“A ... aku ....” Hati Wulan berdegup kencang. Dia melirik Pratama dan Satya. Untuk sesaat, dia tidak tahu harus berbuat apa.Secara logika, yang bertunangan hari ini seharusnya adalah Anggi dan Satya, bukanlah Wulan karena Wulan sudah menikah dengan Pangeran Selatan. Apa sebenarnya maksud Luis dengan berkata seperti itu? Apa dia ingin memaksa mereka untuk mengaku mereka telah menukar pengantinnya? Namun, mereka tidak mungkin mengaku karena itu merupakan kejahatan menipu Kaisar!Tepat ketika orang-orang itu merasa gelisah, Luis meraih tangan Anggi. “Gigi, mereka masih ingin lanjut menipu Kaisar. Usahamu sia-sia saja.”Anggi pun terdiam. Usaha apa? Dia hanya ingin memisahkan Wulan dan Satya. Selama nasib pemeran utama pria dan wanita berubah, dia baru bisa tidur dengan tenang.Luis menggenggam tangan Anggi, lalu menatap ke arah kelompok Pratama dan lanjut berkata, “Pada malam pernikahan kami, Gigi sudah mengaku di bawah paksaan dan bujukanku. Dia itu Anggi Suharjo, putri sah Pangeran Mu
Kaki Wulan langsung terasa lemas dan dia segera berlutut. Dia tidak sengaja bertemu pandang dengan Luis yang sedang menatapnya sambil tersenyum tipis. Senyuman itu langsung membuatnya merinding. Wulan merasa sangat gelisah ketika mendengar Wawan membaca titah Kaisar yang menyebutkan bahwa dia adalah wanita patuh, baik hati, dan lembut. Apalagi, ketika mendengar bahwa dia dijodohkan dengan Parlin.“Apa?” Wulan langsung membelalak. “Mana mungkin? Mana bisa begitu!”Pratama dan yang lain juga terkejut.“Kepala Kasim, kenapa bisa begitu?” Pratama langsung merasa punggungnya sudah tidak bisa tegak lagi.Wulan dan Ayunda jatuh terduduk di lantai dengan saling berpegangan. Selanjutnya, terdengar suara kaget dari koridor yang tidak berhenti berseru, “Nyonya Ambar”.Ternyata, Ambar yang tadinya sedang bersembahyang di aula belakang mengira upacara pertunangan telah dimulai dan berjalan datang. Tak disangka, dia malah mendengar titah Kaisar yang menjodohkan Wulan dengan Pangeran Pradipta. Dia s
Anggi pun tertawa. “Sepertinya, kualitas tidur Nyonya Ambar belakangan ini lumayan bagus, makanya kamu punya tenaga untuk memaki orang.”“Kamu!” Ambar langsung membelalak. Setelah melihat ekspresi dingin Anggi, dia seolah-olah tidak mengenal Anggi lagi. “Kenapa kamu berubah jadi begini?”Kenapa dia berubah menjadi begini? Bukankah semua anggota Keluarga Suharjo yang membuatnya berubah menjadi begini? Di kehidupan sebelumnya, Anggi begitu berbakti dan memikirkan semua orang. Apa hasilnya? Apa ada yang peduli padanya? Semua orang yang Anggi sebut sebagai keluarga ini masih tidak sebanding dengan Luis. Setidaknya, di kehidupan sebelumnya, Luis masih mengubur mayatnya.Yohan menarik tangan Anggi dan berkata, “Gigi, kita itu sekeluarga. Kamu tega ....”“Kak Yohan! Apanya yang sekeluarga? Waktu itu, kenapa kalian tega mengirimku ke tempat yang begitu berbahaya?” tanya balik Anggi sambil mengempaskan tangan Yohan.“Anggi!”“Anggi!”Dimas dan Bayu merasa sangat marah. Ekspresi mereka terlihat
