"Ra." Panggil Tian saat sejak tadi orang yang ia ajak bicara itu tak kunjung memberikan respon atas ucapannya.
Ara tersadar dari lamunannya dan kemudian langsung menoleh ke arah Tian, "Eh, tadi ngomong apa?" Tanya Ara.
Ia benar-benar tidak mendengar dengan sangat baik ucapan Tian sejak tadi, karena pikirannya terus saja memikirkan tentang laporan dari orang suruhannya itu.
Bahkan karena ini semua ia tak sempat untuk memikirkan tentang dirinya dan juga Aksa serta Lisa.
Ah entahlah, ia bahkan tak tertarik dengan perihal tadi malam itu. Tak ada lagi bayang-bayang wajah Aksa yang bermain di ingatan.
Kecewa? Iya! Ia benar-benar kecewa dengan semua kebenaran yang ia terima. Tapi mau bagaimana lagi? Ia bahkan tak bisa mengubah takdir yang telah dipersiapkan oleh Tuhan untuk dirinya ini.
"Kamu kenapa sih Ra? Sarapannya nggak enak?" Tanya Tian lagi. Ia benar-benar tak
Malam ini, Ara sudah bersiap-siap untuk pergi ke sebuah club malam. Ia mempunyai janji dengan Reyhan. Menurutnya dengan sedikit titik terang yang ia punya, ia bisa untuk menghadapi Reyhan.Saat merasa puas dengan dandanan nya itu, Ara langsung mengembang senyumnya dan kemudian menarik tas selempang untuk segera pergi meninggalkan kamarnya.Ia hanya datang untuk memenuhi janjinya dan tak akan menjadi seorang pelacur lagi. Tapi jika ada tawaran yang lebih memuaskan nanti disana mungkin ia akan berpikir dua kali untuk menolaknya.Saat ingin membuka pintu kamarnya, Ara tanpa sengaja melihat foto Aksa dan dirinya di dinding hingga membuat gerakan nya terhenti.Ada juga foto dirinya dan juga Lisa yang sedang terlihat begitu bahagia di foto itu.Ara mengurungkan niatnya untuk pergi, sejenak ia terbawa akan suasana.Air matanya tanpa sadar jatuh begitu saja. Ia mungk
"Selamat malam." Ucap laki-laki itu.Ara menajamkan tatapannya pada laki-laki di hadapannya ini. Entah apa yang diinginkan nya saat ini."Katakan, apa yang kau inginkan hm? Aku sedang sibuk dan harus segera pergi. Jadi jika kau hanya datang untuk main-main maka pergilah. Aku tak ingin membuang waktu dengan sangat percuma saat ini." Ketus Ara, ia benar-benar harus bisa mengontrol dirinya saat ini agar masih tetap pada jalannya saat berada dengan laki-laki dihadapannya ini."Menemui calon istriku." Jawab Tian sambil duduk di sebuah kursi tanpa mempedulikan ekspresi dari Ara."Calon istri? Pede sekali anda." Jawab Ara.Tian terkekeh, "apakah kau sudah me
"Sejauh ini bagaimana?" Tanya Tian yang langsung membuat Ara menoleh ke arahnya. Kini mereka sedang berada di sebuah kursi panjang dengan pemandangan menatap ke arah danau.Ara yang sedang memakan Ice cream nya itu langsung terdiam. Bukan apa-apa, hanya saja ada sebuah kebingungan yang tak bisa untuk ia jelaskan dengan pertanyaan yang baru saja dilontarkan oleh Tian itu."Ra." Panggil Tian, saat tak mendapatkan jawaban apapun dari Ara.Ara kembali melanjutkan makan ice cream nya. "Bagaimana menurutmu hm?" Tanya Ara, sebenarnya ia juga tidak mengerti dengan maksud pertanyaan yang ia lontarkan itu.Tian menyandarkan punggungnya di sandaran kursi panjang dan menatap indahnya langit malam ini yang bertaburan bintang.Hari ini begitu cerah sekali, seperti hatinya yang sedang cerah karena ada Ara disampingnya.Jujur saja ia tahu ini salah karena jatuh cinta pada se
