Ardan terdiam di dalam kamarnya, pikirannya menerawang saat melihat Tian dan Ara bersama tadi. Entahlah ia merasa seperti sesuatu yang buruk akan segera terjadi pada adik bungsunya itu.
"Bagaimana bisa Ara mengenal Tian? Ah, laki-laki itu juga seperti kurang puas dengan kejadian yang pernah terjadi?" Tidak! Ia tidak akan ingin membuat nasib adiknya itu sama seperti Kirana. Cukup Kirana jangan Ara.
Sepertinya kepulangan nya itu merupakan hal yang benar. Tidak masalah jika Ara belum bisa menerima nya yang jelas ia akan terus memantau apa saja yang dilakukan Ara mulai sekarang. Ia harus bergerak cepat sebelum semuanya kembali sia-sia lagi.
Matanya beralih menatap foto tujuh tahun yang lalu saat masih ada Kirana diantara mereka. Rasanya hari itu merupakan hari yang paling membahagiakan di dunia. Sungguh, ia begitu merindukan hari itu lagi.
Andai waktu bisa diulang sebentar saja, ia ingin kembali me
Ardan membuka pintu kamarnya saat sejak tadi ia mendengar Ara tak henti-hentinya mengedor pintu kamarnya."Kenapa?" Tanya Ardan saat melihat Ara yang sudah begitu rapi dan pakaiannya juga sedikit terbuka dan begitu ketat menampakkan bentuk tubuhnya itu."Pinjam mobil." Jawab Ara dengan begitu sinis."Untuk apa?""Mau pergi.""Kemana?""Pergilah pokoknya.""Ya kemana dulu.""Pergi yang jauh.""Ya udah gue antar ya." Jawab Ardan akhirnyaMendengar itu Ara langsung terbelalak, "No!" Pekik Ara kuat. Tak akan ia biarkan Ardan mengantar nya.Melihat itu Ardan langsung menaikkan alisnya, ia menangkap sesuatu yang aneh pada diri Ara."Why?""Aku dan kamu tidak dekat jadi berhentilah untuk peduli tentangku. Aku tidak membut
Ara membawa langkah kakinya ke sebuah club malam dimana ia dan Tian kemarin. Hati nya benar-benar kesal dengan sikap Ardan tadi. Dia pikir dirinya siapa bisa mengatur-ngatur hidupnya seperti itu!Wajah kesal itu tak pudar sedikitpun sampai ia masuk ke dalam club malam yang langsung disambut Dengan berisik nya bunyi DJ yang merusak gendang telinga. Di beberapa tempat juga banyak sekali orang yang sedang bertukar oksigen dibawa redupnya lampu itu.Dirinya benar-benar sedang malas hari ini, moodnya hancur karena Ardan tadi. Entahlah, dirinya juga tidak tahu apa alasan dari kepulangan Ardan itu.Tapi apapun alasannya itu Tiara tidak peduli. Ia sudah malas dengan Ardan. Laki-laki yang sangat ia cinta dulu itu mengapa harus menjelma menjadi orang pertama yang menyakitinya tujuh tahun yang lalu hingga saat ini.Masih segar di ingatan nya itu bagaimana Ardan begitu menyayangi Dirinya dan juga Karina si kemba
"Akhirnya kamu datang juga." Ucap seseorang yang langsung menyadarkan Ara dari lamunannya tentang kedua kakak kembarnya itu.Ara menoleh ke arah sumber suara, di sana sudah ada Tian yang sedang tersenyum melihat nya."Hai nona pelacur, kita bertemu lagi." Sapa Tian.Ara mengalihkan pandangannya ke arah lain, entah kenapa hari ini ia begitu sial bertemu dengan Tian berkali-kali serta sang kakak yang menyebalkan."Apa mau mu tuan?" Tanya Ara sinis.Mendengar nada bicara sinis Ara, Tian terkekeh."Hei, tidakkah kau harus belajar ramah tamah dulu sebelum menjadi seorang pelacur itu hm?""Oh ya? Mungkin aku akan ramah tamah nya nanti saat benar-benar menemukan orang yang ingin membeli ku." Jawab Ara yang kembali mengundang tawa dari Tian."Ahahha, seseorang yang ingin membelimu? Kau bercanda nona?""Ak
