Saking lamanya menangis dalam diam akhirnya gadis malang itu tertidur di dekapan Aldrich yang kejam itu.Aldrich terbangun setelah tertidur beberapa jam.Matanya terbuka dan kali pertama yang dia lihat adalah wajah Leya yang saat ini sudah sembab karena banyak menangis.Aldrich seketika merasa bersalah karena tadi dia langsung menarik Leya.Aldrich merasa sangat tidak tenang hingga dia meminum obat penenang, begitulah Aldrich jika dia punya masalah dia selalu mengandalkan obat penenang.Aldrich menghela nafasnya kasar dia mungkin sudah menunjukkan sikap iblisnya itu di hadapan Leya."Astaga aku sangat bodoh" geram Aldrich.Laki laki itu bangkit dari tidurnya dia langsung mandi di bawah guyuran air shower laki laki itu mencoba menenangkan dirinya.Suara gemericik air dari kamar mandi terdengar di pendengaran Leya yang masih tertidur, matanya terbuka saat tau alasan dia tertidur tadi.Leya langsung terbangun dia melihat kalau Aldrich tidak ada, ini adalah kesempatan Leya untuk keluar da
Aldrich menyesal dia langsung mengikuti jejak tetesan darah di lantai itu, dan sebagian di tangga sudah di bersihkan oleh pelayan yang Aldrich bawa ke sana."Darah siapa ini" tanya Aldrich."Darah Leya tuan, tangannya terluka" ujar pelayan itu."Di mana Leya sekarang" tanya Aldrich dengan tatapan tajam."Pulang tuan, katanya anda mengijinkan dia pulang" jawabnya."Arghh" teriak Aldrich kesal dia langsung masuk lagi ke dalam kamarnya dan membanting pintu dengan sangat kasar."Awas saja Leya, aku tidak akan pernah memaafkan kamu" geram Aldrich yang saat ini sangat mudah marah.Hal itu tentu saja membuat para pelayan kebingungan, mereka yakin kalau Leya dan tuan Al memang bertengkar hingga tuan Al memecahkan kaca dan Leya pulang lebih dahulu dengan alasan tangannya terluka dan berdarah.Laki laki kasar itu hanya merenungi dirinya sendiri, dia tidak yakin kalau Leya akan memaafkan dia apa lagi perlakuan Aldrich padanya sangat kasar dan Leya sudah pasti akan trauma dengan perlakuan Aldrich
Malam ini entah ada apa tapi Ririn mau menginap di rumah ibu Ani, rumah mereka sangat dekat bahkan mereka pun adalah keluarga.Ririn baru kali ini menginap di rumah Ibu Ani yang selalu tinggal sendiri di rumahnya itu, namun di balik menginap itu Ririn menginginkan sesuatu dari Ibu Ani.Malam semakin larut Ibu Ani terlelap mungkin karena kecapean seharian bekerja di Villa.Ririn terbangun dia melihat lihat tas Ibu Ani yang sejak tadi menggantung di paku dinding rumah sederhana itu.Ririn melihat ada apa di dalam tas itu dan benar di dalamnya ada ponsel Ibu Ani yang sudah terhubung pada aplikasi pemantau cctv di Villa kamar Aldrich."Orang tua itu sangat pandai menggunakan ponsel ternyata" gumam Ririn.Ririn mencari cuplikan rekaman cctv dari tanggal pertama kali Aldrich ke sana, Ririn bahkan hampir menonton semua rekaman itu.Hingga rekaman rekaman di mana saat Aldrich baru pulang dari rumah sakit, terlihat di sana kalau Aldrich menindih tubuh Leya di atas kasur.Memang tidak terjadi a
