Beranda / Romansa / Pembalasan Istri Kampungan / Tinggalkan Suamimu dan Kembalilah Padaku!

Share

Tinggalkan Suamimu dan Kembalilah Padaku!

Penulis: Amarta Bleue
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Tinggalkan suamimu, dan kembalilah padaku!"

Brakk!

"Sial! Sampai kapan pun aku tidak akan pernah melakukan hal yang sangat bodoh seperti itu, Mas!"

Seringai lebar di wajah Evan semakin mengembang, tepat di saat Nara menunjukkan jelas amarahnya. Perempuan itu bahkan sampai berani melempar satu kotak tisu yang ada di depan ke arah dirinya, di mana untungnya hasil dari setengah kesadarannya berhasil menangkap kotak tisu tersebut dengan tepat sebelum mengenai dirinya.

"Sudah! Sepertinya tidak ada gunanya aku berbicara padamu! Aku tidak peduli lagi apakah kau akan membantuku atau tidak, karena aku yakin biar bagaimanapun caranya nanti kebenaran akan tetap terungkap!" ujar Nara dengan napas yang menggebu, seraya kembali meraih tas kecilnya, dan hendak berbalik keluar dari tempat yang penuh akan maksiat ini.

Melihat hal itu, tentu dengan cepat Evan pun langsung melemparkan sebatang rokok yang ada di genggamannya. Ia segera berdiri dan menginjaknya, dan berlari hendak mencegah kepergian mant
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pembalasan Istri Kampungan   Sebuah Bukti

    Kringgg!Sebuah dering telepon berbunyi, di mana detik itu juga langsung membuat Nara menahan napasnya. Bunyi dering telepon itu benar-benar mengalihkan fokus Evan, sehingga dengan tanpa adanya aba-aba pria tersebut langsung meraih sebuah ponsel yang ternyata ia baru sadari sudah ada di dalam genggaman tangan Nara lebih dulu."Sial! Jadi dari tadi kamu merekam suaraku?!" hentak Evan dengan kencang, tepat setelah ia mengabaikan panggilan seseorang yang menghubungi mantan istrinya itu.Dengan rasa panik yang tak dapat dielakkan lagi, Nara pun kini berupaya mati-matian menghindar dari Evan. Pria itu benar-benar sudah sangat kalap, setelah memergoki dirinya yang sudah merekam semua percakapan pria itu tadi. Sehingga kini, akhirnya Nara terjatuh tepat di sela-sela dua buah meja kecil yang ada di sampingnya.Brakk!Pupus sudah harapan Nara untuk membuktikan semuanya, karena kini ponselnya telah dibanting dengan sangat kencang hingga terlihat goresan besar di layarnya."Awhh!"Nara meringis,

  • Pembalasan Istri Kampungan   Nara yang Nakal

    "Kamu benar-benar pintar, Sayang!" puji Dimas setelah ia mengetahui persis apa benda yang kini telah berada di tangan istrinya itu.Tanpa menunggu lama, Nara pun langsung menunjukkan hasil rekaman yang telah berhasil didapatkannya pada Dimas. Walau tadi ponselnya sempat hancur tak terselamatkan di saat ia menghubungi salah satu nomor bodyguard yang menjaganya, akan tetapi untung saja salah satu tangannya yang lain berhasil merekam semua apa yang telah dibicarakan Evan kepadanya lewat sebuah alat rekam kecil yang memang sudah sengaja dibelinya sebelum menemui Evan."Bagus! Ini benar-benar senjata akan menjadi senjata terkuat kita untuk menghadapi pria licik itu, Sayang! Aku yakin dengan adanya bukti ini, pasti sebentar lagi dia akan segera mendekam di balik jeruji besi!"Cupp!Dimas mengecup pipi istrinya itu, sebagai tanda apresiasinya ia atas ide cemerlang yang telah dilakukan oleh istrinya itu. Walau tadi ia sempat kecewa, karena Nara sudah membahayakan dirinya sendiri. Akan tetapi

  • Pembalasan Istri Kampungan   Don't Play with Me, Babe!

