Waktu terus berlalu hingga tiba saatnya Dita harus memajukan operasi caesar-nya karena luka jahitan bekas operasi caesar sebelumnya menipis. Jarak kehamilan yang sekarang dengan operasi sebelumnya tidak sampai satu tahun sehingga jaringan yang terbentuk masih belum normal. Jahitan yang belum rapat sempurna sudah tertarik atau melebar lagi karena terdesak kandungan yang makin besar. Karena itu demi keselamatan ibu dan bayi, dokter memutuskan untuk mempercepat kelahiran jabang bayi.Setelah menjalani operasi caesar, Dita melahirkan bayi laki-laki yang wajahnya sangat mirip dengan Rendra. Bayi mungil itu diberi nama Almair Syabil Daneswara, yang sejak di dalam kandungan dipanggil Ale.Tujuh hari setelah kelahiran Ale, kedua orang tua baru itu mengadakan acara akikah. Mereka mengundang banyak orang dan tak lupa menyumbang ke panti asuhan sebagai ungkapan rasa syukur karena Ale sudah lahir dengan selamat.Malam harinya, Kaisar datang ke kediaman Bu Dewi. Dia sebenarnya diundang Rendra un
Shasha akhirnya tetap duduk menemani Kaisar makan. Sebenarnya tadi dia hanya menggoda perwira polisi itu. Tidak mungkin juga Shasha meninggalkan tamu spesial yang sudah ditunggu-tunggu kedatangannya itu."Mas Kai, sibuk banget ya sampai jarang kirim pesan. Balas pesan juga lama banget." Gadis itu membuka pembicaraan yang terdengar seperti sedang merajuk."Iya, maaf. Ada banyak kasus yang harus aku tangani. Makanya aku juga baru bisa datang sekarang. Kenapa? Apa kamu kangen sama aku?" Kaisar melirik Shasha yang sedang memainkan kedua tangan di atas meja."Memangnya Mas Kai enggak kangen sama aku?" Shasha menoleh ke samping kanan di mana Kaisar duduk. Membuat keduanya tanpa sengaja saling berpandangan. Dia lalu buru-buru mengalihkan pandangan sambil tersenyum malu.Kaisar tertawa kecil. "Kangenlah. Kangen banget. Apalagi aku belum dapat jawaban dari kamu. Aslinya aku juga deh-degan. Namun, karena tugas jadi prioritas utama, jadi aku tidak bisa sering-sering menghubungi kamu."Shasha men
Kaisar tersenyum sebelum menjawab pertanyaan Shasha. "Pada dasarnya, aku tidak keberatan istriku bekerja asal tetap menjalankan tugas utamanya sebagai istri dan ibu kalau sudah punya anak. Aku bukan pria kolot yang ingin istrinya di rumah saja. Istri boleh kerja tapi ada syaratnya. Dia juga harus mau ikut ke mana pun aku ditugaskan," ujarnya."Berarti seumpama aku jadi istri Mas Kai, aku masih boleh kerja?" tanya Shasha agar mendapat kepastian.Kaisar menyengguk. "Boleh, tapi aku tidak mau tinggal berjauhan. Bekerja di sekitar daerah di mana aku ditugaskan."Shasha tersenyum lalu menganggut berulang kali. "Kalau memang tidak ada sinyal internet untuk kerja online, ya aku kerja offline. Entah apa pun nanti, asal aku masih bisa menghasilkan uang sendiri dan halal.""Apa kamu tidak yakin aku mampu menafkahi kamu dan anak-anak kita nanti, Sha?" Gantian Kaisar yang bertanya. Harga dirinya merasa sedikit tersentil."Jangan tersinggung, Mas. Aku percaya Mas Kai sangat mampu menafkahi keluarg