Tatapan warga mengarah pada laki laki yang saat ini mencoba melindungi Leya.Orang itu adalah Aldrich yang baru datang ke sana bersama dengan sepuluh orang anak buahnya.Aldrich membantu membangunkan Leya yang saat ini terduduk di lantai, "Kamu tidak apa" tanya Aldrich yang bahkan tidak di gubris oleh Leya."Aku akan menikahi Leya, maaf atas ketidak nyamanan bapak ibu karena video itu, dengan cepat saya akan menangkap orang itu, dan tolong segera hapus video itu dari ponsel kalian, jika saya melihat ada video yang tersebar maka saya berjanji akan menghukum siapa pun orang yang menyebarkan Video itu" ujar Aldrich."Maaf tuan, warga meminta bukti dari keputusan anda sekarang" sahut Pak RW."Hari ini saya akan menikahi Leya, beri tau pada warga di sini, aku mengundang kalian semua untuk datang ke Villa ku, dengan syarat kalian menghapus video itu dari galeri atau penyimpanan apapun di ponsel kalian" ujar Aldrich."Baik tuan kami akan datang untuk menyaksikan pernikahan anda" ucap para w
Malam ini terasa sangat dingin. Namun, mungkin malam ini harusnya menjadi malam pertama bagi Leya dan Aldrich.Saat ini hanya Leya saja yang ada di dalam kamar Aldrich yang sudah di hiasi bunga bunga layaknya kamar pengantin.Tangisan tak henti hentinya membanjiri pipi Leya, entah suatu keberuntungan atau malah mungkin masalah baru dengan terjadinya pernikahan ini.Leya mengusap air matanya, "Kemalangan apa lagi yang akan aku terima ya Alloh" gumam Leya.KrettPintu terbuka menampakkan Aldrich yang saat ini baru saja datang ke kamarnya, tadi Aldrich datang ke rumah Leya untuk memastikan kalau Kenan baik baik saja.Aldrich juga membawa baju salin untuk Leya karena bisa Aldrich lihat kalau saat ini Leya masih memakai baju pengantin tadi siang.Sebenarnya membawa baju salin hanya alasan Aldrich untuk melihat kondisi orang tua Leya yang mungkin masih hancur karena kejadian tadi siang, dan benar saja orang tua Leya memohon agar Aldrich menyayangi Leya serta memperlakukan Leya dengan baik.
Pagi ini mata Aldrich perlahan terbuka dia saat ini tengah memeluk Leya yang sudah menjadi istrinya itu.Wajah Leya terhalang oleh rambut panjang dia, baru kali ini Aldrich melihat Leya tanpa kerudung.Senyuman terulas di bibir pria kejam yang tengah patah hati itu, Aldrich diam diam menciumi pipi Leya yang sangat tembam."Beruntung sekali aku menikahi janda muda ini" Aldrich membatin.Saat Aldrich mencoba untuk mengecup bibir mungil Leya, sayang aksinya itu malah di ketahui oleh Leya yang saat ini sudah terbangun dari tidurnya.Seulas senyuman Leya perlihatkan pada Aldrich, saat ini dia ingin ke kamar mandi dan melaksanakan sholat subuh karena saat ini sudah masuk waktu subuh.Aldrich bertanya tanya tentang apa yang Leya lakukan, dan kemarin Aldrich sudah menjadi mualaf dan mungkin mulai saat itu Aldrich sudah harus melakukan apa pun yang orang muslim lakukan."Bagaimana caranya sholat" Aldrich bergumam sendiri dia tidak tau bagaimana caranya dan bagaimana doanya.Aldrich melihat ke
Di salah satu pusat perbelanjaan Aldrich mengantarkan Leya dan Emly untuk berbelanja.Aldrich mengambil dompetnya yang ada di saku celananya."Ambil ini. Belanja apa pun yang kamu suka, Emly akan menemani kamu" sahut Aldrich."Nomor pin nya apa kak" tanya Emly."Tanggal pernikahan aku dan Leya" jawab Aldrich."Oke".Aldrich memegang tangan Leya."Belanjalah jangan marah lagi, aku harus pergi ada urusan sebentar" bisik Aldrich tepat di telinga wanita yang memakai kerudung itu.Hanya anggukan kepala yang Leya jawab untuk Aldrich, Leya menatap tubuh suaminya yang saat ini sudah Pergi dari sana."Kak kau harus tau kalau kakak selalu mempunyai urusan yang mendadak, jangan marah kalau kakak ada urusan bisa saja urusan itu memang sangat penting" ucap Emly."Urusan penting apa" tanya Leya."Pekerjaan, jadi kakak harus memaklumi hal ini" ucap Emly yang langsung memegang tangan kakaknya dan masuk ke salah satu toko pakaian yang berjajar rapi.**Di meja salah satu cafe yang cukup terkenal terli
