Share

Dendam Masa Lalu

Author: Dwrite
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Kita berangkat sekarang?" tanya Candra sekali lagi saat melihat Melisa seolah enggan mengalihkan pandangannya dari gedung apartemen Destiny Regency. Padahal mereka sudah berada dalam mobil dan bersiap pergi.

Ada yang mengganjal di hati Melisa. Seakan menahannya untuk pergi. Terlalu banyak kenangan yang sudah tercipta di sini. Pahit manisnya tetap bisa dia nikmati.

"Tunggu sebentar, ya, Mas!" Melisa melepas kembali seatbelt-nya. Dia keluar dari dalam mobil dan berjalan cepat menuju lift. Melewati lantai satu sampai tujuh, dan berhenti di lantai delapan.

Suara langkah kaki berhias pantofel dengan tumit tiga senti itu menuju unit bernomor delapan puluh. Sudah lama sejak terakhir kali dia menginjakkan kaki di sini.

Bel berbunyi. Perlu waktu sekitar lima menit menunggu sampai pintu terbuka di hadapan Melisa.

Sepasang mata bulat nan tajam menyambutnya. Tubuh kurus dengan perut yang kian membuncit itu terlihat lebih mengkhawatirkan dari terakhir kali. Rambut yang semrawut dan penampilan
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Pelayanan Kamar Spesial   Saling Melengkapi

    Dini nyaris tak berkedip menatap lelaki tampan yang tengah duduk di hadapan sembari memainkan gantungan kunci dengan miniatur anime Naruto. Dia benar-benar tak menyangka seorang David Bagaskara, lelaki tengil, serampangan, narsis, dan jumawa itu ternyata adalah salah satu orang penting di sebuah perusahaan properti terbesar di kota S. Sudah dua bulan sejak terakhir kali mereka bertemu di pameran cosplay dan di rumah sakit. Ini adalah pertemuan pertama mereka setelah unit apartemen lelaki itu dibiarkan terbengkalai tak berpenghuni. "Biasa aja ngeliatinnya bisa? Orang ganteng ini nggak akan ke mana-mana, kok," cetus David yang mulai terusik dengan tatapan mengintimidasi Dini sejak mendaratkan bokong di kursi, dan perempuan itu masuk ke ruangan ini tadi "Kalau ada pertanyaan ... tanya aja kali. Walaupun sibuk, setidaknya gue punya waktu buat jawab semua itu. Khusus buat lo," tambahnya sembari pura-pura tak peduli. "Kok, bisa?" Pertanyaan itu meluncur mulus dari bibir Dini. Dia meraih k

  • Pelayanan Kamar Spesial   Pergi

    David melangkah cepat melewati koridor rumah sakit dengan barang bawaan di tangan. Tanpa pikir panjang lelaki itu langsung datang dan mengosongkan jadwal, setelah Cakra mengubungi bahwa dia butuh bantuannya saat ini. Danita sudah melahirkan seorang bayi perempuan yang sehat. Namun, akibatnya dia kehilangan banyak darah dan dinyatakan kritis sejak pagi tadi. Ceklek! Dengan napas terengah David akhirnya sampai di ruang ICU. Dia menatap Cakra yang diam tertegun di hadapan tubuh Danita yang terbaring lemah di atas brankar. Perlahan, David menghampiri Cakra dan berhenti di belakangnya."Gue baru tahu kalau selama dua bulan ini lo nggak bener-bener pergi, Bang." David mengulurkan tangannya, dan meremas pundak Cakra. "Ternyata lo masih ada di sini, ngawasin Danita dari jauh."Cakra masih bergeming. Pandanganya tak lepas dari wajah pucat Danita yang tertutup selang oksigen. "Ternyata rasa peduli dan empati, berhasil mengalahkan ego yang tinggi. Setelah semua yang terjadi lo masih mampu be

  • Pelayanan Kamar Spesial   Rencana Pernikahan

    Candra memapah tubuh Melisa yang lemah setelah keluar dari kediaman Bu Ulfa--Oma Danita dan Melisa. Perempuan senja berusia awal tujuh puluhan itu baru saja mengatakan tentang semua fakta tentang keluarga mereka. Tentang kebenaran ayahnya yang mempunyai dua orang istri bernama Nia--ibu Danita dan Fitri--ibu Melisa. Kebencian Nia pada Fitri mengakibatkan tragedi nahas terjadi, hingga berakhir dengan penelantaran Melisa.Sebuah penawaran Nia ajukan pada Fitri. Dia berjanji akan menerima Melisa dan memastikan masa depannya asalkan Fitri bersedia meninggalkan suaminya. Penawaran itu pun disepakati Fitri, dia menitipkan Melisa yang baru berusia lima bulan pada Nia, kemudian pergi. Tak diduga hanya seminggu berselang, Fitri ditemukan bunuh diri. Akhirnya Nia membesarkan Melisa dengan kebencian yang terpendam, sampai akhir hayatnya dia tak pernah bisa benar-benar menerima Melisa sebagai anaknya meskipun keputusan berat itu dia yang buat. Sebelum kematiannya, Nia sempat mengatakan semua ke

