Intan, Haris, Haikal terkejut melihat Abbad." Oh ini sungguh keren, seumur hidup baru inilah aku melihatnya secara langsung," ucap Haikal, dia terkejut dan terpana. Bola matanya membulat tak berkedip. Intan pun tidak habis berpikir, dia tidak menyangka Abbad ternyata sehebat itu. Dia kira, prajurit itu hanya prajurit biasa seperti pada umumnya, namun ternyata dia salah."Bro! Apakah ini aku sedang mimpi!"ucap kembali Haical, kemudian tangannya merangkul Haris yang sudah seperti saudara kandung sendiri untuknya.Haris kemudian melepaskan. Betapa sebalnya dia terhadap kawannya itu yang kadang-kadang tidak menempatkan waktu. Apa dia kira saat ini hanya permainan? Seharusnya kan dia bersiap siaga sebagai anak buah yang harus melindungi Intan. Eeh, malah dia iseng, selain merangkul kemudian memeluk. Melihat hal itu, spontan bibir Haris maju."Hai BRO! Jangan ganggu fokusku! Kita itu sedang dalam bahaya. Please jangan main-main saat ini! Kalau tidak kita bisa salah mengambil langkah?"Sa
Addab barusan memukul wajah genderwo. Kemudian Genderwo itu tampak memukul balik. Bahkan dia meninju kepada Addab dua kali.Tatapan mereka sangat tajam. Intan saat ini semakin takut. Dalam hati,"Tuhan. Tolong selamatkan kami! Tuhan hanya kasihmu yang bisa menyelamatkan kami...! Jangan sampai kejahatan menguasai dunia ini...! Berilah kami keajaiban.Melihat bosnya, Haris berkata,"Bos. Apa bos baik-baik saja?"Setelah dilihat dari depan. Sebuah butir tetes air mata terjatuh. Melihat hal itu, Hafis bergumam,"Bis menangis. Harispun jadi sedih."Bos. Sepertinya kita harus melakukan sesuatu?""Apa Haris?""Bukannya bos memiliki kalung. Dan kita memilki cincin. Apa itu semua tidak berguna, aku yakin ini pasti berguna!"Kemudian Haical menyahut,"Bro. Waktu itu Kyai Hasanuddin mengatakan untuk mengaktifkan cincin ini, kita harus ke masjid jin muslim, kita harus bertobat, kita harus beritikaf minimal semalaman tanpa tidur. Kalau kaya gini berarti tidak bisa digunakan?"Haical berkata seraya me
"Bug..Bug...!""Hu ha hu ha hu ha....!"Suara langkah Addab memukul tanah dengan kaki raksasanya cukup keras, akibatnya, tentu saja membuat seperti sedang gempa.Tubuhnya kami semua tampak kewalahan menahan agar tidak jatuh. Tanhan kami meraih apa saja yang berada di dekatnya untuk berpegangan.Bukan hanya Intan dan anak buahnya saja, manusia purbapun tampak begitu takut.Namun, mereka dikala seperti itu, tetap saja berseru dengan kata-kata yang biasa di dengar namun tidak dimengerti."Hu hah hu hah hu hah...!""Addab. Tolong hentikan...!"Karena Intan merasa pusing dan takut, pasalnya pohon turut tumbang, oleh sebab itu, Intan berteriak kepada Addab."Maafin aku Intan, aku tidak bermaksud buruk padamu! Baiklah, aku akan menghentikannya!"ucap Addab.Di sana manusia purba tampak lari terbirit-birit karena ketakutan.Di satu sisi, Addab kemudian mengecilkan tubuhnya. Sebenarnya dia kecewa karena belum berhasil mengalahkan genderwo sehingga tubuhnya belum berhasil berubah wujud. Namun, en