Mobil milik Tian berhenti di sebuah rumah megah. Sontak saja melihat itu Ara langsung membelalakkan matanya dan kemudian menatap Tian dengan penuh tanya.Namun sang objek yang di tatap hanya diam seolah tak terjadi apapun.Tian Begitu sangat santai sekali melihat ekspresi wajah bingung Dari Ara."Tian." Pekik Ara saat Tian tak memberikan respon apapun dari tatapannya tadi."Turun." Ucap Tian.Ara masih diam, ia tak ingin turun, apapun itu alasannya ia tak ingin turun."Turun Ara." Ucap Tian lagi namun Ara seolah menulikan pendengaran nya."Mau turun sendiri atau mau aku yang gendong hm?" Kini, ucapan Tian itu langsung mendapatkan respon dari Ara."Nggak! Ini bukan rumah aku. Jadi aku nggak akan turun sebelum kamu mengantarku pulang ke tempat yang seharusnya." Jawab Ara. Ia benar-benar tak akan turun saat ini.&
Ara masuk dengan begitu tergesa-gesa ke dalam rumah megah yang sudah Lama ia tinggalkan itu. Semua mata yang dilewati Ara terus saja memandangi dirinya dengan sangat aneh namun tak seorangpun yang berani menanyakan tentang apa yang terjadi dengan Ara saat ini.Rumah ini meskipun mempunyai banyak nya orang namun tak ada yang berani Dengan Ara. Wanita itu benar-benar sangat di takutkan kepulangan nya.Aneh? Ah, tentu saja aneh. Salah satu hal yang membuat ia ingin hidup sendiri di sebuah kontrakan itu karena ia sadar bahwa kehadirannya tidak disukai banyak orang. Bahkan semua seolah menghindari dirinya.Ia adalah sumber masalah dari setiap masalah bahkan ayah dan ibunya saja sudah tak tahu dengan cara bagaimana membuat Ara kembali seperti dulu lagi.
Pagi telah menjelang, Tiara sudah rapi dengan baju seksi nya itu. Baju bermerk yang hanya bisa ia kenakan di rumah ini. Sebenarnya ia bisa saja membawa semua bajunya ini ke kontrakan nya tapi ia takut bahwa akan ada yang mengetahui bahwa ia adalah seorang tuan putri. Lebih lagi ia takut jika dikatakan simpanan om-om berduit. Karena hanya itu opsi yang pas jika ia memakai semua barang bermerek ini.Jadi agar terhindar dari omongan orang maka ia memilih biasa saja. Tak ada nona muda dan tuan putri. Yang ada hanyalah seorang Tiara Aprilia yang miskin.TokTokTokSuara ketukan pintu membuat ia menoleh ke arah pintu yang tertutup itu.Ini adalah ketukan yang kesekian kalinya yang ia dengar sebelum ia terlelap dan ia tahu bahwa Ardan lah yang melakukan hal itu.Tadi malam karena pesan yang dikirim oleh dua orang itu membuat ia enggan untuk bersuara dan bertemu deng
"Ken, jadi hari ini kamu mulai bekerja ya?" Tanya Ardan yang sontak membuat Ara membelalakkan matanya karena tak percaya dengan apa yang ia dengar barusan itu.Ken menoleh ke arah Ara sebentar dan kemudian menatap ke arah Ardan."Aku terserah sih kapan mulainya," jawab Ardan sambil mengembangkan sebuah senyum.Ayah dan ibu serta Ardan menatap ke arah Ara yang sedang terkejut itu."Ra." Panggil Ibu.Ara menoleh dan kemudian mendapati tatapan ibu dan ayahnya yang sedang mengarah ke arahnya. "Ya." Jawab Ara meskipun sebenarnya ia merasa gugup."Kapan kamu akan mulai bekerja di perusahaan?" Tanya Ayah nya langsung pada intinya.Ara menaikkan alisnya saat mendengar ucapan ayah nya bsrusan itu. Ia mengakui tatapannya pada Ardan yang sedang menatapnya. Entah kenapa hari ini ia merasa seperti sedang di adili."Kenapa tiba-tib
"Ken, tolong Jangan pergi. Tolong beri aku penjelasan Dari semua ini." Lirih Ara.Ken menoleh ke arah Ara yabg sedang menatap nya dengan tatapan sendu. Ken melepas kan tangan Ara dari tangan nya dengan Sangat hati-hati sekali. Sebuah senyum tak lupa ia kembangkan di hadapan Ara."Bukan aku yang berhak dalam menjelaskan semuanya ini Ra. Yang berhak itu adalah keluarga kamu. Aku hanya orang asing disini yang kebetulan mendapatkan tawaran bersama dengan kamu memimpin perusahaan mu.""Tapi, bukannya kamu tahu bahwa aku tak menginginkan perusahaan itu? Kau tahu itu kan Ken.""Banyak hal Ra, banyak hal yang memang harus kamu mengerti dari semua nya ini. Jangan terlalu sibuk dengan hidupmu sendiri. Jangan terlalu fokus dengan masalah mu Ra. Banyak hal di sekeliling mu yang harus kamu perhatikan. Ingat, jati dirimu sebenarnya adalah seorang tuan putri dan itu tidak akan bisa kamu hilangkan meskipun kamu ingi