  • Pelayanan Kamar Spesial   Suka dan Duka

    Bertempat di salah satu aula gedung teater terkemuka di ibu kota, pernikahan Candra dan Melisa digelar dengan begitu meriahnya. Ribuan tamu undangan datang, setiap orang dari berbagai kalangan serta sanak-saudara dari kedua mempelai.Suasana yang semarak dan riuh sama sekali tak membuat hati Melisa terisi. Hari yang seharusnya bahagia, malah terasa sepi di tengah keramaian orang yang berebut memberikan ucapan menyelamati. Sudah dua hari sejak ungkapan perasaan sesungguhnya yang dia katakan pada Candra, hatinya malah semakin nyeri. Terasa sesak setiap kali napasnya dihela. Meskipun tak ada respons berarti dari lelaki yang sekarang sudah resmi menyandang status sebagai suami--tapi kebungkaman Candra itulah yang membuatnya semakin merasa bersalah. Sebenarnya saat memutuskan untuk menikah dan menerima lamaran Candra, Melisa hanya berharap bisa lepas dari masa lalunya. Tak ada yang dia pikirkan lagi selain itu. Begitu pun tentang perasaannya yang belum bisa dipastikan pada Candra bahkan

  • Pelayanan Kamar Spesial   Move On

    "Bang!" Dini menyikut tangan David yang baru saja hendak menyuap Zuppa soup.David menoleh setelah menghela napas panjang dan meletakkan cangkir berisi sup yang berasal dari Italia itu di atas meja. "Apaan?""Abang yakin nggak kalau Meli bakal bahagia dengan pernikahan ini?" tanyanya dengan sorot mata yang tak biasa. David terdiam sejenak. Pikirannya terlempar pada percakapannya dengan Cakra dua hari lalu. Senyum lelaki berambut cokelat itu mengembang setelahnya."Pasti, Meli cuma belum sadar aja."Dahi Dini mengernyit. "Sadar gimana? Tentang perasaannya gitu?"David menoleh, lalu tersenyum dan mengusap kepala Dini lembut. "Bisa dibilang begitu.""Jadi mere--""Mas Dave, Mbak Dini!"Seseorang mengiterupsi. David dan Dini beranjak dari kursi saat melihat Nadia--tetangga sekaligus pelanggan Room Service Melisa datang bersama anak dan lelaki yang tak asing di mata Dini. "Eh, Mbak Nadia. Makasih udah dateng, ya. Meli pasti seneng," seru Dini basa-basi. Dia melirik David yang tiba-tiba

  • Pelayanan Kamar Spesial   Kabar Mengejutkan

    Malam merangkak menenggelamkan petang yang perlahan mengilang. Di atas pembaringan berhias bunga mawar, Melisa duduk termangu. Menatap ponsel di genggaman tangan. Potret-potret sanak-saudara dan orang-orang tersayang ada di dalamnya. Tersenyum lebar mengiringi kebahagiaan kedua mempelai. Hanya Cakra dan Danita yang tak ada. Setelah mendengar kabar bahwa kakak tirinya itu sudah melahirkan, Melisa juga tak sempat menjenguknya karena sibuk dengan rencana pernikahan. Tadi pagi dia juga baru diberi kabar kalau hari ini mereka akan melakukan penerbangan menuju Eropa. Tanpa pamit atau ucapan selamat tinggal. Memang tak guna menangisi kepergian kedua orang yang sudah menorehkan noda hitam di hati bersihnya. Kepercayaan yang sudah kandas bersama kekecewaan yang terpaksa ditelan tetap saja meninggalkan kenangan menyakitkan yang tak bisa sembuh dalam waktu singkat. Tugasnya sekarang hanya menjalani hidup yang tersisa. Membahagiakan lelaki yang sudah menyandang status sebagai suaminya. Dan men

