Joey menaiki motor nya, dan menyalakan mesin nya. Namun saat Anatasya akan ikut naik membonceng nya, ia melihat kedua tangan Joey yang diperban. "Tanganmu kenapa?" tanya Anatasya yang tak jadi naik motor nya. Namun ia malah menatap kedua tangan kekasih nya. Dengan santai. "Oh ini, aku jatuh saat menyeberangi jalan raya." Anatasya menatap selidik. "Kenapa bisa sampai di perban? Apa tidak sakit saat kamu memegang sesuatu." "Apa kamu tau rasa sakit nya ketika kulitmu bergesekan dengan aspal jalan raya? Pasti lecet 'kan?" ucap Joey tersenyum. Anatasya memegang tangan kekasih nya. "Kenapa bisa jatuh? Bukannya kemarin kamu ke kantor?" "Iya, saat itu aku ingin makan siang di warung makan dekat kantor. Coba kamu bayangin betapa malu nya aku jatuh di tempat umum." ucap Joey terkekeh. Anatasya terdiam, ia menatap kedua tangan kekasih nya yang dibungkus perban. Joey mengelus punggung tangan Anatasya dengan lembut. "Yah, namanya kejadian, tidak bisa ditebak." Anatasya kembali tersenyum.
Joey langsung menyudahi game di ponsel nya. Ia langsung menatap panggung. Sedangkan Johnny dan yang lain nya, tersenyum melihat Joey bertingkah seperti itu. Tiba-tiba lampu ruangan studio mati dan gelap. Dan ada sebuah cahaya dari lampu sorot ke arah panggung. Terlihat seorang perempuan yang berdiri sendiri di atas panggung. Siapa lagi kalau bukan Anatasya, lalu terdengar suara piano. Semua para penonton bersorak dan bertepuk tangan dan Joey tersenyum melihat nya. — Anatasya pun mulai bernyanyi. Separuh langkahku saat ini Berjalan tanpa terhenti Hidupku bagaikan keringnya dunia Tandus tak ada cinta Hatiku mencari cinta ini Sampai kutemukan yang sejati Walau sampai letih 'ku 'kan mencarinya Seorang yang kucinta O-o-oh Kini 'ku menemukanmu Di ujung waktu 'ku patah hati Lelah hati menunggu Cinta yang selamatkan hidupku Kini 'ku t'lah bersamamu Berjanji 'tuk sehidup semati Sampai akhir sang waktu Kita bersama 'tuk selamanya Kini 'ku menemukanmu Di ujung waktu 'ku pata
Salsa pun mengalah, ia segera membuka pintu mobil nya. Ia segera turun, namun tak di duga nya mereka malah mendorongnya hingga jatuh ke aspal. Salsa meringis kesakitan. Lalu melihat, salah satu dari mereka, memaksa membawa Anatasya keluar dari mobil nya. Hingga Anatasya pingsan kehilangan kesadaran nya setelah dibekap paksa dengan kain bius. Salsa ingin bangun dan menyelamatkan nya, namun ia kembali terjatuh setelah ia didorong lagi oleh orang yang mendorong nya tadi. Anatasya pun akhir nya dibawa oleh mereka dan Salsa bangkit dari jatuhnya. Ia segera masuk ke dalam mobil nya, dan ia segera meraih ponsel nya. Sial nya ponsel nya mati, karena baterai nya habis. Salsa pun frustasi, lalu pandangan nya menangkap ponsel milik Anatasya yang geletak di atas dashboard. Cepat-cepat tangannya meraih ponsel tersebut untuk menghubungi seseorang. Ia membuka layar kunci nya dan langsung membuka riwayat nomor terakhir yang ditelpon oleh Anatasya. Salsa langsung menghubungi nomor itu dengan panik.
