"Membuka lembaran baru, Kek?" Kakek bisa melihat sebuah luka yang masih membekas di hati cucunya. Oleh karena itu, dia hari ini mengajak cucunya ke sebuah perusahaan.KORAAAN....,Saat itu, keluarga Ardidingrat sedang sarapan pagi. "Bi, korannya, yang terbaru tolong simpan di atas meja ruang tamu, aku nanti mau baca!" ujar Kakek Ardidingrat melihat bibi membawa sebuah koran ke meja yang ada di kolam ikan memang biasanya Kakek Ardidingrat akan membaca di sana, tapi kali tampak berbeda, dia sudah terlihat rapi untuk menemani cucunya agar lebih semangat bekerja.Sambil menunggu Kakek bersiap-siap, Intan yang melihat sebuah koranpun ikut penasaran."Ada berita apa hari ini?" batin Intan seraya meraih koran dan duduk dengan menaikan kaki menyenderkan tubuhnya di sofa.Intan kali ini tampil berbeda, ia memutuskan untuk menjadi dirinya sendiri. Ia tidak perlu menyamar menjadi Dewi. Untuk apa?"Ini koran terbaru kan? Hmm, benar sekali. Clara...?"Intan bola matanya terbelalak melihat nama C
"Meeting kita batalkan! Saham akan saya tarik!"Kakek Ardidingrat berbicara dengan ngegas.Sontak Clara terasa mati kutu mendengarnya, para pembisnis yang lain di sana tampak mulai ingin menarik saham juga dari sana. Pasalnya para pembisnis mau berbisnis dengan suami Clara karena Ardidingrat sendiri."Tidak ada yang harus diperbaiki bu Clara yang terhormat! Anda yang sudah mengusir cucuku bahkan memanggil dua Satpam, secara langsung Anda juga mengusir saya! Bisnis kita saya batalkan! Saya akan segera menarik saham!"Kakek Ardidingrat berkata seraya berdiri bahkan menunjuk-nunjuk Clara yang berani bersikap kurang ajar kepada cucunya."Sungguh ini pasti salah paham, Tuan Ardidiningrat, cucu Anda yang mana ya?"Clara lalu berdiri berkata dengan penuh hati-hati."Masa iya si, wanita kampung itu!" batin Clara."Maaf. Kalau begitu saya juga akan mengundurkan diri dari perusahaan ini!"Melihat 10 pemegang saham semua kabur, Clara mendadak viral kembali hari ini.Semua berita cetak, online dan
Hari kedua di kantor.Hari ini Intan memakai pakaian yang baru saja di beli. Sengaja ia mencuci satu pakaian semalam, lalu menjemurnya dan tidak lupa minta tolong bibi untuk menggosoknya jika tidak sempat.Setelah Intan bercermin, ia yakin sudah memberikan penampilan yang terbaik. Hanya liftik merah bibir dan pelembab Intan fikir sudah cukup."Lihatlah, bibirku sudah merah! Aku rasa aku sudah cantik!"Setelah itu, dilihat dari cermin almari yang panjangnya sepanjang dinding dan membentuk huruf u, ia melihat kembali jas dan rok yang panjangnya hingga di bawah lututnya. Intan juga memutar lehernya melihat belakangnya."Aku rasa tidak ada masalah,"Di hari ke dua ini, Intan yakin tidak akan ada masalah atau para karyawan yang bergosip tentangnya lagi.Seperti biasa, pagi hari ia menyambut Kakeknya di tempat makan."Pagi, Kek...," ucap Intan seraya mendudukan pantatnya di kursi menghadap Kakek Ardidingrat."Hai cucu Kakek..., selamat pagi juga...Kebetulan kamu sudah datang. Kakek ingin me
