Theresa merasa sangat khawatir. Setelah mengetahui bahwa keempat pemuda itu tidak berniat baik, Theresa segera menarik tangan Owen dan berlari ke puncak gunung.Karena terlalu tergesa-gesa, dia terpeleset dan tidak menjaga kestabilannya. Kemudian, dia langsung tersungkur ke tangga batu."Theresa, hati-hati!" Owen sangat terkejut. Untung saja, Owen bergerak dengan gesit, lalu langsung mengulurkan tangannya untuk merangkul pinggang Theresa yang ramping dan menarik Theresa ke pelukannya."Sakit sekali." Theresa meringis kesakitan. Kakinya sepertinya telah terkilir karena terpeleset barusan. Rasa sakit yang luar biasa besar seketika datang dari bagian kakinya hingga membuat Theresa hampir menangis di tempat."Theresa, gimana keadaanmu? Apa ada yang terluka?" Raut wajah Owen sontak berubah. Dia segera mendorong Theresa dari pelukannya, lalu memeriksa kondisi Theresa dengan gugup dan perhatian."Kakiku sepertinya terkilir." Wajah cantik Theresa tampak pucat, dia menggigit bibirnya untuk ber
Theresa melihat ponselnya dengan saksama, ternyata tidak ada internet maupun sinyal. Saat ini, dia sudah sepenuhnya tercengang.Awalnya, Theresa berharap bisa menggunakan polisi untuk mengancam mereka. Namun, dia tidak menyangka tempat ini tidak ada internet maupun sinyal. Bagaimana bisa dia melapor polisi?“Ka ... kalian sebenarnya mau apa? Kalau mau uang, aku bisa kasih. Kalian cuma perlu sebutkan jumlahnya. Aku bakal berusaha mendapatkannya.”Theresa menarik napas dalam-dalam, lalu berusaha untuk tetap tenang.“Memangnya seberapa banyak uang yang kamu punya? Kami nggak perlu sedikit uangmu itu!” jawab pria bertindik sambil tersenyum meremehkan. Tadi, dia sudah melihat sendiri sepeda motor yang dikendarai Owen dan Theresa. Kedua orang ini sangat miskin hingga tidak sanggup membeli mobil. Mereka mungkin hanya bisa menggadaikan rumah yang harganya puluhan juta. Dia tidak menginginkan sedikit uang itu.“Tapi kalau kamu mau menjamin keselamatan cowok ini, bisa saja sih. Kamu cuma perlu m
“Bisa nggak jangan begitu bodoh!” Theresa memelototi Owen, lalu lanjut berbisik, “Coba pikir baik-baik. Asal kamu berhasil kabur, kamu bisa langsung lapor polisi atau cari anggota Keluarga Lestari. Mereka pasti nggak berani berbuat apa-apa terhadapku!”Bagaimanapun juga, Theresa sudah pernah menghadapi banyak hal dalam hidup. Bahkan dalam keadaan sebahaya apa pun, dia tetap bisa bersikap tenang dan berpikiran jernih.Dia tahu lingkungan di sini tidak menguntungkan dirinya dan Owen. Namun, asalkan Owen bisa melarikan diri, para preman ini pasti tidak berani menyentuhnya. Kecuali, mereka benar-benar ingin mati.“Oke, aku bakal turuti kamu. Lepaskan aku dulu ....”Setelah mendengar teguran Theresa, Owen juga perlahan-lahan menjadi tenang. Namun, dia menjadi tenang bukan karena berpikir cara untuk kabur, melainkan berharap Theresa bisa lebih cepat melepaskannya.Theresa pun memercayai Owen. Sebelah tangannya menopang pohon di sampingnya, sebelahnya lagi melepaskan lengan Owen. Tadi, sebela
Seluruh tubuhnya terasa sangat sakit. Setidaknya ada 5-6 tulang rusuknya yang patah.Untungnya, Owen masih menahan diri. Jika tidak, keempat orang ini pasti sudah mati.“Ini ... mana mungkin ....”Setelah melihat situasi ini, Theresa langsung tercengang. Dia mengusap matanya karena tidak memercayai apa yang dilihatnya.Awalnya, Theresa mengira Owen pasti akan mati. Namun, dia tidak menyangka Owen bisa mengalahkan empat orang penjahat bersenjata hanya dalam waktu kurang dari satu menit. Hal ini sangat mengejutkannya.Sekarang, dia baru mengerti bahwa Owen memang tidak membual. Dia yang terlalu memandang rendah kemampuan Owen.“Owen, ka ... kamu hebat banget! Sejak kapan kemampuanmu jadi begitu luar biasa?”Theresa sangat terkejut. Dia mengamati Owen sekali lagi dengan tatapan tidak percaya. Pada saat yang sama, dia juga sangat bingung. Jika kemampuan Owen begitu hebat, kenapa dia hampir mati di tangan dua penculik waktu itu? Selain itu, dua pengawal Fredi juga bisa menahannya dan mengge