Mereka naik mobil dan pergi dari tempat itu, Sam tersenyum puas atas apa yang ia dapat. Lalu ia menutup pintu villa nya, Villa nya memang terawat karena sudah ada petugas yang mengurus nya.BNamun saat malam hari, petugas mereka pulang ke rumah nya. Kini di Villa itu hanya Sam dan Anatasya. Jadi apa yang akan Sam lakukan saat ini, tidak ada yang melihat nya. Sam berjalan pelan dan sambil sedikit berjoget, lalu ia menutup pintu Vilanya. Ketika mendengar langkah kaki mendekat Anatasya menutup kembali kedua mata nya, dan pura-pura lagi tak sadarkan diri. Sam berjalan mendekati nya dan berjongkok dan menatap wajah cantik Anatasya. Ia mengusap pipi gadis itu dengan lembut. Sam tersenyum. "Aku akan melakukan apapun, supaya kamu menjadi milikku." Namun senyuman Sam pun memudar, karena tiba-tiba mendengar suara ketukan pintu. Sam mendengus kesal. "Siapa sih? Mengganggu saja. Apa bayaran nya tidak cukup. Sungguh keterlaluan mereka berdua!" ucap Sam menggerutu. Sam bangkit dari jongkok nya,
"Sebaiknya kau hentikan ini, Joey. Apa kamu ingin membuat Anatasya kecewa padamu?" Joey menoleh dan melihat Anatasya yang menatap nya dan menggeleng-gelengkan kepala nya. Joey tertawa kecil melihat nya. "Sssttt... Kamu tenang saja, sayang. Aku ingin bermain-main dulu dengan aktor ini." Anatasya menggeleng-gelengkan kepala nya. Ia berharap Joey tidak berbuat lebih kepada Sam. Ia tak ingin Joey semakin menjadi-jadi, ingin sekali memeluk Joey dan menghentikan nya. Tapi apa daya diri nya masih dalam keadaan terikat. Joey kembali menatap Sam. Lalu ia tetawa. "Hahaha... Biarkan saja dia kecewa padaku. Dia sudah melihatku seperti ini. Jadi, buat apa disembunyikan lagi? Hahahahahaha." ucap Joey dan ia kembali tertawa. Anatasya yang melihat dan mendengar nya hanya bisa meneteskan air mata nya dan menggeleng-gelengkan kepala nya. Ia tak ingin kekasih nya melakukan hal yang lebih jauh lagi. Joey pun memasang wajah polos nya dan memegang dagu nya. "Kamu aktor 'kan? Bagaimana kalau kita berma
Joey terdiam, namun perlahan kedua tangan nya lemas ke bawah, dan Tang yang ia genggam pun terlepas. Tatapannya dingin, namun nafasnya memburu seakan ia berusaha menahan gejolak di dalam diri nya. Anatasya menarik Joey untuk melangkah mundur. Joey tak bersuara, namun ia menurut. Tapi tatapannya dingin ke arah Sam yang sedang bernafas lega. Joey berdiri, ia tetap diam dan Anatasya masih memeluknya dari belakang. "Aku sudah tidak apa-apa Joey. Cukup jangan berbuat lebih dari ini." ucap Anatasya. Sam yang masih terbaring di atas meja, ia hanya menatap langit ruangan itu. Ia benar-benar terselamatkan dari amukan dari seorang laki-laki berkacamata ini. Tubuh Sam benar-benar lemas, lalu ia memejamkan kedua mata nya. Ia sudah tak kuat lagi dengan rasa kantuk nya, mungkin karena luka yang ia dapat. Ia pun pingsan tak sadarkan diri dan Joey terdiam. Anatasya masih memeluknya dari belakang dan menangkis Joey. Ia tak ingin kekasih nya benar-benar melakukan yang lebih gila lagi. Anatasya suda
"Eh? Kenapa?" Anatasya tersadar dari lamunan. "Apa kamu merindukan Joey?" tanya Angelica dengan menyebutkan nama sahabat kecil nya. Anatasya terdiam, ia menundukan kepala nya. "Kalau kamu tanya 'apa aku merindukan nya?'" Anatasya mengangkat kepala nya dan tersenyum kepada Angelica. "Tentu saja aku sangat merindukan nya." air mata nya keluar. Angelica mengusap air mata yang keluar dan membasahi pipi milik perempuan cantik ini. Lalu ia memegang kedua pundak nya. "Apa kamu benar-benar mencintai nya?" Anatasya mengangguk-anggukan kepala nya. Tatapan Angelica semakin serius. "Meskipun diam-diam ia punya sisi Psychopath, bagaimana?" ucap Angelica. Anatasya tak menjawab, ia baru teringat itu. Angelica bisa menilai kalau Anatasya merasakan rasa takut. Angelica berdiri dari duduk nya, lalu ia berdiri di hadapan model cantik ini. "Aku sudah bisa menebaknya, karena kamu pasti takut dengan pembunuh. Aku akui, sebagai sahabat kecil nya. Aku juga tak tau kalau dirinya bisa menjadi gila." k
