Linar membuang wajahnya demi menjauh dari aroma yang membuatnya mual ia berusaha menegakkan lengannya, hendak bangkit dari tubuh suaminya. Tapi pria itu malah melemparnya ke samping. Kemudian menindihnya. Saat itulah Linar menyadari bahwa Dean masih sadar sepenuhnya. Mata mereka bertemu dengan alasan berbeda Dan Linar paham jika penolakannya akan berakhir sia-sia, hasrat dan gairah yang berkabut di kedua mata Dean sudah lebih dari cukup untuk menjelaskan apa yang akan terjadi berikutnya. Pria itu mendekati wajahnya yang langsung dibalas oleh tepisan di wajah, Dean menggeram kesal dengan tak sabar ia mencekal kedua tangan Linar ke atas dan satu tangannya lagi melucuti pakaiannya dan menyentuhnya lagi dan lagi. Dan pengaruh alkohol semakin memperburuk semuanya. "Aaww, Mas sakit! Tolong lebih pelan!!" jerit Linar tertahan. Dean bergerak kasar, pria itu menyentuhnya seakan akan ingin melampiaskan amarah dan gairah sebagai hukuman untuk kesalahannya yang sebagai istri sudah mengacuhk
"Apa ini ada kaitannya sama kemarin, kalian kelihatan jelas lagi ada masalah?"Linar terdiam, mendesah pelan dan mengangkat bahunya "Gue lakuin ini agak terlambat dan gue baru kepikiran untuk memulainya setelah tabungan gue juga mulai cukup untuk memulai," ucapnya sembari menyantap strawberry shortcakenya."Tapi suami lo masih tanggung jawab, menuhin kebutuhan lo kan. Maaf kalau kedengarannya lancang gue cuma khawatir." Linar tersenyum maklum, ia bisa menyelami raut wajah khawatir Erwin yang ditampakkan dengan jelas.Dan umur panjang, tepat pada saat itu, Linar tanpa sengaja menangkap pasangan yang baru saja keluar dari lorong ruang makan pribadi di seberang ruangan.Bagaimana mungkin ada suatu kebetulan semacam ini. Di antara begitu banyak restoran di kota ini, kenapa ia harus memergoki suaminya dengan Dera di hadapan temannya. Dadanya jadi sesak mengingat kembali aksinya melabrak suaminya di kamar hotel bersama perempuan simpanannya. Kejadian yang tak akan pernah ia lupakan setiap
Dean mendesah keras wajahnya memerah lagi dan pandangan Linar beralih pada cengkraman Dean yang mengetat pada kemudi. "Kamu ingin memulai pertengkaran lagi, di sini saat aku lagi nyetir, hah?!" Itu peringatan Linar paham itu, mereka berdua sama - sama tahu jika tak bijak bertengkar saat salah satu dari mereka tengah mengemudi karena akan membahayakan mereka dan pengendara lain maka Linar bungkam. *** Setelah keluar dari kamar mandi dengan tubuh yang masih berbalut handuk kimono Linar dikejutkan dengan suaminya yang berjalan ke arahnya dengan penampilan yang sama, tanda ia selesai mandi dari kamar sebelah. Linar memilih acuh meneruskan langkahnya ke ruang wardrobe mencari baju tidur yang tertutup. "Apa kamu sedang mengacuhkanku, Linar?" dengus Dean. Suaminya mendekat mengayunkan kantong hitam ke hadapannya. "Pakai ini!" Linar mengernyitkan dahinya. Menerima kantong tersebut dan bertanya sambil menarik keluar kotak di dalamnya dan membukanya. Menemukan gaun malam berwarna biru don
