Asher puas oleh sikap Lyra. “Katakan pada istriku, minggu depan, aku dan John akan pergi ke suatu tempat dalam rangka perjalanan bisnis. Setelah itu, aku akan memberi tahu rahasia besar suamimu. Mudah, bukan?”Wajah Lyra langsung mengernyit tak suka. Bukan hanya karena tak mau menipu Laura, dia juga enggan terseret masalah keluarga Smith jika Asher ternyata melakukan sesuatu dengan membawa-bawa nama John.“Maaf. Aku tidak suka berbohong dan tidak mau melakukannya demi apa pun,” tolak Lyra tegas.“Sungguh? Baiklah. Lagi pula, kau sendiri yang ingin mengetahui rahasia John. Tidak masalah jika kau tidak bisa melakukan tugas sepele itu.” Asher tersenyum licik seraya berbalik. “Aku akan kembali ke tempat istriku.”Otak Lyra berputar cepat sehingga terasa memanas. Dia sangat ingin tahu rahasia itu. Tetapi, dia sungguh tak mau membohongi Laura.Namun, ketika melihat Asher yang melangkah lambat kian menjauh, Lyra spontan menarik kain lengan bawah pria itu. “Tunggu!” Dia langsung melepas tanga
Suara detak jantung John Foster layaknya deru lokomotif kereta yang tak berjeda. Reaksi Lyra sangat berbeda dari sebelumnya tatkala membicarakan tentang Lydia.John teringat akan pembicaraan Lyra dan Asher yang mengatasnamakan urusan bisnis di pesta. Setelah mereka bicara, Asher hanya mengatakan dua patah kata yang membuat John berpikir keras dan jadi menerka-nerka, apakah pembicaraan mereka ada hubungan dengan perubahan sikap Lyra?‘Maaf, John.’John seharusnya sadar tatkala Asher mengucap kata sakral itu. Asher Smith tak pernah sekali pun mengucap kata maaf. Setidaknya, John belum pernah mendengar kata itu keluar dari mulut Asher.Mungkinkah Asher mengatakan sesuatu tentang Lydia sehingga nama itu kembali disebut sang istri?“John, kenapa kau tidak menjawabku? Aku hanya ingin tahu saja ….” Lyra menyelipkan anak rambut di belakang daun telinga seperti gadis muda yang malu-malu karena sedang merayu. “Sejak kapan kau mengenal dan mulai menyukai Lydia?”“Untuk apa kau ingin tahu?” panci
Kata-kata itu meluncur tanpa John Foster sadari. Dirinya sendiri terkejut dengan kejujuran hatinya, apalagi Lyra yang tak menyangka akan mendengar hal yang berbeda dari pembicaraan semula.“K-kau … melakukan ini karena ingin mengalihkan perhatianku, bukan?” Lyra mendorong dada John tanpa niat.Sementara itu, John yang terlanjur mengungkap rahasia hatinya, justru kembali berusaha mencium Lyra untuk menutup mulutnya. Namun, Lyra mengelak dan berpaling ke arah lain.‘Tidak! Aku harus mendengar jawaban John lebih dulu!’Deru napas sang suami terasa di telinganya. Lyra merasakan sensasi aneh yang kian menggetarkan jiwa.“Aku menciummu karena memang sedang ingin. Tidak ada alasan lainnya.” Kepalang basah, John akhirnya menyemburkan semua kata hatinya.John menangkup pelan pipi Lyra agar pandangan mereka bertemu. Dalam beberapa detik, mereka saling bertatapan seolah sedang menggali pikiran masing-masing.Entah siapa yang memulai lebih dulu, bibir mereka kembali menyatu. Kali ini, Lyra pun me