  • Pelayanan Kamar Spesial   Sesuatu yang Disembunyikan

    Setelah sepuluh hari tim sar bersama gabungan angkatan udara dan laut dikerahkan untuk melakukan pencarian korban puing-puing pesawat Elang Air di perairan Seratus. Media memberitakan bahwa tak ada satu pun korban selamat dalam tragedi nahas tersebut. Sejauh ini sudah sembilan puluh delapan mayat berhasil diidentifikasi, salah duanya adalah Cakra dan Danita. Penantian penuh harap seorang ibu dalam sepuluh hari terakhir berbuntut duka, kala sirine ambulans terdengar memasuki pelataran rumah Bu Nina. Membawa serta jasad anak dan menantunya yang sudah tak bernyawa. Tak ada yang menyangka, perpisahan mereka hari itu adalah yang terakhir kalinya. Bu Nina benar-benar menyesal, karena saat berpamitan dia bahkan tidak sudi menatap wajah putranya, karena menyayangkan keputusan Cakra yang lebih memilih pergi daripada menceraikan Danita. Dengan berat hati Bu Nina melepas Cakra dan Danita pergi, asal keduanya bersedia meninggalkan bayi yang baru dilahirkan Danita untuk dirawat Bu Nina bersama

  • Pelayanan Kamar Spesial   Sebuah Kesepakatan

    Dua bulan lalu ...."Aku nggak peduli. Aku benar-benar nggak peduli tentang masa lalumu. Apa pun yang sudah terjadi. Sama sekali nggak akan mengubah keputusanku untuk menikahimu." Candra merendahkan tubuhnya. Lalu mengecup lama kening Melisa. Sebelum mendekapnya. (ket : read bab 'Guncangan')Dari sudut mata Candra memang sudah menyadari kehadiran Cakra. Namun, dia sengaja mendekap tubuh Melisa lebih lama dan membuat saudara kembarnya semakin terbakar api cemburu yang membara sebelum pergi meninggalkan mereka.Setelah memastikan Melisa terlelap bersama rasa sakitnya, barulah Candra beranjak untuk mengejar Cakra yang dia rasa belum pergi terlalu jauh dari ruang rawat Melisa. Dan benar saja, dia menemukan saudaranya itu masih duduk termangu di ruang tunggu yang sepi dalam koridor lantai VIP. Bersama ransel besar yang dia letakkan di sampingnya. Perlahan Candra mendaratkan bokong di samping Cakra yang belum menyadari kehadiranya, karena wajah yang dia benamkan di antara kedua telapak ta

Latest chapter

  • Pelayanan Kamar Spesial   Berkumpul Kembali

    Acara Baby Shower perayaan tujuh bulanan Melisa dilaksanakan di sebuah vila milik keluarga yang ada di pusat kota. Semua anggota keluarga dan kerabat dekat hadir tanpa terkecuali, bahkan para pasien dekat Meli. Konsep acara out door. Di luar ruangan dengan nuansa biru dan merah muda khas perayaan menyambut anggota keluarga baru. Pak Indra dan Bu Nara bahkan ikut menghadiri. Kebetulan hubungan mereka dan Bu Nina sudah membaik sejak tragedi empat tahun lalu. Kini semuanya berkumpul dan mempererat hubungan sebagai teman dan kerabat dekat, tanpa mengungkit masa lalu yang sudah berlalu. Tiga bersaudara, Candra, Cakra, dan David duduk sejajar di kursi paling depan. Menatap Melisa yang baru saja keluar dituntun oma dan Danita.Perempuan itu terlihat begitu anggun dengan gaun gradasi warna soft pink, biru, juga tosca. Bandana bunga yang menghiasi kepala menambah manis penampilannya. “Semenjak hamil aura si Meli makin aur-auran, ya? Pantas aja lu makin lengket, Bang!” David menyikut leng

  • Pelayanan Kamar Spesial   Membalikan Keadaan

    Dalamnya laut masih bisa diukur, tetapi dalamnya hati manusia siapa yang tahu? Sama halnya dengan luas samudera yang tak bisa dibandingkan dengan luasnya hati seseorang yang dengan mudah memaafkan, meskipun sudah disakiti teramat dalam.Empat tahun telah berlalu sejak hari itu. Sejak Candra dan Danita pergi dengan membawa serta kenangan masa lalu mereka. Keduanya sama-sama belajar dari kesalahan, dan bangkit menjadi seseorang dengan pribadi dan identitas yang baru. 2021, tahun di mana kakak beradik yang sempat terlibat konflik kembali bersatu. Merajut tali kasih yang nyaris rapuh, menata kembali hubungan yang nyaris tak terselamatkan.Waktu selalu punya cara untuk menentukan akhir yang tak terduga. Jodoh pasti bertemu, dan jodoh pasti bersatu. Tak akan ada yang bisa mengusik itu. ***Perempuan dalam balutan gaun putih selutut itu duduk di tepi ranjang. Membaca ulang lembar demi lembar surat yang Danita tinggalkan sebelum dia memutuskan untuk hijrah ke luar negeri empat tahun si

