Share

Pelabuhan Cinta Sang Perwira
Pelabuhan Cinta Sang Perwira
Penulis: Kokoro No Tomo

Bab 1

Penulis: Kokoro No Tomo
last update Terakhir Diperbarui: 2023-06-02 18:05:53

Kaisar menginap di rumah orang tuanya setelah sebulan tidak pulang karena kesibukannya bekerja sebagai abdi negara. Dia memanfaatkan waktu liburnya di sana. Berharap tidak ada panggilan tugas mendadak dari atasan. Setelah membantu sang bapak di kebun dan membersihkan diri, perwira muda itu menonton televisi di ruang tengah.

“Kai, nanti Bapak sama Ibu mau kondangan di rumah Pak Wijaya. Kamu diundang tidak sama Adi?” tanya Ryani pada Kaisar, putra sulungnya. Wanita paruh baya itu baru datang dari dapur membawa singkong goreng yang tadi dipanen dari kebun.

Kening Kaisar mengerut mendengar pertanyaan sang ibu. “Memangnya Adi nikah, Bu?” Bukannya menjawab, perwira polisi berpangkat Inspektur Polisi Dua itu malah balik bertanya.

Ryani menggeleng. “Bukan Adi yang nikah, tapi Dita,” jawabnya.

Kaisar terkesiap mendengar nama cinta pertamanya itu disebut oleh sang ibu. Dia lalu tertawa kecil. “Dita, adiknya Adi?” tanyanya memastikan.

Wanita paruh baya itu menyengguk. “Iya, memangnya Dita siapa lagi. Anaknya Pak Wijaya ‘kan cuma dua. Adi sama Dita,” jelasnya.

Kaisar kembali tertawa kecil. “Ibu jangan bercanda gitu. Mana mungkin Dita menikah sekarang. Dia ‘kan baru masuk kuliah tahun kemarin. Ibu ada-ada saja nih,” ucapnya tak percaya dan malah menganggap sang ibu bercanda.

“Buat apa ibu bercanda. Sebentar ibu carikan undangannya kalau kamu tidak percaya.” Ryani kemudian mencari undangan pernikahan yang dimaksud. Begitu tidak menemukan di ruang tengah, dia lalu mencari di kamar.

Sementara itu Kaisar masih tertawa kecil. Kepalanya sesekali menggeleng karena menurutnya pernikahan itu mustahil terjadi. Dita saat ini masih berusia 19 tahun. Dia baru lulus SMA tahun kemarin. Rasanya tidak mungkin kalau gadis yang sudah mengisi hatinya selama tujuh tahun itu menikah. Dita, gadis tomboi itu, tidak pernah terdengar dekat dengan pria mana pun. Tipikal gadis cuek dan polos yang tidak mengenal cinta di usia remaja.

“Mas Kai, kenapa tertawa sendiri?” tegur Tirta, sang adik, yang tiba-tiba duduk di sebelahnya dan mengambil remote TV.

“Ibu itu loh bercanda,” sahut Kaisar.

Tirta mengernyit. “Memangnya ibu bercanda apa?” Gadis itu merasa heran karena ibunya bukan tipikal yang suka bercanda.

“Masa ibu bilang Dita nikah,” jawab Kaisar seraya tertawa kecil. “Dia ‘kan baru lulus SMA. Baru masuk kuliah. Tidak mungkin menikah,” sambungnya.

“Ibu enggak bercanda, Mas. Memang benar kok Dita nikah. Aku kemarin lihat undangannya. Tirta membenarkan apa yang dikatakan sang ibu.

“Kamu enggak usah ikutan nge-prank aku.” Kaisar mengacak rambut adiknya.

“Mas Kai!” teriak Tirta yang kesal karena rambutnya yang sudah disisir rapi jadi berantakan. Membuatnya harus merapikan lagi rambutnya dengan tangan.

“Kalian berdua ini kalau berkumpul selalu saja ribut,” tegur Ryani yang baru keluar dari kamar sambil membawa undangan pernikahan Dita. “Ini undangannya.” Dia menyerahkan lembaran kertas putih dan berpita emas itu pada putra sulungnya.

Kaisar menerima undangan itu dengan ragu. Seolah ada yang mencegah agar hatinya tidak terluka. Namun, sebagai pria sejati sudah seharusnya dia siap menghadapi situasi apa pun, apalagi Kaisar sudah menempuh pendidikan di Akademi Kepolisian yang menempa fisik dan mentalnya dengan keras.