“Terima kasih, Pangeran. Saya pasti mengingatnya.” Seusai berbicara, Anggi berjalan keluar bersama Luis yang didorong oleh Dika. Sura, Mina dan orang lainnya juga mengikuti mereka.Angin musim dingin membuat salju beterbangan.Sampai sosok Anggi, Luis, dan yang lain hilang, Ambar baru pingsan lagi. Situasi di seluruh Kediaman Keluarga Suharjo sedang kacau. Pratama menyuruh Yohan mengantar para kerabat keluar, sedangkan dirinya membawa Satya ke ruang bacanya.“Tuan Satya, aku benar-benar nggak nyangka akan terjadi hal seperti ini hari ini, juga nggak nyangka Anggi akan mengaku tentangnya yang menggantikan Wulan untuk menikahi Pangeran Selatan.”Satya duduk di kursi dengan pikiran yang agak kacau. Seingatnya, Anggi selalu terlihat bagaikan wanita yang dilanda asmara. Anggi akan selalu tersenyum indah ketika melihatnya dan mata yang penuh perasaan itu hampir tidak pernah berpaling darinya. Cara berpakaian Anggi juga agak aneh.Namun, dalam beberapa pertemuan terakhir, Satya selalu meras
“Dasar wanita bodoh!” Pratama membentak Ayunda dan merasa kepalanya makin pusing.“Apa kamu buta? Keadaannya sekarang sudah berbeda! Meski Pangeran Selatan ....” Pratama mengecilkan suaranya dan melanjutkan, “Meski Pangeran Selatan nggak kompeten, dia tetap adalah satu-satunya putra Kaisar, juga dewa perang Negeri Cakrabirawa. Sekarang, Gigi itu istrinya. Mana bisa dia disuruh pulang sesuka hatimu!”Ayunda pun tidak dapat membantah. Setelah sesaat, dia baru menjawab, “Tapi, kenapa dia tiba-tiba berubah jadi begini? Dulu, dia begitu paruh dan pengertian. Kenapa setelah menikah, dia berubah jadi begini? Bagaimana dengan Lanlan? Dia itu orang yang terlahir bernasib baik. Kalau menikah sama Parlin, hidupnya akan hancur!”“Diam!” Pratama tentu saja tahu bahwa Wulan adalah kebanggaan Keluarga Suharjo. Namun, Kaisar sudah menurunkan titah. Memangnya mereka harus melawan titah Kaisar? Itu adalah tindakan yang sangat gila!Ayunda bertanya, “Suamiku, apa yang dikatakan Tuan Satya?”Ayunda sudah
Wulan segera bersembunyi di dalam pelukan Ayunda dan lanjut menangis sambil berkata, “Ayah, bagaimana denganku? Kalau aku nikah sama Parlin, keluarga kita nggak akan punya kekuasaan apa-apa lagi di ibu kota ....”“Benar, suamiku. Aku ....”“Diam kalian semua!” Pratama sudah sepenuhnya murka. Dia juga merasa sangat sedih karena terjadi hal seperti ini. Namun, dia tidak menyangka bahwa Wulan akan menyuruh Anggi yang sudah pernah menggantikannya menikah sekali untuk pulang dan menggantikannya menikah sekali lagi. Ini benar-benar keterlaluan!“Masalah ini berkaitan dengan seluruh Keluarga Suharjo. Kamu nggak boleh berhati lemah! Biar aku saja yang pergi diskusi sama Anggi,” ujar Ayunda dengan suara tercekat. Kemudian, dia bangkit dan menarik Wulan sambil berkata, “Bangun. Nggak ada gunanya kamu mohon sama ayahmu.”Sepasang mata Wulan sudah bengkak akibat menangis. Begitu mendengar Ayunda ingin pergi menyuruh Anggi kembali, dia bertanya, “Ibu cuma akan suruh Kakak pulang sendiri, ‘kan?”Ja
Luis menatap Anggi dengan tatapannya yang setajam elang. “Putri sangat ingin pergi?”Apa Anggi masih belum bisa melupakan Satya? Satya bahkan sudah hampir menikahi orang lain .... Atas dasar apa bajingan tidak tahu berterima kasih itu memenangkan hati Anggi?Anggi membuka mulutnya untuk menjawab. Namun, sebelum sempat mengatakan apa-apa, Luis sudah terlebih dahulu berkata, “Berhubung yang mengundang itu istrinya Pangeran Aneksasi, Putri pergi saja kalau ingin.”Sepasang mata Luis langsung membeku dengan sangat jelas ketika mengucapkan kata-kata itu.“Saya ... saya juga nggak begitu ingin pergi.” Anggi hanya ingin tahu apa yang dipersiapkan Satya. Namun, Luis yang merupakan aliansi terbaiknya itu sepertinya kurang senang. Dia tidak boleh membiarkan rasa tidak senang itu berkembang. Itu akan sangat merugikannya.Luis melirik Anggi lagi. Melihat Anggi yang terlihat tenang, lembut, dan lanjut meletakkan bidaknya di papan catur, hatinya tiba-tiba berdegup kencang. Apa sikapnya terhadap Ang
