Share

Jerat Cinta Caroline

Penulis: Vonny Elyana
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Acara pertemuan antara perusahaan Intan dan Tommy akan berlangsung di sebuah kafe. Intan sudah berdandan dan memakai pakaian terbaiknya.

Intan dan Rudy tiba di kafe itu dan menuju ke ruangan yang sudah mereka pesan sebelumnya. Sesuai dengan rencana, Intan dan Rudy akan bertemu dengan Tommy dan Carlo.

Intan duduk di kursinya sambil meremas jemarinya. Ia tidak bisa menyembunyikan rasa tegang dan gelisah karena sebentar lagi akan berjumpa dengan mantan suaminya.

"Tenang, Mbak. Penyamaran Mbak sangat bagus dan rapi. Gak ada orang yang akan mengenali Mbak dengan penampilan seperti ini," bisik Rudy.

"Iya, hati-hati, jangan sampai kamu salah menyebut namaku!" ujar Intan.

"Tentu saja, Caroline." Rudy tersenyum. "Apa Mbak pernah bertemu dengan Carlo sebelumnya?"

"Belum. Saat Mbak dan Mas Tommy menikah dulu, Carlo sedang menempuh pendidikan di luar negeri. Dia juga sibuk mengurus bisnis orang tuanya, sehingga gak sempat kembali. Sepertinya dia memang pekerja keras dan lebih bertanggung jawab
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pembalasan Istri Sang CEO   Bertemu Berdua

    Setelah pertemuan bisnis itu, Tommy dan Caroline sering berkomunikasi lewat ponsel. Hampir setiap waktu mereka saling berkirim pesan untuk hal yang serius ataupun hanya sekadar saling menyapa dan bergurau. Intan memang sengaja membuat hubungan antara dirinya yang berperan sebagai Caroline dengan Tommy. Intan merasa Tommy mulai nyaman berkomunikasi dengannya.Tommy selalu memuji kecantikan Caroline dan merasa cocok dengannya. Sering Intan hanya tertawa miris dalam hatinya karena ternyata sang suami memang lebih menilai fisik dan penampilan seseorang.'Dulu kamu selalu jijik dan melihatku, tapi sekarang hanya dengan perubahan penampilan luar kamu jadi sangat memujaku,' batin Intan sambil menggenggam ponselnya. Tak lama kemudian terdengar panggilan telepon masuk. Intan menarik nafas dalam-dalam sebelum menjawabnya. Ia harus menggunakan nada bicara Caroline yang sedikit angkuh dan dingin."Halo..""Halo, Nona Caroline," sapa Tommy."Ada apa? Oh ya, panggil aku dengan nama saja, gak perl

  • Pembalasan Istri Sang CEO   Kecurigaan Silvy

    Tommy terdiam sejenak, perkataan Caroline mengingatkan dirinya pada perkataan Silvy beberapa tahu silam, saat mereka menjalin hubungan di belakang Intan. Saat itu Silvy juga terus mendesak Tommy untuk segera menceraikan Intan dan menikahinya.Namun Tommy tidak langsung menyanggupi keinginan Silvy, karena tadinya ia akan menggunakan Intan sebagai senjata untuk bertahan dan menunggu sampai keinginannya menjadi penerus dan pewaris semua milik kakeknya terwujud.Ternyata Intan yang enggan bertahan di sisi Tomny. Setelah perselingkuhan Tommy dan Silvy terbongkar, Intan memilih pergi meninggalkan semuanya. Tommy bersyukur, setidaknya ia tidak harus melihat wanita jelek itu setiap hari ada di rumahnya. Ia juga bisa menikahi Silvy, wanita yang cantik dan memikat hatinya.Tapi kini, kecantikan Silvy seolah tidak bisa dibandingkan dengan pesona dan kecantikan Caroline. Tommy seakan tidak bisa mengalihkan pandangan matanya dari sosok Caroline yang cantik dan menarik. Jantung Tommy berdebar kenca