Intan kemudian berjalan cepat ke arah ibu. Tidak pernah diduga, nasib Ibu berakhir seperti itu.Tubuhnya sudah rusak parah, bahkan berlubang di bagian perut.Intan tidak tahan melihatnya. Dia menutup hidungnya dan berusaha untuk menahan bau anyir dari tubuh itu.Karena merasa tidak kuat dan tidak tega melihatnya, Intan lalu mendudukan tubuhnya di atas tanah tampak tak berdaya. Dia menangis penuh penyesalan, bahkan dia menangis terus menyalahkan dirinya."Ini semua salah aku! Maafkan aku ibu! Kalau Intan tidak meninggalkan Ibu pasti tidak akan seperti ini! Maafkan Intan Ibu....!"Intan wajahnya saat ini sangat sedih, Haris, Haical dan Addab menjadi tidak tega melihatnya.Dalam benak Haris, dia ingin sekali menghiburnya. Namun apa daya? Emang dia siapa?Tiba-tiba seolah sesuatu berbisik di telinganya. "Tugas kamu itu menjaga bosmu, jadi kalau saat ini dia sedih kamu harus bisa menghiburnya. Kalau tidak, kalau dia sakit atau kenapa-kenapa bagaimana? Bukanya kamu harus bertanggung jawab?S
"Hahaha...Dasar manusia bodoh!"Kami semua otomatis mencari keberadaan suara itu. Dilihat-lihat tidak ada wujudnya."Sepertinya itu suara setengah genderwo?""Iya benar. Itu suara setengah genderwo!""Lalu bagaimana ini?""Sudah jangan khawatir. Kita tetap lanjutkan saja,"ujar Haris.Bukan mereka tidak takut namun, pemakaman itu harus segera usai dan di doakan agar mayit di alam sana menjadi tenang. Apalagi, ibu meninggal dengan cara yang mengenaskan,.Suara itu tampak kembali lagi mengagnggu.Addab kemudian berkata,"Sudah teruskan saja. Kalian jangan takut, dia hanya sedang menakut-nakuti sajaNamun, angin tiba-tiba berhembus kuat. "Anginnya gede sekali...!"teriaknya. Mereka tampak saling berkerumun, berdekat-dekatan."Aku rasa dia sengaja mengganggu acara pemakaman ibu agar dia bisa makan dagingnya kembali bersama anak buahnya itu,"Mendengar hal itu, Intan kemudian berkata seraya menggelengkan kepala dengan pelan,"Tidak. Aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi,""Hai kamu gender
Walaupun mereka berdoa alakadarnya namun keyakinanya tinggi. Oleh sebab itu, setelah mendoakan ibu mereka tampak tenang hatinya.Seperti yang diketahui, ciri-ciri akan terkabulnya doa seusai berdoa jauh lebih baik dan tenang, katanya."Haris. Kita berada di mana? Astaga, kita terpisah dengan Haical maupun Addab!"Intan menghela nafasnya dengan kasar. Bukan hanya karena hari yang selalu malam sehingga tampak membuatnya selalu lelah namun, ujian yang mereka hadapi atau rintangan yang mereka lalui itu panjang seolah tak berujung.Di bawah langit yang dipenuhi bintang-bintang Intan dan Haris yang awalnya duduk berdekatan tak sengaja Intan malah ketiduran hingga kepalanya beralih ke bahu Haris.Mereka istirahat sejenak tanpa aba-aba dari alam yang terus saja gelap atau petang. Tak menyangka mereka ketiduran bersama. Haris yang sebenarnya tidak ingin tidur, namun ingin melindungi Intan nyatanya ketiduran juga.Saat Intan bangun dia lagi-lagi berada di posisi yang tidak seharusnya.Intan lalu
"Bagaimana ini? Aku harus jawab apa?"Haris tampak mengerutkan alisnya. Sebenernya bunga itu adalah ibu yang baru meninggal secara mengenaskan. Namun mungkin karena ada sesuatu hal ibu merubah wujudnya menjadi bunga.Kalau Haris tebak, sebelumnya memang ibu dan Intan sepertinya ada masalah, oleh sebab itu, dia berusaha agar bisa ikut dengan Intan."Atau apa mungkin ibu sedang meminta tolong telah terjadi sesuatu dengan kuburannya?!"fikir Haris. Berbagai fikiran terlintas di kepala Haris. Hingga pada akhirnya dia menjadi bingung. Tapi kenapa dari 11 warna bunga itu yang paling mencolok warna kuning? Bukannya itu artinya pengkhiatan dan egois jika tidak salah? Haris juga teringat Intan yang terus saja menyalahkan dirinya. "Apa artinya memang bos bersalah dalam hal ini? Bos egois lebih mementingkan dirinya sendiri?"Haris menggeleng," Tidak. Itu tidak benar. Aku kenal betul siapa bos? Apa mungkin saat itu bos khilaf?"Kenapa jadi semakin rumit seperti ini?Menurut kepercayaan nenek moya