Lalu ia segera menyalakan mesin dan melajukan mobil nya. Dengan kecepatan standar ia mengemudi mobil nya sambil melihat maps di layar ponsel nya. Dan mungkin beberapa saat lagi ia akan sampai di titik merah tempat Anatasya berada. "Anatasya pergi kemana?" gumam Joey. Joey lalu membuka ponsel satu nya lagi, tepat nya ponsel lama nya. Lalu ia segera menghubungi seseorang. — Anatasya baru saja turun dari panggung dan Salsa yang setia menunggu di belakang panggung, ia memberi botol air mineral. Anatasya menerima nya dan meminum nya, konser diadakan di salah satu Hotel lain, namun lebih besar dan luas. Banyak sekali artis-artis yang datang sebagai bintang undangan. Tiba-tiba Salsa merasa tidak nyaman pada perut nya. "Anatasya, aku mau ke toilet dulu, ya." ucap Salsa. Anatasya menganggukan kepala nya. "Ya, aku akan tunggu disini." jawab Anatasya. Salsa pergi menjauhi Anatasya ke toilet dan Anatasya berdiri di tempat nya sambil membaca chat teman-teman nya. Tiba-tiba tangan Anatasya d
Ia benar-benar harus membasuh wajah nya dan membersihkan kedua matanya dengan air mengalir. Joey kembali menutup mulut Alan dengan lakban. Ia mengabaikan apa yang dialami oleh Alan. Lalu kini, tatapan Joey beralih ke arah Jerry. Jerry yang dari tadi diam melihat Joey menyiksa dengan sadis kepada dua orang barusan. Joey tersenyum pada nya, lalu ia berjalan mendekati Jerry. Kini Joey berjongkok di hadapannya Jerry sambil menatap nya dengan senyuman khas nya. Jerry sudah berwajah pucat dan ia membayangkan siksaan apa yang ia dapat dari laki-laki ini "Statusmu dengan ibuku masih bersuami istri ya?" ucap Joey sambil mengusap dagu nya seakan ia berfikir. Joey menatap Jerry dengan tatapan terkejut. "Berarti kamu ayah tiriku dong?" Ahh, sungguh rasa nya ingin menjitak kepala Joey. Jerry melotot ke arah nya. Bisa-bisa nya Joey bergurau disaat keadaan seperti ini. Joey menghela nafas nya. "Tapi sayang nya, aku tidak sudi memiliki ayah tiri. Ayahku cukup satu, yaitu ayah kandungku." "Sungg
kecepatan untuk mengikuti tuan nya. Joey terus mengendarai mobilnya dengan kecepatan diatas rata-rata. Meski jarak sudah dekat, ia tidak ingin membuang-buang waktu nya. Ia mengabaikan rasa lelah agar ia bisa menemukan keberadaan istri lnya. Beberapa lama kemudian, ia telah sampai di lokasi. Dan benar saja, ia telah dibawa ke tempat yang tidak jauh dari pedesaan, banyak sekali pohon, tepat nya bekas pabrik kecil yang sudah lama ditutup. Joey melihat ada dua laki-laki berbadan besar berjaga di depan pintu di sebuah bangunan yang sangat kotor, tepat nya sebuah gudang. Joey segera turun dari mobil nya setelah ia mengambil peralatan nya. Tanpa bersembunyi-sembunyi, Joey berjalan ke arah dua laki-laki itu. Tentu saja kedua laki-laki itu menatap ke arah nya, mereka berdua tidak diam saja. Mereka tidak akan membiarkan orang asing masuk tanpa persetujuan tuan mereka. Joey berjalan mendekati dua laki-laki itu dan perlahan kedua pupil warna matanya menjadi coklat gelap.BKini mereka saling berd