Seorang wanita tersenyum menyeringai setelah mengirim sebuah pesan kepada Intan. Di sebuah dinding ruangan wanita itu berada. Beberapa foto tampak berwarna merah, bahkan seperti bercak merah darah. Bukan hanya itu saja, foto tersebut terdapat sebuah anak panah.Bola mata wanita itu menyala seolah Intan harus segera lenyap dari muka bumi ini!"Aku akan membuat wanita yang kau cintai, menghilang dari muka bumi ini!" Suara wanita itu berdesis, bahkan tampak memendam amarah yang dalam.Ingatannya masih tersimpan jelas, bahkan memang sengaja wanita itu menyimpan memorinya.Semakin teringat, semakin emosi.----Di sisi lain, Intan yang mendapat teror dari seorang wanita itu tampak takut dan tegang."Aku fikir aku tidak pernah menyakiti orang lain. Kenapa ada pesan teror kepadaku?"Intan menyerngit, ia tampak terdiam sejenak berfikir, setelah dirasa ia tidak pernah memiliki musuh, ia pun tenang."Mungkin saja dia hanya orang iseng?" ujar Intan."Hoam..,"Karena dirasa mengantuk, Intan sege
"Dia adalah wanita yang sangat aku benci!"Seorang wanita berada di dalam ruangan yang gelap, ia bahkan bagai seorang mafia. Menaikan kaki sebelahnya, duduk di sebuah kursi seraya memutar-mutar.Wanita itu, memberi perintah kepada beberapa anak buah wanita lain untuk membawa Intan. Ia sengaja mengecohkan para karyawan di Restoran.Mereka tidak hanya satu atau dua orang saja, mereka berjumlah sepuluh orang duduk mengerumuni Intan, setelah mereka minum dan makan di sana, lalu Intan di bawa pergi.Mereka tidak habis pusing soal pengawal. Apalagi pengawal itu seorang pria. Dari wajahnya saja tampak lelaki buaya. Jadi para wanita sangat mudah mengelabuinya..Saat Intan bangun, "Kenapa kepalaku pusing sekali? Kenapa badanku sakit-sakit semua?""Loh. Aku sudah membuka mata kenapa masih gelap juga? Apa aku sedang mimpi?""Hah! Mimpi itu kembali lagi?" tanya Intan."Tapi kenapa tanganku diikat? Kenapa aku merasa pantatku duduk di lantai, rasanya dingin?"Seketika Intan teringat saat dirinya di
Di sisi lain, Intan berusaha menghubungi pengawalnya.Tangannya bergerak susah payah seolah seperti seorang yang buta bahkan cacat."Ahhhh...siallll..!" gerutunya.Namun sangat disayangkan, ponselnya tidak berada di sakunya." Brengsekkk...! Mereka telah mengambil ponselku!"Intan berjalan dengan kaki dan tangan diikat rantai. Hati Intan ingin sekali menjerit. Karena kondisi, mau tidak mau Intan harus ngesod, bahkan sesekali ia menggulingkan tubuhnya.Intan Ardidingrat seorang cucu kebanggaan, ia semasa kecil dijuluki seorang sang gadis kungfu.Oleh sebab itu, ia mampu menahan dan menjalankan keadaan yang sesulit itu. Hingga pada akhirnya, Intan menemukan sesuatu, bagi Intan itu adalah sebuah solusi.Betapa bodohnya mereka!Di ruangan yang sunyi dan gelap itu, terdapat sebuah tirai. Setelah Intan susah payah membuka tirainya, pada akhirnya bisa terbuka..Barusan, Intan berjalan seraya merangkak, bahkan sesekali ngesod, pada akhirnya ia bisa menuju jendela itu.Di rasa nyawanya sudah
Dua mobil Koenigsegg Jesko Absolut milik nona Intan melaju dengan kecepatan tinggi tiba-tiba harus berhenti.srrrrrrt.....Argh"Sial, kepalaku terbentur,""Berhenti....!!!"Seseorang telah membuat jebakan.Di tengah jalan kota terpencil, mereka sengaja meletakan dua buah motor kijang yang sudah buntut."Siapa mereka? Berani-beraninya parkir sembarangan!" desis seorang pengemudi.Dengan bergegas para pria yang berjumlah lima orang turun melihat mereka bertiga seolah menantang.Bodyguard kiriman dari kakek sengaja membawa mobil yang kecepatannya tinggi di dunia. Dimaksud agar gerakannya cepat. Eeh...,namun apalah daya, tetap saja ada yang menghalangi jalan kami. Kejahatan memang semakin merajalela!Intan mendengus melihat berandalan yang mengepung mobil miliknya."Untuk apa kalian menghalangi jalan kami? Hah!"Salah satu bodyguard berkata dengan gayanya yang memang sudah seram dari sana, ditambah ia sekarang melotot. Apakah si pria berandalan tubuh kecil itu tidak takut pada bodyguard