Orang itu barusan berlari tampak ketakutan. Saking takutnya di jalan yang gelap ini dia berlari cukup cepat seperti ada yang mengejarnya.Gara-gara ditabrak, hampir saja Intan dan Haris terjatuh. Namun beruntung selamat. Hanya saja tubuhnya ada yang sakit dan juga sedikit terkejut.Tak disangka saat Intan lihat itu adalah Haical."Ma-af...!"tutur Haical.Saat yang dilihat ternyata bosnya dan rekannya Haical menjadi senang."Haical, apa yang terjadi denganmu? Kenapa kamu lari-lari seperti ini?"Haical berlari seraya wajahnya pucat bahkan begitu sangat ketakutan.Di pelukannya Addab tampak terluka."Apa yang terjadi dengan dia Haical?"Tak selang lama suara itu muncul."Huwaaahhahahaaa....! Bersiaplah menjadi santapanku Addabbb...!""Suara itu?"Intan berkata setelah mendengar suara yang tidak asing itu."Apa kalian habis bertarung dengan mereka?"Melihat kondisi Addab. Haical berkata,"Bos, sepertinya kita harus segera menolong Addab. Jika terlambat aku takut terjadi sesuatu padanya,"tutu
"Jika melewati sini tentu kita harus melewati segala rintangan, bukan?""Iya, itu benar,""Mungkin saja kita tidak bisa menghilang karena kita memang diharuskan untuk melewati segala rintangan ini,""Aku rasa juga begitu,"Di depan sana terdapat sebuah jalan. Namun cabangnya sangat banyak."Addab kita lewat mana ini?""Aku sendiri saja tidak tau harus lewat mana," tutur Addab yang tentu saja membuat mereka panik."Addab, katanya kamu tau jalan menuju ke masjid jin muslim?""Intan. Itu benar. Tapi sepertinya rintangan kali ini kita harus mampu memilih jalan. Jika salah aku tidak tau apa yang terjadi. Yang aku dengar begitu, mereka setiap rintangan berbeda,"Mereka semua menyengirkan alisnya. Ada wajah cemas, bingung, takut salah melangkah, dan aneka wajah lainnya.Mereka tampak berdiskusi."Seharusnya kita harus berjalan lurus, namun dalam jalan bercabang itu tidak ada jalan yang lurus. Ini benar-benar membingungkan,""Lah, kalau kayak gini kita ambil jalan yang mana?"Mereka semua mem
"Bukankah pesan Kyai Hasanuddin untuk ke masjid para jin?"Walaupun sang guru memerintahkan untuk menyerang, namun entah kenapa hati Intan masih ada perasaan ragu. Dirinya pun hampir saja lupa bahwa dia harus ke masjid para jin. Bukan tidak bermaksud menentang atau tidak menuruti kemauan guru, tapi ini adalah amanat beliau."Intan, kamu kenapa? Apa ada masalah?"Intan saat ini bersama dengan yang lainnya sedang berkumpul termasuk guru. Mereka sedang membicarakan langkah apa selanjutnya yang harus dilakukan.Haris sendiri yang melihat Intan diam seperti sedang memikirkan sesuatu segera menananyakannya. Pasalnya dia rasa saat ini guru sedang membicarakan hal penting. Dia takut jika bosnya ternyata tidak mendengarkannya.Haris mendekat ke arah Intan."Bos?""Heem. Haris, ada apa?""Apa bos sedang memikirkan sesuatu? Apa bos setuju dengan rencana guru,""Iya Haris. Itu yang sedang saya fikirkan. Kamu ingat kan kita harus kemasjid para jin oesan Kyai Hasanuddin. Sebaiknya kita pergi ke san