  • Pelayanan Kamar Spesial   Kembali

    Cakra tertegun menatap Melisa yang baru saja keluar dari kamar mandi dengan gaun sepekat malam. Rambut cokelat keemasannya terurai panjang menyentuh punggung, wajah cantik itu dibubuhi make up tipis nan manis, hingga tak menutup kecantikan alami yang terpancar dari dalam. Kaki jenjangnya melangkah perlahan menghampiri suaminya yang sudah menunggu di bibir ranjang. Cakra berdiri. Menyambut sang permaisuri yang akan menemaninya terjaga malam ini. Cahaya yang temaram dan lilin aroma terapi menambah syahdu suasana di dalam ruang kamar itu. Melisa mengangkat kepala. Menatap lelaki yang sudah lebih dari tiga tahun dia nanti. Kekasih hati yang mengantarkan sampai di titik ini. Cakra mengulurkan tangan, kemudian menangkup kedua sisi wajah Melisa. Dikecupnya lama kening perempuan itu, lalu turun ke pucuk hidung, dan berakhir memangut bibirnya. Malam semakin larut, keduanya pun kian terhanyut. Perbuatan terlarang yang kala itu hampir mereka lakukan, sekarang sudah sah untuk ditunaikan.Dal

  • Pelayanan Kamar Spesial   Memperbaiki Keadaan

    Beberapa kali Melisa mengucek matanya saat menatap nisan di hadapan. Namun, nama itu tak berubah meski beberapa kali dia berusaha memastikan. Dua nisan yang sebelumnya tertera Danita dan Cakra kini berubah menjadi Faizah dan Danu!Sejak kapan nama di nisan ini berubah? Melisa bangkit dengan kebingungan luar biasa. Dia berlarian di sekitar pemakaman demi menemukan jawaban akan pertanyaan yang berputar di kepalanya. Akhirnya dia menemukan seorang penjaga makam. Lelaki tua yang tengah duduk di sebuah pos penjaga."Pak, maaf mau tanya. Makam pasangan suami istri korban Elang Air kurang lebih dua bulan lalu kapan diganti, ya?"Lelaki tua berseragam itu mengernyitkan dahi. "Kalau tak salah seminggu lalu. Katanya pihak medis salah mengidentifikasi." Deg! "Bapak yakin?""Yakin, Mbak. Orang saya juga ikut menguburkan. Kalau ndak salah namanya Bu Faizah dan Pak Danu, kan?"Melisa benar-benar hampir kehilangan kata. Kepalanya mendadak pusing dan berdenyut nyeri. "Kok, bisa, ya?""Saya jug

  • Pelayanan Kamar Spesial   Meyakinkan Diri

    Terjebak masa lalu mungkin adalah hal yang paling ditakuti beberapa individu. Terpaku pada satu kejadian yang membuat seseorang tak mampu melangkah maju, meskipun peristiwa itu sudah lama berlalu. Tak peduli berapa tahun telah terlewati, dunianya hanya berputar di satu waktu. Itulah yang sedang Melisa alami. Genggaman tangan Cakra yang dia lepaskan tiga tahun lalu, tak urung membuatnya jemu. Tiga tahun dia menderita dalam kubangan pilu, tersiksa rindu menggebu, dan mengharapkan sebuah temu di antara kukungan sang waktu. Sebenarnya Melisa benci menyaksikan Cakra mulai berdamai dengan keadaan dan melupakan masa lalu. Karena pada kenyataannya, dia masih terjaga di sini, mengharap suatu saat lelaki itu kembali.Namun, saat takdir merencanakan sebuah temu. Kehadiran yang tak diinginkan malah membuat hatinya terasa semakin ngilu. "Aku memang mengharapkanmu kembali, Mas, selalu, sepanjang waktu, sampai tak terasa tiga tahun berlalu. Tapi bukan begini caranya," lirih kalimat itu terlontar