Malam harinya Leya tidak bisa tidur apa lagi dia tidak bisa menemukan suaminya."Kemana tuan" gumam Leya.Leya menatap pada putra kecilnya itu, baru kali ini dia bisa membelikan putranya mainan yang banyak.Leya mengusap rambut bocah kecil itu, dalam dirinya Leya ingin sekali melihat putranya itu bahagia."Ken, semoga saja tuan Al bisa sayang padamu" gumam Leya.KrettPintu terbuka dan menampakan Aldrich yang baru saja pulang ke mansion besarnya itu.Leya mendekat pada suaminya dia langsung mencium punggung tangan Aldrich."Mau makan tuan" tanya Leya."Tidak perlu aku sudah makan barusan" jawab Aldrich yang langsung masuk kedalam kamar mandi meninggalkan Leya di sana.Leya hanya terdiam saja, dia sudah memaklumi sikap Aldrich yang memang seperti itu padanya.Leya duduk di pinggir ranjang yang ukurannya sangat besar itu.Namun, Leya sadar diri. Dia tidak mungkin tidak di atas kasur itu bersama dengan Aldrich apa lagi saat ini Leya bersama dengan Kenan.Leya tau betul kalau Kenan tidak
Sinta terpojok karena cerita dari Granida itu, bayangkan saja Sinta membenci Aldrich selama bertahun-tahun hanya karena Sinta salah menyangka pada Aldrich.Sinta marah pada Shasya yang melakukan itu tapi sayangnya Shasya sudah meninggal sebelum Sinta membalaskan dendamnya."Tante dengar kan?" tanya Leya.Leya begitu emosi karena selama ini dendam tantenya itu sangat tidak beralasan, bagaimana mungkin Sinta membenci tanpa mencari dahulu buktinya."Tante sudah meracuni suamiku, mungkin Tante harusnya di hukum sekarang!" tegas Leya."Beraninya kau!" geram Sinta.Van pasang badan untuk Leya, dia langsung menelpon polisi agar segera menangkap Sinta. Walaupun Sinta meraung-raung meminta maaf tapi tetap saja tidak ada yang mau memaafkan kesalahannya.Beberapa menit kemudian akhirnya polisi datang dan menangkap Sinta, Van merasa cukup puas karena Sinta akhirnya bisa merasakan rasanya menderita sama seperti Aldrich yang sudah dia racuni.Kalau saja Granida tidak tau kejadian itu mungkin saja S
Leya sejak tadi kesal pada Sinta karena tantenya itu memberikan obat pada minuman Aldrich tanpa sepengetahuan darinya, Leya bertanya sejak tadi tapi sayangnya Sinta tidak mau mengaku. Emly juga malah membela Sinta dari pada Leya, untuk sekarang Leya sudah sangat marah pada Sinta dan ingin segera membongkar kejahatan Sinta.Sayangnya, Leya tidak punya bukti yang bisa membenarkan ucapan dirinya, sejak tadi hanya helaan nafas yang Leya lakukan. Sinta juga bersandiwara dengan menangis dan mengadukan pada Emly, hingga membuat Emly memaki-maki Leya dengan perkataan kasar."Leya, Tante itu sayang pada Aldrich. Mana mungkin Tante mau mencelakai Aldrich!" sahut Sinta.Leya diam, tangannya mengambil gelas yang berisi air minum untuk Aldrich. Walaupun Aldrich masih belum sadarkan diri, tetap saja Dokter menyarankan untuk Leya memberikan Aldrich minum walaupun hanya satu sendok saja.Leya membuang air minum itu ke kamar mandi yang ada di ruangan itu, Sinta kesal melihat tingkah Leya yang sekarang