    "Nara aku ....""Yes? What do you want? Just tell me," balas Nara dengan suara manjanya, dan semakin mengarahkan jari-jemari lentiknya ke arah sesuatu yang membuat senyumnya tak kunjung memudar.Dimas benar-benar sudah tak tahan lagi. Ia sungguh tak bisa dipancing dengan cara ini secara terus-menerus, apa lagi sang pelaku yang ada di hadapannya ini adalah Anara Wardana yang tak lain dan tak bukan istrinya sendiri.Entah kerasukan makhluk apa istrinya itu, sehingga kini Nara yang sekarang berada di depannya benar-benar terlihat tidak seperti Nara yang dulu yang pemalu. Nara yang saat ini, benar-benar terlihat begitu berani dan menantang.Tadi di sana, Nara tidak minum yang macam-macam bukan?Untuk yang satu ini juga sepertinya tidak, karena tadi Dimas memang sama sekali tak merasakan aroma yang terlalu menyengat dari tubuh istrinya tersebut selain dari bau asap rokok yang ditinggalkan oleh Evan si pria licik itu."Sudah cukup kau menggodaku, Sayang. Kini biar aku yang melakukannya seka

  • Pembalasan Istri Kampungan   Kabar Baik di Pagi Hari

    "Apa? Kenapa bisa jadi seperti ini? Halo! Halo, Mas!"Bella mendengkus, tepat di saat panggilan teleponnya tiba-tiba terputus begitu saja. Ia sangat heran pada suaminya, karena terus saja membuat ulah yang dapat menyusahkan dirinya.Brakkk!Bella melempar benda lain yang ada di atas meja kecilnya. Saat ini ia benar-benar kesal, sekaligus pusing memikirkan masalah Evan."Astaga, aku harus apa sekarang?" batin wanita itu sambil memijit pelan pelipisnya.Untuk saat ini, Bella benar-benar tak bisa berpikir dengan jernih. Ia terlalu kalut dengan ketakutannya. Ia takut dengan tertangkapnya Evan nanti, itu akan membuat nama baiknya kembali turun. Padahal baru saja dirinya merasakan kembali nikmatnya kehidupan mewah layaknya seorang superstar.Bagaimana nanti tanggapan perusahaan yang sudah mengontraknya menjadi model? Pasti mereka akan merasa terganggu dengan berita penangkapan suaminya."Hufftt! Apa yang harus aku lakukan? Ayolah berpikir, Bella!"Tak peduli dengan selimut yang digunakan un

  • Pembalasan Istri Kampungan   Keributan di Kantor Polisi

    Brakkk!"Akhh! Sial! Aku sama sekali tidak bersalah! Keluarkan aku dari sini!" hentak seseorang yang baru saja masuk ke dalam bilik jeruji besi.Dengan rahangnya yang kian mengeras, pria itu terus mencoba melawan. Ia berusaha keras untuk bisa keluar dari kurungan itu, akan tetapi sayangnya tetap saja kedua tangannya tak bisa membengkokkan susunan benda yang terbuat dari logam keras tersebut.Bugghh!"Sial! Ini benar-benar sial!" ujarnya lagi dengan satu kaki yang menendang tembok."Hahahaha! Memangnya apa kasus kau?"Seseorang tiba-tiba saja mendekat. Ada luka gores yang cukup panjang di wajahnya, selain itu salah satu matanya juga terlihat luka. Entah apa yang telah dialami orang itu, hingga dia bisa terlihat sangat menyeramkan seperti ini.Ia tatap sosok yang baru masuk penjara tersebut dari ujung kepala, sampai terhenti tepat di area kaki yang berbalutkan sebuah perban tebal. Dari tempatnya saat ini, ia bisa melihat dengan jelas noda merah segar yang muncul dari dalam sana."Kau me