  • Pembalasan Istri Sang CEO   Silvy Berbohong

    Tommy membungkuk dan menempelkan telinganya di perut Silvy. Tommy sangat antusias, sekalipun perut itu rata dan sebenarnya tidak ada kehamilan.Silvy spontan menahan nafas dan mengusap rambut Tommy. Ada rasa bersalah menyelusup dalam hatinya. Ia merasa haru dan hatinya nyeri karena kenyataan berbanding terbalik dengan kebohongan yang ia ciptakan sendiri.Ia berpikir, seandainya itu nyata, bahwa dirinya memang sedang mengandung seorang bayi saat ini, pasti ia akan menjadi wanita paling bahagia di bumi. Berparas cantik, mempunyai suami tampan dan kaya, dan akan segera mempunyai buah hati, rasanya kebahagiaan itu sangat sempurna. Namun Silvy sadar, itu hanyalah mimpi baginya. Ia teringat ucapan dokter mengenai kondisi tubuhnya. Tommy mengangkat wajahnya dan berucap, "Aku senang sekali kamu hamil, Sayang."Silvy tersenyum, melihat ekspresi wajah dan reaksi suaminya, rasanya tidak mungkin ia meralat ucapannya saat ini.Silvy berkata dalam hatinya, 'Aku ingin menikmati perasaan bahagia ini

  • Pembalasan Istri Sang CEO   Memanfaatkan Alex

    Pagi itu Intan masuk ke ruangannya dengan menahan rasa kesal. Sebagai adik kandung, Rudy tentu bisa membaca ekspresi wajah sang kakak. Ia mengikuti Intan ke ruangannya."Mbak sedang marah? Kenapa wajah Mbak muram seperti itu?" tanya Rudy.Intan menghela nafas dan menatap mata Rudy."Hampir saja Mbak berhasil merayu dan membuat Mas Tommy menceraikan istrinya, tapi rencana itu harus tertunda atau mungkin gagal," jawab Intan."Memangnya kenapa, Mbak? Apa Mas Tommy sadar dan masih mencintai istrinya itu?""Silvy ternyata sedang hamil. Mas Tommy menghubungi Mbak untuk mengatakan bahwa dia gak bisa menceraikan istrinya dalam waktu dekat.""Sabar, Mbak, jangan terburu-buru! Aku yakin cepat atau lambat rumah tangga Mas Tommy itu akan hancur. Orang seperti Tommy dan istrinya gak akan bisa menikmati hidup yang tenang.""Mas Tommy meminta aku sabar dan menunggu sampai istrinya melahirkan. Ia mempertahankan rumah tangganya demi anak itu. Tentu keturunan sangat penting baginya sebagai ahli waris k

  • Pembalasan Istri Sang CEO   Rasa Cemburu

    Malam itu sebuah acara besar untuk para pengusaha digelar di sebuah hotel berbintang lima. Sepasang kekasih baru yang sangat ideal berjalan bergandengan tangan. Semua mata tertuju pada mereka dan mengakui kalau keduanya sangat serasi.Alex menggandeng tangan Caroline yang memakai gaun panjang berwarna hitam nan elegan. Alex sangat perhatian dan sabar menyesuaikan langkah kaki Caroline yang memakai sepatu hak tinggi.Penampilan Caroline bak putri cantik nan mempesona. Alex yang berjalan di sisinya tak kalah mencuri perhatian. Dengan setelan jas berwarna hitam, kemeja, dan dasi, ia berjalan gagah. Alex laksana pangeran tampan yang sigap menjaga dan mendampingi sang putri."Kamu sangat cantik, Sayang," bisik Alex pada Intan. Intan tersipu, lalu kembali menatap ke depan. Pujian dari Alex itu terus terdengar di telinganya. Alex sangat terpesona pada penampilan Intan.Di sudut ruangan megah itu, Tommy hanya bisa menahan rasa kesal dan mengepalkan tangannya. Tak mungkin ia menunjukkan rasa