Kaisar membaca inisial nama di sampul undangan ada huruf D dan R di sana. Jantungnya langsung berdebar kencang. Rasa nyeri mulai menjalar di hati.

Dengan pelan, Kaisar membuka undangan tersebut lalu membaca nama kedua mempelai, Anindita Kusuma dan Narendra Daneswara. Seketika Kaisar terpaku, memandang nama gadis yang selama ini mengisi hatinya. Senyum dan tawa yang tadi menghiasi wajahnya, langsung menghilang. Sorot matanya tampak sangat terluka. Penantiannya selama ini ternyata sia-sia.

***

Dua tahun sebelumnya.

Kaisar terbangun saat mendengar suara gerbang rumah dibuka. Netranya memicing, melihat jam digital di atas nakas. Pukul 9.00 pagi. Berarti dia sudah tidur selama 4 jam karena baru terlelap usai salat Subuh begitu pulang dari dinas.

Kaisar memutuskan bangkit untuk melihat siapa yang membuka gerbang. Tirta tadi pagi pamit kuliah sampai siang, jadi pria itu di rumah sendiri karena hanya tinggal berdua dengan adiknya. Dengan rambut yang sedikit berantakan dan muka bantal, dia keluar dari kamar.

Betapa terkejutnya Kaisar saat mendapati adiknya masuk rumah bersama seorang gadis yang cantik. Dia pun tersenyum setelah menjawab salam dari sang adik.

“Kenalin ini teman baikku, Mas,” ucap Tirta seraya menunjuk gadis yang datang bersamanya.

Kaisar mendekat lalu mengulurkan tangan untuk bersalaman dengan gadis itu. “Kaisar.” Dia memperkenalkan diri dengan senyum ramah.

“Alesha,” sambut sang gadis yang juga tersenyum dengan manis.

“Aku ke dalam sebentar ya, Sha,” pamit Tirta yang meninggalkan sang kakak dengan sahabatnya di ruang tamu.

“Ayo, duduk dulu.” Kaisar mempersilakan sang tamu untuk duduk. Dia berusaha bersikap ramah sebagai tuan rumah walaupun itu tamu adiknya.

“Terima kasih, Mas.” Shasha pun duduk, kemudian diikuti oleh Kaisar.

“Satu jurusan sama Tirta?” Kaisar memecah keheningan di antara keduanya. Mereka sama-sama canggung karena baru pertama bertemu.

“Iya, Mas,” sahut Shasha seraya menganggut.

“Maaf kalau mukaku bantal banget. Baru tidur habis Subuh. Ini tadi kebangun karena dengar suara gerbang dibuka.” Kaisar merasa tak enak hati pada tamunya karena penampilannya yang tak keruan.

“Enggak apa-apa, Mas. Santai saja. Maaf kalau kedatangan saya malah mengganggu waktu istirahat Mas Kaisar,” ujar Shasha yang jadi semakin sungkan.

Kaisar tersenyum. “Enggak ganggu kok. Sudah lumayan tadi tidur empat jam.”

“Dinas di mana sekarang, Mas?” tanya Shasha sambil menunggu Tirta kembali ke ruang tamu.

“Sementara ini masih di Prambanan,” jawab Kaisar.

“Memang biasa ya polisi pindah-pindah tugas?” celetuk Shasha.

Kaisar menganggut. “Iya, buat penyegaran. Pimpinan yang menjabat saja biasanya hanya satu atau dua tahun setelah itu diganti yang lain.”

“Berarti Mas Kaisar termasuk pimpinan juga nih jadi sering pindah tugas,” tebak Shasha.

Kaisar tertawa kecil. “Baru memimpin beberapa orang, belum banyak,” ucapnya merendah.

“Ayo diminum siropnya, Sha. Lumayan di sini ada sirop, jadi airnya berwarna. Enggak kaya di kos yang cuma air bening,” seloroh Tirta seraya meletakkan dua gelas yang berisi es sirop cocopandan di atas meja ruang tamu.

“Makasih, Ta. Jadi ngerepotin. Biasanya dulu ambil sendiri di kos,” timpal Shasha.

