"Beginilah besarnya rasa cintaku untuk kamu Clara, aku memilih kamu atas nama hidupku." Clara tentu saja sedang menari di atas angin, memikirkan bagaimana menderitanya Maureen saat suami yang diharapkannya pergi begitu saja.Entah berapa oktaf nada teriak wanita itu dalam pikirannya."Terima kasih Tuan, aku sungguh merindukanmu." Lalu Clara meraih tubuh laki-laki itu dan memeluknya dengan mata terpejam.Bukan! Bukan berarti Clara bahagia dengan keputusannya, dia hanya merubah ekpresinya menjadi simpati agar Darwin semakin percaya padanya.Darwin melepaskan pelukan itu, dan menatap wajah Clara lekat-lekat."Aku ingin memiliki kamu, aku ingin bercinta dengan kamu." Darwin membelai tubuh Clara dan mentautkan jari jemari merek berdua."Apa aku pantas menerima cinta dari Tuan?""Kenapa kamu bicara seperti itu? Aku adalah aku! Bagi aku kamu lebih istimewa dari wanita lain bahkan istriku sendiri!"Clara mengucapkan terima kasih atas pujian itu dan menyerahkan sebuah piayama, pada Darwin."I
Malam panas dimulai, ketika Darwin telah keluar dari dalam kamar mandi, menghampiri Clara yang duduk di tepi ranjangnya.Bulir air yang menetes dari rambut Darwin membuat laki-laki berumur itu lebih kelihatan menawan. Tubuhnya yang wangi, menambah ketampanan dan pesonanya beratus kali lipat. Darwin melempar handuknya, dan menuntun Clara membaringkan tubuh mereka di atas kasur, dengan posisi Darwin di atas tubuh Clara."Aku menginginkan kamu malam ini!" Setelah saling bertatapan cukup lama, Darwin meraih bibir merah Clara, dan melumatnya dengan penuh kelembutan, sama seperti yang dia lakukan pertama kali di studio saat itu.Bedanya, posisi ciuman kali ini lebih menantang.Clara juga melumat bibir Darwin dengan pagutan yang semakin lama, semakin lihai, seirama dengan detak jantung mereka yang pasti berdegup lebih kencang.Darwin melepaskan kecupan itu untuk memberikan ruang bernapas bagi keduanya."Jangan halangi aku malam ini, aku ingin menjadi kuda pacu tercepat untuk Nona!"Clara ti
"Ini Jam berapa Dian!!! Ini sudah pagi buta, Darwin belum datang juga? Apa dia kesasar, apa dia lupa alamat Vila ini? Kenapa aku belum menemukan suamiku?" Bukannya sadar diri kenapa suaminya bisa pergi dari dirinya, Maureen justru semakin murka dan menyebut sumpah serapah apa saja yang terlintas di dalam benaknya.Bahkan dia melarang sekretarisnya beristirahat selagi Darwin belum muncul di Vila itu, sudah sangat mirip seperti psikopat gila yang haus kasih sayang suaminya."Aku sudah bekerja keras selama berhari-hari di sana, imbalan ku hanya menikmati malam romantis dengan suami sendiri. Tapi apa ini? Ini yang harus aku dapatkan? Aku tidak akan pernah terima perlakuan laki-laki itu.Panggil Faris ke sini!"Maureen akhirnya mencari kambing hitam lain yang harus dia salahkan atas kemalangan nya ini, tidak peduli orang itu benar atau salah, Maureen hanya perlu seseorang untuk menjadi bahan pelampiasannya."Baik Nyonya!" sahut Dian seraya mengambil ponsel dari saku celananya.***Silau m
Karena sudah tidak ada harapan bertemu dengan Darwin di vila itu, maka Maureen memutuskan untuk meninggalkan tempat itu dan kembali ke rumahnya, dia hanya akan menunggu kehadiran Darwin di rumah pribadi mereka.Sayangnya, pihak hak Maureen enggan untuk mengganti rugi semua perabotan yang telah dirusak oleh sang majikan, dengan alasan Golden Ang adalah pemilik saham terbanyak di vila itu, pimpinannya pun amat sangat mengenal Hary Hartawan.Dengan amat sangat murka, Maureen terpaksa meninggalkan vila itu dengan penuh kenangan buruk di dalamnya. Vila itu terkenang sebuah kesialan dalam hidupnya sejak tujuh tahun terakhir. Ya! Maureen pernah mengalami kesialan lain, sesaat sebelum pernikahannya bersama Darwin."Aish, setelah mengabaikan aku tadi malam, si tua bangka ini untuk apa menelpon ku?" Mauren kesal ketika melihat nama ayahnya telah tampil di layar ponsel.Rasanya seperti ingin merobek wajah ayahnya yang sudah keriput itu.Tak selera mengangkatnya, Maureen lebih memilih me-reject t
Cincin berlian dengan nilai hampir mencapai satu miliyar itu tersimpan anggun di dalam sebuah kotak perhiasan yang telah dibuka oleh Darwin di hadapan Clara.tTidak ada yang bisa mengalahkan rasa cinta yang begitu besar untuk wanita itu, hingga memberikan berlian mahal tidak berarti apa-apa baginya. "Sayang, ini apa tidak terlalu mahal untukku?""Mahal? Apa itu mahal? Tidak ada yang lebih mahal selain cintamu untukku. Bahkan rasanya cincin ini tidak ada apa-apanya dibandingkan hati yang sudah kamu berikan untukku, Nona!" sahut Darwin dengan percaya diri."Baiklah, aku menerima hadiah ini dengan setulus hati. Terima kasih sayangku!"Sebelum Clara turun dari mobil, Darwin menyempatkan diri untuk mencium kening kekasihnya itu sebagai tanda perpisahan sementara. Setelah itu Clara mohon pamit untuk segera pulang ke rumahnya, bertemu dengan Ibu Laura dan menceritakan semua yang sudah di lalui ketika perjalanan bisnisnya bersama Maureen."Aku pulang!" ucap Clara memasuki rumahnya."Bunda!!