  • Pembalasan Istri Kampungan   Mengenang Masa Lalu

    "Ini adalah beberapa bukti kejahatan yang pernah dilakukan oleh pria itu sebelum kasus ini! Dan saya harap, ini semua bisa semakin memberatkan hukumannya!"Dimas langsung memberikan beberapa berkas yang sebelumnya sudah dipersiapkannya dari rumah pada pihak kepolisian. Dan tak hanya itu saja, beberapa bukti foto isi buku diary adik kandungnya pun juga terdapat di sana sebagai salah satu bukti yang mungkin akan membuat Evan lebih lama bertahan dipenjara.Ya, seperti yang tadi Dimas katakan pada Evan sebelumnya. Ia sungguh ingin membuat pria licik itu mati membusuk di dalam penjara, karena semua kejahatannya memang sudah benar-benar tak bisa dimaafkannya lagi. Bahkan bisa saja korbannya bukan hanya Nara dan Chintya adiknya saja, mungkin masih ada banyak perempuan lain di luar sana."Baik, Pak. Kami akan segera memeriksanya kembali. Terima kasih atas kerja samanya, dan mudah-mudahan saja semua proses hukum ini akan berjalan dengan lancar," ucap salah satu pih

  • Pembalasan Istri Kampungan   Kabar Bahagia!

    "Tapi, Mas ...."Brukkk!Belum sempat selesai Nara mengucapkan kata-katanya, tiba-tiba saja tubuhnya ambruk tak berdaya. Perempuan dengan air mata yang masih terlihat jelas membasahi pipinya itu seketika pingsan, dengan hampir saja menyentuh tanah merah yang ada di sekitarnya. Hingga akhirnya Dimas yang menyadarinya pun langsung dengan cepat membopongnya, dan membawanya ke rumah sakit terdekat yang ada di sekitar sana.Klekk!Suara pintu terbuka, dan langsung menampilkan seorang dokter perempuan dengan sebuah stetoskop yang menggantung di lehernya."Bagaimana keadaan istri saya, Dok? Kenapa istri saya bisa tiba-tiba pingsan seperti tadi? Istri saya tidak kenapa-kenapa 'kan, Dok?" tanya Dimas langsung tanpa berbasa-basi, dengan mengeluarkan sederet pertanyaan yang sedari tadi memenuhi otaknya.Sebagai seorang suami, jelas Dimas merasa sangat khawatir. Rasanya sudah lama sekali Nara tidak tiba-tiba pingsan seperti tadi, karena kema

  • Pembalasan Istri Kampungan   Nara yang Manja

    "Mas, aku mau ikut ya? Please? Aku enggak mau tinggal di rumah sendirian, Mas. Boleh ya, Mas?"Di pagi-pagi seperti ini, Nara sudah merajuk meminta ikut suaminya yang ingin pergi berangkat kerja. Bahkan sedari tadi perempuan itu tak kunjung mau melepaskan pelukannya, sebelum dirinya benar-benar diizinkan ikut.Padahal sebenarnya, Dimas masih ada agenda lain pada hari ini. Ini tak hanya tentang pekerjaannya saja, akan tetapi juga tentang hal lain yang menurutnya jauh lebih penting."Mas, ayolah. Aku hanya mau ikut denganmu saja. Aku janji, aku tidak akan menggangu pekerjaanmu kok," bujuk Nara sekali lagi, sambil bergelayut manja di lengan kekar suaminya itu."Hufftt, Sayang," ucap Dimas akhirnya, ketika jari lentik istrinya itu kini mulai bermain-main sedikit nakal di bajunya."Iya, Mas?" Nara mendongakkan sedikit kepalanya. "Jadi aku boleh ikut ya?" tanyanya lagi dengan kedua netra yang mengerjap.Kalau sudah memohon-mohon sepert

