Darwin menghembuskan napas kasar memperhatikan ruangan yang sudah sangat berantakan akibat ulah istrinya yang melempar barang seenak jidatnya sendiri "Akhirnya kamu muncul juga Tuan Darwin. Ku pikir kamu sudah hilang ditelan bumi. Jawab jujur, kenapa kamu tidak datang malam itu."Mungkin sebentar lagi, perseteruan sengit akan terjadi diantara suami istri itu, keduanya saling beradu emosi dan merasa paling tersakiti."Aku sudah bilang berkali-kali, pegawai kita bukan budak! Kenapa kamu memperlakukan mereka dengan seenaknya sendiri? Apalagi Faris, dia bekerja untukku, kamu paham tidak?"Ekpresinya sangat menyeramkan sekali, kedua matanya terbelalak lebar seakan akan jatuh menggelinding ke lantai."Kamu malah membela sekretarismu? Aku ini wanita yang sudah kamu sakiti hatinya, kenapa malah membela orang lain. Aku khawatir sayang, wajar saja aku bertanya pada Faris, dia yang paling tahu keberadaan kamu dan apa yang kamu lakukan selama ini.""Apa memasang alat pelacak juga termasuk hal ya
"Dokumen apa ini?"Ibu Laura memandangi kertas yang hanya terdapat nomor telepon di dalamnya."Itu adalah nomor telepon satpam yang bertugas di kantor Ayah. Pada hari di mana kedua orangtuaku dianiaya, aku sempat menelepon satpam itu ke nomor kantor untuk minta pertolongan. Panggilan itu sempat tersambung dan aku mendengar suaranya sebelum anak buah Hary memergoki aku di ruangan kerja Ayah," terang Clara."Lalu, apa yang akan kamu lakukan pada satpam itu?""Aku harus bertanya ke mana dia, apakah dia tahu peristiwa yang menimpa orang tua aku atau tidak. Kalau dia tahu, kenapa dia diam saja? Pastinya dia paham apa yang terjadi. Kalau ternyata dia dihasut oleh seseorang, aku akan menyeret orang itu sampai mendapatkan ganjaran yang setimpal!"Clara berapi-api sekali dan tidak pernah bercanda dalam ucapannya."Aku akan coba mencari tahu lewat sumberku, sekarang tugas kamu adalah mencari dokumen penting yang mungkin saja disembunyikan Darwin di rumahnya, atau di rumah Hary Hartawan. Aku jug
Bian terlihat sudah memasuki rumahnya setelah dia baru saja tiba dari perjalanan bisnisnya untuk meninjau lokasi yang akan dibuatkan cabang sub kontraktor Golden Ang, di daerah Depok.Sehingga saat Clara tiba dan Vania sakit Bian tidak ikut hadir mengurus Vania, bahkan dia juga tidak sempat bertemu dengan Clara yang sudah hampir 10 hari meninggalkannya. Tetapi, ada keuntungan tersendiri untuk laki-laki itu, karena dia bisa menjaga jarak dari obrolan terakhir kali mengenai kontrak kerja dia ketika masih bekerja di Addara.Dan membuat dia terbebas dari pertanyaan-pertanyaan aneh lain yang dilontarkan istrinya."Kamu sudah pulang?" tanya Ibu Laura yang sedang menikmati makan malam di rumahnya, tepat beberapa waktu setelah Clara pamit bertemu dengan kepala Jaksa Agam."Sudah Bu, aku dengar Bundanya Vania sudah datang. Maaf karena pekerjaannya ku yang akhir-akhir ini sangat banyak sekali, aku tidak bisa meluangkan waktu untuk menyambutnya." Begitu terang Bian di depan mertua palsunya."Tid
Clara memperbaiki irama napasnya yang sedikit tersengal-sengal dengan irama jantung yang berdegup kencang. Itulah ekpresi ketika seseorang merasa sangat gugup, namun Clara berhasil mengatasi masalah itu secepatnya.Kemudian dua mengambil ponselnya, dan menelepon Darwin."Iya? Ah, aku sedang berada di studio kamu, tapi tampaknya kamu tidak ada di sini.""Kamu di studio sayang? Padahal aku di apartemen ini, baru saja aku akan menghubungi kamu. Apa yang kamu lakukan di saat sendirian seperti itu?""Aku sedang memikirkan sesuatu, dan di studio ini aku merasa sangat tenang. Aku menyukai suasana di sini, karena seperti di bar. Oh iya, sudah lama aku tidak ke tempat itu." Darwin baru ingat, bahwa semenjak jatuh cinta pada Clara, dia sudah tidak merasa kesepian lagi hingga harus menghabiskan waktu di dalam Bar."Mau bertemu di sana Sayang?""Sekarang? Apa tidak larut malam untukmu?""Tidak Tuan, aku juga ingin menikmati musik sambil meneguk tengola. Aku tunggu di sana ya, jangan terlambat!"