Dengan kejadian ini, tentu saja Intan dan yang lainnya menjadi kapok.Arod dan Haris lukanya belum bener pulih. Dia masih lemah tak berdaya."Untuk bisa mengobati luka ini membutuhkan kembang nagaswara. Dan membutuhkan pemulihan beberapa hari,"tuturnya.Guru dan Addab masih tampak kesal. Peraturan yang dibuat demi kebaikan diri masing-masing namun tidak dihiraukan.Oleh sebab itu, mereka semua juga harus menanggung akibat ini."Maafkan aku Addab. Aku tau aku salah,""Karena ulah kalian, rencana kita menyerang mereka harus tertunda. Bagaimana jika keberadaan kita ketahuan oleh mereka? Apalagi jika kita belum memiliki ilmu untuk melindungi diri kita masing-masing? Bukan hanya itu Intan. Gurubdan orang-orang tidak bersalah bisa terkena dampaknya juga. Ini resikonya sangat besar bukan hanya untuk kesenangan pribadi saja!"Addab terus saja mengeluarkan uneg-uneg yang berada di dalam hatinya. Wajahnya semakin muram jika mengingatnya.Intanpun jua terus saja menyesalinya. Apalagi Arod dan Ha
"Terimalah pembalasanku...!"Intan saat itu benar-benar memanfaatkan waktu. Dia kabur. Dia berlari. Dia membutuhkan pertolongan. Oleh karena itu Intan dengan segera pulang untuk meminta bantuan.Jalanan yang gelap hanya diterangi rembulan. Intan berlari. Kini dia melupakan rasa lelahnya. Yang dia rasa saat ini begitu kuat ialah rasa takutnya.Sesekali hampir terjatuh. Dia dengan berpegangan pepohonan dengan nafas ngos ngosan terus mempertahankan tubuhnya."Semoga saja Haris bisa bertahan. Dan semoga Arod bisa melawan Franz!"Intan berjalan dan terus saja berjalan sesekali berlari dan berhenti berjalan karena rasa lelah yang terasa amat yang entah bisakah dia sampai di kediaman guru Addab.Mengingat perintah Addab Intan merasa tidak enak. Namun, saat ini kondisinya benar-benar genting."Maafkan aku harus merepotkan kalian!"batin Intan."Haris. Arod kalian harus bertahan!"Di tengah jalan menuju kediaman sang guru Intan bertemu dengan Addab dan Haical.Intan saat berlari seraya sesekali
Melihat hal itu Haris tetap kekeh."Aku tidak takut kepada siapapun!"tutur Haris."Haris!" batin Intan. Bola matanya tampak melebar,"Aku tidak mau terjadi sesuatu dengan Haris.Saat Haris dan Franz mulai saling adu jotos, Intan berteriak."Stop! Stop!"Intan berkata seraya melangkah maju dan melerai keduanya. Namun apa yang terjadi?Mereka tidak bisa di lerai.Haris kemudia berteriak,"Intan, sebaiknya kamu pergi saja. Biarkan aku yang mengatasi lelaki ini!"Bagaimana Intan tidak takut. Franz yang berada di depannya ternyata separuh manusia. "Bagaimana mungkin ini bisa terjadi?"Franz yang sudah ingin menguasai Intan tidak segan-segan terus memberi pukulan kepada Haris.Bug bug bug!Haris kalah serang! Dia saat ini malah tampak terjatuh."Haris...!"Kemudian Franz saling menepukan kedua tangannya di depan Intan."Sayang! Ada apa dengan kamu? Kenapa kamu takut kepadaku?"Franz berjalan melangkah hingga Intan terus melangkah mundur."Franz! Jangan berani-beraninya kamu mendekati aku!""H
"Tunggu. Apa kau tidak lihat sajen ini? Sayanglah kalau tidak dihabiskan!"Di sana ada beberapa tempat sajen. Barusan mereka makan bersama disatu tempat. Namun Arod melihat sajen-sajen yang masih utuh ditempat lain merasa sangat disayangkan.Intan seraya mengelus perutnya ingin pergi dari sana dan meninggalkan Arod. namun saat memutar tubuhnya hingga 180 derajat ada seorang pria di sana."Fffranz...!"Intan berkata dengan susah payah bahkan terbata-bata. Matanya tampak membulat. Dalam hati Intan berkata,"Bagaimana mungkin Franz ada di sini? Apakah aku mimpi?"Intan berkata seperti itu seraya menyubit tangannya."Auuu...Ini bukan mimpi?"Arod di sana masih juga sibuk makan. Sementara itu Haris yang melihat Franz juga tidak jauh terkejut seperti Intan."Bagaimana mungkin pria ini ada di sini? Bos! Astaga. Bosku tidak memiliki pelindung. Kalung dia hilang,"Namun di sisi lain Franz sendiri yang melihat wanita yang dicarinya menghilang ternyata berada di sini kemudian berkata," Intan? Ken