"Kau ingin merampokku? Sial!" Van membentak bahkan sampai mengebrak meja karena mendengar dari Tasya kalau dia punya bukti tentang kejahatan Sinta. Tapi sayangnya Tasya meminta uang sebanyak satu milyar untuk informasi itu, Van tak akan mungkin memberikan uang sebanyak itu pada Tasya, apa lagi Van tau kalau Tasya pernah membuat salah pada istrinya Rayandra."Baiklah, aku akan kasih tau tapi kasih aku uang seratus juta." Tasya masih menawarkan harga yang harus Van bayar, tapi karena penasaran Van langsung mengambil ponselnya dan mentransfer uang itu pada Tasya."Sudah, baiklah apa yang kamu punya?" tanya Van.Tasya semakin mendekat pada Van dan membicarakan semuanya yang dia lihat tentang Sinta, saat Sinta memasukan obat kedalam minuman dan makanan Aldrich, Tasya juga mengetahui hal itu.Bukan itu saja, Tasya juga punya botol obat yang Sinta berikan pada Aldrich.Hanya dengan obat itu Van berharap kalau dia bisa segera membantu Aldrich untuk sembuh, Van langsung menemui Dokter dan memi
"Dokter, bagaimana keadaan Clara?" tanya Granida yang semakin panik."Hanya luka saja, tuan. Tapi selamat tuan karena anda akan menjadi seorang Ayah." Dokter itu berucap dengan menyodorkan tangannya berniat memberikan selamat pada Granida.Dan sekarang Granida hanya diam saja, mungkin dia syok karena mendengar kalau dia akan menjadi seorang Ayah. Untungnya Van langsung menggerakan tangan Granida untuk segera menjabat tangan dokter itu."Terimakasih Dokter," ucap Granida yang masih tak percaya."Sama-sama, Tuan. Baiklah kalau begitu saya akan ke ruangan saya, kalau ada yang bisa saya bantu panggil saja saya." Dokter itu langsung pergi dari sana.Van menepuk pundak Granida yang masih tidak percaya kalau dia akan punya anak dari Clara. "Kau kenapa? Harusnya kau bahagia, Granida. Karena kau akan menjadi seorang Ayah," ucap Van."Tapi bagaimana mungkin? Kami hanya melakukannya sekali saja." Granida langsung mendudukkan tubuhnya karena tidak percaya pada apa yang sekarang terjadi."Bisa saj
Hari ini adalah hari pernikahan Granida dan Clara, mungkin sudah lima hari sejak Aldrich pingsan, Granida berharap kalau Aldrich bisa datang tapi sayangnya Aldrich masih pingsan dan sepertinya kondisinya kurang baik sekarang.Kata Dokter, kesehatan Aldrich semakin menurun apa lagi tidak ada makanan yang masuk kedalam tubuh Aldrich, bahkan Aldrich tidak bergerak sama sekali di atas tidur.Granida juga meminta Leya untuk datang tapi sayangnya Leya tidak akan datang karena dia cemas pada kondisi Aldrich, sekarang saja Aldrich tengah dirawat di rumah sakit ternama, kabarnya Leya dan Emly sering kali terlibat sebuah pertengkaran yang membuat keduanya salah paham.Van sudah kehabisan akal untuk memisahkan Leya dan Emly apa lagi ada Sinta juga yang menjadi pendukung Emly, keadaan keluarga itu sekarang sangat kacau. Tapi Granida juga tidak bisa melakukan apa pun, dia tadinya ingin menunda pernikahannya, tapi tidak mungkin karena persiapannya sudah selesai.Granida sudah mengucapkan janji suci
Emly sejak tadi menangis dan mengadu pada Sinta tentang masalah yang baru saja dikatakan oleh Van padanya, Emly merasa kalau dia tidak salah bahkan dia juga merasa kalau Sinta juga tidak akan mungkin melakukan hal seperti itu pada Aldrich."Kamu percayakan sama Tante?" tanya Sinta memastikan kalau Emly masih berada di pihaknya.Emly menganggukan kepalanya karena memang dia sangat percaya pada Sinta."Tante, aku gak suka Leya berkata seperti itu pada Tante, jahat sekali mulutnya." Emly mengusap air matanya yang sejak tadi berjatuhan membasahi pipinya."Sudahlah lagian Tante juga tau kalau Leya memang sangat membenci Tante sejak pertama Tante datang kesini," ucap Sinta."Aku akan buat perhitungan padanya!" geram Emly. Tangannya terkepal kuat karena emosinya yang dia tahan.Emly langsung keluar dari kamar Sinta, dia akan menuju ke kamar Leya. Sekarang Emly sudah sangat marah pada Leya apa lagi dalam pikiran Emly, yang salah itu adalah Leya karena Leya sudah mengijinkan Aldrich pergi pada
