“Kakek, kalian salah besar! Waktu aku bicara dengan Pak Gustari tadi, dia sepertinya sudah berencana untuk membatalkan kerja sama dengan Keluarga Meriya. Kalau kalian semua masih bersikap angkuh dan hendak mengandalkan hal ini untuk mengendalikan Grup Ora, Keluarga Meriya akan kehilangan kesempatan kerja sama yang bagus ini!” ujar Hugo setelah melihat Malik dan para tetua Keluarga Meriya masih mempertahankan pendapat mereka.Hugo sudah berinteraksi beberapa kali, juga sangat memahami situasi dan latar belakang Grup Ora. Dengan potensi perkembangan Grup Ora, Owen tidak mungkin akan memohon untuk bekerja sama dengan Keluarga Meriya, apalagi tunduk pada mereka. Hal itu tidaklah realistis.“Dia berencana untuk membatalkan kerja sama dengan Keluarga Meriya? Konyol banget! Grup Ora hanyalah sebuah perusahaan farmasi kecil yang nggak punya fondasi apa pun di Tonham Barat. Kalau mau membuka pasar di sini, mereka harus bekerja sama dengan Keluarga Meriya! Kalau nggak, mereka akan kesulitan untu
“Hugo, kamu nggak usah menakut-nakuti kami. Grup Ora hanyalah sebuah perusahaan farmasi biasa yang nggak punya fondasi apa-apa di Tonham Barat. Mana mungkin keluarga besar terkemuka lain mau bekerja sama dengan mereka? Lagian, memangnya kenapa kalau keluarga besar terkemuka lain bekerja sama dengan mereka? Pembagian keuntungan yang mereka berikan terlalu rendah. Kalau bahkan kita juga nggak terima, mana ada orang yang mau menerimanya?” cibir Sonny.“Emm, benar juga! Itu memang agak mustahil!”Setelah mendengar ucapan Sonny, Malik dan para tetua Keluarga Meriya pun menjadi jauh lebih tenang. Mereka merasa apa yang dikatakan Sonny memang beralasan.Keluarga besar terkemuka mana pun pasti akan mementingkan keuntungan keluarga mereka. Sementara itu, pembagian keuntungan yang diberikan Grup Ora terlalu rendah. Ditambah dengan tidak mendapatkan saham sedikit pun, keluarga besar terkemuka lain tidak mungkin menerima syarat itu. Jadi, Grup Ora tidak akan bisa menemukan mitra kerja sama lain de
“Ini ....”Setelah mendengar penjelasan Hugo, Malik dan para tetua Keluarga Meriya pun sepenuhnya tercengang. Sebelumnya, mereka tidak terlalu memahami situasi Grup Ora, juga meremehkan Grup Ora dan merasa pembagian dividen sebesar 20% terlalu rendah. Oleh karena itu, mereka baru tidak bersedia menerima syarat Owen.Setelah mengetahui potensi perkembangan Grup Ora dari Hugo, mereka baru menyadari bahwa Grup Ora sebenarnya jauh lebih hebat dari perkiraan mereka dan mereka terlalu merendahkan kemampuan Grup Ora.“Sembarangan! Grup Ora hanyalah sebuah perusahaan farmasi kecil. Mana mungkin mereka bisa menghasilkan keuntungan sebesar itu. Hugo, memangnya kamu punya buktinya?” dengus Sonny. Dia masih sangat meragukan ucapan Hugo.Meskipun tidak memahami situasi dan latar belakang Grup Ora, Tonham Barat dan Tonham Selatan saling berbatasan sehingga dia mengetahui informasi mengenai beberapa keluarga besar terkemuka di Tonham Selatan. Dia tahu bahwa Grup Ora bukanlah perusahaan milik keluarga
“Apa? Ayah, kenapa kamu ....”Begitu mendengar ucapan Simon, Hugo pun tercengang dan menatapnya dengan ekspresi tidak percaya. Dia tidak menyangka ayahnya akan memihak Sonny dan juga mencurigainya.Namun, sebelum sempat berpikir lebih lanjut, Simon berkata lagi, “Ayah, berhubung Sonny mau bukti, bukannya itu sangat gampang? Tonham Selatan dan Tonham Barat nggak jauh kok. Keluarga Meriya bisa mengutus beberapa orang untuk pergi mencari tahu situasi Grup Ora, lalu membuktikan apa yang dikatakan Hugo benar atau nggak.”“Apa yang dikatakan Ayah benar! Kakek, kalau kalian nggak percaya sama omonganku, utus saja orang untuk pergi menyelidiki situasi Grup Ora di Tonham Selatan. Nanti, kalian akan tahu apa yang kukatakan benar atau nggak,” ujar Hugo dengan gembira. Dia akhirnya mengerti bahwa ayahnya sebenarnya ingin membantunya.“Benar juga. Daripada bertengkar di sini dan asal menebak, lebih baik kita langsung utus beberapa orang ke Tonham Selatan untuk menyelidiki situasi dan latar belakang
