk ke jam tangan yang tadi dipilih Briana.“Heh! Tahu aturan ga, sih? Temanku sudah memilihnya lebih dulu, jadi jangan berani-beraninya merebut!” amuk Medha yang kesal.Rani langsung tersenyum mencibir mendengar amukan Medha.“Memangnya punya uang? Jangan sok kaya dengan beli jam tangan di sini, jangan-jangan belinya dicicil. Opss ....” Rani meremehkan Briana, masih menganggap kalau mantan kakak iparnya itu miskin.Briana hanya tersenyum miring mendengar ejekan mantan adik iparnya. Dia membuka tas, lantas mengeluarkan kartu hitam tanpa batas juga kartu member toko itu.“Apa ini cukup untuk membuktikan kalau aku mampu,” ucap Briana sambil menyodorkan kartu itu ke penjaga toko, tapi tatapannya tertuju ke Rani.Rani sangat terkejut karena Briana memiliki kartu member eksklusif, belum lagi mantan kakak iparnya itu
Briana pergi ke rumah Dharu saat malam hari sesuai dengan undangan orang tua pria itu.Saat mobilnya baru saja memasuki halaman rumah orang tua Dharu, ternyata pria itu sudah menunggunya di teras rumah.“Kupikir kamu kabur dan berubah pikiran,” seloroh Dharu saat menghampiri Briana yang baru saja turun dari mobil.Briana menatap kesal dengan candaan pria itu yang meledeknya, tapi dia tak mengambil pusing.“Kamu pikir aku suka kabur?”Briana melirik Dharu, lantas membuka pintu belakang untuk mengambil barang bawaannya.Dharu hanya mengulum senyum mendengar ucapan Briana, hingga melihat banyaknya barang yang dibawa wanita itu.“Kamu benar-benar membeli barang untuk keluargaku?” tanya Dharu agak terkejut dengan yang dilihat.“Tentu saja, memangnya kenapa? Aku tidak mau adikmu sinis atau menganggapku buruk karena datang dengan tangan kosong,” balas Briana sambil menenteng lima paper bag beda ukuran.Baru saja Briana menutup pintu mobil, tiba-tiba saja Dharu menggunakan satu tangan untuk me
“Meski kakakku menerimamu begitu juga dengan kedua orang tuaku, tapi aku takkan langsung menerimamu,” ucap Dhira saat sedang duduk berdua dengan Briana setelah mereka makan malam.Briana menatap Dhira yang bicara sambil menatap tak senang, bahkan setelah menerima hadiah ratusan juta, ternyata adik kembar Dharu itu tak mudah diluluhkan.“Tidak masalah, yang akan hidup bersamaku nantinya kakakmu, bukan kamu. Aku akan fokus ke kakakmu saja, tidak perlu memikirkan yang lain,” balas Briana hanya agar Dhira paham jika dia takkan menjilat agar wanita itu menyukainya.Dhira terkejut mendengar balasan Briana, hingga teringat akan ucapan sang kakak soal bagaimana dulu Briana diperlakukan buruk di keluarga mantan suami.“Meski kamu fokus ke Dharu, tapi dia akan selalu mengutamakanku. Jadi jangan nangis kalau dia lebih menuruti ucapanku daripada kamu,” ucap Dhira tak mau kalah dari Briana.Briana hanya tersenyum mendengar ucapan Dhira, hingga kemudian membalas, “Aku takkan berusaha membujuk atau
Dhira dan Sean pergi ke IGD rumah sakit mereka berada sekarang. Renata di sana karena mengantar Briana yang mau melahirkan.“Ma.” Dhira langsung memanggil sang mama.“Kenapa kamu cepat sekali ke sini?” tanya Renata keheranan.“Karena aku baru periksa, jadi waktu Mama telepon, aku ada di sini,” jawab Dhira.“Periksa? Kamu sakit?” tanya Renata dengan kepanikan berlipat karena ucapan Dhira.Dhira melebarkan senyum, lantas menunjukkan hasil USG. “Tidak sakit, tapi sedang hamil. Ini, cucu kedua Mama dan Papa.”Dhira memberitahu dengan bangga, sampai membuat Renata sangat syok dan senang.“Ya Tuhan, mama tak percaya. Mama senang sekali mendengar kabar ini.” Renata langsung memeluk karena sangat bahagia.Dhira juga bahagia karena bisa menyenangkan hati sang mama.Saat keduanya saling berpelukan, tiba-tiba terdengar suara bayi yang membuat mereka terkejut.“Sudah lahir? Cepat sekali?” Dhira terkejut, apalagi melihat perawat keluar masuk ruang penanganan.Briana sudah melahirkan di ruang IGD se