Hati Luis langsung berdebar. Dia menjawab secara jujur, “Kata-kata Putri itu bisa buat aku salah mengartikannya.”Anggi bertanya dengan agak bingung, “Salah mengartikannya? Salah mengartikannya jadi apa?”“Aku akan mengira Putri lagi merayuku.”“Saya ....” Anggi menggigit bibirnya, lalu melihat ke sekeliling. Setelah memastikan tidak ada orang lain, dia juga tidak menjelaskan dan hanya menjawab, “Saya itu istri Pangeran. Ini kenyataan yang nggak akan berubah.”Deg, deg .... Deg, deg ....Hati Luis berdebar kencang. “Jadi, kamu mengaku?”‘Apa Anggi sedang mengaku dirinya sedang merayuku?’ pikir Luis dalam hati. Dia seperti sudah mendengar sesuatu yang sangat luar biasa dan menatap Anggi lekat-lekat, seolah-olah takut melewatkan ekspresi sekecil apa pun dari wajahnya.Anggi menjawab, “Kalau Pangeran suka, saya tentu saja merasa senang.”“Aku ....” Luis tersenyum dan menjawab, “Suka.”Kedua orang itu saling memandang. Pada saat ini, Luis memastikan sesuatu, lalu mengulangi kata-katanya de
Mereka berjalan cukup jauh.Anggi menghela napas. "Bunga-bunga plum ini indah sekali, sungguh pemandangan yang memukau. Kalau ada tempat lebih tinggi untuk menikmatinya, pasti akan lebih menakjubkan."Salah satu pelayan istana berkata, "Di Taman Asri ada sebuah gazebo." Dia menunjuk ke suatu arah. "Di sana cukup tinggi. Kalau sudah puas duduk di sana dan berjalan lebih jauh lagi, kita bahkan bisa melihat Pulau Tengah Danau."Pulau Tengah Danau? Istana ini ternyata sangat luas, sampai memiliki sebuah pulau di tengah danau.Anggi mempercepat langkahnya menuju gazebo yang terlihat dari kejauhan. Tiba-tiba, pelayan istana itu terjatuh dan meringis kesakitan. "Aduh ...."Anggi menoleh. "Kamu nggak apa-apa?""Hamba terkilir, Putri."Anggi mengerutkan kening. Karena Gazebo itu sudah tak jauh lagi, dia berkata kepada Mina, "Kamu antar dia kembali. Aku akan menunggumu di gazebo."Mina tampak ragu. "Putri, apa taman ini benar-benar aman?""Ini istana, bukan jalan umum. Apa yang perlu dikhawatirk
Satya berbicara, "Kalau Kaisar mulai curiga, sekalipun Ayah adalah kandidat yang paling cocok, tetap saja masih ada penerus lain yang bisa dipilih.""Ternyata kamu belum bodoh!""Baik, aku mengerti." Saat ini, sosok Wulan yang menangis dan berusaha menyenangkan dirinya melintas di benak Satya.Satya mengepalkan tangannya erat-erat dan hanya bisa membatin, 'Wulan, maafkan aku.'Waktu berlalu, kini tiba malam tahun baru.Menjelang siang, Torus memimpin para pelayan untuk memasang dekorasi serta menghias Kediaman Pangeran.Sura mendorong kursi roda Luis mendekat. Luis berkata, "Kita harus masuk ke istana untuk menemani Ayahanda dan Ibunda merayakan malam tahun baru."Selain mereka, para pejabat dan bangsawan juga wajib pergi ke istana untuk perayaan. Anggi mengangguk, lalu Mina segera membantunya berganti pakaian serta merapikan riasan.Luis duduk di tempat tidur sambil membaca buku, tetapi tatapannya sesekali tertuju ke arah Anggi. Wanita itu duduk dengan tenang. Senyuman lembut di wajah