  • Pembalasan Istri Sang CEO   Darren Demam

    Intan terkejut karena Darren tiba-tiba masuk ke dalam kamar saat ia sedang menerima telepon dari Tommy. Ia langsung mematikan telepon itu dan meletakkannya di atas nakas.Intan sempat merasa cemas, takut jika Tommy akan curiga dan sempat mendengar suara Darren. Namun melihat wajah Darren memerah dan ia hampir menangis, Intan merasa ada sesuatu yang tidak beres. Ia tahu ada yang lebih penting saat ini. Darren membutuhkan pelukan dari mamanya.Intan sering dilanda rasa bersalah, karena tidak bisa selalu berada di sisi Darren. Selain harus bertumbuh tanpa sentuhan kasih seorang papa, Darren juga harus mengerti kalau sang mama harus membagi waktu untuk bekerja."Darren kenapa, Sayang? Mau bobok sama Mama?" Intan membuka kedua tangannya. Darren tertunduk lesu dalam pelukan Intan. Intan meraba kening Darren yang ternyata terasa panas."Kamu demam, Sayang. Ayo, Mama ukur dulu suhu badanmu!" Intan menggendong Darren menuju kamarnya. Ia mengambil termometer di lemari Darren. Ternyata suhu tub

  • Pembalasan Istri Sang CEO   Rahasia Silvy Terbongkar

    Tommy mendengus kesal dan melemparkan ponselnya ke atas tempat tidur. Sikap Caroline yang mengacuhkannya membuat Tommy semakin merasa penasaran."Siapa sebenarnya anak kecil yang memanggil Caroline dengan sebutan mama? Apa mungkin Caroline pernah menikah sebelumnya?" gumam Tommy pagi itu. Ia masih enggan beranjak dari tempat tidurnya.Silvy masuk ke kamar dan menatap Tommy dengan bingung."Mas, kamu gak ke kantor?" "Aku sengaja cuti hari ini untuk menemani kamu ke dokter kandungan," jawab Tommy.Silvy terkejut, matanya melotot dan mulutnya menganga. Ia tidak menyangka Tommy akan mengajaknya ke dokter secara mendadak pagi itu. Ia harus berpikir cepat agar rencananya tidak hancur berantakan."Gak perlu, Mas. Aku bisa melakukannya sendiri, kamu sangat sibuk, jadi gak perlu repot-repot mengantar aku," jawab Silvy."Kenapa? Biasanya wanita hamil selalu ingin ditemani oleh suaminya, bukan?" Tatapan Tommy yang tajam menyelidik membuat Silvy langsung mengalihkan pandangannya."Bukan begitu,

  • Pembalasan Istri Sang CEO   Aku mau menikah lagi

    Tommy tiba di sebuah kafe yang cukup ramai. Menurut informasi dari anak buahnya, Silvy ada di kafe itu bersama beberapa teman arisannya. Melihat kedatangan Tommy, anak buahnya segera mendekat dan memberi kode dimana Silvy berada. Tommy mulai mendekati meja istrinya. Ia melihat Silvy seperti sedang melamun dan memikirkan sesuatu di tengah senda gurau para sahabatnya."Silvy, aku mau bicara." Tommy berdiri di hadapan istrinya.Sontak Silvy dan para wanita sosialita itu terkejut. Perbincangan dan canda ria itu langsung terhenti. Semuanya menatap Tommy dengan penuh tanya dan kebingungan."Mas, kenapa bisa kemari? Ada masalah apa?" tanya Silvy.Semua yang melihat wajah Tommy bisa merasakan emosi dan kemarahannya. Silvy menatapnya gemetar dan berdiri. Ia mencoba memegang lengan Tommy, namun pria itu mundur dan menghindar.Tommy mengeluarkan sebuah amplop dari dalam tasnya dan melemparkannya ke meja."Jelaskan apa ini!" teriak Tommy.Wajah Silvy pucat saat melihat amplop yang sangat ia kena