Linar berjalan ke arah meja panjang dekat pintu ganda terbuat dari kaca ia mengambil segelas jus jeruk dingin dan berjalan melewati pintu ganda menuju halaman belakang yang terpantau lebih sepi. Ia di duduk di salah satu kursi di pinggir kolam renang, Membungkuk dan melepaskan sepatu hak tinggi yang harus dikenakannya demi menyesuaikan acara dan lingkungannya. Linar menyesapkan jus jeruknya sembari memindai orang - orang berlalu lalang dengan senyuman dan celotehan hingga basa basi menjilat, semuanya tampak senada berpenampilan terbaiknya begitu elegan dan mahal lengkap tingkah laku yang berkelas atau jaga image? Apapun itu Linar masih merasa canggung merasa tetap saja ada perbedaan entah ketika ia tak memiliki barang bermerek sama atau tak mengerti tentang apa yang sedang dibicarakan menjadikannya berjarak tak kasat mata, terdengar alasan berlebihan memang tapi tak berlebihan bagi dirinya yang berasal dari keluarga sederhana menengah ke bawah dan berkepribadian tertutup seperti
21.Kamu pergi sekarang! Dan aku janji akan telepon kamu lagi nanti" pinta Dean menundukkan kepalanya memastikan Dera mendengarnya dengan jelas."Mas!" Suara pekikan pelan yang memanggil dari samping Dean membuat kepala Dean menoleh ke belakang. Spontan Dean bergeser menjauhkan tubuhnya dari Dera, yang sekarang bibirnya menipis tajam terselip rasa khawatir bahwa Linar akan melabraknya sekali lagi dan kali ini ia akan dibuat malu karena tengah berada di acara bahagia orang lain.Dean terkejut mendapati Linar tengah menyeret langkahnya mendekat dengan wajah kecewa dan kaku menahan tangis.Kali ini Dean dan Dera di buat kompak berdiri mematung sama-sama menunggu aksi Linar, tak ingin gegabah hanya berharap Linar akan lebih tenang.Linar tersenyum meringis berhenti tepat di hadapan keduanya. "Jadi apa kalian sudah go public dan siap menunjukkan pada dunia aksi khianat zinah kalian, eh?" tanya Linar mengejek penuh kekecewaan."Linar!"sentak Dean terkesiap mendengar tanya dengan nada men
22"Lalu kamu akan semakin jutek dan kamu pasti nggak akan percaya sama aku walaupun aku udah berusaha jujur sama kamu, iya kan?"Linar mengangguk sekali, ia tersenyum miris "Kamu tahu pasti aku bukan tipe istri drama yang akan kabur tanpa mendengarkan penjelasan suami yang ketahuan selingkuh berulang kali , tapi kali ini aku terlalu kecewa sama kamu Mas, di saat luka aku belum kering kamu kembali membawa simpanan kamu di acara sepupu kamu, di hadapan seluruh keluarga kamu ngobrol dekat sama dia, saling beradu kasih, eh?""LINAR!" bentak Dean dengan wajah merah padam.Linar terkesiap di tempatnya, ia memejamkan mata hanya untuk memeras air mata yang tak lagi dapat di bendung."Dan kamu sempat mikir ngga sih Mas, apa pandangan keluarga kamu yang melihat kedekatan kalian di saat aku jauh walaupun aku ada di tempat yang sama dengan kalian hah ? dan terus apa yang harus aku jelasin pada Mami atau saudara kamu tentang perselingkuhan kalian yang sejelas itu, Mas?" tanya Linar semakin mening
"Aku bisa jelasin, tapi kamu harus tenang dulu, ok!" bujuk Dean mencoba meraih istri ya kembali untuk ia dekap.Namun hanya untuk dua detik Linar berada dalam dekapan suaminya karena ia langsung meronta dilepaskan, Linar memundurkan tubuhnya secara terang-terangan menolak."Jelasin? Oh kayaknya kali ini alasan kamu terlalu kuat ya, sampai kamu mau repot menjelaskan panggilan sialan itu!" sinis Linar."Ok, silahkan kamu jelaskan sejelas-jelasnya!"Dean membuka bibirnya untuk mengelak tapi kemudian ditutupnya lagi, Dera memang perempuan yang suka bertindak sendiri namun selama ini Dean sendiri yang menekankan pada Dera untuk tidak mengganggunya saat ia bersama Linar, karena tak ingin rumah tangganya berantakan. Dan selama ini Dera menurutinya lantas, ada apa kali ini apa karena? Dean memandangi Linar yang menunggu."Lin," namun Tenggorokan Dean tercekat, ia tak sampai hati atau memang dirinya yang belum siap membeberkan bahwa Dera tengah mengandung anaknya, buah hati yang selama ini mer
