Setelah mengangkat telephone, Franz menyimpan ponselnya di saku kemejanya.
Dia melipat laptopnya, lalu memanggil Intan. "Intannn...," teriak Franz seraya merapikan kemejanya.Deg!Aroma parfumnya berbeda, tercium lebih wangi. Istri mana yang tidak curiga? Apalagi cara berpakaian juga sudah berubah dari sebelumnya. Semuanya berbeda!
Menahan gemetar, ia melangkahkan kaki dan ingin berterus terang kepada suaminya. "Mas, kamu mau kemana? Bukannya hari ini hari libur?""Hari libur itu untuk orang malas!" jawabnya dengan ketus, "Lama-lama kamu tambah bawel aja ya! Apa harus aku jelaskan sangat rinci? Sudah lihat pakaian rapi kaya gini harusnya kamu sudah tahu! Masih nanya juga! Aku ngga banyak waktu Intan! Sebaiknya kamu buka pintu gerbang. Aku mau berangkat meeting, aku sudah telat! Jangan buat moodku buruk!"Intan terdiam dan mengangguk.
Diturutinya perintah pria itu. Namun setelah mobil Franz sudah keluar, Intan segera menuju pangkalan ojek yang terlihat dari rumah. Lalu, Ia mengikuti Franz.
Saat dilihat di ponsel, jam menunjukan pukul sepuluh pagi.
Biasanya hari libur jalanan rame. Bahkan macet. Apalagi di jam-jam sekarang.Suaminya memakai mobil BMW berwarna putih. Intan tahu arah mana yang harus dilalui untuk menuju ke kantor.Di mana mas Franz mau meeting. Ini jelas bukan jalan ke kantor? Mungkin mereka mau meeting di luar. Hal ini masih masuk akal di logika Intan, pasalnya hari ini hari libur.Perjalanan ternyata sangat jauh. Hingga cuaca di kota itu terasa sangat panas. Kening Intan di basahi keringat. Ia yang kurang tidur dan bangun lebih awal membuatnya kelelahan. Pasalnya ia juga sudah bekerja di pagi hari."Mbak, bangun! Kita sudah sampai," ucap tukang ojek.Intan membuka mata."Ya ampun, mbak. Untung saja tidak jatuh. Lain kali kalau suka tidur di jalan naik taxi saja, jika memang pergi jauh. Itu bahaya, lo mbak, Naik taxi juga bahaya kalau ketiduran, "ucap tukang ojek tidak melanjutkan pembicaraan lagi. Tapi Intan faham apa yang sedang dibicarakan. Ia memang membutuhkan teman atau dengan orang yang seharusnya dikenal."Iya Pak. ini darurat,"sahut Intan.Sebenarnya Intan kenal dengan tukang ojek di kompleknya. Ia sudah biasa naik ojek ke pasar semenjak Franz berubah. Ada supir tapi ia harus mengantar Jessy ke sekolah. Dulu, Jessy selalu berangkat ke sekolah bersama Franz. Sementara supirnya mengantar Intan ke pasar. Memang, Franz seperti pinang di belah dua semenjak amnesia.Intan menatap sekelilingnya."Pak, kenapa kita berhenti di depan rumah sakit jiwa? Di mana mobil BMW yang berwarna putih?"ucap Intan dengan panik. Di sekelilingnya adalah jalanan besar. Seberang rumah sakit merupakan komplek rumah-rumah. Lah untuk apa dia di rumah sakit jiwa?"Mbak, mobil BMW yang berwarna putih memasuki rumah sakit jiwa. Sebaiknya mbak masuk saja. Kalau tidak hubungi saja orangnya, terus ketemuan di dalam mbak?" ucap tukang ojek memberi saran.Mungkin itu masuk akal. Tapi, untuk orang yang sedang diam-diam mengikuti, itu hal yang sangat mustahil.Ya jika ia memberi tahu, kalau di suruh pulang sama saja bohong.Tiba-tiba, dia teringat sesuatu.
Selama pulang, Franz sama sekali tidak minum obat. Apa karena itu dia jadi tak stabil?
"Ya ampun. Aku benar-benar ceroboh. Istri macam apa aku coba. Seharusnya aku cari tahu tentang sakit amnesia," ucap Intan menepuk jidatnya.
Dengan percaya diri, dia pun langsung mengambil ponsel dan menunjukan foto Franz di bagian pendaftaran.