Ara pulang ke kostnya pukul dua dini hari. Ia sangat malas untuk pulang kerumah besar itu. Malas untuk berdebat dengan Ardan yang entah kenapa terlalu begitu posesif sekarang kepada nya.Tapi tunggu dulu, posesif? Ah iya, ia lupa jika laki-laki yang Pernah ia taruh harapan untuk dinikahi itu memang begitu posesif kepada dirinya dan juga Karina.Masih ingat dengan jelas bagaimana ia begitu menyayangi dan menjaga dirinya dan juga Karina dengan begitu penuh sayang.Tapi itu dulu, dulu sekali sebelum kejadian tujuh tahun itu membuat semuanya menjadi berubah. Tak ada lagi cinta dan sayang yang diperlihatkan oleh Ardan. Tak ada lagi sosok yang selalu menajdi sandaran untuk dirinya. Semuanya benar-benar berubah setelah kejadian Kematian Karina waktu itu.Dan hidupnya juga berubah seratus delapan puluh derajat dari sebelumnya. Orang tuanya yang begitu menutup rapat tentang pembunuhan ini serta polisi yang la
Karena di matikan secara sepihak oleh Ara diseberang sana membuat Ardan benar-benar geram dengan tingkah sang adik nya itu. Ia benar-benar tidak bisa Langi mengenali sosok adik yang pernah berniat untuk menikahi nya saat dewasa.Bagaimana mungkin waktu tujuh tahun mengubah semuanya saat ini? Ia sudah kehilangan satu adiknya dan saat ini hanya Ara yang tersisa. Tak akan ia sia-sia kan waktu kembali terbuang begitu saja.Sudah terlalu banyak waktu terbuang selama tujuh tahun dan sekarang dirinya akan benar-benar memanfaatkan waktu ya ada ini. Mengantikan waktu yang telah terbuang itu."Tidak Ra, tidak! Kamu tidak bisa seperti ini padaku. Sudah terlalu banyak waktu kita terbuang karena perihal Karina itu. Tolong jangan membenciku seperti itu, bahkan aku sebenarnya tidak ingin s
Mentari kembali menyinari pagi ini dengan sinarnya. Ara masih berada dalam balutan selimut yang membungkus dirinya itu. Sedikitpun tidur nyenyak nya tidak terusik dengan sinar mentari pagi ini.Sepertinya wanita itu begitu lelah hari ini hingga membuat nya tidak terusik sama sekali.Entah apa yang sedang ia mimpi kan saat ini hingga saat ini masih saja betah memejamkan matanya itu.Suara dering ponsel berbunyi begitu nyaring hingga membuat tidur nyenyak Ara terusik. Entah siapa yang menelpon nya pagi-pagi seperti ini seakan kurang kerjaan.Ara meraba-raba kasurnya mencari Dimana keberadaan benda yang sangat mengusik tidurnya itu dengan mata yang masih tertutup.Saat ia menemukan kan nya, Ara langsung mematikan panggilan itu tanpa melihat lebih dulu siapa penelpon yang mengusik tidurnya itu.Tak berselang lama ponselnya kembali berbunyi membuat Ara kembali mel
Setelah sepuluh menit, Ara keluar dengan pakaian baju kaos dan celana pendek serta rambut yang diikat dengan asal ke atas hingga menampakkan leher jenjangnya itu.Ia benar-benar terburu-buru dibuat Tian yang datang secara mendadak itu. Ah, entahlah ia seperti malas untuk membahas yang sudah-sudah tentang Tian."CK! Kau meminta waktu sepuluh menit denganku hanya untuk berdandan seperti ini saja? Tidakkah kau bisa membuat sepuluh menit yang aku keluar kan untuk menunggu mu menjadi sesuatu yang begitu manusiawi?" Ucap Tian saat melihat penampilan Ara yang entah mau dibilang seperti apa.Jika seperti ini, ia seperti benar-benar mendalami perannya sebagai seorang rakyat jelata melupakan jati dirinya yang sebenarnya itu yang merupakan seorang tuan putri."CK! Salah siapa yang datang mendadak hm? Lagipula aku tidak minta pendapatmu tentang penampilan ku tuan." Balas Ara dengan begitu sinis.