Darwin menghembuskan napas kasar memperhatikan ruangan yang sudah sangat berantakan akibat ulah istrinya yang melempar barang seenak jidatnya sendiri "Akhirnya kamu muncul juga Tuan Darwin. Ku pikir kamu sudah hilang ditelan bumi. Jawab jujur, kenapa kamu tidak datang malam itu."Mungkin sebentar lagi, perseteruan sengit akan terjadi diantara suami istri itu, keduanya saling beradu emosi dan merasa paling tersakiti."Aku sudah bilang berkali-kali, pegawai kita bukan budak! Kenapa kamu memperlakukan mereka dengan seenaknya sendiri? Apalagi Faris, dia bekerja untukku, kamu paham tidak?"Ekpresinya sangat menyeramkan sekali, kedua matanya terbelalak lebar seakan akan jatuh menggelinding ke lantai."Kamu malah membela sekretarismu? Aku ini wanita yang sudah kamu sakiti hatinya, kenapa malah membela orang lain. Aku khawatir sayang, wajar saja aku bertanya pada Faris, dia yang paling tahu keberadaan kamu dan apa yang kamu lakukan selama ini.""Apa memasang alat pelacak juga termasuk hal ya
"Dokumen apa ini?"Ibu Laura memandangi kertas yang hanya terdapat nomor telepon di dalamnya."Itu adalah nomor telepon satpam yang bertugas di kantor Ayah. Pada hari di mana kedua orangtuaku dianiaya, aku sempat menelepon satpam itu ke nomor kantor untuk minta pertolongan. Panggilan itu sempat tersambung dan aku mendengar suaranya sebelum anak buah Hary memergoki aku di ruangan kerja Ayah," terang Clara."Lalu, apa yang akan kamu lakukan pada satpam itu?""Aku harus bertanya ke mana dia, apakah dia tahu peristiwa yang menimpa orang tua aku atau tidak. Kalau dia tahu, kenapa dia diam saja? Pastinya dia paham apa yang terjadi. Kalau ternyata dia dihasut oleh seseorang, aku akan menyeret orang itu sampai mendapatkan ganjaran yang setimpal!"Clara berapi-api sekali dan tidak pernah bercanda dalam ucapannya."Aku akan coba mencari tahu lewat sumberku, sekarang tugas kamu adalah mencari dokumen penting yang mungkin saja disembunyikan Darwin di rumahnya, atau di rumah Hary Hartawan. Aku jug
Bian terlihat sudah memasuki rumahnya setelah dia baru saja tiba dari perjalanan bisnisnya untuk meninjau lokasi yang akan dibuatkan cabang sub kontraktor Golden Ang, di daerah Depok.Sehingga saat Clara tiba dan Vania sakit Bian tidak ikut hadir mengurus Vania, bahkan dia juga tidak sempat bertemu dengan Clara yang sudah hampir 10 hari meninggalkannya. Tetapi, ada keuntungan tersendiri untuk laki-laki itu, karena dia bisa menjaga jarak dari obrolan terakhir kali mengenai kontrak kerja dia ketika masih bekerja di Addara.Dan membuat dia terbebas dari pertanyaan-pertanyaan aneh lain yang dilontarkan istrinya."Kamu sudah pulang?" tanya Ibu Laura yang sedang menikmati makan malam di rumahnya, tepat beberapa waktu setelah Clara pamit bertemu dengan kepala Jaksa Agam."Sudah Bu, aku dengar Bundanya Vania sudah datang. Maaf karena pekerjaannya ku yang akhir-akhir ini sangat banyak sekali, aku tidak bisa meluangkan waktu untuk menyambutnya." Begitu terang Bian di depan mertua palsunya."Tid