Di sisi Owen.Dengan ditemani Yunita, Owen tiba di sebuah hotel bintang 5 terdekat, lalu memesan sebuah kamar presidensial. Setelah meletakkan koper, Owen menatap Yunita dan berkata, “Nona Yunita, terima kasih. Sekarang, kamu sudah boleh pulang.”“Sabar dulu. Pak Gustari, ada hal yang mau kutanyakan padamu. Malam ini, ada acara bisnis yang diadakan Spencer Wulianto. Dia mengundang banyak keturunan keluarga besar dan kaya untuk menghadiri acara itu. Apa kamu tertarik untuk pergi?” tanya Yunita dengan ragu.“Acara bisnis? Aku nggak tertarik,” jawab Owen sambil menggeleng.Meskipun tidak tahu acara bisnis apa yang dimaksud Yunita, Owen bisa menebak bahwa itu sebenarnya hanyalah sebuah pesta di mana keturunan orang kaya hadir untuk bersosialiasi atau menambah koneksi. Dia baru datang ke Tonham Barat dan tidak kenal dengan keturunan orang kaya itu. Jadi, dia tentu saja tidak tertarik untuk menghadirinya.“Jangan tolak dulu. Keluarga Wulianto itu salah satu keluarga yang berkecimpung di bida
“Apa? Kamu bilang, akan ada penjualan bahan obat spiritual dalam acara bisnis malam ini? Serius?” tanya Owen dengan terkejut setelah mendengar penjelasan Yunita.Owen tentu saja tahu betapa berharga bahan obat spiritual. Baik bahan obat spiritual biasa ataupun yang kualitasnya bagus sangatlah langka dan sulit ditemukan. Tak disangka, malah akan ada penjualan bahan obat spiritual di sebuah acara bisnis kecil seperti itu. Dia tentu saja tidak bisa menebak apakah yang dikatakan Yunita memang benar atau tidak.“Tentu saja! Sekarang, kamu sudah tertarik untuk menghadiri acara bisnis itu, ‘kan?” tanya Yunita sambil tersenyum tipis.Sebelumnya, Yunita sudah mendengar dari Hugo bahwa Grup Ora membutuhkan banyak bahan obat berharga untuk memurnikan pil. Dia pun menebak bahwa acara bisnis malam ini pasti berguna bagi Grup Ora. Oleh karena itu, dia sengaja memberi tahu Owen mengenai hal ini dan bertanya apakah Owen ingin pergi atau tidak.“Emm, aku sangat tertarik! Nona Yunita, di mana acara ini
“Eh, bukannya itu Yunita?” tanya wanita cantik itu dengan terkejut. Kemudian, dia menarik pria di sisinya untuk berjalan mendekati Owen dan Yunita.“Madeline, kok kamu juga ada di sini?” tanya Yunita dengan terkejut.Wanita cantik itu bernama Madeline Suhardi. Dia adalah putri kedua Keluarga Suhardi dan juga salah satu teman baik Yunita. Keluarga Suhardi juga merupakan keluarga seni bela diri kuno veteran di Tonham Barat, tetapi mereka hanyalah keluarga bela diri kuno kelas menengah. Berhubung leluhur Keluarga Suhardi memiliki sedikit hubungan dengan leluhur Keluarga Meriya, kedua keluarga pun menjalin hubungan yang sangat baik dari dulu. Sementara itu, Yunita dan Madeline yang bertumbuh besar bersama pun menjadi sahabat karib karena ubur mereka juga sebaya.“Oh, aku datang untuk makan bersama pacarku,” jelas Madeline sambil menunjuk ke pria yang berada di sampingnya.Pria itu bernama Caden Cunawi. Dia adalah putra sulung Keluarga Cunawi. Keluarga Cunawi juga merupakan keluarga seni b
“Aku ....”Begitu mendengar ucapan Madeline, Yunita langsung tercengang. Dia dan Owen memang baru keluar dari kamar hotel. Namun, dia hanya mencarikan tempat tinggal untuk Owen, bukan melakukan “hal tidak senonoh”.“Madeline, kamu benar-benar salah paham! Gustari hanyalah rekan kerja sama Keluarga Meriya. Aku datang kemari karena mau mengaturkan tempat tinggal untuknya,” jelas Yunita dengan terburu-buru. Namun, dia merasa dirinya makin memperburuk keadaan dengan menjelaskannya.“Sudahlah. Yunita, kamu nggak usah jelasin lagi. Memang sudah saatnya kamu pacaran. Jadi, kamu nggak usah menutupinya lagi. Lagian, kita semua sudah dewasa. Masalah seperti ini sangat wajar kok, aku ngerti,” goda Madeline. Dia tetap tidak begitu memercayai penjelasan Yunita.Madeline tahu jelas bahwa Keluarga Meriya adalah pemimpin keluarga besar terkemuka di Tonham Barat. Sebagai putri Keluarga Meriya, Yunita memiliki status dan kedudukan yang sangat tinggi. Jika Owen hanyalah rekan kerja sama Keluarga Meriya,