Rasyid tidak berbicara, hanya menunggu dengan tenang.Burhan melanjutkan, "Kamu sudah bawa obat yang bisa membuat orang mandul?""Sudah." Rasyid mengambil sebuah botol dari kotak obat di sampingnya, lalu menyerahkannya dengan kedua tangan.Burhan bertanya, "Bisa digunakan untuk laki-laki dan perempuan, 'kan?"Rasyid mengangguk. "Ya. Awalnya hanya sebagai pencegah kehamilan, tapi kalau dikonsumsi dalam jangka panjang hingga lebih dari setengah tahun, akan menyebabkan kemandulan permanen."Kemandulan permanen? Bagus sekali! Burhan melambaikan tangannya. "Baik, terima kasih, Tabib Rasyid. Kamu sudah boleh kembali."Rasyid memberi hormat, lalu pergi dengan membawa kotak obatnya.Tidak lama kemudian, seorang kasim masuk dan melapor, "Pangeran, Tuan Satya kemari tadi."Burhan berkata, "Suruh dia masuk. Kebetulan aku ada urusan yang ingin dibicarakan dengannya." Dia menatap botol obat di tangannya dan mulai menyusun rencana."Baik."Sesaat kemudian, Satya datang dan memberi salam. "Hormat kep
Luis menggigit bibirnya, lalu mengangguk. "Ada beberapa hal yang belum bisa kuberi tahu sekarang."Dari nada bicaranya, jelas ini adalah rahasia keluarga kekaisaran. Anggi tidak ingin menebak lebih jauh. Saat ini, yang bisa dia lakukan hanyalah bersabar sampai Wulan menikah dengan Parlin.Bulan telah terbit. Wulan baru saja keluar dari pintu belakang Kediaman Bangsawan Aneksasi. Dia dibantu Fani naik ke kereta kuda milik Keluarga Suharjo."Nona, kita pulang selarut ini, bagaimana kita harus menjelaskan kepada Tuan dan Nyonya?" Fani bertanya dengan agak cemas.Kereta melaju perlahan. Suara derap kuda dan roda kayu yang berputar menutupi percakapan mereka. Sang kusir pun tidak bisa mendengar apa-apa.Wulan tersenyum tipis. "Putra Bangsawan Aneksasi sudah berjanji padaku kalau dia akan meminta Pangeran Aneksasi untuk turun tangan dan membatalkan pernikahanku.""Benarkah Pangeran Aneksasi akan membantu Nona?""Aku dan Putra Bangsawan Aneksasi sudah melewati batas. Lagi pula, aku terlahir d
"Bagaimana kalau dia nggak mau menyerah?"Anggi tampak ragu. "Ini pernikahan yang dianugerahkan langsung oleh Kaisar. Bahkan Pangeran Aneksasi juga nggak bisa membatalkannya, 'kan?"Luis menjawab, "Kecuali Paman dan Bibi sendiri yang memohon pada Ayahanda." Saat mengatakan ini, Luis teringat perkataan ibunya yang mengatakan semakin cantik seorang wanita, semakin pandai dia berbohong.Selama bertahun-tahun dirinya menjadi putra mahkota, berapa banyak air mata yang ditumpahkan ibunya karena bibinya itu?Sepertinya ayahnya memiliki perasaan terhadap bibinya. Luis tidak bisa menjelaskan secara pasti, tetapi dia tahu dalam hati ayahnya, bibinya memiliki posisi yang cukup penting.Jadi, dibandingkan pamannya, cukup dengan bibinya yang memohon, Luis yakin ayahnya pasti akan mengabulkannya."Kalau Pangeran Aneksasi sendiri yang meminta, Kaisar akan menyetujui?" tanya Anggi dengan ragu.Luis mengangguk."Nggak boleh! Satya dan Wulan nggak boleh menikah! Pangeran, mereka nggak boleh bersama!" Ji
Semakin lama ditatap, semakin hatinya bersemangat.Bekas luka di wajah Luis mulai menunjukkan perubahan. Seiring berjalannya waktu, wajah tampannya pasti akan kembali seperti semula.Saat itu tiba, Anggi bisa melihat dengan mata kepalanya sendiri seperti apa rupa pria yang telah mengurus jenazahnya di kehidupan lampau.Napas hangat dan harum menyentuh wajahnya. Luis merasa aroma itu begitu menyenangkan, sampai mata tajamnya perlahan melembut.Saat itu juga, tatapan mereka bertemu. Anggi tersenyum tipis. "Pangeran."Luis bergumam pelan dan ikut tersenyum. "Aku melihat diriku di matamu."Yang ada di mata Anggi hanyalah wajah penuh bekas luka. Namun, Luis menyembunyikan rasa minder itu dengan baik. Dengan senyuman tipis, dia diam-diam mengamati perubahan ekspresi wanita di depannya.Anggi tersenyum, lalu mengangkat kedua tangannya dan memegang wajah Luis. "Aku juga melihat diriku di mata Pangeran."Dia berpikir sejenak, lalu bertanya, "Apakah ini yang disebut para pasangan di luar sana? A