Intan yang mendengar ucapan Kyai Hasanuddin menelan salivanya. Matanya menatap dengan aneka rasa.Siapa yang tidak terkejut seorang guru berbicara mengenai masa depan kita? Siapapun pasti akan menarik bukan?"Aku tahu Pak Kyai itu memiliki ilmu sangat tinggi? Sampai-sampai beliau tahu masa depanku? Huh sungguh luar biasa!"Bukan hanya Intan yang mengagumi! Semua bodyguard Intan juga mengagumi? Lihatlah, salah seorang bodyguard minta doa-doa pada Kyai! Bahkan, mereka tertawa-tawa dengannya, tentu saja tetap memakai sopan santun, tapi mereka terlihat begitu dekat! Sementara dengan Intan, para bodyguard seperti robot bahkan es batu...,boro-boro bercanda, mana berani mereka padaku! Memang Kyai Hasanuddin in the best.Sebelum pulang, Kyai memberi Intan sebuah teka teki kembali."Nona Intan, seperti yang kita ketahui, bahwa kebajikan akan selalu mampu mengalahkan kemungkaran. Dimasa depan mendatang, kamu akan dipertemukan dengan masalah yang besar. Oleh sebab itu, saya berpesan, perkokoh
"Jika melewati sini tentu kita harus melewati segala rintangan, bukan?""Iya, itu benar,""Mungkin saja kita tidak bisa menghilang karena kita memang diharuskan untuk melewati segala rintangan ini,""Aku rasa juga begitu,"Di depan sana terdapat sebuah jalan. Namun cabangnya sangat banyak."Addab kita lewat mana ini?""Aku sendiri saja tidak tau harus lewat mana," tutur Addab yang tentu saja membuat mereka panik."Addab, katanya kamu tau jalan menuju ke masjid jin muslim?""Intan. Itu benar. Tapi sepertinya rintangan kali ini kita harus mampu memilih jalan. Jika salah aku tidak tau apa yang terjadi. Yang aku dengar begitu, mereka setiap rintangan berbeda,"Mereka semua menyengirkan alisnya. Ada wajah cemas, bingung, takut salah melangkah, dan aneka wajah lainnya.Mereka tampak berdiskusi."Seharusnya kita harus berjalan lurus, namun dalam jalan bercabang itu tidak ada jalan yang lurus. Ini benar-benar membingungkan,""Lah, kalau kayak gini kita ambil jalan yang mana?"Mereka semua mem
"Bukankah pesan Kyai Hasanuddin untuk ke masjid para jin?"Walaupun sang guru memerintahkan untuk menyerang, namun entah kenapa hati Intan masih ada perasaan ragu. Dirinya pun hampir saja lupa bahwa dia harus ke masjid para jin. Bukan tidak bermaksud menentang atau tidak menuruti kemauan guru, tapi ini adalah amanat beliau."Intan, kamu kenapa? Apa ada masalah?"Intan saat ini bersama dengan yang lainnya sedang berkumpul termasuk guru. Mereka sedang membicarakan langkah apa selanjutnya yang harus dilakukan.Haris sendiri yang melihat Intan diam seperti sedang memikirkan sesuatu segera menananyakannya. Pasalnya dia rasa saat ini guru sedang membicarakan hal penting. Dia takut jika bosnya ternyata tidak mendengarkannya.Haris mendekat ke arah Intan."Bos?""Heem. Haris, ada apa?""Apa bos sedang memikirkan sesuatu? Apa bos setuju dengan rencana guru,""Iya Haris. Itu yang sedang saya fikirkan. Kamu ingat kan kita harus kemasjid para jin oesan Kyai Hasanuddin. Sebaiknya kita pergi ke san
