Sebenarnya hati Theresa juga merasa sangat gugup. Dia tidak pernah membayangkan bahwa tempat kecil seperti ini akan mengumpulkan anggota keluarga inti dari empat keluarga berpengaruh di saat yang bersamaan. Untung saja, kedua belah pihak sudah terbagi dengan jelas dan berada di posisi yang berlawanan.Theresa bisa melihat bahwa Heri dan adiknya, serta Markus bersekutu dengan Owen. Hal ini membuat Theresa diam-diam merasa lega. Jika empat kekuatan berpengaruh ini bermusuhan dengan Owen, sehebat apa pun Keluarga Lestari, dia juga tidak mungkin bisa melawan empat keluarga itu sendirian."Owen, kamu …." Theresa tampak hendak menanyakan sesuatu. Tapi, ketika dia melihat wajah Owen, lalu melirik Marisa yang sedang berdiri di samping Owen sambil mengenakan jaket pria, wajah cantik Theresa seketika menjadi dingin. Theresa segera mengurungkan niatnya untuk berbicara, lalu memalingkan wajahnya dan tidak menggubris Owen lagi."Theresa, ada apa?" tanya Owen dengan kebingungan.Rachel lalu mendekat
Ricardo segera merasakan ancaman yang sangat kuat, lalu dia menatap ke arah Owen dengan sorot mata yang tajam dan membawa sedikit aura membunuh. Di sisi lain, Heri sama sekali tidak merasakan suasana yang tidak beres. Dia memecahkan keheningan lebih dulu dan berkata dengan suara dingin, "Calvin, Ricardo, sekarang situasinya tiga lawan dua. Apa yang ingin kalian berdua katakan lagi?""Aku …." Raut wajah Calvin tampak sangat suram. Theresa memang terlihat bukan seorang ahli bela diri atau semacamnya, tetapi beberapa anak buah yang dibawa olehnya adalah ahli dari Keluarga Lestari yang memiliki kemampuan yang tidak lemah. Jika kedua belah pihak benar-benar bertarung, situasi tiga lawan dua ini tentu akan membuat Calvin dan Ricardo kalah tanpa perlu diragukan!"Theresa, apa kamu yakin mau membantu bocah ini?" tanya Ricardo yang tampak sangat berharap agar Theresa bisa memilih ulang. Ucapannya ini sama artinya sedang meminta Theresa menentukan pilihan antara dirinya dengan Owen."Benar! Owe
Pusat energi adalah dasar bagi praktisi bela diri untuk berkultivasi. Begitu pusat energi itu dihancurkan, seluruh kultivasi yang dimilikinya akan sirna dan dia akan menjadi cacat selamanya. Owen tidak mau membunuh orang, jadi dia hanya menghancurkan kultivasi milik Fendy dan tetap membiarkannya hidup. Ini bisa dianggap sebagai kebaikan terakhir yang diberikan Owen!"Rendy, kamu suruh orang untuk mengantar mereka berdua berobat ke rumah sakit. Jangan sampai terjadi hal yang nggak diinginkan," perintah Owen.Fredi dan Fendy sudah dilukai oleh Owen hingga menderita cedera yang parah. Saat ini, tubuh mereka sangat lemah sehingga harus segera menerima pengobatan. Jika sampai mereka mati dan menarik perhatian polisi, itu akan sangat merugikan Owen."Oke," jawab Rendy setelah menerima perintah. Dia langsung memanggil beberapa anak buahnya untuk mengangkat Fredi dan Fendy, lalu meninggalkan tempat itu lebih dulu."Tuan Markus, Tuan Heri, dan juga Theresa. Hari ini terima kasih untuk bantuan k
Theresa benar-benar tidak mengerti. Sejak kapan seorang duda seperti Owen bisa menjadi begitu populer? Hal ini benar-benar membuat Theresa kebingungan!Saat ini, Heri tidak menyadari perseteruan diam-diam antara adiknya dan Theresa. Dia pun berpamitan lebih dulu dan berkata, "Tuan Owen, kalau kamu nggak punya urusan lain lagi, aku dan Yura pulang dulu.""Tuan Owen, sampai jumpa lagi," ucap Markus yang ikut berpamitan."Owen, nggak kusangka kamu sehebat ini. Bukan hanya menjalin hubungan dengan anggota Keluarga Suwanto, kamu juga berteman dengan putra dari Raja Naldo, Markus. Kelihatannya aku sudah meremehkan kemampuanmu sebelumnya," ucap Theresa.Saat menatap sosok Heri dan yang lainnya menjauh, Theresa melirik Owen dengan dingin dan perasaannya menjadi sangat rumit. Theresa tahu bahwa Owen memiliki hubungan dengan Keluarga Suwanto. Jadi, Theresa juga tidak terlalu terkejut saat melihat kehadiran Heri dan adiknya. Namun, dia sama sekali tidak menyangka Owen ternyata mengenal putra Raja