Bab terbaru

  • Pembalasan Istri Kampungan   Berdamai Dengan Kenyataan

    "Nara? Hey? Bangun, Sayang! Tolong bangun!"Sayup-sayup suara terdengar, membuat Nara perlahan membuka kedua netranya. Dengan menahan rasa sakit di sekujur tubuh, Nara langsung melihat sekeliling. Dahinya mengernyit kala menyadari sekitarnya yang terbalik, hingga setelahnya mendapati seutas senyum tulus dari seseorang yang sama sekali tak disangkanya."Mas? Mas, aku ... Awhh!""Sabar, Sayang! Tolong berikan Melody dulu," ucap Dimas pelan, seraya mengulurkan kedua tangannya.Dengan situasi yang masih terhimpit, Nara pun berusaha menyerahkan Melody yang tengah menangis pada sang suami. Dirinya berusaha tenang, meski saat ini ia melihat Evan yang masih belum tersadar dengan beberapa bercak kemerahan di dahinya.Mobil yang ditumpangi Nara memang sempat terpelanting cukup jauh. Mobil itu rusak berat dalam kondisi yang terbalik, setelah Evan sempat dengan cepat memutar setir kendaraan di saat Bella berusaha menabraknya.Ah, iya. Mengingat Bella, bagaimana keadaan wanita itu sekarang? Nara t

  • Pembalasan Istri Kampungan   Berpacu Dengan Waktu

    Keesokan harinya berita tentang pembunuhan Haris pun kian tersebar meluas ke seluruh penjuru setiap kota. Beberapa stasiun televisi dan media cetak pun tak luput menyorotinya, terlebih sebuah nama yang ikut terseret dalam kasus pembunuhan pengusaha kaya raya itu adalah seorang mantan artis papan atas yang telah dinikahi oleh pemilik rumah produksi terkenal yang kini sedang berada di ambang kebangkrutan.Anara Aditya, nama itulah yang kini menjadi puncak pembicaraan seluruh orang. Kini wanita itu telah menjadi buronan polisi, terlebih setelah Bella mengungkapkan berbagai keterangan mengejutkan yang sangat menghebohkan publik.Ada yang yang percaya begitu saja dengan mudah, dan ada juga yang sama sekali tak menyangka. Sama halnya dengan apa yang dirasakan oleh Dimas saat ini. Pria itu semakin memijat pelipisnya yang terasa sangat pusing, seraya terus berusaha melacak keberadaan sang istri dengan secepat mungkin."Bagaimana? Apa kau telah mendapatkan kabar tentang keberadaannya?" tanya D

  • Pembalasan Istri Kampungan   Jadi, Sekarang Aku Harus Apa?

    Suara mobil polisi langsung berbunyi setelahnya. Di mana hal tersebut tentu membuat Nara dan Bu Inah menoleh panik. Rasanya percakapan mereka tak bisa diteruskan lagi, sehingga dengan cepat Evan segera memutar dan menyuruh ketiga perempuan berbeda generasi itu untuk masuk ke dalam mobilnya."Baiklah, kita jalan sekarang!"Tak ada lagi perdebatan, Bu Inah dan Nara pun akhirnya duduk terdiam bersisian. Saat ini yang terpenting memang hanyalah kabur sejauh mungkin. Nara tentu tak mungkin menyerah begitu saja, karena pasti Bella akan membuatnya terlihat bersalah di hadapan seluruh orang dengan seluruh upaya yang dilakukannya."Maaf karena telah membuat kalian berdua seperti ini," lirih Nara pelan, tepat setelah menidurkan Melody di dekapannya.Dengan mencoba menahan tangisnya, Nara mengeratkan pelukannya pada sang buah hati. Bibirnya bergetar, menahan semua rasa pening dan sakit. Sehingga membuat Bu Inah yang melihatnya pun tak tega, dan segera langsung memeluk dan menenangkannya."Tidak