Dengan kejadian ini, tentu saja Intan dan yang lainnya menjadi kapok.Arod dan Haris lukanya belum bener pulih. Dia masih lemah tak berdaya."Untuk bisa mengobati luka ini membutuhkan kembang nagaswara. Dan membutuhkan pemulihan beberapa hari,"tuturnya.Guru dan Addab masih tampak kesal. Peraturan yang dibuat demi kebaikan diri masing-masing namun tidak dihiraukan.Oleh sebab itu, mereka semua juga harus menanggung akibat ini."Maafkan aku Addab. Aku tau aku salah,""Karena ulah kalian, rencana kita menyerang mereka harus tertunda. Bagaimana jika keberadaan kita ketahuan oleh mereka? Apalagi jika kita belum memiliki ilmu untuk melindungi diri kita masing-masing? Bukan hanya itu Intan. Gurubdan orang-orang tidak bersalah bisa terkena dampaknya juga. Ini resikonya sangat besar bukan hanya untuk kesenangan pribadi saja!"Addab terus saja mengeluarkan uneg-uneg yang berada di dalam hatinya. Wajahnya semakin muram jika mengingatnya.Intanpun jua terus saja menyesalinya. Apalagi Arod dan Ha
"Terimalah pembalasanku...!"Intan saat itu benar-benar memanfaatkan waktu. Dia kabur. Dia berlari. Dia membutuhkan pertolongan. Oleh karena itu Intan dengan segera pulang untuk meminta bantuan.Jalanan yang gelap hanya diterangi rembulan. Intan berlari. Kini dia melupakan rasa lelahnya. Yang dia rasa saat ini begitu kuat ialah rasa takutnya.Sesekali hampir terjatuh. Dia dengan berpegangan pepohonan dengan nafas ngos ngosan terus mempertahankan tubuhnya."Semoga saja Haris bisa bertahan. Dan semoga Arod bisa melawan Franz!"Intan berjalan dan terus saja berjalan sesekali berlari dan berhenti berjalan karena rasa lelah yang terasa amat yang entah bisakah dia sampai di kediaman guru Addab.Mengingat perintah Addab Intan merasa tidak enak. Namun, saat ini kondisinya benar-benar genting."Maafkan aku harus merepotkan kalian!"batin Intan."Haris. Arod kalian harus bertahan!"Di tengah jalan menuju kediaman sang guru Intan bertemu dengan Addab dan Haical.Intan saat berlari seraya sesekali
Melihat hal itu Haris tetap kekeh."Aku tidak takut kepada siapapun!"tutur Haris."Haris!" batin Intan. Bola matanya tampak melebar,"Aku tidak mau terjadi sesuatu dengan Haris.Saat Haris dan Franz mulai saling adu jotos, Intan berteriak."Stop! Stop!"Intan berkata seraya melangkah maju dan melerai keduanya. Namun apa yang terjadi?Mereka tidak bisa di lerai.Haris kemudia berteriak,"Intan, sebaiknya kamu pergi saja. Biarkan aku yang mengatasi lelaki ini!"Bagaimana Intan tidak takut. Franz yang berada di depannya ternyata separuh manusia. "Bagaimana mungkin ini bisa terjadi?"Franz yang sudah ingin menguasai Intan tidak segan-segan terus memberi pukulan kepada Haris.Bug bug bug!Haris kalah serang! Dia saat ini malah tampak terjatuh."Haris...!"Kemudian Franz saling menepukan kedua tangannya di depan Intan."Sayang! Ada apa dengan kamu? Kenapa kamu takut kepadaku?"Franz berjalan melangkah hingga Intan terus melangkah mundur."Franz! Jangan berani-beraninya kamu mendekati aku!""H
"Tunggu. Apa kau tidak lihat sajen ini? Sayanglah kalau tidak dihabiskan!"Di sana ada beberapa tempat sajen. Barusan mereka makan bersama disatu tempat. Namun Arod melihat sajen-sajen yang masih utuh ditempat lain merasa sangat disayangkan.Intan seraya mengelus perutnya ingin pergi dari sana dan meninggalkan Arod. namun saat memutar tubuhnya hingga 180 derajat ada seorang pria di sana."Fffranz...!"Intan berkata dengan susah payah bahkan terbata-bata. Matanya tampak membulat. Dalam hati Intan berkata,"Bagaimana mungkin Franz ada di sini? Apakah aku mimpi?"Intan berkata seperti itu seraya menyubit tangannya."Auuu...Ini bukan mimpi?"Arod di sana masih juga sibuk makan. Sementara itu Haris yang melihat Franz juga tidak jauh terkejut seperti Intan."Bagaimana mungkin pria ini ada di sini? Bos! Astaga. Bosku tidak memiliki pelindung. Kalung dia hilang,"Namun di sisi lain Franz sendiri yang melihat wanita yang dicarinya menghilang ternyata berada di sini kemudian berkata," Intan? Ken