Kaisar tersenyum, lalu bertanya, "Jadi, kamu sudah siap mengikuti sidang pranikah dan menjadi ibu Bhayangkari, Sha?"Shasha kembali menyengguk seraya tersenyum malu."Aku mau dengar jawabanmu, Sha." Kaisar meraih tangan kiri Shasha dan menggenggamnya erat."Bismillahirrahmanirrahim. Alesha Candraningtyas, apa kamu mau menerima pinangan Kaisar Musafee, sebagai suami dan imammu?" Kaisar menatap mata Shasha dengan intens. Ada harapan yang terpancar di sana.Shasha juga menatap netra Kaisar. Mencari kesungguhan di sana sebelum memberi jawaban. "Insya Allah, aku mau. Tapi, Mas Kai harus minta restu dulu sama Mama dan Rendra." Gadis itu langsung menundukkan pandangan setelah menjawab Kaisar."Alhamdulillah. Terima kasih, Sha. Pasti aku akan meminta restu mereka berdua." Kaisar mencium tangan Shasha yang dia genggam."Eh, Mas Kai." Shasha terkejut mendapat perlakuan seperti itu dari Kaisar. Dia lalu menarik paksa tangannya."Maaf, Mas Kai. Kita belum muhrim, tidak boleh seperti ini,” tukas S
Begitu sampai rumah, Kaisar menyimpan makanan yang diberikan oleh Bu Dewi ke dalam kulkas. Besok pagi akan dia panaskan sebelum makan. Sedangkan kuenya disimpan di atas meja makan. Besok akan dia bawa ke kantor karena tidak akan habis kalau dimakan sendiri. Setelah itu, Kaisar langsung membersihkan diri. Tiga puluh menit kemudian, dia baru menghubungi Shasha. "Sudah tidur, Sha?" tanya Kaisar setelah beruluk salam. "Belum. Aku baru selesai bersih-bersih. Jam berapa sampai rumah, Mas?" sahut Shasha. "Sekitar 20 menit yang lalu. Aku mandi, terus telepon kamu,” ucap Kaisar. "Malam-malam kok mandi, Mas. Katanya enggak baik loh buat kesehatan,” timpal Shasha. Kaisar tertawa kecil. "Ternyata begini rasanya kalau ada yang memedulikan kita. Makasih atas perhatiannya, Sha." "Enggak usah lebai deh, Mas." Shasha yang ada di seberang telepon, memutar bola matanya. "Aku enggak bisa tidur kalau badanku belum bersih, Sha. Tadi ‘kan aku belum mandi sore, jadi baru bisa mandi setelah pulang,” jel
Bu Ryani menoleh pada suaminya. “Bapak itu kenapa to? Mbok ya sudah dikasih restu saja tidak usah berbelit-belit. Yang penting Kaisar dan Shasha sudah saling cinta dan cocok. Apa Bapak tidak ingin segera menggendong cucu,” cerocos wanita paruh baya itu. Dia merasa kesal pada suaminya yang terlalu banyak bertanya pada Kaisar.“Tentu saja bapak juga ingin segera punya cucu. Bukannya bapak tidak setuju Kaisar sama Shasha, bapak cuma ingin memastikan kalau Shasha mau menerima Kaisar apa adanya. Bapak tidak ingin di masa depan mereka ada masalah karena faktor ekonomi,” jelas Pak Dipta.“Insya Allah aku dan Shasha sudah membicarakan semuanya, Pak. Setiap bulan, aku dapat gaji bulanan, ditambah penghasilan dari toko aksesori. Sejauh ini lebih dari cukup untuk hidup sendiri. Alhamdulillah aku bisa menabung dan beli rumah. Gaya hidup Shasha juga biasa, seperti yang dibilang Tata tadi. Dia juga punya tabungan sendiri,” timpal Kaisar.“Setelah menikah, Shasha tetap ingin punya penghasilan sendir
Minggu pagi usai salat Subuh dan berolahraga, Kaisar mendatangi toko aksesori motor dan mobil yang dia miliki. Setelah berjalan beberapa tahun, toko itu semakin komplet barangnya seiring dengan semakin banyaknya pelanggan. Dari yang semula hanya satu ruko, kini menjadi dua. Ruko yang satu digunakan untuk bengkel motor karena permintaan pelanggan yang ingin ada bengkel di dekat rumah. Jadilah Kaisar juga membuka bengkel motor.Kaisar tidak banyak mengambil untung agar banyak yang beli. Baginya lebih baik