Bab terbaru

  • Pembalasan Istri Sang CEO   Pulang

    Intan membuka tirai kamarnya pagi itu. Seperti biasa, akhir pekan itu Intan, Alex, dan Darren memilih pulang ke rumah ibu. Dua pekan sekali, Intan dan Alex berkunjung bergantian ke rumah Ibu Intan dan Mama Alex. Intan dan Alex berusaha menepati janji bahwa setelah menikah, ia tidak akan membiarkan ibu sendirian. Rudy amat jarang pulang, hanya sesekali dalam beberapa bulan. Intan harus memberi penghiburan pada ibunya, agar tidak larut dalam kesedihan. Intan mengelus perutnya yang mulai membuncit. Di dalam rahimnya, sudah tumbuh calon buah cintanya dengan Alex. Empat bulan sudah usia janin kecil itu. Darren sangat bahagia, karena sebentar lagi ia akan mendapatkan seorang adik. Alex tak kalah bahagia saat mendengar berita kehamilan Intan. Ia bersorak seperti anak kecil yang baru saja mendapatkan hadiah yang ia inginkan.Semenjak Intan hamil, Alex jadi lebih protektif dan perhatian padanya. Alex tidak mengijinkan Intan terlalu lelah bekerja. Di rumah, Alex memperlakukan Intan bagaikan

  • Pembalasan Istri Sang CEO   Penyesalan Rudy

    Di tengah kebahagiaan yang sedang dirasakan oleh Intan, Alex, dan Darren, ternyata ada yang sedang mengalami persoalan yang serius dalam rumah tangganya. Setelah dua tahun menjalani biduk rumah tangga, sifat asli Agnes akhirnya terbongkar. Selain mengekang Rudy dan menjauhkannya dari keluarganya, Agnes juga menunjukkan sikap ketus dan tidak lagi menghormati suaminya. Rudy selalu berusaha bersabar dan menerima Agnes. Ia menganggap itu hanyalah sifat egois dan tidak dewasa dari Agnes sebagai putri dari keluarga kaya. Tak lelah ia berharap, agar suatu hari Agnes bisa berubah dan bersikap dewasa. Akan tetapi harapan itu tak kunjung berbuah menjadi kenyataan. Suatu hari, Agnes bahkan melontarkan perkataan yang tak terduga pada sang suami. "Sayang, dari mana kamu? Kenapa malam begini baru pulang?" tanya Rudy saat membukakan pintu untuk istrinya. "Aku baru jalan-jalan bersama sahabatku, Mas," jawab Agnes sambil berjalan ke kamar. "Sayang, aku gak melarang kamu untuk pergi dan berkumpul

  • Pembalasan Istri Sang CEO   Hari Bahagia

    Kondisi kesehatan Ibu Intan kian membaik. Walaupun Rudy datang dan menorehkan luka di hatinya, tetapi hari pernikahan Intan dan Alex yang semakin dekat membuat Ibu Intan mempunyai semangat untuk sembuh. Siang itu dokter mengijinkan Ibu Intan pulang ke rumah. Intan, Alex, dan Darren secara khusus menjemput Ibu Intan dari rumah sakit. "Apa Ibu sudah siap untuk pulang?" tanya Intan. "Iya, Nak. Ibu sudah sangat ingin pulang ke rumah kita. Ibu gak betah tinggal di sini dalam waktu yang lama," jawab Ibu Intan. Perawat sudah melepas infus di tangan Ibu Intan. Intan juga sudah merapikan pakaian dan barang-barang yang akan mereka bawa pulang. Intan sangat senang melihat wajah ibunya kembali segar. "Iya, Ibu harus selalu sehat, agar gak sakit lagi. Nanti kita cari waktu untuk pergi liburan bersama, ya," kata Intan. "Iya, Nak. Ibu gak perlu liburan atau pergi jauh. Ibu hanya mau melihat kamu bahagia. Sebentar lagi anak ibu akan memasuki gerbang pernikahan dan punya keluarga baru. Ibu mau m