Sungguhkah Lyra hanya berpikir tentang perjanjian? Agaknya, kata hatinya pun menipu diri sendiri. Nyatanya, dia juga tak bisa sabar menanti rayuan sang suami.Lyra mengangkat wajah, kemudian mencium bibir John secara singkat selagi masih memberikan tatapan mendamba. John yang mendapatkan lampu hijau itu langsung melumat bibir Lyra dengan cepat.Tak ada penolakan dari sang istri, John mulai menyentuh tubuh Lyra penuh kelembutan. Suara lenguhan kecil dari sang istri yang terdengar di sela ciuman mengobarkan semangat John.John menjeda ciuman mereka sejenak untuk menatap Lyra. Napas yang memburu terdengar dari keduanya. “Jangan melihatku seperti itu, John ….” Lyra berpaling untuk menghindari tatapan John selagi menutup mulut dengan lengan. John menyingkirkan lengan Lyra, lalu membalik wajahnya sehingga mereka kembali bertatapan.“Engh ….”Suara lenguhan lolos dari mulut Lyra tatkala John menyelipkan tangan ke dalam gaun yang masih dia kenakan hingga masuk ke pusat sensitifnya. Wajah Ly
‘Kenapa harus bertanya? Lakukan saja, John!’ batin Lyra canggung mendengar pertanyaan yang membuat dirinya malu.“Aku belum siap ….” Lyra pun menjawab dengan kalimat yang tidak sesuai dengan isi hati selagi menyilangkan tangan di dada. Mustahil dirinya akan menjawab ‘siap’ dengan lantang setelah penolakannya tadi.Rupanya, John dapat melihat wajah malu-malu sang istri. Dia menarik kedua tangan Lyra, lalu menyelipkan tangan di bawah punggungnya.John tersenyum samar tatkala Lyra mengangkat sedikit punggungnya agar John bisa melepas kain terakhir di tubuhnya. Dia terpaku sejenak melihat keindahan sang istri yang begitu menakjubkan.“J-jangan dilihat!” Lyra tak menolak, tetapi hanya memalingkan muka karena malu. Dia menahan napas tatkala merasakan bibir John mulai mengecup ringan pundak hingga dadanya.“John ….” Lyra merintih geli tatkala John menyapu area perutnya.Selama beberapa menit, John masih asyik bermain-main menyusuri setiap jengkal tubuh sang istri. Lyra sampai kehilangan aka
Lyra sangat kecewa karena John Foster menyingkirkan kedua kakinya dari pinggang, lalu melepaskan penyatuan mereka sambil menatap ke arah pintu. Rupanya, meski dirinya adalah sosok Lydia yang disukai sang suami, Asher Smith masih menjadi pemenangnya.Pemikiran untuk menyingkirkan Asher Smith dari hidup John kembali terlintas di benaknya. Lyra kehilangan sedikit gairah tatkala berpikir selagi merasa tak nyaman dan kecewa.“Ah!!” pekik Lyra.John ternyata tak melepaskan dirinya. Dia hanya membalik tubuh Lyra untuk melakukan variasi lain dalam bercinta.Suara Asher tak lagi terdengar karena terkalahkan oleh erangan Lyra dan geraman tertahan John yang semakin liar mengentakkan pinggulnya. Atau mungkin, mereka terlalu terhanyut mencari puncak kepuasan sehingga mengabaikan orang di luar sana.John menarik Lyra hingga berlutut setegah menunduk. Dia mendekap Lyra dengan erat sambil mengecup liar pundak hingga ceruk lehernya.“Lyra … bagaimana ini? Aku jadi semakin menyukaimu …,” bisik serak J
“Kembalilah ke kamarmu,” titah Asher.John menjadi serba salah. Sudah membuat seorang Asher Smith menunggu di depan kamar selagi dirinya bersenang-senang dengan Lyra, sekarang Asher justru tak jadi mengatakan apa pun karena mungkin tak mau mengganggu.Akan tetapi, John juga ingin segera masuk kamar untuk membicarakan tentang Lydia kepada sang istri. Kendati demikian, John tak bisa mengabaikan Asher yang rela menunggu dirinya selesai bercinta dengan Lyra.“Tidak apa-apa. Aku masih punya waktu untuk bicara denganmu. Ada perlu apa mencariku malam-malam begini? Apa Nyonya Laura sudah tidur?” John sengaja bicara panjang lebar untuk menunjukkan bahwa dirinya tidak keberatan bicara dengan Asher.“Sejak kapan kau ingin tahu kegiatan istriku? Kau sudah punya Lyra. Jangan coba-coba merayu istriku!” tuduh Asher sembarangan.“Aku hanya … basa-basi …. Maksudku hanya ingin mengatakan kalau aku punya waktu jika kau ingin aku melakukan sesuatu untukmu,” balas John jujur.Asher tiba-tiba mengusap kasa