banyak barang yang terjual dengan keuntungan sedikit, daripada keuntungan banyak tapi tidak banyak barang yang terjual. Karena harganya yang murah dan barangnya komplet jadi banyak yang jadi langganan. Meskipun tidak pernah melakukan promosi, tokonya tak pernah sepi. Hal itu karena para pelanggan memberi tahu keberadaan toko Kaisar pada teman atau saudaranya. Jadi promosinya dilakukan oleh para pelanggan dengan metode dari mulut ke mulut.Kaisar ikut melayani pembeli kalau sedang ada d
Saat Kaisar, Rendra, dan Pak Wijaya sedang berbicara, terdengar suara motor berhenti. Tak lama kemudian terdengar salam dari teras. "Assalamualaikum," salam Adi yang baru datang."Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabakatuh,” balas ketiga pria dewasa yang ada di ruang tamu."Eh, ada tamu jauh ini." Adi lalu menghampiri sahabatnya setelah melihat Kaisar di sana."Dari mana, Di?" tanya Kaisar saat melakukan salaman khas mereka."Antar Adel ke Mbah Suro. Sudah lama datangnya?" Adi mendudukkan diri di dekat Kaisar."Lumayan, sekitar 1 jam,” jawab Kaisar."Mas Kai datang setelah Mas Adi pergi," jelas Rendra."Oh, ada perlu apa nih?" Adi menatap sang sahabat."Ada perlu sama Rendra dan Ayah," sahut Kaisar sambil menyunggingkan senyum."Hmmm, sekarang sudah tidak ada perlu sama aku ya. Mentang-mentang sudah mendapatkan hati Shasha. Berapa kali kamu ke sana enggak mampir rumahku?" Adi berpura-pura marah pada Kaisar.“Sori, Di. Waktuku selalu mepet kalau pas di sana. Insya Allah dua minggu lagi
Setelah kelahiran dua buah hatinya, Kaisar jadi lebih semangat bekerja. Dia bertekad memberikan yang terbaik untuk mereka. Meskipun sibuk, sebelum atau sesudah pulang kerja, Kaisar akan menyempatkan waktu untuk bermain dengan Bagus dan Ayu. Dia tidak ingin kehilangan momen perkembangan mereka.Sementara itu, Shasha benar-benar jadi ibu rumah tangga sepenuhnya. Walaupun beberapa pekerjaan rumah seperti menyapu, mengepel, menyetrika, dan lainnya dikerjakan oleh asisten rumah tangga, tapi untuk urusan masak dan mengurus anak, dia yang menanganinya sendiri.Shasha sekarang jarang menginap di rumah Bu Dewi. Kalau Kaisar dinas malam atau tidak bisa pulang, Nisa atau Bu Dewi yang menemaninya di sana. Akan repot kalau Shasha pergi sendiri membawa dua bayi dan segala perlengkapannya.Minimal sebulan sekali, Kaisar akan mengajak istrinya pergi berdua. Entah sekadar makan, menonton film atau berbelanja. Setidaknya mereka bisa ada waktu berdua tanpa anak-anak. Perwira polisi itu tahu kalau istrin
Waktu terus berlalu, kandungan Shasha semakin hari bertambah besar. Saat usia kandungannya mencapai tujuh bulan, dia memutuskan untuk berhenti bekerja karena badannya semakin cepat pegal dan lelah. Meskipun teman-teman kantor dan atasannya memaklumi hal tersebut, Shasha yang merasa tak enak hati. Jadi lebih baik mengundurkan diri dengan meninggalkan kesan baik pada semua. Meskipun sang atasan mau memberinya cuti lebih lama sampai dia siap bekerja kembali, Shasha tidak bersedia. Dia berencana mengasuh sendiri kedua anaknya setelah melahirkan.Shasha tidak pernah telat memeriksakan kehamilannya dengan didampingi oleh Kaisar. Perwira polisi itu selalu menyempatkan waktu menemani sang istri. Kalau Kaisar tidak punya banyak waktu, keduanya bertemu di klinik. Sesudah menemani pemeriksaan, Kaisar akan langsung kembali bekerja sementara istrinya pulang ke rumah.Shasha mengikuti prenatal yoga sejak kehamilannya menginjak lima bulan. Prenatal yoga ini selain untuk kesehatan, juga membuat ibu h