  • Pembalasan Istri Sang CEO   Pertengkaran

    Seorang wanita cantik berpakaian rapi dan duduk di sebuah lobi hotel berbintang. Ia memakai gaun merah dan kacamata hitam. Sesekali ia melirik jam tangan mahalnya dan menghembuskan nafas kesal. Agnes sedang menunggu Rudy dan siap meninggalkan hotel itu. Di hadapannya sebuah koper besar dan beberapa barang lain sudah tersedia. 'Sudah dua puluh menit dan kamu belum kembali juga, Mas. Ternyata kamu memang lebih mementingkan keluargamu. Tunggu saja, aku akan membuatmu menyesal!' batinnya. Detik demi detik terasa sangat lama berjalan. Agnes semakin kesal karena sang suami tidak juga menampakkan barang hidungnya. Kesabaran Agnes sudah hampir habis. Ia berdiri dan meraih barang-barangnya, lalu berjalan untuk keluar dari hotel itu. Tepat pada saat itu, Rudy sampai di halaman hotel dan segera turun dari mobil. Ia menghampiri Agnes dengan tergesa-gesa dan berdiri di hadapannya. "Kamu mau kemana, Sayang?" tanya Rudy. "Kamu hampir terlambat, Mas. Aku sudah muak dan jenuh menunggumu di sini,

  • Pembalasan Istri Sang CEO   Rudy datang

    Intan tidak dapat lagi menahan air matanya. Ia memeluk ibunya dengan erat dan bisa merasakan dalamnya luka di balik tubuh nan rapuh itu. "Aku mohon, jangan bersedih, Bu! Aku gak bisa melihat Ibu menangis. Kami ada di sini dan gak akan meninggalkan Ibu. Alex juga menyayangi Ibu seperti mama kandungnya sendiri, jadi Ibu gak perlu merasa cemas. Ibu sangat berarti bagiku," kata Intan. Ibu Intan memejamkan matanya dan mengusap air matanya. Mereka berpelukan beberapa saat lamanya hingga seseorang membuka pintu ruangan itu. Intan melepaskan pelukannya dari ibunya. Ia semula berpikir ada dokter atau perawat yang datang untuk memeriksa ibu, tetapi ternyata dugaannya salah. Intan melihat Rudy masuk ke ruangan itu dengan tergesa-gesa dan nafasnya masih terengah-engah. "Rudy...." Intan berdiri dan menatap adik kandungnya itu. Rudy segera mendekati tempat tidur ibunya dan menggenggam tangannya. Raut wajahnya terlihat cemas dan panik. Rudy sepertinya langsung pergi saat membaca pesan Intan, ia

  • Pembalasan Istri Sang CEO   Kecewa

    "Ibu sudah sadar?" Intan mendekatkan wajahnya pada ibunya. "Dimana ini?" tanya Ibu Intan. "Di rumah sakit, Bu. Tadi Ibu jatuh pingsan, jadi kami membawa Ibu kemari. Apa yang Ibu rasakan sekarang? Apa Ibu masih merasa pusing dan lemas?" kata Intan. "Ibu gak apa-apa, Nak. Ibu gak perlu dirawat di rumah sakit ini.""Tapi dokter menyarankan Ibu untuk dirawat beberapa hari di sini. Kita harus menuruti perkataan dokter, supaya Ibu lekas sembuh."Ibu Intan tidak menjawab. Ia mengalihkan pandangannya ke arah lain, seolah mencari keberadaan seseorang. Alex yang baru masuk ke ruangan ikut mendekat. "Bagaimana keadaan ibu?" tanya Alex. "Katanya ibu baik-baik saja, Mas. Aku senang mendengarnya. Semoga ibu bisa segera pulang," jawab Intan. "Mana Rudy?" tanya ibu sambil menatap Intan. Intan menghela nafas panjang dan menatap Alex. Sebenarnya ia masih kesal dengan sikap Rudy dan masih enggan berbicara dengannya. "Ibu mencari Rudy, Sayang. Apa kamu sudah menghubungi dia?" tanya Alex. Intan m