Owen menggelengkan kepalanya dan menjawab dengan tidak fokus. Saat ini, hatinya hanya memikirkan Theresa. Dia sedang memikirkan bagaimana dia akan memberi penjelasan kepada Theresa nanti."Bagus kalau bukan," sahut Marisa dengan lega sambil menyunggingkan senyuman di wajahnya.Marisa bisa merasakan bahwa meskipun Theresa masih bukan pacar Owen, nada bicara Owen terdengar seperti menyukai Theresa. Namun, bagi Marisa itu bukan masalah yang besar. Hubungan dia dan Owen begitu kuat, mungkin saja Owen juga menyukai dirinya di lubuk hati terdalam. Selama Theresa bukan pacar Owen, maka Marisa masih punya kesempatan.Apalagi, Marisa telah mengenal Owen lebih awal daripada Theresa selama tujuh atau delapan tahun. Mereka bisa dianggap teman yang memiliki hubungan yang spesial, jadi dia tidak mungkin kalah dari Theresa!"Marisa, apa yang kamu katakan barusan? Aku nggak dengar," tanya Owen yang kembali merespons."Nggak apa-apa," jawab Marisa sambil menggigit bibirnya. Saat teringat dengan nasiha
Rachel memelototkan matanya dengan kesal kepada Owen."Kalau begitu, gimana? Rachel, kamu harus membantuku." Raut wajah Owen seketika menjadi sedih dan dia langsung melihat Rachel dengan tatapan yang memohon."Kamu datang dengan tangan kosong, nggak ada sedikit pun ketulusan yang kamu tunjukkan. Gimana aku membantumu?" ucap Rachel dengan nada kesal."Ketulusan apa?" Owen tertegun dan tidak mengerti maksud perkataan Rachel."Menurutmu? Benar-benar bodoh sekali!" pungkas Rachel sambil memutarkan matanya.Rachel melambaikan tangannya yang mengisyaratkan Owen untuk mendekat. Lalu, dia berbisik, "Pria Bodoh, kalau kamu mau Kak Theresa nggak marah lagi, setidaknya kamu harus menyiapkan bunga segar ataupun hadiah untuk menghiburnya. Kalau nggak, apa gunanya kalau dia membukakan pintu untukmu? Apa kamu mau menggunakan kemampuan bicaramu untuk membuatnya nggak marah lagi?""Ini …." Owen seolah-olah mendapat pukulan keras di kepalanya dan seketika sadar."Rachel, aku mengerti sekarang. Terima ka
Theresa berdiri dan pergi ke arah pintu, lalu membuka pintu yang terkunci.Klek!Saat pintu terbuka, Theresa merasa terkejut karena seikat bunga mawar merah segar mendadak muncul di hadapannya. Selanjutnya, sebelum dia sempat merespons apa yang sedang terjadi, Owen sudah menyelinap masuk dan langsung menutup pintu kamarnya."Owen, untuk … apa kamu masuk kemari?" Wajah Theresa yang cantik seketika menjadi dingin. Dia segera menyadari bahwa dia kemungkinan sudah ditipu oleh Owen dan Rachel."Theresa, bunga segar untuk wanita yang cantik. Bunga mawar ini untukmu, semoga kamu suka, ya," ucap Owen sambil tersenyum, lalu menyodorkan bunga di tangannya."Memangnya aku bilang aku mau?" kata Theresa dengan munafik. Dia langsung memalingkan wajahnya dan tidak menggubris Owen lagi.Owen bergegas menceritakan kejadian itu dengan sederhana dan menjelaskan, "Theresa, aku tahu kamu sedang emosi. Dengarkan penjelasanku, aku dan Marisa nggak ada hubungan apa pun. Kami benar-benar nggak ada apa-apa. Saa
Pada akhirnya, perjuangannya melemah dan Theresa jatuh lemas dalam pelukan Owen.Setelah berlalu begitu lama, wajah Theresa menjadi sangat memerah dan terlihat terengah-engah. Pada saat ini, Owen baru dengan enggan melepaskan bibir Theresa yang memikat itu dan mengakhiri ciuman yang bergairah itu."Berengsek! Ini adalah ciuman pertamaku, kamu malah merebutnya begitu saja," ucap Theresa dengan wajah yang memerah. Dia lalu mengangkat kepalan tangannya dan menumbuk dada Owen beberapa kali, tetapi dia tidak menggunakan tenaga yang besar."Ciuman pertama? Seharusnya bukan, 'kan? Ciuman pertamamu sejak awal sudah menjadi milikku," pungkas Owen dengan ekspresi aneh. Dia sontak teringat kejadian saat dia diam-diam mencium Theresa terakhir kali itu."Kamu asal bicara! Sejak kapan kamu merebut ciuman pertamaku? Apa mungkin kamu pernah melakukan hal yang nggak senonoh kepadaku?" tanya Theresa dengan keheranan.Sebodoh apa pun Owen, dia juga tidak akan mengakui hal itu. Jadi, dia pun bergegas menj