Untuk pertama kali, Lyra Bell memohon padanya. Wajah cantik yang dulu selalu diimpikannya itu, kini sedang menatap dirinya dengan manja.Kapan lagi John bisa menyaksikan dan merasakan sesuatu yang begitu menyenangkan? Mungkin saja, Lyra tak mau dia sentuh di hari berikutnya karena kecewa dan kurang puas dengan pelayanannya.Dari yang pernah John dengar, wanita memilih berselingkuh dengan pria yang lebih memuaskan di ranjang, selain pria yang memiliki banyak materi. Lyra Bell memiliki kekayaan yang cukup untuk menghidupi sendiri. John tak ingin sang istri mencari pria tampan lain yang lebih memuaskannya di ranjang.John Foster sangat bimbang. Dia masih sanggup melayani sang istri sampai pagi. Akan tetapi, bagaimana dengan Asher Smith? Dia sudah berjanji akan menemuinya.“Apa kau tidak suka menyentuhku, John?” Lyra pun tak ingin posisinya kalah dari Asher Smith. Dia merayu John dengan membimbing tangan John ke area tubuh yang akan membuat John tak mungkin bisa menolak.John meneguk lud
“Kak, aku ingin menyusul mama. Tapi, aku nanti akan menunggu sendirian di kantor.” Justin Foster merengek pada Jolie dengan mata berkaca-kaca akan menangis. Dia tiba-tiba merindukan ibunya dan ingin pergi ke alun-alun bersama orang tuanya dan Jolie. Seperti yang sudah-sudah, Jolie selalu memilih untuk menuruti keinginan sepupunya. Dia tak lagi bimbang dengan banyaknya pilihan yang menggiurkan. Justin akan selalu menjadi prioritas utama. “Aku akan menemanimu ke tempat kerja Bibi Selene, tapi kita harus minta izin dulu kepada mama dan papaku.” Jolie lantas memperhatikan ketiga lelaki yang lebih tua darinya. “Kalian bermain bertiga dulu, ya … aku akan pergi dengan adikku.” Setiap kali menemani Justin, Jolie tak mau mengajak mereka. Pernah satu kali, ketiga lelaki yang ingin lebih dekat dengan Jolie itu ikut mengantar Justin, namun mereka berakhir dimarahi Max Foster tanpa sebab yang jelas. Max tampaknya masih tak suka pada semua yang berhubungan dengan Asher dan Billy. Dia pun sel
Suara anak perempuan berusia lima tahun terdengar di halaman belakang kediaman John Foster. Mata Jolie tertutup kain hitam, kedua tangannya bergerak tak tentu arah seperti sedang mencari pegangan, mulutnya tak bisa menutup saat memamerkan tawa yang tak kunjung menghilang. “Di mana kalian?!” seru Jolie. Saat ini, Jolie yang telah berusia lima tahun itu sedang berusaha menangkap teman-temannya. Dua anak kembar lelaki Asher Smith, putra angkat Billy Volker, serta bocah lelaki yang berumur satu tahun lebih muda darinya dan tak lain adalah sepupunya, putra pertama Max Foster. Jolie terlihat sangat bahagia. Sejak satu minggu yang lalu, keempat temannya menginap di kediaman. Dia jadi tidak kesepian dengan hadirnya bocah-bocah lelaki itu. Namun, kesenangan Jolie tak sejalan dari gerutuan ibunya. Lyra pusing melihat anak-anak itu tak mau berhenti bermain, bahkan Jolie pernah membantahnya hanya agar bisa terus bermain. “Rumah kita jadi seperti penampungan anak, Sayang. Maksudku, aku tidak