“Apa yang kamu lakukan? bukankah aku sudah mengatakan untuk keluar dari sini? mengapa malah berbalik lagi?”Ara memejamkan matanya sebentar dan kemudian menatap Tian, “Aku mengizinkanmu mengambil keperawanan ku Tian, sebagai gantinya tolong nikahi aku dan lindungi aku.” Ucap Ara.Mendengar itu, Tian langsung bangun dan duduk disamping Ara. Kening nya berkerut saat melihat ekspresi wajah Ara yang seperti ketakutan itu.Baru beberapa menit yang lalu wanita itu pergi meninggalkan kamar ini dengan sangat arogan sekali. Tapi kenapa kini ia berbalik dengan ekspresi yang Sangat kacau seperti ini."Apa yang terjadi Ra?" Tanya Tian.Ara diam, ia masih mengatur pernapasannya yang tidak beraturan itu.Berlarian dengan kecepatan seperti tadi itu benar-benar tak pernah ia lakukan semenjak lulus dari sekolah SMA yang mewajibkan semua siswa untuk ola
Ara menatap kesekeliingnya saat memasuki sebuah kamar hotel yang telah di pesan oleh Tian.“Kenapa?” tanya Tian saat menyadari bahwa Ara tampak tidak suka.“Apa?” Tanya Ara yang seolah tidak mengerti kemana perginya pertanyaan Tian barusan itu.“Kau tidak menyukai kamarnya?” tanya Tian.Ara menoleh kearah Tian yang ada disampingnya itu, “Kenapa? apa pedulimu hm?” tanya Ara sinis.Tian terkekeh saat mendnegar jawaban dari Ara itu, Wanita ini selalu saja bertingkah di luar ekspetasinya dan itu adalah hal yang paling ia sukai.“Jadi, kapan kita aka
"Ini adalah salah satu resiko menjadi wanita malam Ra. Hanya ada dua pilihan saat kau memutuskan masuk ke dunia malam. Yang pertama kau harus menghayati peran mu dengan menjadi pelacur sungguhan yang hina atau keluar dari dunia malam tanpa mendapatkan apapun yang kau cari!" Ucap Tian lagi.Dan ekspresi Ara saat ini Benar-benar tidak bisa terbaca. Entah apa yang saat ini ia pikirkan setelah mendengar pernyataan dari Tian barusan itu.Dengan sangat santai sambil mengembangkan sebuah senyum Tiara menjawab, "Hidupku bukanlah sebuah pilihan! Bagaimana kedepannya, cukup aku yang tahu tentang hidupku." Ucap Ara setelah cukup lama terdiam.Tian menganggukkan kepalanya atas ucapan yang di ucapkan oleh Ara barusan itu. Kedua tangannya ia lipat di dada serta saat ini ia ber
Ara terdiam saat memasuki sebuah cafe tapi tak ada satupun orang yang datang. Cafe ini benar-benar sangat sepi Sekali, Ara terus saja bertanya-tanya di dalam hati. Apa yang sedang direncanakan oleh Tian saat ini? "Selamat datang nona." Ucap salah satu pelayan cafe tersebut sambil menundukkan kepalanya saat Ara berhenti di hadapannya. "Terimakasih." Jawab Ara sambil mengembang kan sebuah senyum. Lebih tepatnya senyum yang dipaksakan. "Atas nama nona Tiara Aprilia kan?" Tanya pelayan tersebut memastikan tamu nya itu. Ara mengangguk kan kepalanya kepada si pelayan tersebut. "Mari nona, ikut saya. Akan saya tunjukkan tempat nya
Ara membuka matanya dan pandangan pertamanya jatuh pada langit kamar yang berwarna putih. Penglihatannya yang kurang jelas itu langsung membuat ia mengedipkan matanya menyesuaikan cahaya yang masuk kedalam matanya.Kini penglihatannyayang kurang jelas pada langit kamar itu menjadi begitu terang. Ia menoleh ke arah sampingnya untuk mengenali tempat ia berada saat ini.Ini bukan kamarnya maupun kontrakan nya. Jadi, ini dimanan? Rumah sakit? Bukan! ini juga bukan rmah sakit. Lalu ini dimana?Pandangan mata Ara jatuh pada dirinya sendiri yang sedang berada dalam selimut tebal. kasur yang berukuran king itu langsung menraik perhatiannya.“Apakah aku sedang berada di hotel?” Tanya Ara pada dirinya sendir