Kaisar meminta waktu libur saat dia mengadakan acara syukuran empat bulan kehamilan Shasha dan pengajian di rumahnya. Kedua orang tuanya sudah datang sejak kemarin siang karena sorenya mereka berempat pergi ke klinik di mana dokter Lita praktek untuk memeriksakan kehamilan Shasha.Bu Ryani senang sekali saat melihat USG kedua calon cucunya. Wanita paruh baya itu bahkan meneteskan air mata karena terharu. Sudah cukup lama dia menginginkan cucu, begitu menantunya hamil ternyata langsung diberi dua cucu. Sungguh Allah telah memberinya nikmat yang banyak karena kesabarannya selama ini.Ibu Kaisar rasanya sudah tidak sabar ingin menimang kedua cucunya. Dia tidak peduli jenis kelamin cucunya, yang penting menantu dan kedua cucunya sehat dan selamat. Diberi cucu saja, Bu Ryani sudah sangat bersyukur. Tidak mau meminta banyak karena takut jadi hamba yang kufur nikmat.Bu Dewi, dan Nisa sudah datang ke rumah Kaisar sejak pagi. Sedangkan Dita, Ale, dan Rendra datang agak siang karena selain Dit
Sekitar pukul 04.00 sore, Kaisar datang ke rumah sakit dengan dua anggotanya. Kali ini dia sudah mandi dan berganti pakaian. Rencananya mereka akan meminta keterangan dari Adi dan juga Adelia. Namun Adelia belum bisa memberikan keterangan karena belum siap mentalnya. Kaisar memaklumi hal itu, karena itu dia hanya meminta keterangan Adi.Kaisar, Adi, dan dua polisi tadi mencari tempat yang lebih nyaman dan bebas untuk bicara. Akhirnya mereka pergi ke coffee shop yang ada di rumah sakit tersebut."Timku tadi sudah menginterogasi Sekar, tapi dia jawabnya berbelit-belit, Di." Kaisar membuka pembicaraan setelah mereka duduk dan memesan beberapa menu."Tapi tetap bisa menjerat dia kan?" Adi menatap sahabatnya."Bisa, cuma mungkin hukumannya tidak maksimal. Dia tidak mau ngaku kalau punya niat membunuh Adel. Sekar juga tidak menjabarkan apa yang dia bicarakan sama istrimu." Kaisar menghela napas panjang setelah berbicara.Adi ikut menghela napas panjang usai mendengar perkataan sang perwira
Sekar Ayu terkesiap mendengar ucapan perempuan yang tadi mengetuk pintu rumahnya. Karena baru bangun tidur, jadi dia sedikit lambat berpikir. Namun begitu sadar apa yang terjadi, Sekar Ayu berniat menutup pintu yang tidak terbuka lebar itu, tapi Kaisar dengan sigap menahan pintu dengan kakinya agar tetap terbuka."Sekar!" teriak Kaisar. "Percuma kamu mau sembunyi, rumah ini sudah dikepung!""Cepat borgol dia!" perintah Kaisar pada anggota polwannya.Salah satu polwan langsung mencekal tangan Sekar Ayu, kemudian memasang gelang kembar di kedua pergelangan tangan cinta pertama Adi itu."Apa-apaan ini, Kai? Aku tidak bersalah." Sekar Ayu berusaha memberontak. "Kalian salah menangkap orang. Aku pasti sudah difitnah!” teriaknya."Diam!" hardik Kaisar. "Bukti sudah menunjukkan kalau kamu yang menusuk Adelia. Jangan coba mengelak dan pura-pura tidak bersalah!” sergahnya.Sekar Ayu tersenyum sinis. "Bukti apa yang kalian punya? Jangan mengarang!""Ada rekaman CCTV di dalam toilet mal, Sekar.