Ia pikir tidak perlu mengambil antrian, lagian, ia tidak ingin mendaftar.
"Maaf, saya hanya mau nanya, apakah anda melihat orang ini di sini? Atau pasien yang bernama Franz?" tanya Intan dengan polos.
Bahkan ia tidak mengambil nomer antrian.
"Intan!"
Deg!
Wanita itu terdiam mendengar suara lelaki yang tidak asing. Ia mengalihkan pandangan ke arah kiri.
"Mas Franz?" ucap Intan dengan gemetar.
"Ikut dengan aku sekarang juga!" Franz berkata seperti biasanya, ketus dan singkat. Tapi kali ini jauh lebih menakutkan.Ada tatapan marah di matanya dan sedikit rasa ... terkejut?
Sekarang Intan harus mencari alasan! Ia memutar otaknya, padahal kepalanya sedang sakit.Franz berjalan di depan Intan dengan kaki yang lebar dan cepat. Seolah sedang berada dalam situasi darurat. "Seandainya mas Franz masih seperti yang dulu, aku pasti akan di gandeng tangannya. Aku yang akan marah dan ngambek jika ia seperti ini padaku, setan mana yang menempeli suamiku, Tuhan?" pinta Intan dalam hati.Dia benar-benar tidak sanggup mengikuti langkah Franz saat ini. Bahkan dia berjalan tanpa menengok sedikitpun. Intan bukan seperti seorang istri, malahan ia seperti seorang asistannya."Mas Franz," ucap Intan lirih.Bugh! Stress membuat Intan pingsan. Ia memikul beban banyak di kepalanya. Wajahnya tampak pucat pasi. Ia memang sudah makan, namun ia terlalu lama mengisi perutnya hingga pingsan. Franz yang mendengar suara di belakang terjatuh membalikan badannya. Orang-orang merasa simpatik padanya. Mereka turut berkerumun.Raut wajah Franz yang acuh begitu nampak. Bahkan dia kece
Bapak-bapak, ibu-ibu, kalian bisa melihat foto ini. Apa kalian masih tidak percaya juga?" ucap Sarah seraya menangis tersedu-sedu."Hssss, hssss," Sarah memang sangat keterlaluan. Ia rela bertindak sejauh itu. Bahkan, sejak lama ia bertindak selicik itu.Di sana Franz, tampak terdiam. Alisnya mengkerut seolah sedang berfikir. Bahkan dia mungkin ikut percaya dengan apa yang dikatakan oleh mamahnya. Oleh sebab itu, dia menjadi sangat kesal kepada Intan. Sikapnya Franz terasa terlalu baik selama ini, harusnya dia bersikap lebih buruk lagi kepada Intan. Dia juga menjadi jijik kepadanya. Sekarang. Seolah raut wajah Franz bertanya-tanya. "Mengapa mamah tidak memberi tahu aku?" ucap Franz menghela nafas panjang. Dia merasa gusar.Franz memang tidak melihat fotonya secara langsung. Tapi dia bisa menilai dari raut wajah orang-orang yang telah melihatnya. Di fikirannya merasa harga dirinya diinjak-injak. "Brengsek wanita itu telah menipuku! Kau seakan manusia suci di depanku, tapi ternyata
JEDERRRR Bagaikan tersambar petir saat itu tubuh Intan, bahkan hancur berkeping-keping."Apa?" "Ma-du!" Intan berbicara, namun suaranya sangat lirih, bahkan terbata-bata. Ia tidak pernah menyangka hal ini benar terjadi."Mas, aku tidak akan sudi di madu, apalagi oleh wanita seperti dia! Mana ada wanita baik yang merebut suami orang!" teriak Intan. Keringat bercucuran di keningnya. Ia lalu mengusapnya dengan kasar."Plakk...! Plakk...!" Sebuah tamparan mendarat di pipi kanan dan kiri Intan. Franz yang sedang duduk hanya diam melihat Intan ditampar.Sarah Ajwaja sangat murka. Ia adalah mertua Intan. Ia menampar menantunya dengan sangat keras, hingga Intan terjatuh di lantai, wajahnya memar bahkan terlihat darah segar di ujung bibirnya. "Arg...Mamah, aku sedang hamil!" tekan Intan panik. Ia mengusap perutnya yang sudah besar beberapa kali, beruntung, ia masih kuat, lalu ia susah payah beranjak bangkit dari lantai."Jaga mulutmu wanita kampung! Berani-beraninya kamu menghina calon ist