"Ara." Panggil seseorang dari arah belakang yang langsung membuat Ara dan Tian yang sedang berdebat itu menoleh ke sumber suara."Aksa." Gumam Ara saat melihat sosok mantan kekasihnya itu berada tepat di hadapannya kini.Aksa menatap Tian dengan tatapan dingin dan siap membunuh, sedangkan Tian ia hanya tersenyum saja mendapatkan tatapan seperti itu dari Aksa. Malahan ia menikmati sarapan yang ia pesan tadi. Bukankah tadi Ara mengajaknya untuk pergi? Akan mubazir jika ini tidak di makan saat ini. Mumpung ada mantan Ara, ia akan memanfaatkan waktu ini untuk menghabiskan sarapannya itu."Kita harus bicara sayang." Ucap Aksa kepada Ara namun matanya masih menatap Tian dengan begitu intens."Sayang?" Ara mengulang ucapan
“Apa yang kamu lakukan? bukankah aku sudah mengatakan untuk keluar dari sini? mengapa malah berbalik lagi?”Ara memejamkan matanya sebentar dan kemudian menatap Tian, “Aku mengizinkanmu mengambil keperawanan ku Tian, sebagai gantinya tolong nikahi aku dan lindungi aku.” Ucap Ara.Mendengar itu, Tian langsung bangun dan duduk disamping Ara. Kening nya berkerut saat melihat ekspresi wajah Ara yang seperti ketakutan itu.Baru beberapa menit yang lalu wanita itu pergi meninggalkan kamar ini dengan sangat arogan sekali. Tapi kenapa kini ia berbalik dengan ekspresi yang Sangat kacau seperti ini."Apa yang terjadi Ra?" Tanya Tian.Ara diam, ia masih mengatur pernapasannya yang tidak beraturan itu.Berlarian dengan kecepatan seperti tadi itu benar-benar tak pernah ia lakukan semenjak lulus dari sekolah SMA yang mewajibkan semua siswa untuk ola
Ara menatap kesekeliingnya saat memasuki sebuah kamar hotel yang telah di pesan oleh Tian.“Kenapa?” tanya Tian saat menyadari bahwa Ara tampak tidak suka.“Apa?” Tanya Ara yang seolah tidak mengerti kemana perginya pertanyaan Tian barusan itu.“Kau tidak menyukai kamarnya?” tanya Tian.Ara menoleh kearah Tian yang ada disampingnya itu, “Kenapa? apa pedulimu hm?” tanya Ara sinis.Tian terkekeh saat mendnegar jawaban dari Ara itu, Wanita ini selalu saja bertingkah di luar ekspetasinya dan itu adalah hal yang paling ia sukai.“Jadi, kapan kita aka
"Ini adalah salah satu resiko menjadi wanita malam Ra. Hanya ada dua pilihan saat kau memutuskan masuk ke dunia malam. Yang pertama kau harus menghayati peran mu dengan menjadi pelacur sungguhan yang hina atau keluar dari dunia malam tanpa mendapatkan apapun yang kau cari!" Ucap Tian lagi.Dan ekspresi Ara saat ini Benar-benar tidak bisa terbaca. Entah apa yang saat ini ia pikirkan setelah mendengar pernyataan dari Tian barusan itu.Dengan sangat santai sambil mengembangkan sebuah senyum Tiara menjawab, "Hidupku bukanlah sebuah pilihan! Bagaimana kedepannya, cukup aku yang tahu tentang hidupku." Ucap Ara setelah cukup lama terdiam.Tian menganggukkan kepalanya atas ucapan yang di ucapkan oleh Ara barusan itu. Kedua tangannya ia lipat di dada serta saat ini ia ber
Ara terdiam saat memasuki sebuah cafe tapi tak ada satupun orang yang datang. Cafe ini benar-benar sangat sepi Sekali, Ara terus saja bertanya-tanya di dalam hati. Apa yang sedang direncanakan oleh Tian saat ini? "Selamat datang nona." Ucap salah satu pelayan cafe tersebut sambil menundukkan kepalanya saat Ara berhenti di hadapannya. "Terimakasih." Jawab Ara sambil mengembang kan sebuah senyum. Lebih tepatnya senyum yang dipaksakan. "Atas nama nona Tiara Aprilia kan?" Tanya pelayan tersebut memastikan tamu nya itu. Ara mengangguk kan kepalanya kepada si pelayan tersebut. "Mari nona, ikut saya. Akan saya tunjukkan tempat nya