"Pangeran?" Melihatnya hanya diam, Anggi memberanikan diri untuk memanggil. Bagaimanapun, pada malam pertama mereka, Luis yang melukai jarinya sendiri agar kain kesucian itu ternoda.Selain itu, Faisal pernah memeriksa, tetapi jawabannya tidak jelas. Anggi pun tidak tahu apakah Luis benar-benar mampu atau tidak.Luis menarik napas dalam, sudut bibirnya menampilkan senyuman canggung. Dia lalu menggenggam tangan Anggi. "Kita tunggu sebentar ya."Tunggu?"Kamu pernah bilang, tiga bulan lagi kakiku nggak akan mati rasa lagi dan enam bulan lagi aku bisa berdiri. Benar begitu?”Anggi mengangguk. "Ya." Selama arah pengobatannya benar dan tidak ada kejadian tak terduga, dia cukup yakin dengan prediksinya.Luis berujar, "Kalau begitu, kita tunggu sampai kakiku benar-benar pulih." Sampai saat itu tiba, mereka bisa benar-benar menjadi suami istri.Anggi mengerti maksudnya, alisnya sedikit berkerut. Kaisar dan Permaisuri begitu ingin memiliki cucu, apakah mereka bisa menunggu selama itu?Walaupun
Bahkan Kaisar pun ditipu!Dariani hanya bisa menghela napas. Dia tidak peduli lagi pada apa pun yang mungkin diinginkan Anggi. Yang dia inginkan hanyalah Anggi segera memberikan keturunan bagi Luis."Bangkitlah, aku percaya padamu." Nada suara Dariani tidak begitu baik.Sampai hari ini, meskipun dia adalah wanita yang paling dikasihi Kaisar, gelarnya sebagai permaisuri masih belum disahkan. Semua ini gara-gara kakaknya yang cantik itu.Anggi berdiri dan duduk di kursi bawah. Tidak lama kemudian, Gina berseru dari luar, "Permaisuri, Tabib Damar datang."Dariani berkata, "Persilakan masuk."Kemudian, dia menoleh ke Anggi. "Tabib Damar akan memeriksa denyut nadimu untuk memastikan kesehatanmu."Anggi sedikit terkejut. Untuk apa pemeriksaan mendadak ini?Beberapa saat kemudian, Gina membawa Damar masuk. Damar tampak masih muda, sekitar 22 atau 23 tahun.Setelah memeriksa denyut nadi Anggi, dia melapor kepada Dariani, "Permaisuri, kesehatan Putri sangat baik. Nggak perlu pengobatan khusus a
Luis menggenggam tangan gadis itu, senyuman terukir di wajahnya. Hatinya terasa sangat bahagia.Sejak dilengserkan, dia selalu dipenuhi kecurigaan. Kini, meskipun masih curiga Anggi masih memiliki perasaan untuk Satya, dia terus meyakinkan diri sendiri untuk memercayainya.Pemandangan ini dilihat oleh Kaisar. Melihat Luis dalam suasana hati yang baik, dia tidak lagi merasa keberatan terhadap pertukaran pernikahan yang dilakukan oleh Keluarga Suharjo.Namun, yang tidak disangkanya adalah Anggi sama sekali tidak memohon belas kasihan demi Wulan. Sebenarnya ada apa dengan Jenderal Musafir? Putri sulungnya ini anggun dan berwibawa. Kenapa tidak disukai di Keluarga Suharjo? Hanya karena seorang pendeta bodoh pernah meramalkan bahwa Wulan memiliki takdir menjadi permaisuri?Jika mereka begitu memercayai ramalan, lalu kenapa Wulan menolak menikah dengan satu-satunya putranya? Malah diam-diam menjalin hubungan dengan Putra Bangsawan Aneksasi. Niat mereka sangat jelas di mata semua orang!Makan