"Ada apa?" ucap Joey datar. Dari raut wajah keempat perempuan itu seakan panik. Terutama Salsa, ia yang terlihat sangat panik sekaligus ketakutan. Joey dan Tomy menduga ada yang tidak beres selama mereka pergi. "Kamu tenang dulu." ucap Angelica. "Kenapa?" sahut Joey datar. Angelica menghela nafas nya. Lalu ia berkata. "Anatasya hilang." Joey melangkah mendekat, dan menatap dingin ke arah Angelica. "Kamu bercanda?" "Kamu tenang dulu. Baru saja kak Roni, kak Dika, kak Ragil, kak David bahkan kak Shinta dan kak Selly juga mencari nya." ucap Angelica. Tomy yang berdiri, ia hanya diam, ia juga heran kenapa Angelica tidak memberitahu nya. Begitu juga dengan Nada dan Nadien yang juga ada di dalam ruangan itu. Angelica memejamkan kedua mata nya. Ia menggeleng-gelengkan kepala nya. Sebisa mungkin Joey untuk tetap tidak panik. Ka pun bersuara. "Jadi, kapan hilang nya?" Salsa yang tadinya duduk dan mendengarkan, perlahan ia berdiri dari duduk nya. Ia berjalan mendekati Joey. "Sebenarnya
"Cih, sejak lahir aku juga tidak memiliki keluarga." batin Joey. Joey menghela nafas nya. Ya, karena di kehidupan sebelumnya, ia memang tidak memiliki keluarga. Ia tumbuh besar di panti asuhan, namun ia teringat dulu kalau diri nya ingin sekali memiliki keluarga. Dan sekarang pemilik tubuh nya masih memiliki sisa keluarga. Kini semua keadaan tidak begitu tegang seperti sebelumnya. Setelah berfikir, Joey menurunkan ego nya. Kini semua orang duduk di ruang tamu. Joey duduk di sofa dan berhadapan dengan Nada dan Nadien, hanya meja kaca yang membatasi mereka. Sedangkan Jerry, ia diikat lagi dan mulut nya ditutupi lakban oleh Tomy di lantai dekat ketiga orang itu. Dan Tomy yang menjaganya karena awalnya Jerry berontak, dan berteriak kepada Nada dan menyumpahi nya. Seakan ia tak ingin Nadien mendengar nya. Disitulah Joey dan Tomy sudah curiga ada sesuatu yang disembunyikan. Awal nya Nadien menolak, ia tak ingin Jerry diperlakukan seperti itu. Dan hanya Nada tidak membantah atas apa yang
Jerry memandang benci ke arah Joey. "Apa maksudmu, kau telah berani memperlakukanku seperti ini!" "Aku hanya memberimu sedikit pelajaran padamu, agar tidak mencari masalah padaku. Apa kamu kira aku tidak tau kalau kamu telah menyuruh seseorang untuk mencuri data-data perusahaanku?" ucap Joey tersenyum. Jerry terdiam membeku mendengar. Ia benar-benar tidak menyangka kalau laki-laki yang berdiri di hadapan bisa mengetahui nya. Joey kembali bersuara. "Tapi sungguh menyedihkan sekali dirimu, orang yang kau suruh belum mendapat bayaran. Apa kamu sudah tidak punya uang?" Jerry melotot ke arah Joey, ia benar-benar malu dikatakan seperti itu. Apalagi ada Nada dan Nadien di dekat nya dan mereka mendengar nya. Sebenarnya perusahaan nya masih berdiri, namun ia lakukan itu karena keserakahan nya. Nada dan Nadien yang sedang merangkul Jerry di sisi kanan dan kiri nya. Menatap Jerry secara bersamaan setelah mendengar kata-kata Joey. Joey tersenyum menyeringai melihat nya. "Setelah apa yang tel
Sementara itu, terlihat empat orang gadis berpakaian SMA, baru saja keluar dari kantor polisi. Mereka berempat baru saja melaporkan kejadian yang menimpa mereka. Setelah nya, mereka segera kembali masuk ke dalam mobil. Bela mengambil alih untuk mengemudikan mobil nya, awal nya Nadien dan kedua teman nya lagi menolak. Namun tetap saja Bela ingin mengemudikan mobil nya, ketiga teman nya pun pasrah akan kemauan nya Bela. "Kalau kamu gak sanggup, bilang aku. Biar aku yang mengemudikan mobilmu." ucap Nadien. Ia khawatir kepada Bela. Mungkin terlihat biasa-biasa saja, namun pasti rasa nya tidak biasa, apalagi di bagian hidung nya. Pasti akan mengganggu konsentrasi nya saat mengemudikan mobil nya. "Kamu tenang saja, luka segini, tidak ada apa-apa. Aku masih bisa." jawab Bela sambil tersenyum. Bela terlihat tersenyum puas, karena ia tak sabar melihat laki-laki berkacamata yang sudah berani memukul nya akan ditangkap. Ditambah laki-laki berkacamata itu, juga memegang senjata pistol. Ia sud