"Papi, Oma dan tante. Jangan mendekati Jessy . Atau Jessy akan tembak?" Gadis kecil itu langsung berjalan di depan Intan, ia berbicara dengan nada yang tinggi. Seolah ia sedang menjadi peran di aksi kejahatan. Bahkan pendiriannya kuat, "Jessy tidak akan memberi pistol ini?" kekehnya.Suaranya imut, namun membuat merinding. Karena itu, mereka semua mengikuti perintahnya.Karena ketakutannya, Sarah, Franz, dan Clara melotot, tubuh mereka mengumpat di balik bantal sofa. Ketiganya merasa terancam. "Jessica, hati-hati sayang itu berbahaya!" teriak Intan dengan cemas. Selama ini, Jessy jarang di perhatikan. Oleh sebab itu, mereka tidak tahu kalau Jessy ternyata mempelajari cara melawan orang jahat di internet. Gadis itu tumbuh genius karena kecanggihan teknologi yang modern apalagi positif. Lihat sekarang! Bahkan orang dewasa saja kalah.Ia menyaksikan perbuatan keluarga papinya yang kejam kepada maminya. Barusan, Intan sudah berusaha merebutnya, tapi kondisinya yang tidak mendukung
"Aku tidak akan memberi ampun keoada kalian!" batin Intan."Angela. Aku memiliki hadiah istimewa untuk mereka yang berhati iblis! Itu sangat spesial! Kamu orang paling tahu siapa aku bukan? Aku adalah mantan istrinya Franz Anggara, sekaligus rekan bisnisnya, dan aku ingin membuat pesta ini semakin meriah," Intan tersenyum miring, lalu ia menatap sahabat kecilnya. "Haha rekan bisnis apanya? Kamu jangan merendah nona muda Ardidiningrat. Kamu dan Franz itu berbeda jauh, bagaikan langit dan bumi? Franz itu narsis. Sementara kamu, selalu saja menghindari media, itulah sebabnya Franz lebih terkenal. "Kalau bukan karena pelakor itu yang matre, Franz tidak akan mungkin melakukan pesta dengan biaya fantastik! Lihat saja nanti, aku akan buat wanita pelakor itu sesak nafas!" "Jangan beri ampun!Cucu Ardidiningrat sengaja disembunyikan dari media, tapi prestasinya terus saja berjalan! Hingga perusahaan itu bercabang bahkan di berbagai kota dan negara. Malam ini ia keluar dari persembunyiann
Angela berbisik kepada Intan seraya berjalan seolah bak model di atas karpet merah hati yang sudah tertata dengan bunga-bunga berwarna merah di lengkapi hijau daun.Menurut kepercayaan mereka kebanyakan, seolah itu simbol untuk kedua mempelai. saling melengkapi. Sangat mencintai dan selalu abadi.Bunga keabadian"Uwok,"Intan rasanya mulas mendengar Sarah pamer akan keadaan pesta mereka.Beberapa lampu kristal yang memancar membuat panggung terlihat lebih memukai dan hidup. Siapa saja yang melihat memuji kebesaran Tuhan. Accesories dan decorate benar-benar menarik mata Ini benar-benar terlihat nyaman dan elegant, bahkan lebih berkelas!"Inilah Dekorasi kelas dunia!""Ini bahkan hanya dihadiri orang-orang dengan martabat tinggi!" desis Sarah di depan wartawan."Desain Thomas John?"Sebelumnya, gaun mereka adalah yang terbaik di antara yang lainnya. Clara dengan yakin mengatakannya. "Desain kelas tengah dunia aku fikir tidak ada yang menandinginya malam nanti? bahkan biayanya satuharga