Kaisar benar-benar menghubungi Bu Ryani menanyakan alamat Sekar di kota. Dia memberi tahu sang ibu apa yang wanita itu lakukan pada istri Adi. Bu Ryani merasa geram, sayangnya dia juga tidak tahu alamat Sekar di kota. Namun, wanita paruh baya itu berjanji akan mencarikan informasi. Begitu mendapat alamat Sekar, Bu Ryani berjanji akan langsung memberi tahu putra sulungnya itu.Perwira polisi itu kemudian menghubungi istrinya. Dia memberi tahu kalau ada kasus baru, dan kemungkinan akan pulang terlambat. Kaisar tidak bilang kalau Adelia ditusuk orang karena takut istrinya jadi kepikiran apalagi di rumah hanya sendiri. Sesudah itu Kaisar menghubungi anggotanya, meminta laporan sekaligus melakukan koordinasi dengan mereka.Kaisar kembali masuk ke IGD. Ternyata di sana sudah ada keluarga Adelia. Dia menyalami kedua orang tua Adelia dan juga Arsenio begitu bertemu dengan mereka."Nanti akan ada dua anggotaku yang berjaga 24 jam di luar kamar Adelia. Sebentar lagi mereka akan menyusul ke sin
Berita Shasha hamil kembar membuat bahagia siapa saja yang mendengarnya. Termasuk atasan dan teman-teman sekantornya. Shasha tidak diberikan banyak pekerjaan seperti sebelumnya. Dia juga tidak diizinkan lembur. Begitu jam kerja selesai, langsung disuruh pulang. Meskipun mendapat perlakuan istimewa, Shasha tetap melakukan pekerjaannya dengan baik.Karena hamil kembar, membuat baby bump Shasha terlihat lebih besar dari kehamilan tunggal. Saat usia kandungannya tiga bulan sudah seperti hamil empat bulan hamil tunggal. Badan Shasha pun semakin berisi, terutama di bagian dada dan pinggang. Pipinya juga jadi tembam.Satu hari saat Shasha dan Kaisar libur, perwira polisi itu mengajak istrinya pergi ke luar. Kaisar beralasan ingin mengajak jalan-jalan karena sudah agak lama mereka tidak berkencan. Mumpung masih berdua, menikmati asyiknya pacaran setelah menikah.“Loh, Mas. Kok ke sini?” Shasha bertanya karena Kaisar menggandengnya menuju pameran mobil yang ada di dalam mal yang keduanya datan
Sejak dinyatakan hamil tak ada perubahan yang berarti pada Shasha. Dia tidak mengalami mual dan muntah, serta tidak mengidam makanan tertentu. Hanya Shasha jadi lebih manja pada Kaisar. Kalau sedang di rumah berdua, dia tak pernah mau jauh dari suaminya. Untung saja tidak pernah mengambek kalau harus ditinggal karena ada tugas mendadak. Biasanya Shasha akan menginap di rumah sang mama kalau Kaisar tidak bisa pulang.Shasha kadang sangat malas mandi, bahkan malas beranjak dari tempat tidur. Ada kalanya dia jadi sangat rajin, bahkan di rumah pun berdandan. Kaisar tak mempermasalahkan perubahan-perubahan yang dialami sang istri. Dia sudah banyak diberi tahu Rendra kalau menghadapi wanita hamil harus punya lebih banyak stok sabar. Yang penting istrinya merasa bahagia.“Mas, jangan lupa ya nanti jadwal kontrol ke dokter Lita.” Shasha mengingatkan suaminya saat mereka sedang menyantap sarapan.“Jamnya seperti yang dulu ‘kan?” Kaisar menatap sang istri.Shasha mengangguk. “Iya. Mulai praktik
"Alhamdulillah berdasarkan hasil tes urine dan darah, Bu Alesha positif hamil. Selamat ya," ucap dokter Lita sambil memandang pasangan suami istri baru di hadapannya. "Pak Kaisar, tokcer ini bisa langsung membuat Bu Alesha hamil setelah menikah," selorohnya agar suasana tidak menjadi tegang. "Alhamdulillah. Kamu beneran hamil, Sha." Kaisar sontak memeluk sang istri yang duduk di sampingnya. Membuat dokter yang mengenakan hijab bermotif bunga-bunga kecil itu menjadi saksi kebahagiaan yang dirasakan oleh calon orang tua baru tersebut. "Iya, Mas. Alhamdulillah," sahut Shasha. "Mas, tolong lepas. Malu sama dokter," bisiknya kemudian. Kaisar pun langsung mengurai pelukan. "Maaf, Dok. Saya refleks memeluk istri karena bahagia," aku sang perwira polisi. Dokter Lita tersenyum. "Tidak apa-apa, Pak. Saya paham apa yang Bapak dan Ibu rasakan. Bagaimana kalau kita USG sekarang, untuk mengecek kondisinya?" "Silakan, Dok," sahut Kaisar. "Apa saya boleh melihat proses USG-nya?" tanyanya ragu.