Lagi-lagi di dalam perjalanan Intan mendengar kereta kuda. Dia kemudian menjadi teringat dengan Franz. "Intan, kenapa kamu menghentikan langkahmu?"Bukan hanya itu, Intan juga kemudian menarik tubuh Arod dari tepi jalan dan mengumpat."Hustt. Arod, aku mohon kamu diam dulu sebentar saja,"Arod mengerutkan alisnya. Mereka mengumpat di balik semak-semak tepi jalan.Sebuah kereta kuda yang indah tampak lewat. Di sana Intan mengumpat bersama dengan Arod."Siapa dia? Apa kamu mengenalnya? Astaga, kamu? Padahal aku di sini ingin jalan-jalan melihat indahnya malam, indahnya kereta kuda, mungkin saja ada wanita cantik di sana, tapi kenapa kamu bertingkah aneh seperti ini?"Arod terus saja berbicara yang pada akhirnya membuat Intan menceritakan apa yang terjadi.Mereka berjalan dan melupakan apa yang dikatakan oleh Addab. "Intan, apa kamu ingin tahu dimana para manusia yang menumbalkan akan menyerahkan sajennya?""Untuk apa aku ingin mengetahui hal itu? Arod, asal kamu tau yah, itu semua ga
"Maaf guru. Kami tidak bermaksud lancang!" Addab berkata seraya menundukan punggungnya sebagai penghormatan kepadanya, diikuti pula dengan yang lainnya.Guru tampak berjalan seraya kedua tangannya tampak disimpan dibelakangnya, lalu beliau memutari mereka melihat beberapa ekor burung merpati yang sudah terkena bidikan sehingga tak berdaya di lantai."Addab. Sebaiknya kalian segera mengolah dan memakan burungnya,"tutur sang guru yang membuat mereka semua tampak lega."Jadi maksudnya guru tidak marah karena kami tidak meminta izin pada guru?"Senyuman tampak memancar di wajah Addab dan yang lainnya yang semula tampak tegang.Sang guru menganggukan kepala,"Burung-burung itu bukan milik saya. Jadi tidak seharusnya kalian meminta izin padaku!"tutur guru."Segera bersihkan!"tuturnya guru kembali.Dalam diam guru tersenyum tanpa sepengetahuan mereka. "Semoga kalian mampu memberantas dunia gelap,"ucapnya di dalam hati guru penuh harap.Sebenarnya burung-burung merpati itu adalah undangan gur
"Kenapa tidak boleh? Makanlah, barusan guru bilang seperti itu!"Intan kemudian menengahi,"Kemaren kami dalam peejalanan diberitahu jika kami tidak dapat memakan sembarangan. Jika tidak, sesuatu hal bisa terjadi kepada kami,"Addab kemudian berkata,"Kalau begitu, kalian makan saja buahnya dan air putih. Makanan yang lainnya itu memang milik kami,"tutur Addab."Baiklah,"Di sela-sela sibuk makan, Intan masih juga teringat akan Franz, oleh karena itu dia menanyakan kepada Addab."Addab, aku melihat mantan suamiku lagi. Dia ternyata masih berada dan berkeliaran di kota gaib,""Suami kamu yang suka bermain dan bekerja sama dengan makhluk gaib?" "Iya, benar,"tutur Intan."Lalu apa yang kamu takutkan?""Aku ingin sekali menghabisinya! Apa mungkin itu bisa membuat keluargaku yang menjadi tumbal selamat?""Itu tidak bisa!""Suami kamu juga mendapat perlindungan dari makhluk abstral karena itu kita tetap saja harus melawan genderwo dan raja iblis!""Okeh, baiklah kalau begitu,"tutur Intan.Di