“Kalau sekarang aku suruh ambil sendiri pasti kamu sungkan sama masku,” ujar Tirta yang sudah duduk di sofa.

“Katanya kuliah sampai siang, kok sudah pulang, Ta?” Kaisar bertanya pada adiknya.

“Dosennya ada acara, Mas. Jadi, kasih tugas dikumpulkan minggu depan. Daripada bengong di kampus mending pulang sambil ngerjain tugas,” jelas Tirta.

Kaisar mengangguk. “Ya udah, selamat mengerjakan tugas. Aku mau ke kamar lagi,” pamitnya.

“Ya, Mas,” sahut Tirta.

Baru saja melangkahkan kaki masuk ke kamar, gawainya tiba-tiba berdering dengan kencang. Pria itu kemudian mengambil gawai yang diletakkan di samping bantal. Sejak menjadi polisi, dia tidak pernah menonaktifkan ponselnya meskipun sedang tidur. Sebagai abdi negara, Kaisar harus siap 24 jam untuk dipanggil bertugas, karena itu dia mengatur nada deringnya ke volume tertinggi agar bisa bangun saat sedang terlelap.

Kening perwira polisi itu mengerut saat melihat nama yang terpampang di layar gawainya. Sang sahabat yang meneleponnya. Biasanya Adi akan menghubunginya di luar jam kerja atau saat malam hari, tapi sekarang masih jam kerja. Pasti ada sesuatu yang penting.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Paulina Nurhadiati Petrus
wah ngapain tuh si adi telepon bikin kepo, eh cinta dalam diam duh nyesek ya lagian harusnya kamu bilang kalo suka, kan ini orangnya malah keburu nikah
goodnovel comment avatar
Paulina Nurhadiati Petrus
wah ngapain tuh si adi telepon bikin kepo, eh cinta dalam diam duh nyesek ya lagian harusnya kamu bilang kalo suka, kan ini orangnya malah keburu nikah
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Pelabuhan Cinta Sang Perwira   Bab 2

    “Assalamu’alaikum, Di. Apa kabar?” salamnya setelah menerima panggilan tersebut. “Wa’alaikumussalam. Alhamdulillah kabarku baik. Kai, kamu lagi sibuk?” tanya Adi setelah menjawab salam sang sahabat. Suaranya terdengar tidak tenang. “Enggak. Aku lagi di rumah sekarang. Ada apa, Di? Apa yang bisa kubantu?” Kaisar mengernyit. “Dita kecelakaan, Kai. Tabrak lari tadi waktu berangkat ke sekolah. Sekarang sudah di rumah sakit. Barusan ayah telepon, katanyalumayan parah. Sekarang aku dalam perjalanan ke rumah sakit.,” jelas Adi. “Innalillahi, di rumah sakit mana, Di? Aku segera ke sana.” Jantung Kaisar serasa mau copot saat mendengar kabar pujaan hatinya itu. Meski sangat jarang bertemu, tetapi rasa cinta itu masih tetap tersimpan rapi di hatinya. Menunggu sampai saatnya tiba untuk dia menyatakan cinta. Setelah Adi menyebutkan nama rumah sakit tempat Dita dirawat dan menutup telepon, Kaisar bergegas mandi. Dia sampai lupa menanyakan apa yang Adi inginkan darinya. Namun, setelah dipikirkan

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-02
  • Pelabuhan Cinta Sang Perwira   Bab 3

    Adi menghampiri Kaisar dan sang ayah yang memandang ke arahnya. “Kita diminta menunggu sebentar karena kamarnya baru disiapkan. Mas ambil yang VIP, Yah. Biar Bunda dan Adek lebih nyaman. Nanti mas yang bayar selisih harganya,” ujar Adi. Sebagai ASN, Pak Wijaya dan keluarga mendapat jatah kelas 1 dari Askes untuk layanan rawat inap. Kalau mengambil kelas di atasnya, harus membayar selisih harga kelas 1 dan VIP. Begitu lulus kuliah dari Teknik Sipil UGM, Adi langsung diterima kerja di salah satu perusahaan konstruksi nasional dengan gaji yang cukup besar. Karena itu, dia berani menanggung biaya rawat inap adik semata wayangnya. “Ayah juga mampu bayar, Mas,” sahut Pak Wijaya. “Biar mas saja, Yah. Nanti kan Adek masih harus kontrol kalau pulang dari sini. Pasti juga tidak semua biaya ditanggung Askes.” Adi bersikeras menanggung biaya perawatan adiknya. “Ya sudah, terserah kamu. Ayah mau lihat Adek dulu.” Pak Wijaya meninggalkan dua sahabat itu. “Aku sudah bicara sama petugas yang ke