Lagi-lagi di dalam perjalanan Intan mendengar kereta kuda. Dia kemudian menjadi teringat dengan Franz. "Intan, kenapa kamu menghentikan langkahmu?"Bukan hanya itu, Intan juga kemudian menarik tubuh Arod dari tepi jalan dan mengumpat."Hustt. Arod, aku mohon kamu diam dulu sebentar saja,"Arod mengerutkan alisnya. Mereka mengumpat di balik semak-semak tepi jalan.Sebuah kereta kuda yang indah tampak lewat. Di sana Intan mengumpat bersama dengan Arod."Siapa dia? Apa kamu mengenalnya? Astaga, kamu? Padahal aku di sini ingin jalan-jalan melihat indahnya malam, indahnya kereta kuda, mungkin saja ada wanita cantik di sana, tapi kenapa kamu bertingkah aneh seperti ini?"Arod terus saja berbicara yang pada akhirnya membuat Intan menceritakan apa yang terjadi.Mereka berjalan dan melupakan apa yang dikatakan oleh Addab. "Intan, apa kamu ingin tahu dimana para manusia yang menumbalkan akan menyerahkan sajennya?""Untuk apa aku ingin mengetahui hal itu? Arod, asal kamu tau yah, itu semua ga
"Maaf guru. Kami tidak bermaksud lancang!" Addab berkata seraya menundukan punggungnya sebagai penghormatan kepadanya, diikuti pula dengan yang lainnya.Guru tampak berjalan seraya kedua tangannya tampak disimpan dibelakangnya, lalu beliau memutari mereka melihat beberapa ekor burung merpati yang sudah terkena bidikan sehingga tak berdaya di lantai."Addab. Sebaiknya kalian segera mengolah dan memakan burungnya,"tutur sang guru yang membuat mereka semua tampak lega."Jadi maksudnya guru tidak marah karena kami tidak meminta izin pada guru?"Senyuman tampak memancar di wajah Addab dan yang lainnya yang semula tampak tegang.Sang guru menganggukan kepala,"Burung-burung itu bukan milik saya. Jadi tidak seharusnya kalian meminta izin padaku!"tutur guru."Segera bersihkan!"tuturnya guru kembali.Dalam diam guru tersenyum tanpa sepengetahuan mereka. "Semoga kalian mampu memberantas dunia gelap,"ucapnya di dalam hati guru penuh harap.Sebenarnya burung-burung merpati itu adalah undangan gur
"Kenapa tidak boleh? Makanlah, barusan guru bilang seperti itu!"Intan kemudian menengahi,"Kemaren kami dalam peejalanan diberitahu jika kami tidak dapat memakan sembarangan. Jika tidak, sesuatu hal bisa terjadi kepada kami,"Addab kemudian berkata,"Kalau begitu, kalian makan saja buahnya dan air putih. Makanan yang lainnya itu memang milik kami,"tutur Addab."Baiklah,"Di sela-sela sibuk makan, Intan masih juga teringat akan Franz, oleh karena itu dia menanyakan kepada Addab."Addab, aku melihat mantan suamiku lagi. Dia ternyata masih berada dan berkeliaran di kota gaib,""Suami kamu yang suka bermain dan bekerja sama dengan makhluk gaib?" "Iya, benar,"tutur Intan."Lalu apa yang kamu takutkan?""Aku ingin sekali menghabisinya! Apa mungkin itu bisa membuat keluargaku yang menjadi tumbal selamat?""Itu tidak bisa!""Suami kamu juga mendapat perlindungan dari makhluk abstral karena itu kita tetap saja harus melawan genderwo dan raja iblis!""Okeh, baiklah kalau begitu,"tutur Intan.Di