"Katakan dengan lebih jelas Nona, kamu menginginkan perusahaan apa dariku?"Tampaknya, Darwin tidak menganggap perkataan Clara hanya sebuah candaan. Dengan pertanyaan simpel tadi, Darwin bahkan sudah memikirkan perusahaan apa yang cocok untuk Clara."Perusahaan yang bisa mengalahkan departemen store milik Nyonya Maureen nanti."Darwin menganggukkan kepalanya, paham."Baiklah, aku akan memikirkan perusahaan apa itu. Untuk sekarang, fokus saja mendirikan departemen store bersama dia, sehingga kamu bisa tahu letak kelemahannya di mana. Supaya saat kamu mendirikan perusahaan baru, kamu bisa menggunakan kelemahan itu sebagai senjatanya."Clara sedikit tersentuh dengan kata-kata Darwin yang dinilai terlalu memihak dirinya. Ia sampai heran, kesalahan apa yang sudah dilakukan Maureen hingga Darwin begitu melekat dan percaya kepada dirinya."Tuan, aku selalu penasaran akan hal ini. Kenapa kamu terang-terangan berpihak padaku?""Karena aku bisa menilai mana wanita yang tulus dan mana yang hanya
Maureen baru saja tiba di rumah milik ayahnya, dan segera berjalan masuk ke dalam untuk menemui laki-laki itu, tentunya dengan langkah kaki yang berdentum keras akibat masih geram dengan perbuatan acuh laki-laki itu pada anak perempuannya.Hary sudah tiba satu hari setelah Maureen dari perjalanannya ke luar negeri, dan Maureen menemukan ayahnya sedang duduk di sofa ruang televisi."Sudah datang?" Hary menoleh sekilas ke arah anaknya lalu kembali menatap layar televisi. "Bagaimana perayaan hari ulang tahun pernikahan kamu? Kacau?"Maureen dibuat tak bisa berkata-kata oleh ucapan ayahnya."Ayah memanggil aku ke sini hanya untuk menanyakan itu? Yang benar saja!" Maureen menyahut kesal."Hahaha, sudah ayah tebak bahwa pestanya kacau. Lagi pula, kamu sangat berharap besar pada suami kamu. Dia saja menolak permintaan ayah untuk memasukkan perusahaan ke bursa efek, apalagi pernikahan kalian. Kamu harus lebih pintar dari dia!" tukasnya sambil tertawa lebar. "Sejak kapan Ayah khawatir padaku?
Pagi, setelah Clara mengantar Vania ke sekolah, dia diminta untuk menemui Maureen di galeri miliknya.Setelah mereka berdua pulang dari perjalanan bisnis, dan setelah Clara menikmati malam panas bersama Darwin, mereka memang belum memiliki kesempatan lagi, untuk bertemu. Hingga, ketika diminta untuk ke galeri, lantas wanita itu segera mengiyakan keinginan Maureen dan menyetop taksi online yang akan membawanya ke sana.Sesampainya di galeri, Clara agak terkejut saat melihat pemandangan beberapa baju-baju branded berjejer di depannya, lengkap dengan sepatu juga tas.Entah apa maksud dari itu semua, Clara belum paham. Ia hanya berjalan mendekati Maureen."Sudah datang?" sapa Maureen. Dua orang penata riasnya terlihat sedang berusaha mencocokkan baju dan tas yang mungkin akan dikenakan oleh Maureen ketika dia akan menghadiri suatu event."Sedang apa Nyonya? Kenapa banyak baju-baju bagus dipajang?" tanya Clara heran. Dia tidak tahu sama sekali tentang rencana perempuan licik itu."Ah in
Clara dengan serius menantikan cerita dari Maureen tentang alasan apa yang melandasi tingkah gilanya hari ini.Karena orang waras tidak akan pernah pergi ke pemakaman orang lain dengan pakaian pesta seperti itu."Benarkah kamu ingin ini mengetahui ceritanya? Kamu harus mempersiapkan diri dari hal yang mungkin baru pertama kali kamu dengar!" "Apa itu nyonya?""Aku akan ceritakan setelah kita keluar dari pemakaman."Kemudian sekretaris Maureen tiba-tiba datang dan memberi tahu bahwa mobil sudah siap di depan. "Baiklah, kita akan segera ke sana."Maureen menyuruh mobil yang satunya untuk membawa clara dan Vania, sedangkan dia tetap memakai mobil pribadinya.Meskipun sangat penasaran, tetapi Clara tetap berusaha menahan diri untuk tidak bertanya lebih jauh, karena bisa jadi Maureen akan curiga nantinya.**Dua mobil telah membawa dua wanita dengan dress yang sangat cantik dalam berangkat dari tempat semula menuju ke tempat di mana orang-orang yang sedang menangisi jasad kaku dari orang