  • Pelayanan Kamar Spesial   Tak Terima

    "Karena tak kunjung ada kemajuan untuk melahirkan normal juga alasan penyakit ginjal yang diderita istri Bapak, kami sarankan untuk melakukan tindakan operasi sesar. Silakan tanda tangan di sini, Pak!"Candra dibuat kelimpungan saat mengetahui proses persalinan Danita tak berjalan lancar. Apalagi di tengah-tengah dia tiba-tiba kehilangan kesadaran. Dalam resah dan gelisah lelaki itu hanya bisa termangu sendirian. Saat ini Candra bahkan tak bisa menghubungi ibunya atau Melisa mengingat kesalahan fatal yang sudah Danita buat dua bulan ke belakang. Rasa sesak dan pilu berkecamuk menjadi satu. Tak menyangka dia nasib perempuan yang dicinta sedemikian malangnya. Seandainya waktu bisa diputar. Sebagai manusia Candra hanya bisa berharap. Semoga pendosa seperti dia dan Danita masih diberi kesempatan untuk memperbaiki semuanya, lalu bahagia. Setelah menghela napas panjang, akhirnya Candra memutuskan. "Lakukan, Dok. Dan tolong selamatkan istri dan anak yang sangat saya cintai."***Candra m

  • Pelayanan Kamar Spesial   Sebuah Kesepakatan

    Dua bulan lalu ...."Aku nggak peduli. Aku benar-benar nggak peduli tentang masa lalumu. Apa pun yang sudah terjadi. Sama sekali nggak akan mengubah keputusanku untuk menikahimu." Candra merendahkan tubuhnya. Lalu mengecup lama kening Melisa. Sebelum mendekapnya. (ket : read bab 'Guncangan')Dari sudut mata Candra memang sudah menyadari kehadiran Cakra. Namun, dia sengaja mendekap tubuh Melisa lebih lama dan membuat saudara kembarnya semakin terbakar api cemburu yang membara sebelum pergi meninggalkan mereka.Setelah memastikan Melisa terlelap bersama rasa sakitnya, barulah Candra beranjak untuk mengejar Cakra yang dia rasa belum pergi terlalu jauh dari ruang rawat Melisa. Dan benar saja, dia menemukan saudaranya itu masih duduk termangu di ruang tunggu yang sepi dalam koridor lantai VIP. Bersama ransel besar yang dia letakkan di sampingnya. Perlahan Candra mendaratkan bokong di samping Cakra yang belum menyadari kehadiranya, karena wajah yang dia benamkan di antara kedua telapak ta

  • Pelayanan Kamar Spesial   Sesuatu yang Disembunyikan

    Setelah sepuluh hari tim sar bersama gabungan angkatan udara dan laut dikerahkan untuk melakukan pencarian korban puing-puing pesawat Elang Air di perairan Seratus. Media memberitakan bahwa tak ada satu pun korban selamat dalam tragedi nahas tersebut. Sejauh ini sudah sembilan puluh delapan mayat berhasil diidentifikasi, salah duanya adalah Cakra dan Danita. Penantian penuh harap seorang ibu dalam sepuluh hari terakhir berbuntut duka, kala sirine ambulans terdengar memasuki pelataran rumah Bu Nina. Membawa serta jasad anak dan menantunya yang sudah tak bernyawa. Tak ada yang menyangka, perpisahan mereka hari itu adalah yang terakhir kalinya. Bu Nina benar-benar menyesal, karena saat berpamitan dia bahkan tidak sudi menatap wajah putranya, karena menyayangkan keputusan Cakra yang lebih memilih pergi daripada menceraikan Danita. Dengan berat hati Bu Nina melepas Cakra dan Danita pergi, asal keduanya bersedia meninggalkan bayi yang baru dilahirkan Danita untuk dirawat Bu Nina bersama

  • Pelayanan Kamar Spesial   Kabar Mengejutkan

    Malam merangkak menenggelamkan petang yang perlahan mengilang. Di atas pembaringan berhias bunga mawar, Melisa duduk termangu. Menatap ponsel di genggaman tangan. Potret-potret sanak-saudara dan orang-orang tersayang ada di dalamnya. Tersenyum lebar mengiringi kebahagiaan kedua mempelai. Hanya Cakra dan Danita yang tak ada. Setelah mendengar kabar bahwa kakak tirinya itu sudah melahirkan, Melisa juga tak sempat menjenguknya karena sibuk dengan rencana pernikahan. Tadi pagi dia juga baru diberi kabar kalau hari ini mereka akan melakukan penerbangan menuju Eropa. Tanpa pamit atau ucapan selamat tinggal. Memang tak guna menangisi kepergian kedua orang yang sudah menorehkan noda hitam di hati bersihnya. Kepercayaan yang sudah kandas bersama kekecewaan yang terpaksa ditelan tetap saja meninggalkan kenangan menyakitkan yang tak bisa sembuh dalam waktu singkat. Tugasnya sekarang hanya menjalani hidup yang tersisa. Membahagiakan lelaki yang sudah menyandang status sebagai suaminya. Dan men

DMCA.com Protection Status