  • Pembalasan Istri Sang CEO   Ibu Intan jatuh sakit

    Rudy terpaksa bangkit dari tempat duduknya dan mengikuti langkah istrinya. Agnes melewati pintu utama rumah itu tanpa berpamitan atau menoleh lagi. Entah apa yang membuat Agnes kesal atau marah. Intan dan ibunya tidak merasa melontarkan perkataan yang mungkin bisa menyinggungnya. Agnes langsung masuk dan duduk di mobil, tidak menghiraukan bujukan Rudy untuk lebih lama berada di rumah itu. Rudy hanya bisa menghela nafas panjang, lalu masuk kembali ke dalam rumah dan mengambil koper mereka yang tertinggal. "Maaf, Bu, Mb Intan, aku pergi dulu," katanya. Tanpa mendengar jawaban atau tanggapan dari Intan atau ibu, Rudy bergegas meninggalkan rumah itu. Ibu Intan hanya bisa menatap nanar kepergian Rudy. Senyum yang baru saja terbit di bibirnya mendadak sirna kembali. Intan sungguh tidak tega melihat ibunya kembali terluka. "Ibu gak apa-apa?" tanya Intan. Hana menggelengkan kepalanya, tetapi Intan bisa melihat air mata ibunya yang hampir jatuh. Hana bangkit berdiri dan berjalan mendekat

  • Pembalasan Istri Sang CEO   Keangkuhan Rudy dan Agnes

    "Kalau rindu, coba saja hubungi dia!" usul Alex. "Ah, aku gak mau menghubungi dia duluan, Mas. Aku masih ingat bagaimana sikapnya saat pertama kali kita bertemu. Dia sudah memperlakukan ibu dengan buruk. Aku sudah berjanji gak akan menghubungi dia sebelum dia meminta maaf pada ibu," jawab Intan. "Aku rasa kalian hanya saling gengsi. Aku tahu bahwa sebenarnya Rudy bukan orang yang kasar. Dia sangat menyayangi keluarganya. Mungkin saja kemarin dia sedang menyesuaikan diri dengan keluarga Agnes dan banyak urusan lain. Semoga saat ini pikirannya sudah terbuka dan menyadari kesalahannya." Alex melirik Intan yang tertunduk dengan wajah muram. "Benarkah begitu?" Intan mengambil ponsel dari dalam tasnya. Ia mengusap layarnya dan menimbang-nimbang sejenak. "Bagaimana kalau Rudy kembali menolak itikad baikku?""Lebih baik dicoba daripada menunggu dan penasaran, bukan?" kata Alex. Intan menghela nafas panjang. Terlintas di benaknya wajah sendu ibunya yang setiap malam memikirkan Rudy. Terkad

  • Pembalasan Istri Sang CEO   Rencana pernikahan

    Setelah melewati berbagai ujian, Intan dan Alex kembali fokus pada rencana pernikahan mereka. Tidak seperti dahulu, kini Mama Alex mendukung rencana putranya itu dengan sepenuh hati. Seiring berjalannya waktu, Mama Alex memang melihat bahwa Intan adalah wanita yang baik dan mampu mendampingi Alex dalam segala hal yang terjadi. Ponsel Alex berdering di hari Sabtu pagi itu. Foto kekasih hatinya terpampang di layar benda pipih itu. Alex yang masih berbaring di tempat tidurnya pun segera menjawab panggilan itu. "Halo, Sayang," sapa Alex. "Halo, Mas. Apa kamu masih tidur? Jam berapa ini?" Terdengar suara Intan di seberang telepon. "Baru jam delapan," kata Alex sambil mengusap matanya yang masih mengantuk. "Ini sudah siang, Mas. Sejak kapan kamu jadi pemalas begini?" "Ini kan akhir pekan, Sayang. Sesekali boleh kan aku bangun lebih siang?" Alex meregangkan tubuhnya. "Oke, tapi gak boleh sering-sering, ya! Oh ya, jam sepuluh nanti aku harus ke salon untuk memilih gaun pengantin dan r

DMCA.com Protection Status