Firasat! Dada Linar kembali berdegup sesak, ia mencoba mengartikan arti tatapan suaminya yang sarat akan sendu dan kesakitan.Tapi ada apa?Tak ingin membuang waktu Linar mengikuti ucapan Dean pergi ke kamar mandi untuk mencuci muka setelah itu ia membuka sarapannya duduk di samping suaminya di balkon kamar mereka di bawah sinar mentari yang sudah tinggi.****"Lin, aku yakin kamu juga sadar kalau hubungan kita mulai renggang setelah kamu keguguran kalau kamu merasa kehilangan bukan cuma kamu yang kehilangan, sayang. Aku juga sedih waktu tahu anak kita gugur karena kelalaian kamu" suara Dean mulai sumbang karena dia sendiri merasa ingin menangis.Dada Linar semakin sesak, kini produksi air matanya terlalu cepat hingga sudah mengaburkan pandangannya, pikirannya seolah tertarik pada ingatan kelu waktu dulu."Aku serius waktu aku bilang aku mau punya anak. Aku mau waktu aku pulang dalam keadaan letih ada suara bayi di rumah ini yang bisa mengangkat semua rasa letih yang ada di tubuhku Li
Silahkan Mampir Cerita Lainnya, Peringatan Cerita 19+Genre Adult Romance, Kontrak dg CEO yg bergaya Cassanova. Alur dan permasalahannya lebih real dan relate kehidupan normal. BlurbJavas mengerang karena bergairah, semakin merengkuh tubuh Zehra pada tubuh tegapnya yang membuat pipi Zehra memerah karena ikut merasakannya, dengan mata berkilat Javas mengusap pipi Zehra. "Jadi dari mana aja kamu seharian ini?""Cuma di rumah, mengemas semua barang aku. Kamu ingat 'kan? Ini jadi hari terakhir-""Aku berubah pikiran, ayo kita bertunangan!" Zehra mendorong dada Javas pelan, "Maaf, aku nggak bisa karena kontrak kita udah selesai, benar 'kan?"Tentang dua manusia yang tak pernah bersilang jalan sebelumnya kini terus dipertemukan hingga memantik rasa penasaran Javas Wira Sastro yang sudah muak dengan hidupnya, mencoba bermain api hingga memanfaatkan Zehra Deris yang terhimpit masalah.Mereka setuju untuk terikat dan tanpa sadar saling terbakar. Namun terlalu banyak perbedaan, drama serta
Empat Tahun Kemudian “Elkan sudah berusia enam tahun, sudah agak telat buat punya adik, tapi kenapa masih belum?” pupil mata Tante Ambar membesar, dengan reaksi dramanya ia melanjutkan. “Apa kalian cuma berencana punya satu anak atau ada masalah dengan rahim kamu lagi, Lin?”Pertanyaan terakhir adalah yang paling sensasional terbukti semua mata tertuju pada Linar yang tengah menuangkan air ke dalam gelas kosong. Ia menyadarinya tapi tak cukup ada alasan untuk menghentikan gerakannya. Ia memang langsung haus saat Tante Ambar kembali kumat.“Ambar! Jaga ucapan kamu!” peringat Om Soepomo.“Aku cuma tanya, kita ini ‘kan keluarga. Wajar dong kalau saling terbuka lagipula lebih baik bertanya langsung dari pada ngomongin di belakang ‘kan?”“Memangnya Tante Ambar masih ngomongin aku di belakang, ya?” tanya Linar berpura-pura ingin tahu.Tante Ambar mengerjapkan matanya beberapa kali. Kemudian mengulas senyum sambil mengedikkan bahunya. “Kadang-kadang aja, kamu terlihat awet muda sih,”“Aku ‘