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-02
  • Pelabuhan Cinta Sang Perwira   Bab 4

    Kaisar menoleh begitu mendengar pintu terbuka. Melihat Adi masuk dengan perawat saat Dita masih menggenggam erat tangannya. Namun, dia juga tidak mungkin melepaskan tangan adik sahabatnya itu begitu saja. Dita pasti menahan rasa sakit. Karena berulang kali mengeratkan genggamannya. “Syukurlah kamu datang, Di. Dita merintih terus, kayanya sakit banget,” ucap Kaisar dengan raut khawatir. “Permisi, Mas. Saya ingin menyuntikkan pereda nyeri dulu,” kata perawat pada Kaisar. “Iya, Sus.” Kaisar berdiri dan ingin melepas tangannya, tapi Dita tidak mau melepaskan. Mungkin gadis itu masih merasakan sakit, jadi ingin terus menggenggam tangan Kaisar. Akhirnya dia tetap berdiri di sisi ranjang, dan memberi ruang untuk perawat melakukan tindakan. Adi hanya diam melihat pemandangan di depannya. Mencoba tetap berpikir positif, mungkin tadi Dita mencarinya dan mengira Kaisar adalah dia. Karena itu, sang adik terus menggenggam tangan sahabatnya. Adi yakin perwira polisi itu tidak akan mengambil kese

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-02
  • Pelabuhan Cinta Sang Perwira   Bab 5

    Hari Minggu pun tiba, kalau di rumah lain mungkin waktu untuk bermalas-malasan, tetapi tidak di rumah Bu Dewi. Sejak Subuh, mereka memulai aktivitasnya masing-masing. Ada yang membersihkan rumah, mencuci dan menyetrika pakaian, dan juga memasak. Bu Dewi memang mendidik anak-anaknya mandiri. Apalagi sejak dia harus membanting tulang demi ketiga anaknya yang masih di usia sekolah dan membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Setengah tujuh pagi, Rendra sudah keluar dari rumah untuk latihan karate di Gelanggang UGM. Tentu saja dia pergi setelah menyelesaikan semua pekerjaannya di rumah. Nisa membantu mamanya membuat brownies usai mereka menyantap sarapan bersama. Sementara Shasha merapikan kamarnya agar tidak terlihat berantakan saat Tirta nanti masuk ke sana. “Mama mau buat brownies berapa sih?” tanya Nisa yang melihat ada banyak bahan di dapur. Bu Dewi tampak berpikir sejenak sebelum menjawab pertanyaan si bungsu. “Empat kayanya.” “Banyak banget, Ma,” komentar Nisa. “Satu nanti buat su

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-02
  • Pelabuhan Cinta Sang Perwira   Bab 6

    “Aku ingin buka toko aksesori motor dan mobil, Pak. Di sini kayanya belum ada. Kalau butuh apa-apa harus ke kota.” Kaisar memberi tahu bapaknya. “Rencananya mau buka di mana?” tanya Pak Dipta. “Di ruko depan ada yang kosong kan, Pak. Daripada disewa sama orang lain, aku sewa saja,” jawab Kaisar. “Pakai saja kalau kamu mau, Kai. Terus yang jaga toko siapa? Belanjanya di mana?” Pak Dipta menatap sang putra. “Aku ada kenalan yang jual grosiran aksesori motor sama mobil, Pak. Nanti barangnya aku ambil dari dia. Kalau yang jaga toko ambil dari orang sini saja, Pak. Cari orang yang jujur dan mau kerja keras. Kalau bisa sih laki-laki,” ujar Kaisar. Pak Dipta mengangguk-angguk. “Ya, nanti coba bapak carikan. Rencanamu kapan mau buka?” “Awal bulan depan saja, Pak. Nanti aku sekalian cari apa saja yang diperlukan,” sahut Kaisar. “Apa sudah ada modal?” Pak Dipta memastikan. “Alhamdulillah ada meski tidak banyak, Pak. Kemarin teman sudah nawari, bayarnya bisa tempo jadi tidak langsung luna