Pernyataan Franz membuat heboh tamu undangan yang berada di aula hotel itu. Sebelumnya, mereka sengaja pamer mengundang media dan berbagai orang dengan status tingkat atas. Namun kenyataanya, dengan adanya kejadian ini, mereka merasa menyesal.Ada apa ini?Bagaimana mungkin Franz menyebut janji sucinya kepada Dewi Ardidiningrat? Apakah Franz Argana merasa nervous? Atau dia kurang tidur hingga kurang fokus? Jika semua tidak? Mereka menjawab dengan menyimpulkan Franz Argana telah "jatuh cinta" kepada Dewi Ardidiningrat!"Hah?""Jatuh Cinta...?""Aku tidak terima! Ini tidak boleh terjadi! Aku akan melakukan segala cara. Dasar lelaki brengsek! Mau ditaro di mana wajahku?"Clara berdiri dengan gusar. Ia menundukan wajahnya seolah mendadak alergi dengan media yang turut ikut memenuhi aula di hotel bintang tujuh.Di sisi lain, justru sebagian orang menilai Franz dan Dewi memanglah cocok. Mereka cantik dan tampan bukan?Namun justru Intan yang terlibat menjadi topik tranding acuh dengan sit
"Aku ada di mana? Mengapa ini tempatnya gelap dan sunyi?" ucap Intan seraya mengedarkan pandangannya, kedua tangannya memeluk tubuhnya sendiri. Saat itu, Intan yang merasa berada di tempat asing bahkan gelap dan menakutkan ia terus saja berjalan mencari jalan keluar. Karena merasa ketakutan, lalu Intan berteriak, "Tolong...Tolong aku....Tolong...! Aku di sini...!" ucap Intan berteriak. Ia berjalan sesekali melihat kebelakang bahkan sekali kali berlari."Ayah...Ibu...,""Kakekk...Angela....," Badannya terasa gemetar bahkan bulu kuduknya merinding, pasalnya Intan orangnya takut dengan kegelapan. Kemudian, setelah lama Intan berjalan, namun dia tidak menemukan ujung. Ia menangis. "Apa salahku Tuhan. Mengapa aku bisa berada di sini?" Ia duduk di atas batu di bawah pohon. "Hsss...hsss...," Pada saat itu, ia seperti berada di tengah hutan yang terbentang luas. Ia menatap langit-langit hanya ada kegelapan dan bulan di sana. Namun tiba-tiba, kegelapan berubah menjadi terang. Seolah ma
"Jika melewati sini tentu kita harus melewati segala rintangan, bukan?""Iya, itu benar,""Mungkin saja kita tidak bisa menghilang karena kita memang diharuskan untuk melewati segala rintangan ini,""Aku rasa juga begitu,"Di depan sana terdapat sebuah jalan. Namun cabangnya sangat banyak."Addab kita lewat mana ini?""Aku sendiri saja tidak tau harus lewat mana," tutur Addab yang tentu saja membuat mereka panik."Addab, katanya kamu tau jalan menuju ke masjid jin muslim?""Intan. Itu benar. Tapi sepertinya rintangan kali ini kita harus mampu memilih jalan. Jika salah aku tidak tau apa yang terjadi. Yang aku dengar begitu, mereka setiap rintangan berbeda,"Mereka semua menyengirkan alisnya. Ada wajah cemas, bingung, takut salah melangkah, dan aneka wajah lainnya.Mereka tampak berdiskusi."Seharusnya kita harus berjalan lurus, namun dalam jalan bercabang itu tidak ada jalan yang lurus. Ini benar-benar membingungkan,""Lah, kalau kayak gini kita ambil jalan yang mana?"Mereka semua mem
"Bukankah pesan Kyai Hasanuddin untuk ke masjid para jin?"Walaupun sang guru memerintahkan untuk menyerang, namun entah kenapa hati Intan masih ada perasaan ragu. Dirinya pun hampir saja lupa bahwa dia harus ke masjid para jin. Bukan tidak bermaksud menentang atau tidak menuruti kemauan guru, tapi ini adalah amanat beliau."Intan, kamu kenapa? Apa ada masalah?"Intan saat ini bersama dengan yang lainnya sedang berkumpul termasuk guru. Mereka sedang membicarakan langkah apa selanjutnya yang harus dilakukan.Haris sendiri yang melihat Intan diam seperti sedang memikirkan sesuatu segera menananyakannya. Pasalnya dia rasa saat ini guru sedang membicarakan hal penting. Dia takut jika bosnya ternyata tidak mendengarkannya.Haris mendekat ke arah Intan."Bos?""Heem. Haris, ada apa?""Apa bos sedang memikirkan sesuatu? Apa bos setuju dengan rencana guru,""Iya Haris. Itu yang sedang saya fikirkan. Kamu ingat kan kita harus kemasjid para jin oesan Kyai Hasanuddin. Sebaiknya kita pergi ke san