“Dhira, kamu di mana?”Sean keluar dari ruang ganti mencari keberadaan Dhira yang tak menyahut padahal dia sudah memanggilnya sejak tadi. Dhira keluar dari kamar mandi, tentu saja hal itu membuat Sean keheranan.“Kenapa masuk kamar mandi lagi?” tanya Sean karena Dhira sudah mandi sejak tadi.Dhira menutup mulutnya seolah merasakan sesuatu yang ingin keluar, tapi dia tetap berjalan menghampiri Sean.Usia pernikahan mereka sudah berjalan tiga bulan. Sean sudah menerima Dhira sepenuhnya, hingga hubungan rumah tangga mereka berjalan dengan sangat baik.“Kamu baik-baik saja?” tanya Sean karena Dhira agak pucat.“Entah, sejak tadi rasanya pusing dan mual,” jawab Dhira.Sean langsung menyentuh kening Dhira, tapi tak merasa panas.“Apa sangat pusing?” tanya Sean memastikan.Dhira sibuk mengikat dasi Sean saat mendengar pertanyaan itu.“Iya lumayan, tadi seperti berputar lalu aku mual,” jawab Dhira kemudian menatap Sean dengan wajah memelas.“Kita ke rumah sakit untuk memastikan kamu sakit apa
Riana memang bertindak kejam, tapi semua itu semata-mata dilakukan untuk melindungi Sean dari hal-hal yang tak diinginkan.Milia diam mendengar ucapan Riana. Dia hanya menunduk sambil meremas jemari karena tak bisa berbuat apa-apa.Ibu Milia juga diam karena takut, lalu memberanikan diri menatap Riana.“Kalau kami pergi dari kota ini, bagaimana dengan usaha pakaian kami? Masa mau ditinggal begitu saja? Misal mau dijual juga tidak bisa cepat laku,” ujar ibu Milia yang takut jika masih di kota itu akan dipersulit Riana.Milia terkejut mendengar ucapan sang ibu, apa itu artinya ibunya mau pindah karena ancaman Riana.“Aku akan membelinya, kalau perlu rumah sekalian akan aku beli dua kali lipat dari harga aslinya, asal kalian pergi dari kehidupan putraku!” Riana tak segan memuluskan keinginan ibu Milia asal pergi dari kota itu.Ibu Milia membayangkan uang sangat banyak yang akan diterimanya jika dijual ke Riana. Dia yang mata duitan langsung setuju begitu saja.“Baik, saya setuju menjualny
Saat sore hari, Sean pulang dan menemui Riana yang sedang bersantai di ruang keluarga.“Sudah pulang? Kamu sudah mengosongkan jadwal agar minggu depan tidak ada kendala, kan? Ingat, pernikahanmu itu minggu depan,” ucap Riana langsung mengingatkan, jangan sampai Sean lupa dan masih membuat jadwal kegiatan di perusahaan.“Mama tenang saja, Vino sudah mengatur semuanya,” balas Sean.Riana mengangguk-angguk senang karena sekarang Sean mudah diatur.“Ma, aku mau menceritakan sesuatu, tapi aku harap Mama tidak berpikiran buruk atau panik dulu,” ucap Sean ingin memberitahu soal Milia.Sean hanya ingin sang mama tahu saja, agar kelak jika terjadi sesuatu atau Milia membuat ulah, sang mama tak benar-benar syok karena sudah tahu dan mendengar sendiri darinya.Riana menoleh Sean saat mendengar apa yang dikatakan oleh putranya itu. Dia menurunkan satu kaki yang sejak tadi disilangkan, dahinya berkerut halus karena penasaran.“Memangnya kamu mau menceritakan apa?” tanya Riana dengan pikiran negati
Dhira langsung bicara tegas agar Milia sadar diri. Dia tak akan kasihan meski Milia sedang hamil, dia sadar kalau wanita seperti Milia, tidak akan puas jika hanya dikasih hati. Begitu mendapat kebaikan, wanita itu akan melunjak tak tahu diri.Milia terdiam mendengar ucapan Dhira, hingga Dhira kembali bicara.“Kamu pikir dengan datang menemui Sean, kamu bisa memintanya bertanggung jawab atas janin yang bukan miliknya? Kamu mungkin tak tahu, Sean sudah tahu segalanya tentang kebusukanmu.” Dhira terus bicara untuk menyadarkan Milia.Milia sangat terkejut mendengar ucapan Dhira, hingga Dhira kembali bicara.“Bahkan tahu kalau kamu selama ini sering tidur dengan pria lain. Sungguh aku ingin tertawa, baru kali ini melihat wanita tak tahu diri sepertimu, sudah selingkuh dan tidur dengan pria lain, tapi minta pertanggungjawaban ke pria yang kamu buang.” Dhira menjejali telinga Milia dengan fakta bahkan tak peduli itu bisa mempengaruhi pikiran dan janin Milia.