"Dia pasti tahu itu, Roland pasti sudah cerita tentang itu ke dia." Linar bersedekap layaknya petugas biro interogasi, "Maryn tahu kamu sudah punya anak?" Dean menghela napasnya kasar. “Aku nggak tau, kami jarang ketika bertemu, ngobrol urusan pribadi seperti itu.” Linar memutuskan untuk tidak berhenti, ia mengikuti suaminya. "Lantas, mau apa dia menghubungi kamu selarut ini?" Dean memandang Linar lama, mencoba merangkai kata dengan penjelasan yang ia pilih. "Maryn memastikan aku hadir di pestanya Roland. Akan banyak yang datang dan mungkin akan menjadi acara semacam reuni." "Kamu memang pasti hadir 'kan? Secara dia sahabat kamu. Lagian acara pernikahannya masih dua minggu lagi, jadi kenapa dia harus memastikan kamu hadir sampai segitunya?" Dean terlihat frustrasi dengan enggan ia menambahkan. “Bukan acara pernikahannya tapi…semacam pesta lajang di tempat yang sudah di booking sama yang punya acara.” “Pesta lajang? Dimana?” “Di salah satu pulau Bali.” “Hah, pesta sendirian sek
Braaak! Dean memejamkan matanya, coba menahan keluhan lantaran pintu mobilnya yang baru saja dibanting oleh istrinya. Ia melirik pada Linar yang masih cemberut mengotak atik ponselnya.“Sebentar lagi jam sebelas, kita sekalian makan siang aja ya, jadi kamu pulang jam satu aja.” buka Dean sembari menjalani mobilnya keluar garasi.“Nggak bisa, ‘kan aku udah bilang aku nggak tega ninggalin Elkan terlalu lama.” balas Linar.“Makanya aku udah bilang tadi, bawa Elkan dan susternya sekalian.” bantah Dean santai namun dibalas delikkan oleh Linar.“Justru karena aku mikirin posisi kamu di kantor. Gimana kalau tantrumnya kambuh? Udah pasti mengganggu kesejahteraan kantor kamu.” ucap Linar sewot.Dean memejamkan matanya lelah. Tangannya mengusap wajahnya gusar. Dia mencoba mendekati Rere. “Aku minta maaf, ok. Berhenti ketus saat bicara sama aku, Lin.” Hening…Linar menyadari jika Dean sudah mulai tersinggung dan mengambil sikap tegas dan dinginnya.“Aku pikir kita udah baik-baik aja. Aku bena
"Maaf, Buk. Pak Dean sedang tidak ada di tempat.""Oh ya, bukannya kurang dari setengah jam, baru tiba jam istirahat?""Betul, Buk. Tapi sejam dua jam yang lalu Pak Dean keluar kantor untuk menghadiri event peluncuran salah salah satu karya kami, dan Bapak bilang akan kembali ke kantor sekitar jam dua nanti." jawab sekretaris Dean. Linar mengangguk kecil, ada perasaan menyesal karena sudah semangat mempersiapkan bekal makan siang sejak jam sembilan pagi. "Tadi kamu bilang, event peluncuran produk? Apa itu artinya Buk Dera William dan Pak Roland juga ikut?" pancing Linar. ***Linar merengut kesal, perasaan was-was masih saja menganggunya selama masih ada Dera yang menjadi salah satu partner kerja suaminya artinya Dera masih berputar di dunia suaminya. Peluang mereka untuk bertemu, dekat dan kembali nyaman terlalu besar. Dan terbukti ada kecocokan tempat diantara mereka. Dean baru saja memberitahu lewat telpon jika ia tengah berada di restoran ternama dan memakai ruang makan tertut
"Iya, nanti di dalam kamarnya jangan terlalu lama, ya. Biar kamu bisa ikut foto bersama nah, setelah itu kita bahas acara ulang tahun Ista, nanti. Kamu tahu 'kan sebentar lagi giliran Ista, adik ipar kamu yang berulang tahun. Jadi kamu harus ikut diskusi, ya!""Ok, Tante. Yaudah aku ke kamar dulu, ya. Elkan udah merengek terus."Linar masuk ke salah satu kamar tamu yang ada di lantai dasar. la duduk di sisi ranjang dan mulai menurunkan gaunnya di bagian dada dan melepas kancing bra. Sejak melahirkan Elkan, Linar selalu memakai bra dengan kancing di bagian depan agar memudahkannya untuk menyusui.Linar segera menempatkan bibir Elkan di puncak dadanya. Elkan yang sudah lapar dan haus, segera menghisap dengan tidak sabar. Tidak lama kemudian, mata bayi laki-laki sehat itu terpejam. Linar menatap Elkan dengan penuh kasih sayang. Tangannya bergerak pelan dan lembut untuk mengelus kepala anaknya yang berambut lebat seperti Dean. la tersenyum tipis. Perjalanan rumah tangga yang dulu terasa