Van akhirnya bisa menemui Leya, dia akan memberi tahukan semuanya pada Leya, tapi sayangnya saat Van akan masuk ke kamar Aldrich terlihat kalau diluar ada Sinta yang tengah menelpon seseorang.Van merasa semakin curiga apa lagi Sinta berbicara dengan berbisik-bisik di telponnya."Apa jangan-jangan dugaan aku ini benar? Tante Sinta yang melakukannya? Jahat sekali dia!" geram Van.Van masih memantau Sinta hingga Sinta pergi dari sana dan sekarang adalah saatnya Van untuk masuk kedalam dan membicarakan semuanya pada Leya.Setelah semuanya terbongkar Van tak akan melakukan apa pun pada Sinta hanya saja Van mau Sinta merasakan apa yang Aldrich rasakan."Aku mencurigai Tante Sinta." ujar Van sambil menganggukkan kepalanya karena dia yakin dengan ucapannya itu."Kenapa kakak begitu yakin?" tanya Leya yang sebenarnya senang sekali karena Van akhirnya menyadari hal itu."Aku merasa kalau dia terlibat sangat aneh," papar Van.**Aldrich menatap pada tantenya yang baru saja pulang entah dari man
"Aku kurang tau. Tapi aku mencurigai seseorang!" "Siapa?" sela Leya. "Aku curiga pada Tasya." ujar Van. Leya menganggukan kepalanya. Tapi dia tidak percaya kalau Tasya yang akan melakukan hal itu, apa lagi dia tau sekali kalau Sinta yang melakukannya, hanya saja Leya tak bisa bicara sekarang karena Van pasti akan mengklaim kalau Leya memfitnah Sinta. "Apa jangan-jangan, Nyonya Sinta." ucap Saga yang langsung menatap Van dan Leya. "Hah, jangan memfitnah Saga. Kau tak punya bukti!" Van berucap dengan nada ketus. "Aku memang tak punya bukti, tapi dari racun itu menunjukan kalau obat itu tidak ada di apotek mana pun. Dan Nyonya Sinta dulunya pernah bekerja di rumah sakit, bisa saja dia meracik obat itu sendiri." ungkap Saga mengungkapkan semua kejanggalan yang dia rasakan. "Bisa jadi, tapi kita gak punya bukti." bantah Van. "Kak Van, kita bisa punya bukti kalau kita bisa bekerja sama." Leya berucap dengan penuh harap, Leya tak bisa menemukan bukti sendirian makannya dia
"Kata anak buah ku, Tasya diusir dari villa Aldrich." ujar Rayandra pada istrinya Risa. Risa menatap pada suaminya yang saat ini terlihat sangat kacau, Rayandra baru saja pulang dari pekerjaannya dan sepertinya Rayandra mempunyai masalah yang berat, tapi dia tidak bicara pada Risa. Risa mendekat pada suaminya, Risa memegang tangan Rayandra. "Ada apa?" tanya Risa. Rayandra menggelengkan kepalanya. "Tidak, bagaimana keadaan anak kita?" tanya Rayandra mengusap perut Risa yang masih sangat rata. "Sepertinya baik-baik saja." jawab Risa. Risa mendengar Rezha yang saat ini menangis, dia langsung menggendong Rezha dan memberikan susu pada bayi itu. Walaupun Risa bukanlah ibu kandungnya tapi Risa sangat sayang pada Rezha. "Bisa aku minta sesuatu?" tanya Rayandra menatap pada Risa yang saat ini menunggu lanjutan dari ucapan Rayandra. "Bisakah kamu jauhi Danan, aku tidak suka padanya." paparnya. "Kenapa? Apa dia salah?" tanya Risa. "Tidak, hanya saja aku baru tau kalau dahulu Danan lah