Ara membuka matanya dan pandangan pertamanya jatuh pada langit kamar yang berwarna putih. Penglihatannya yang kurang jelas itu langsung membuat ia mengedipkan matanya menyesuaikan cahaya yang masuk kedalam matanya.Kini penglihatannyayang kurang jelas pada langit kamar itu menjadi begitu terang. Ia menoleh ke arah sampingnya untuk mengenali tempat ia berada saat ini.Ini bukan kamarnya maupun kontrakan nya. Jadi, ini dimanan? Rumah sakit? Bukan! ini juga bukan rmah sakit. Lalu ini dimana?Pandangan mata Ara jatuh pada dirinya sendiri yang sedang berada dalam selimut tebal. kasur yang berukuran king itu langsung menraik perhatiannya.“Apakah aku sedang berada di hotel?” Tanya Ara pada dirinya sendir
Ara terus saja berjalan membawa diri, ucapan Ken masih terngiang’-ngiang di telinga nya saat ini.Hancur? mungkin itu satu kata yang bisa menggambarkan keadaannya saat ini. Bagaimana bisa ia percaya bahwa orang yang selama ini ia percaya adalah musuh dirinya yang sebenarnya. Dan bodohnya dirinya karena begitu mempercayai laki’-laki yang ia sebut seorang sahabat itu.Masih begitu ingat dalam ingatan bagaimana Ken datang dalam hidupnya dan memberikan ia keyakinan untuk membantu memecahkan segala masalah yang sedang ia hadapi.Meskipun agak sedikit lama namun Ken benar-benar berhasil menipu dirinya.Ia juga ingat bagaimana ia memberitahuKan tentang rencana yang menurutnya akan berhasil untuk memancing si pembunuh keluar dari sarangnya. Namun beberapa kali serangan yang ia lakukan ia harus menelan kenyataan yang begitu pahit sekali karena as selalu berakhir dengan kegagalan dna kali ini
"Ra." Panggil Ken yang langsung membuat tawa Ara berhenti."Ya." Jawab Ara."Maaf."Ara menaikkan alisnya, "Untuk?" Tanya Ara."Aku terlibat dalam pembunuhan kak Karin malam itu." Ucap Ken dengan begitu hati-hati bahkan ia memejamkan matanya tak berani menatap wajah dan ekspresi dari Ara yang entah seperti apa saat ini.Hening menyelimuti suasana di danau saat ini. Bahkan Ara benar-benar tidak tahu harus merespon apa dari ucapan Ken barusan tadi. Rasanya begitu sangat Sesak sekali di dadanya seperti tak ada udara yang bisa ia hirup.Waktu seolah berhenti sejenak, ucapan Ken seperti sebuah tamparan keras untuk dirinya. Orang yang ia percaya selama ini merupakan salah satu orang yang terlibat dalam pembunuhan sang kakak.Apakah semua ini sebuah lelucon? Jika iya, maka dengan sangat terpaksa Ara akan mengatakan bahwa lelucon ini tidak
"Tolong, Katakan dengan sejujurnya semua yang kamu ketahui tentang ucapan Ardan tadi." Ucap Ara yang langsung membuat Ken terdiam.Sejujurnya ia tak tahu apa yang harus ia katakan, lebih tepatnya ia tak tahu darimana ia harus memulainya. Pikirannya menerawang jauh memikirkan sesuatu yang sampai saat ini sangat ia sesali.Ia benci keadaan ini, benci dengan situasi yang semuanya palsu. Dan yang paling terpenting ia benci dirinya sendiri.Ia benci semua yang melibatkan dirinya sampai sejauh ini dalam Masalah yang ia sendiri tidak tahu mengapa menghampiri hidupnya yang tenang.Hidup dalam sebuah sandiwara hingga saat ini dan benar-benar jauh dari jati dirinya sendiri.Ken menoleh ke arah Ara yabg sedang menunggu jawaban dari Ken itu.Wajah polos yang selalu mempercayai dirinya selama ini, apakah ia tega menyakiti perasaannya?"Ra." Panggil Ke
"Ken, tolong Jangan pergi. Tolong beri aku penjelasan Dari semua ini." Lirih Ara.Ken menoleh ke arah Ara yabg sedang menatap nya dengan tatapan sendu. Ken melepas kan tangan Ara dari tangan nya dengan Sangat hati-hati sekali. Sebuah senyum tak lupa ia kembangkan di hadapan Ara."Bukan aku yang berhak dalam menjelaskan semuanya ini Ra. Yang berhak itu adalah keluarga kamu. Aku hanya orang asing disini yang kebetulan mendapatkan tawaran bersama dengan kamu memimpin perusahaan mu.""Tapi, bukannya kamu tahu bahwa aku tak menginginkan perusahaan itu? Kau tahu itu kan Ken.""Banyak hal Ra, banyak hal yang memang harus kamu mengerti dari semua nya ini. Jangan terlalu sibuk dengan hidupmu sendiri. Jangan terlalu fokus dengan masalah mu Ra. Banyak hal di sekeliling mu yang harus kamu perhatikan. Ingat, jati dirimu sebenarnya adalah seorang tuan putri dan itu tidak akan bisa kamu hilangkan meskipun kamu ingi