Dengan kejadian ini, tentu saja Intan dan yang lainnya menjadi kapok.Arod dan Haris lukanya belum bener pulih. Dia masih lemah tak berdaya."Untuk bisa mengobati luka ini membutuhkan kembang nagaswara. Dan membutuhkan pemulihan beberapa hari,"tuturnya.Guru dan Addab masih tampak kesal. Peraturan yang dibuat demi kebaikan diri masing-masing namun tidak dihiraukan.Oleh sebab itu, mereka semua juga harus menanggung akibat ini."Maafkan aku Addab. Aku tau aku salah,""Karena ulah kalian, rencana kita menyerang mereka harus tertunda. Bagaimana jika keberadaan kita ketahuan oleh mereka? Apalagi jika kita belum memiliki ilmu untuk melindungi diri kita masing-masing? Bukan hanya itu Intan. Gurubdan orang-orang tidak bersalah bisa terkena dampaknya juga. Ini resikonya sangat besar bukan hanya untuk kesenangan pribadi saja!"Addab terus saja mengeluarkan uneg-uneg yang berada di dalam hatinya. Wajahnya semakin muram jika mengingatnya.Intanpun jua terus saja menyesalinya. Apalagi Arod dan Ha
"Terimalah pembalasanku...!"Intan saat itu benar-benar memanfaatkan waktu. Dia kabur. Dia berlari. Dia membutuhkan pertolongan. Oleh karena itu Intan dengan segera pulang untuk meminta bantuan.Jalanan yang gelap hanya diterangi rembulan. Intan berlari. Kini dia melupakan rasa lelahnya. Yang dia rasa saat ini begitu kuat ialah rasa takutnya.Sesekali hampir terjatuh. Dia dengan berpegangan pepohonan dengan nafas ngos ngosan terus mempertahankan tubuhnya."Semoga saja Haris bisa bertahan. Dan semoga Arod bisa melawan Franz!"Intan berjalan dan terus saja berjalan sesekali berlari dan berhenti berjalan karena rasa lelah yang terasa amat yang entah bisakah dia sampai di kediaman guru Addab.Mengingat perintah Addab Intan merasa tidak enak. Namun, saat ini kondisinya benar-benar genting."Maafkan aku harus merepotkan kalian!"batin Intan."Haris. Arod kalian harus bertahan!"Di tengah jalan menuju kediaman sang guru Intan bertemu dengan Addab dan Haical.Intan saat berlari seraya sesekali
Melihat hal itu Haris tetap kekeh."Aku tidak takut kepada siapapun!"tutur Haris."Haris!" batin Intan. Bola matanya tampak melebar,"Aku tidak mau terjadi sesuatu dengan Haris.Saat Haris dan Franz mulai saling adu jotos, Intan berteriak."Stop! Stop!"Intan berkata seraya melangkah maju dan melerai keduanya. Namun apa yang terjadi?Mereka tidak bisa di lerai.Haris kemudia berteriak,"Intan, sebaiknya kamu pergi saja. Biarkan aku yang mengatasi lelaki ini!"Bagaimana Intan tidak takut. Franz yang berada di depannya ternyata separuh manusia. "Bagaimana mungkin ini bisa terjadi?"Franz yang sudah ingin menguasai Intan tidak segan-segan terus memberi pukulan kepada Haris.Bug bug bug!Haris kalah serang! Dia saat ini malah tampak terjatuh."Haris...!"Kemudian Franz saling menepukan kedua tangannya di depan Intan."Sayang! Ada apa dengan kamu? Kenapa kamu takut kepadaku?"Franz berjalan melangkah hingga Intan terus melangkah mundur."Franz! Jangan berani-beraninya kamu mendekati aku!""H