John telah berada di kota lain untuk melakukan operasi. Lyra tak bisa ikut menemani John karena tak bisa meninggalkan Jolie, serta ikut membantu persiapan pernikahan kakak iparnya.Penggabungan perusahaan Bell dan Foster pun sudah terlaksana atas bantuan Peter dan Thomas. Mereka akan menggantikan tugas John selama John masih memulihkan diri. Max masih ikut membantu di perusahaan, tetapi lebih sering meliburkan diri untuk menemani calon istrinya membeli perlengkapan hidup baru mereka. Perusahaan di gedung tingkat empat milik Max pun telah resmi dibuka, sehingga waktu berkumpul keluarga sangat sulit dilakukan dengan semua anggota keluarga yang lengkap.“Mama, John akan pulang hari ini. Di mana Dom? Dia harus menjemput suamiku.”Tanpa terasa, satu setengah bulan berlalu. John telah mengabari jika proses pemulihan luka bakarnya hampir berakhir, meski belum kembali sempurna seperti sediakala. Namun, John harus pulang hari ini, karena akan ada hari spesial keesokan paginya.“Dom sedang mem
“Kau tidak perlu melihat istriku waktu mengatakan rencanamu itu. Lyra tidak akan sedih mendengar kau akan menikah.” John menangkap gelagat aneh kakaknya, namun sebenarnya hanya pikirannya sendiri.“Aku melihat semua orang dan kau menatapku waktu bola mataku berhenti searah dengan Lyra!” sanggah Max, tak mau dituduh karena memang itulah kenyataannya. Dia bukan sengaja ingin memandangi Lyra.Lyra menegur John dengan tepukan halus di lengan suaminya itu. Namun, tampaknya John masih teringat kejadian di taman yang membuatnya cemburu buta.“Apa kau mengharapkan pelukan istriku untuk memberimu selamat?”Max berdiri dengan mulut sedikit terbuka. Amarahnya terpancing karena John membahas masalah yang sama berulang kali.Benar, tak hanya sekali John mengungkit masalah itu. Max hanya diam mendengar kata-kata sinis adiknya, namun tidak untuk sekarang, di saat dia ingin membahas rencana pernikahannya.“Kau masih membicarakan itu, hah? Lalu kenapa kalau aku memeluk istrimu? Dia adik iparku! Pikira
Jasad Ivanna baru berhasil diidentifikasi seluruhnya tiga hari lalu. Namun, karena masih perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut, Alaric Parker tak bisa menguburkan jasad putrinya begitu saja.Satu minggu berlalu setelah kebakaran yang diakibatkan oleh Ivanna Parker. Saat ini, kediaman Parker sangat ramai oleh orang-orang yang hadir untuk berkabung.Selain para pengusaha, rekan-rekan bisnis Alaric maupun Ivanna, banyak pula wartawan yang meliput proses pemakaman Ivanna Parker. Namun, hanya sedikit awak media yang datang untuk berduka, sebab telah ditemukan bukti kuat yang menunjukkan bahwa Ivanna adalah pelaku kebakaran tersebut.Dari layar televisi berukuran besar, Lyra dan keluarganya sedang menyaksikan proses pemakaman Ivanna. Kamera lebih sering menyorot Sasha Parker yang saat ini sedang naik daun di dunia bisnis.“Wanita sialan itu pasti sedang berakting, aku sangat yakin itu!” geram Max saat melihat Sasha Parker sedang bicara di depan para wartawan sambil berlinang air mata, m
Lyra merasakan hangat di punggungnya. Udara dingin dari penyejuk ruangan mendadak tertutup oleh sesuatu. Namun, dia tetap terlelap dan tak menyadari keberadaan orang di belakangnya yang menghangatkan tubuhnya dengan dekapan penuh kerinduan.Pada dini hari, John baru sampai di kediaman. Dia langsung masuk ke kamar tanpa menimbulkan suara agar Lyra tak terbangun. Setelah membersihkan diri dengan cepat, dia ikut berbaring di dekat Lyra yang tidur meringkuk, tanpa melepaskan masker yang menutup sebagian wajahnya. Dari informasi para pengawal di kediaman, John akhirnya tahu jika Lyra tak pergi ke mana pun. Dia lega karena pikiran buruknya tak pernah terjadi. Awalnya John ingin langsung kembali ke rumah sakit, tetapi dia begitu merindukan pelukan hangat istrinya dan berniat mampir sebentar selagi Lyra tidur.“Aku sangat merindukanmu, Sayang,” bisik John.John terlalu nyaman mendekap Lyra hingga jatuh ketiduran dan lupa harus segera pergi sebelum Lyra bangun ….“Ugh …,” erang Lyra, merasak