Sean mulai nyaman bersama Dhira. Sikap Dhira yang apa adanya saat bicara, membuat Sean merasa tenang.Sean keluar dari lift sambil menatap ponsel, dia mencoba menghubungi Dhira karena ingin mengajak makan siang, tapi Dhira tak menjawab panggilan darinya.“Ke mana dia?” Sean bertanya-tanya karena Dhira mengabaikan panggilan darinya.Sean berpikir apa mungkin Dhira sedang rapat atau bertemu klien, membuatnya memilih mengirim pesan kalau akan datang ke perusahaan Dhira.Saat Sean baru saja keluar dari lobi, Sean terkejut karena ada yang mencegah langkahnya.“Sean.” Milia muncul di sana dengan mata bengkak dan wajah penuh linangan air mata.“Apa lagi yang kamu inginkan?” tanya Sean mulai malas, apalagi dia sudah tahu semua kebusukan Milia.“Sean, kumohon maafkan aku. Saat ini aku tidak tahu harus bagaimana, aku membutuhkanmu,” ucap Milia sambil menggenggam telapak tangan Sean.Sean me
Milia terduduk lemas di kursi selasar yang ada di poliklinik rumah sakit. Dia menatap hasil pemeriksaan akan kondisinya sekarang ini.Milia sangat syok dan bingung karena dia ternyata sedang hamil sembilan minggu.“Bagaimana ini?” Milia mengguyar kasar rambutnya ke belakang menatap hasil tes itu.Milia mencoba menghubungi Ryan tapi sayangnya panggilannya tidak dijawab. Akhirnya Milia memutuskan pergi ke perusahaan Ryan untuk membahas masalah kehamilannya. Apalagi Ryan pernah berjanji akan menikahinya setelah Milia putus dari Sean.Milia pergi ke perusahaan Ryan, lalu menemui bagian respsionis.“Pak Ryan ada di kantornya?” tanya Mila saat bertemu resepsionis.“Maaf, apa Anda sudah membuat janji sebelumnya?” tanya resepsionis.Milia bingung karena belum membuat janji. Kalau dia jujur belum membuat janji, dia pasti akan diusir dari sana. Dia kemudian mengeluarkan ponsel, lalu memperlihatkan chat lamanya saat Ryan mengajak bertemu tanpa memperlihatkan tanggal yang tertera.“Dia memintaku
Sean masih mencoba meminta maaf, dia sudah menyadari kesalahan dan ingin hubungannya dengan sang mama membaik.Riana akhirnya menatap Sean saat mendengar permintaan maaf putranya itu."Aku benar-benar sudah sadar, aku selama ini memang salah karena tak mempercayai apa yang Mama katakan," ucap Sean lagi."Kamu benar-benar sudah paham dengan apa yang mama lakukan?" tanya Riana sambil menatap Sean.Sean mendongak lalu menatap Riana sambil menganggukkan kepala.Riana lega saat melihat Sean sungguh-sungguh meminta maaf, dia lalu meminta Sean agar bangun."Aku sungguh-sungguh meminta maaf," ucap Sean.Riana tersenyum mendengar permintaan maaf dari Sean."Mama lega kalau memang benar kamu sudah sadar. Feeling orang tua itu tidak salah, Sean. Sejak awal, mama sebenarnya tak pernah masalah kamu mau sama siapa. Tapi, saat melihat attitude Milia yang buruk, mama langsung mundur. Bukan karena dia miskin, tapi karena memang dia memiliki sifat dan perilaku yang tidak baik. Jadi, kamu sekarang paham
Dhira pergi ke taman sesuai dengan permintaan Sean. Dia sebenarnya merasa agak aneh karena Sean meminta bertemu tak seperti biasanya.Dhira melihat Sean yang sudah duduk di taman menunggunya. Dia mendekat lalu duduk di samping Sean tanpa menyapa. Keduanya diam cukup lama tak ada yang bicara, Dhira sendiri tak mau buka suara sampai Sean yang mengawalinya.Setelah lama diam, Sean akhirnya menghela napas kasar. Dhira mendengar suara helaan itu tapi sengaja tak menoleh ke Sean.“Ternyata sekarang aku sadar jika sudah salah dan terlalu buta karena cinta,” ucap Sean lalu tersenyum getir.Dhira terkejut mendengar Sean tiba-tiba bicara seperti itu. Dia menoleh Sean, lalu membalas, “Memang benar, kenapa baru sadarnya sekarang?”Sean menoleh Dhira yang bicara blak-blakan, meski kesal tapi dia sadar jika Dhira hanya jujur saja.“Mama marah besar karena sikapku. aku merasa bersalah sudah membuat Mama sedih, padahal sebenarnya Mama selalu memberikan yang terbaik,” ucap Sean lagi lalu sedikit menun