Dean menelengkan kepalanya. "Kenapa bisa nggak seger lagi?""Ya, karena aku udah mandi dari setengah jam yang lalu," ucap Linar cemberut."Ya, terus kenapa kamu nggak langsung samperin aku aja, hmm?" "Niatnya 'kan mau kasih kejutan, lagian kamu kelihatan serius banget kerjanya, jadi aku pilih skincare-an deh, sambil nungguin." Dean mendengus ketika kedua lengan Linar mengalungi lehernya. “Bukan karena kamu sibuk cari alasan supaya aku nggak marahin kamu, hm?” sindir Dean tajam. Meski begitu, kedua tangannya bergerak pasti memeluk pinggang Linar.Linar tersenyum geli, kakinya sedikit berjinjit agar bisa mengecup sebentar bibir Dean. "Jangan marah dong, 'kan akunya ga jadi seminggu disana.""Kesepakatannya kamu dan Elkan cuma tiga hari disana, ingat.""Tapi kamu tau sendiri, Mamah aku protes karena aku nggak ikut bantuin acaranya. Dan kamu udah izinkan aku, ingat?""Amat sangat terpaksa, karena mamah kamu yang minta." dengus Dean. “Tapi Mas, kamu suka nggak?” bisiknya tepat didepa
"Cium!" bisik Linar ragu, "Dia cium bibir aku, Mas."Jawaban Linar cukup membuat Dean lega, hanya saja egonya terlanjur luka. Ia kecewa manakala di saat mereka berpisah, ia masih meyakini Linar masih mencintainya, dan kepercayaan Linar adalah perempuan yang pandai menjaga dirinya. Sejujurnya ia pun banyak membiarkan Dera. "Tumben, kamu mau. Padahal hubungan kalian setengah tahu pun belum?""..." Linar tak mampu memandang wajah suaminya.Dean berbalik, "Aku kecewa, aku pikir kamu nggak akan semudah itu berpaling.""Mas..." Linar menahan lengan Dean, "Waktu itu kita udah bercerai, Mas.""Secepat itu kamu berpaling? Apa kamu memang tipikal nggak bisa kesepian? Jangan - jangan kalau aku tinggal dinas lama di luar kota, kamu cari pelukan pria lain.""Aku nggak kaya gitu, Mas. Bukannya banyak kesempatan yang aku buktikan ke kamu, ya? Aku yang selalu nungguin kamu di kamar yang dingin sendirian, Mas! Aku selalu setia sama kamu….” Linar menggigit lidahnya, dan membuang wajahnya ke samping.D
Dean mengetahui jika Linar sudah lama bersahabat dengan Tita tapi dengan Andaru, pria yang dikenalnya sebagai kekasih dari Tita, sejauh apa istrinya dekat dengan Andaru? Dan apakah Tita mengetahui kedekatan mereka berdua hingga dengan santainya Andaru membuat janji temu dan makan bersama, bahkan mengirim pesan selarut ini. Berbagai macam pertanyaan dan pikiran negatif bersemayam dibenaknya dengan cara yang menjengkelkan. Ia curiga, khawatir dan mungkin cemburu. Namun kali ini Dean ingin menguji istrinya.***Tok.. Tok.. "Masuk,"“Mas, ini udah jam makan siang lho, makan yuk!”Dean tersenyum kecil saat menemukan Linar yang melangkah menuju meja kerjanya. Ia memundurkan kursinya dan menyamankan posisi duduknya dengan kaki yang terbuka lebar.Linar berdiri di sampingnya, menyandar di pinggir meja setelah meletakkan tas di atasnya. Tangannya memainkan rambut Dean. “Lunch bareng aku yuk, ada resto recommended yang mau aku coba bareng kamu," Dean mengangguk setuju, menikmati tangan Linar