John mondar-mandir di ruang pemeriksaan. Bukan gelisah menunggu dokter, tetapi resah membayangkan Lyra masih berduaan bersama Max.‘Apa saja yang mereka lakukan setelah aku meninggalkan mereka?’Sebelumnya saat masih di taman, John masih ingin mengikuti Lyra sampai kediaman. Namun, Peter menyeret John untuk segera ke rumah sakit.“John Foster! Berhentilah mondar-mandir!” sergah Peter, lelah melihat tingkah kekanakan anaknya. “Aku perlu mendapatkan riasan penuh seperti kekasih Max itu, dan segera bertemu Lyra. Max bisa saja menculik dan menyekap Lyra seperti dulu.”Saat mengamati Lyra, John melihat sosok mencurigakan Selene. Setelah menyuruh Dom mencari informasi sosok mencurigakan itu, dia akhirnya tahu identitas Selene yang menyamar sebagai perempuan tua.“Tsk! Hentikan, John! Kau sudah mendengar sendiri kalau mereka sudah berbaikan dan melupakan masa lalu! Lagi pula, lukamu masih baru dan tidak bisa ditutupi dengan riasan!”Peter yang menunggu John di mobil saat di taman tadi juga
Lyra mengangguk setuju. Hanya pelukan biasa bukan suatu hal yang besar. Orang-orang juga terbiasa menyapa dengan pelukan. Lagi pula, mereka masih keluarga.“Terima kasih, Lyra.” Max Foster tanpa ragu memeluk Lyra dengan erat, memejamkan mata selagi merasakan debaran dalam dadanya.Dengan pelukan itu, Max ingin mengembalikan perasaan yang telah berlalu. Kemudian, pelan-pelan melupakan Lyra sebagai wanita pertama yang pernah mengisi hatinya. Tidak, Max tidak mungkin bisa melupakan Lyra. Dia akan menyimpan perasaan itu, mengunci rapat-rapat cintanya, dan melihat Lyra dengan cara yang berbeda, yaitu sebagai keluarga, istri dari adiknya.“Maaf kalau aku banyak berbuat salah padamu, Max. Banyak hal buruk yang sudah kulakukan untuk membalasmu, termasuk kejadian malam di pesta waktu itu. Aku yakin kau juga sudah mengetahuinya.”Lyra pun ingin membuang dendam yang dulu pernah bersarang di hatinya kepada kakak iparnya itu. Berharap setelah waktu berlalu, mereka bisa bicara dan tertawa seperti k
“Maafkan aku, Max. Waktu itu aku tidak bisa menahan diri untuk terus bersamamu atau membuka hati untukmu, sehingga mengambil pilihan lain.”Max mengusap air matanya. Meski bisa menahan tangisan kesedihan, hatinya menangis dan terluka mendengar ucapan Lyra yang sudah pasti.“Aku tahu, aku tidak menyalahkanmu, Lyra. Semua memang salahku dan aku sangat menyesali perbuatanku sendiri,” ujar Max dengan suara serak.Max memutar badan ke arah Lyra. Melihat adik iparnya ikut merasa buruk karena pengakuannya.“Aku hanya ingin mengungkap perasaanku dengan benar, di mana dulu aku hanya menipumu. Aku tidak berniat merebutmu dari adikku … sungguh ….”“Terima kasih telah mencintaiku, Max. Mulai hari ini, aku berharap kau bisa melupakan cinta itu sepenuhnya ….”“Aku sedang mencobanya, tapi kalau malah mengajakku bertemu dan memaksaku menyatakan cintaku.”Mereka diam sejenak saling menatap secara intens. Mendadak, tawa lebar dan lepas menghiasi wajah keduanya.“John akan menghajarku kalau dia sampai t