Saat melihat Owen yang masih diam, para preman ini merasa sangat putus asa. Mereka melirik Theresa yang ada di belakang, lalu buru-buru mendekatinya.Owen pun terkejut. Dia takut mereka akan melukai Theresa. Jadi, dia buru-buru melindungi Theresa di belakangnya dan menatap keempat preman itu dengan tatapan yang lebih dingin lagi.“Nona cantik, maafkan kami yang sudah menyinggungmu tadi. Aku mohon padamu untuk bermurah hati dan melepaskan kami ....”Keempat preman itu buru-buru bersujud dan meminta mohon pada Theresa.Bagaimanapun juga, Theresa adalah seorang wanita. Meskipun tahu mereka adalah penjahat, dia tetap merasa kasihan.“Owen, sudahlah. Kita maafkan dan lepaskan saja mereka ...,” bujuk Theresa.“Theresa, kita nggak boleh ampuni mereka segampang itu! Orang-orang ini adalah sampah masyarakat. Kalau kita lepasin mereka kali ini, nggak ada jaminan mereka nggak bakal melakukan kejahatan yang lebih keji lagi! Sampai saatnya, kita bakal jadi komplotan mereka secara nggak langsung!” j
Tadi, Owen sudah terlalu khawatir soal cedera Elena sehingga lupa bahwa dirinya menguasai keterampilan medis. Hal ini membuatnya menjadi sedikit malu.Setelah itu, Owen memandang ke sekeliling dan menemukan sebuah batu besar yang bersih di dekat mereka. Dia pun memapah Theresa ke sana dan menyuruhnya duduk di atas batu itu.“Theresa, buka dulu sepatumu. Aku mau periksa cederamu,” ucap Owen sambil tersenyum.Theresa mengangguk, lalu membuka bot yang dikenakannya. Kakinya yang indah dan masih dibalut stoking berwarna kulit pun terpampang.Setelah melihatnya, jantung Owen berdegup kencang. Dia juga tidak bisa mengalihkan perhatiannya. Kaki Theresa sangat indah dan ramping. Bahkan kelima jarinya juga sangat sempurna.Sebuah dorongan aneh tiba-tiba muncul di hati Owen. Dia ingin langsung memegang kaki ramping Theresa dan mengelusnya.“Owen, bukannya kamu mau periksa kakiku? Kenapa masih bengong?” tanya Theresa dengan heran.“Oh! Oke, segera ....”Owen pun tersadar dan berkata sambil terseny
"Theresa, bagaimana perasaanmu sekarang? Apa masih sakit?" tanya Owen dengan perhatian.Theresa menggerakkan pergelangan kakinya dan wajah cantiknya tampak terkejut. Dia berkata, "Sepertinya nggak terlalu sakit lagi.""Syukurlah kalau begitu. Sendimu sudah kembali ke posisi semula, tapi kamu harus beristirahat beberapa hari supaya cederamu pulih sepenuhnya," kata Owen."Harus beristirahat beberapa hari? Kenapa begitu? Apa cedera kakiku belum sembuh total?" tanya Theresa sambil memakai sepatunya dan ekspresinya tampak heran."Sudah sembuh, tapi untuk sementara nggak bisa menahan tekanan yang besar. Usahakan untuk nggak berolahraga supaya nggak menimbulkan ketegangan pada ligamen. Selain itu, kamu sebaiknya nggak berjalan kaki dalam 24 jam ini." Owen menjelaskan dengan sederhana."Ha? Kalau begitu, gimana aku turun gunung?" seru Theresa kaget.Dia tidak mungkin tinggal di atas gunung selama 24 jam, 'kan? Ini sama sekali tidak realistis."Sangat mudah. Aku bisa menggendongmu turun gunung,
Owen tidak ingin Theresa berada dalam bahaya, tetapi tidak tahan melihat Theresa kecewa."Nggak apa-apa. Kita sudah sampai di sini, nggak ada alasan untuk menyerah di tengah jalan! Ayo pergi. Hari ini, aku harus membawamu ke puncak gunung untuk melihat pemandangan yang indah!" kata Owen sambil menggertakkan giginya dan dia sudah membuat keputusan.Basis kultivasi Owen telah mencapai Tingkat Pembentukan Energi menengah, kekuatan serta kelincahannya jauh lebih lebih baik dari orang biasa. Selain itu, Gunung Milburga bukan jenis puncak berbahaya yang memiliki jurang. Selama Owen berhati-hati, masalah keamanan tidak akan menjadi masalah."Tapi ...," kata Theresa yang masih tampak khawatir."Tenang saja, ada aku di sini. Aku nggak akan membiarkan sesuatu terjadi padamu!" kata Owen dengan tegas dan ketegasannya ini membuat Theresa merasa aman."Oke. Aku percaya padamu." Theresa yang terhasut akhirnya mengangguk.Setelah itu, Owen menurunkan Theresa yang berada di punggungnya, lalu menggendon