Joey tersenyum sinis mendengar kata-kata perempuan itu. Belum sempat membalas, tiba-tiba ada suara perempuan lain yang baru turun dari pintu belakang mobil sisi kanan. "Maaf kak, atas kecerobohan teman saya." Ucap perempuan itu dengan sopan. Perempuan itu tak hanya cantik, panjang rambut nya sebahu, dia baru saja turun dari mobil yang sama. Lalu dari sisi kiri mobil ada 2 temannya yang juga turun dari mobil nya. Joey beralih ke arah perempuan yang berlaku sopan barusan. Dia dan perempuan berambut sebahu itu saling bertatapan. Dari sorot tatapan mata perempuan itu, Joey merasa ada kesamaan dengan dirinya. Joey dan perempuan itu saling bertatapan. Dari sorot tatapan mata perempuan itu, Joey merasa ada kesamaan dengan diri nya. Karena tak ingin berlama-lama, Joey memilih untuk pergi meninggalkan tempat itu. "Ayo Tomy, disini aku sama saja membuang-buang waktu." ajak Joey, lalu ia membalikkan tubuh nya dan melangkahkan kaki nya. "Baik Tuan Jo." balas Tomy yang juga berbalik dan mengik
Baru saja Johnny meraih ponsel nya, si perempuan itu bersujud. "Ampun Tuan. Aku mengaku salah." Dita bersujud sambil menangis ketakutan. Joey menghela nafas nya, lalu membatalkan niatnya. Johnny hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala nya. Tak menyangka ancaman tuan nya sungguh ampuh. Dita pun mulai bercerita, yang dimana, suatu hari, ada seorang pria dewasa datang ke rumah. Menawarkan kerja sama dan memberi nya bayaran besar. Tentu saja dia mau, ditambah anak nya yang masih berusia 7 tahun tahun tengah sakit. Akhirnya nya dia terpaksa menerima tawaran orang itu. Dita yang merupakan Office Girl, ia menguping kalau data perusahaan tersimpan di ruangan David saat ia mengantar minuman. Malam nya ia melakukan aksi nya. Namun, hingga saat ini, ia belum mendapat bayaran nya dari orang itu. Dita juga menceritakan curi-curi orang itu. "Maaf tuan, jangan laporkan saya. Putri saya sakit, ia menderita leukimia. Saya ingin mendonorkan sumsum saya, namun saya tidak memiliki banyak biaya. Jadi, s
"Jangan membunuh lagi." jawab Anatasya. Joey mengangguk-anggukan kepala nya. "Aku tidak membunuh nya, bukankah aku sudah cerita? Kalau tidak percaya, kamu bisa bertanya kepada Roni, dan Tomy." Joey hanya menyuruh anak buah nya untuk membunuh kedua anak buah Andre. Setidak nya ia hanya menyiksa Andre, itulah pemikiran Joey. Meskipun begitu, tetap saja ada pembunuhan. Anatasya hanya tersenyum dan percaya. Meskipun ia sudah tau kalau suami nya sangat pandai bersandiwara, tetapi ia mencoba percaya. Dan ia yakin, suatu saat Joey perlahan bisa menghilangkan sisi gila nya. Hanya membutuhkan proses dan waktu. — Beberapa hari kemudian. Joey yang baru saja pulang dari kuliah nya, kini tengah dalam perjalanan nya ke kantornya. Setelah sampai, ia segera berjalan cepat-cepat ke ruangan nya. Karena sebelum nya, saat jam istirahat kuliah nya, Roni memberitahu hal yang penting. Setelah masuk di dalam ruangan nya, ia melihat Johnny, Tomy, Dika, David, dan Ragil sedang duduk di sofa menunggu ny