  • Pembalasan Istri Kampungan   Pamit

    Bella tersenyum sekilas sebelum akhirnya berlari dan berteriak seolah mencari pertolongan. Sementara Nara, wanita itu masih terdiam dengan ekspresi syok yang tak dapat ditahannya lagi. Seluruh tubuhnya benar-benar membeku, melihat Haris tergeletak tak berdaya di hadapannya dengan cairan kental kemerahan yang mengalir dengan deras dari belakang tengkuknya."Tidak! Apa yang harus aku lakukan?!"Nara berteriak dengan sekujur tubuh yang bergetar ketakutan. Sungguh, sebenarnya ia ingin segera pergi dari tempat ini. Namun di sisi lain, dirinya juga tak tega meninggalkan Haris begitu saja sebelum benar-benar memastikan pria itu telah ditangani oleh tangan yang tepat."Stop! Jangan sentuh dia! Sebaiknya kau sekarang segera pergi dari tempat ini, Nara!"Nara terperanjat, kala mendengar suara Evan yang tergesa-gesa dan mendapatkan tarikan dari pria itu. Entah sejak kapan mantan suaminya tersebut ada di tempat ini, dirinya tak tahu. Yang jelas saat ini Evan sama sekali tak memberikannya jeda wak

  • Pembalasan Istri Kampungan   Dia Ingin Membunuhku!

    Dengan langkah tergesa-gesa, Nara langsung mengecek satu persatu semua nomor pintu kamar hotel yang telah dilewatinya. Ia sungguh tak sabar ingin segera bertemu dengan sang suami, apalagi tadi di telepon Bella sempat menangis sesenggukan tanpa menjelaskan sebab."Kamar 207! Tidak salah lagi ini pasti tempatnya!" Nara bergumam pelan, sambil melihat ke arah celah pintu yang tak tertutup rapat tersebut. Dirinya merasa sangat penasaran, tetapi ragu ingin masuk begitu saja atau tidak. Biar bagaimanapun Nara bukanlah wanita yang polos, ia tahu hal apa saja yang biasa dilakukan jika seorang wanita dan pria berada di dalam kamar hotel yang sama. Terlebih tadi, Bella sempat mengabarkan bahwa suaminya itu dalam keadaan yang mabuk berat."Tidak! Aku harus percaya dengan Mas Dimas!" gumam wanita itu berusaha membuyarkan pikiran buruknya.Dengan menarik napas terlebih dahulu, Nara pun akhirnya mengetuk pintu. Ia berusaha mempersiapkan mental sebelum mengetahui apa pun yang tengah terjadi di dalam

  • Pembalasan Istri Kampungan   Di Mana Kamu, Mas?

    Sementara itu di sebuah hotel di pusat kota, terdapat seorang pria yang tengah tertidur dengan pulas di atas sebuah ranjang besar dengan pakaiannya yang terlihat sedikit acak-acakan. Seorang wanita yang baru saja membawanya ke tempat ini terlihat tersenyum penuh kemenangan, hingga akhirnya tatapannya pada pria itu teralihkan berkat panggilan masuk dari seseorang."Bagaimana?" tanya seseorang dari sambungan telepon."Semuanya berjalan sesuai rencana! Tapi, aku masih kesal denganmu! Kenapa sangat mendadak seperti ini sih? Karenamu aku jadi tidak mempunyai persiapan yang lebih, sehingga aku hanya memasukkan obat tidur saja dalam minumannya!"Wanita itu berdecak kesal, karena perintah mendadak yang ditujukan padanya. Andai saja lawan bicara teleponnya ini mengutarakan rencananya dari jauh-jauh hari, sudah pasti dirinya memasukkan obat lain yang akan membuat malamnya detik ini menjadi lebih panas dan menyenangkan."Hahaha! Itu semua salahmu yang tidak cekatan!" ejek sosok lelaki itu dari