Ara terus saja berjalan membawa diri, ucapan Ken masih terngiang’-ngiang di telinga nya saat ini.Hancur? mungkin itu satu kata yang bisa menggambarkan keadaannya saat ini. Bagaimana bisa ia percaya bahwa orang yang selama ini ia percaya adalah musuh dirinya yang sebenarnya. Dan bodohnya dirinya karena begitu mempercayai laki’-laki yang ia sebut seorang sahabat itu.Masih begitu ingat dalam ingatan bagaimana Ken datang dalam hidupnya dan memberikan ia keyakinan untuk membantu memecahkan segala masalah yang sedang ia hadapi.Meskipun agak sedikit lama namun Ken benar-benar berhasil menipu dirinya.Ia juga ingat bagaimana ia memberitahuKan tentang rencana yang menurutnya akan berhasil untuk memancing si pembunuh keluar dari sarangnya. Namun beberapa kali serangan yang ia lakukan ia harus menelan kenyataan yang begitu pahit sekali karena as selalu berakhir dengan kegagalan dna kali ini
"Ra." Panggil Ken yang langsung membuat tawa Ara berhenti."Ya." Jawab Ara."Maaf."Ara menaikkan alisnya, "Untuk?" Tanya Ara."Aku terlibat dalam pembunuhan kak Karin malam itu." Ucap Ken dengan begitu hati-hati bahkan ia memejamkan matanya tak berani menatap wajah dan ekspresi dari Ara yang entah seperti apa saat ini.Hening menyelimuti suasana di danau saat ini. Bahkan Ara benar-benar tidak tahu harus merespon apa dari ucapan Ken barusan tadi. Rasanya begitu sangat Sesak sekali di dadanya seperti tak ada udara yang bisa ia hirup.Waktu seolah berhenti sejenak, ucapan Ken seperti sebuah tamparan keras untuk dirinya. Orang yang ia percaya selama ini merupakan salah satu orang yang terlibat dalam pembunuhan sang kakak.Apakah semua ini sebuah lelucon? Jika iya, maka dengan sangat terpaksa Ara akan mengatakan bahwa lelucon ini tidak
"Tolong, Katakan dengan sejujurnya semua yang kamu ketahui tentang ucapan Ardan tadi." Ucap Ara yang langsung membuat Ken terdiam.Sejujurnya ia tak tahu apa yang harus ia katakan, lebih tepatnya ia tak tahu darimana ia harus memulainya. Pikirannya menerawang jauh memikirkan sesuatu yang sampai saat ini sangat ia sesali.Ia benci keadaan ini, benci dengan situasi yang semuanya palsu. Dan yang paling terpenting ia benci dirinya sendiri.Ia benci semua yang melibatkan dirinya sampai sejauh ini dalam Masalah yang ia sendiri tidak tahu mengapa menghampiri hidupnya yang tenang.Hidup dalam sebuah sandiwara hingga saat ini dan benar-benar jauh dari jati dirinya sendiri.Ken menoleh ke arah Ara yabg sedang menunggu jawaban dari Ken itu.Wajah polos yang selalu mempercayai dirinya selama ini, apakah ia tega menyakiti perasaannya?"Ra." Panggil Ke
"Ken, tolong Jangan pergi. Tolong beri aku penjelasan Dari semua ini." Lirih Ara.Ken menoleh ke arah Ara yabg sedang menatap nya dengan tatapan sendu. Ken melepas kan tangan Ara dari tangan nya dengan Sangat hati-hati sekali. Sebuah senyum tak lupa ia kembangkan di hadapan Ara."Bukan aku yang berhak dalam menjelaskan semuanya ini Ra. Yang berhak itu adalah keluarga kamu. Aku hanya orang asing disini yang kebetulan mendapatkan tawaran bersama dengan kamu memimpin perusahaan mu.""Tapi, bukannya kamu tahu bahwa aku tak menginginkan perusahaan itu? Kau tahu itu kan Ken.""Banyak hal Ra, banyak hal yang memang harus kamu mengerti dari semua nya ini. Jangan terlalu sibuk dengan hidupmu sendiri. Jangan terlalu fokus dengan masalah mu Ra. Banyak hal di sekeliling mu yang harus kamu perhatikan. Ingat, jati dirimu sebenarnya adalah seorang tuan putri dan itu tidak akan bisa kamu hilangkan meskipun kamu ingi