"Tunggu. Apa kau tidak lihat sajen ini? Sayanglah kalau tidak dihabiskan!"Di sana ada beberapa tempat sajen. Barusan mereka makan bersama disatu tempat. Namun Arod melihat sajen-sajen yang masih utuh ditempat lain merasa sangat disayangkan.Intan seraya mengelus perutnya ingin pergi dari sana dan meninggalkan Arod. namun saat memutar tubuhnya hingga 180 derajat ada seorang pria di sana."Fffranz...!"Intan berkata dengan susah payah bahkan terbata-bata. Matanya tampak membulat. Dalam hati Intan berkata,"Bagaimana mungkin Franz ada di sini? Apakah aku mimpi?"Intan berkata seperti itu seraya menyubit tangannya."Auuu...Ini bukan mimpi?"Arod di sana masih juga sibuk makan. Sementara itu Haris yang melihat Franz juga tidak jauh terkejut seperti Intan."Bagaimana mungkin pria ini ada di sini? Bos! Astaga. Bosku tidak memiliki pelindung. Kalung dia hilang,"Namun di sisi lain Franz sendiri yang melihat wanita yang dicarinya menghilang ternyata berada di sini kemudian berkata," Intan? Ken
Lagi-lagi di dalam perjalanan Intan mendengar kereta kuda. Dia kemudian menjadi teringat dengan Franz. "Intan, kenapa kamu menghentikan langkahmu?"Bukan hanya itu, Intan juga kemudian menarik tubuh Arod dari tepi jalan dan mengumpat."Hustt. Arod, aku mohon kamu diam dulu sebentar saja,"Arod mengerutkan alisnya. Mereka mengumpat di balik semak-semak tepi jalan.Sebuah kereta kuda yang indah tampak lewat. Di sana Intan mengumpat bersama dengan Arod."Siapa dia? Apa kamu mengenalnya? Astaga, kamu? Padahal aku di sini ingin jalan-jalan melihat indahnya malam, indahnya kereta kuda, mungkin saja ada wanita cantik di sana, tapi kenapa kamu bertingkah aneh seperti ini?"Arod terus saja berbicara yang pada akhirnya membuat Intan menceritakan apa yang terjadi.Mereka berjalan dan melupakan apa yang dikatakan oleh Addab. "Intan, apa kamu ingin tahu dimana para manusia yang menumbalkan akan menyerahkan sajennya?""Untuk apa aku ingin mengetahui hal itu? Arod, asal kamu tau yah, itu semua ga
"Maaf guru. Kami tidak bermaksud lancang!" Addab berkata seraya menundukan punggungnya sebagai penghormatan kepadanya, diikuti pula dengan yang lainnya.Guru tampak berjalan seraya kedua tangannya tampak disimpan dibelakangnya, lalu beliau memutari mereka melihat beberapa ekor burung merpati yang sudah terkena bidikan sehingga tak berdaya di lantai."Addab. Sebaiknya kalian segera mengolah dan memakan burungnya,"tutur sang guru yang membuat mereka semua tampak lega."Jadi maksudnya guru tidak marah karena kami tidak meminta izin pada guru?"Senyuman tampak memancar di wajah Addab dan yang lainnya yang semula tampak tegang.Sang guru menganggukan kepala,"Burung-burung itu bukan milik saya. Jadi tidak seharusnya kalian meminta izin padaku!"tutur guru."Segera bersihkan!"tuturnya guru kembali.Dalam diam guru tersenyum tanpa sepengetahuan mereka. "Semoga kalian mampu memberantas dunia gelap,"ucapnya di dalam hati guru penuh harap.Sebenarnya burung-burung merpati itu adalah undangan gur
"Kenapa tidak boleh? Makanlah, barusan guru bilang seperti itu!"Intan kemudian menengahi,"Kemaren kami dalam peejalanan diberitahu jika kami tidak dapat memakan sembarangan. Jika tidak, sesuatu hal bisa terjadi kepada kami,"Addab kemudian berkata,"Kalau begitu, kalian makan saja buahnya dan air putih. Makanan yang lainnya itu memang milik kami,"tutur Addab."Baiklah,"Di sela-sela sibuk makan, Intan masih juga teringat akan Franz, oleh karena itu dia menanyakan kepada Addab."Addab, aku melihat mantan suamiku lagi. Dia ternyata masih berada dan berkeliaran di kota gaib,""Suami kamu yang suka bermain dan bekerja sama dengan makhluk gaib?" "Iya, benar,"tutur Intan."Lalu apa yang kamu takutkan?""Aku ingin sekali menghabisinya! Apa mungkin itu bisa membuat keluargaku yang menjadi tumbal selamat?""Itu tidak bisa!""Suami kamu juga mendapat perlindungan dari makhluk abstral karena itu kita tetap saja harus melawan genderwo dan raja iblis!""Okeh, baiklah kalau begitu,"tutur Intan.Di