  • Pembalasan Istri Kampungan   Rumit

    "Tunggu!"Nara berteriak, mencegah kepergian Bi Inah. Dengan tergesa-gesa, ia langsung menahan salah satu tangan perempuan paruh baya tersebut seraya menatapnya dengan penuh harap."Tidak bisakah semua ini dibicarakan secara baik-baik terlebih dahulu, Mas? Biar bagaimanapun kita harus selesai masalah ini dengan kepala dingin, bukan seperti di saat situasi tegang dan kacau seperti ini!" pintanya dengan pandangan yang mulai berkaca-kaca.Masih dengan adanya Melody di dekapannya, Nara melangkah menghampiri sang suami. Ia berharap agar Dimas bisa merubah keputusannya, atau setidaknya pria itu mau memberikan kelonggaran waktu sebelum benar-benar mengusir Bi Inah dari tempat ini.Walau sebenarnya Nara tahu bahwa sekarang suaminya sedang sangat hancur dan terkejut dengan semua kenyataan ini, akan tetapi tetap saja dirinya tidak mau membiarkan semua masalah ini semakin memburuk. Menurutnya semua itu masih bisa dibicarakan dengan baik-baik, meskipun pastinya sangat sulit sekali mengalahkan ego

  • Pembalasan Istri Kampungan   Anda Bukan Ibu Saya!

    "Apa maksudmu? Kenapa Bi Inah bisa akan tahu itu? Jangan sembarang asal tuduh Darren!"Dimas tiba-tiba muncul dari balik pintu dengan tatapan tajamnya yang penuh menyelidik. Langkahnya yang perlahan pasti mendekat, kian membuat nyali perempuan paruh baya yang sudah lama mengabdikan dirinya pada keluarga besar itu pun semakin menciut. Bi Inah sekarang hanya bisa menunduk dalam, tanpa bisa berkata-kata atau pun membela dirinya sendiri."Aku? Asal tuduh?" ucap Darren tak terima."Ya! Kau jelas mengada-ngada! Mana mungkin orang seperti Bi Inah tahu tentang perusahaan ayahku yang telah direbut oleh orang tuamu!"Darren tersenyum miring setelahnya. Ia mengamati sesaat wajah Bi Inah yang semakin terlihat ketar-ketir, dan kembali memusatkan perhatiannya pada sang saudara sepupu."Lebih baik kau sekarang pulang, Darren! Kedatanganmu sangat mengganggu rumah ini! Apalagi sekarang sudah ada Melody yang sangat sensitif dengan suara keributan!" tegas Dimas tepat di hadapan wajah Darren yang bergemi

  • Pembalasan Istri Kampungan   Jangan Mengancamku, Anak Muda!

    "Ada apa, Sayang? Apa yang telah mengganggu pikiranmu?" Dimas akhirnya bertanya seraya mendekap pelan tubuh sang istri dari belakang. Selama di perjalanan pulang tadi, ia memang sempat memperhatikan istrinya yang terus terdiam dan seperti tengah memikirkan sesuatu. Namun sayang yang didapatkannya saat ini hanyalah sebuah gelengan singkat, dan usapan lembut di lengannya.Dalam kepala cantiknya, Nara memang masih terbayang-bayang dengan ucapan Evan dan Bella. Dirinya berpikir, apakah benar ia hanya memanfaatkan suaminya saja? Apakah dirinya memang sejahat itu? Lalu, bagaimana jika suatu saat nanti suaminya yang sangat baik padanya ini akan berpaling pada wanita lain yang jauh lebih baik darinya? Entah kenapa Nara semakin merasa tak percaya diri, seiiring dengan bayang-bayang ucapan Bella dan Evan yang terus menggema di telinganya."Sayang? Apa yang telah aku tidak ketahui?" tanya Dimas sekali lagi, seraya mencuri sebuah kecupan singkat di bibir merah menggo

DMCA.com Protection Status