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-02
  • Pelabuhan Cinta Sang Perwira   Bab 7

    Dita mengangguk malu-malu. “Boleh, Mas.” “Oh ya sampai lupa. Ini aku bawakan makanan yang lagi hit di kota.” Kaisar meletakkan tas yang berisi kudapan yang dibawa ke atas meja. “Makasih, Mas. Malah jadi merepotkan. Aku sudah pesan sama Mas Adi tapi belum sempat dibelikan. Alhamdulillah dibawakan sama Mas Kaisar,” sahut Dita dengan raut bahagia. Gadis itu memang ekspresif dan apa adanya, tidak suka berpura-pura atau bersikap sok manis. “Mau coba kuenya? Aku bantu bukakan ya.” Kaisar mengeluarkan kemasan kardus dari tas plastik. “Mau yang rasa keju apa cokelat?” Kaisar menawarkan setelah membuka kardus dan terlihat macam-macam isinya. “Keju saja, Mas,” jawab Dita dengan mata berbinar-binar menatap kue yang ada di hadapannya. Kaisar mengambil kue dengan isian keju. Membuka kemasan plastiknya sebelum menyerahkan pada Dita. “Apa aku bantu suapi sekalian?” Dita tersenyum sambil menerima kue. “Makasih. Tidak perlu, Mas. Tangan kananku baik-baik saja kok. Biasanya aku juga makan sendiri

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-02
  • Pelabuhan Cinta Sang Perwira   Bab 8

    Sesudah makan siang, Kaisar masih mengobrol dengan Adi sampai Pak Wijaya dan Bu Hasna pulang. Sementara Dita beristirahat di kamarnya. Selalu seperti itu, Kaisar hanya punya kesempatan mengobrol dengan sang pujaan hati saat sedang menunggu Adi. Meski begitu, perwira polisi itu tetap merasa bahagia karena hari ini bisa mengobrol lama dengan adik dari sang sahabat. Kaisar pamit pulang setelah berbasi-basi sebentar dengan kedua orang tua Adi. Membahas tentang pelaku tabrak lari yang sudah berhasil ditangkap. Sebelum pulang, Bu Hasna membawakan Kaisar makanan hasil masakannya untuk dibawa ke kontrakan. Karena saat resepsi tadi Bu Ryani bercerita kalau masakannya gosong. Sepulang dari sana, Kaisar mampir dahulu ke toko yang membuat etalase. Memesan lemari kaca dan rak untuk memajang aksesori kendaraan di tokonya yang akan mulai buka bulan depan. Sebelum ke rumah Adi, dia tadi sudah mengukur panjang dan lebar ruko, jadi sudah menentukan ukuran etalase dan rak yang akan dipakai. Setelah it

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-02
  • Pelabuhan Cinta Sang Perwira   Bab 9

    Bibir Kaisar membentuk bulan sabit. “Kenapa? Kamu keberatan? Aku yang mau nunggu Dita kok kamu yang protes.” “Ck, bukan gitu, Mas. Kalau misal Dita nanti pas kuliah punya pacar gimana? Mas Kai, kan jadi buang-buang waktu nunggu dia.” Tirta coba memberi gambaran pada sang kakak. “Dita enggak bakal pacaran, Ta,” sangkal Kaisar dengan yakin. “Kok tahu?” Tirta mengernyit. “Tadi aku ngobrol sama Dita. Aku pancing soal pacar, dia bilang enggak mau pacaran. Buang-buang waktu katanya,” ungkap Kaisar. “Dita masih ABG, Mas. Masih labil. Gampang berubah. Hari ini bilang A, besok bisa jadi Z.” Tirta kembali mengingatkan sang perwira. “Dita enggak bakal berubah. Aku tahu dia sejak kecil.” Lagi-lagi Kaisar menyangkal omongan adiknya. “Apa sebaiknya aku mengikat dia dulu untuk berjaga-jaga ya, Ta.” Polisi berpangkat Ipda itu tiba-tiba berubah pikiran. “Mengikat gimana, Mas?” Tirta mengernyit karena penasaran. “Aku lamar dia sekarang. Terus tunangan dulu gitu sampai Dita selesai kuliah,” jelas

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-02

Bab terbaru

  • Pelabuhan Cinta Sang Perwira   Bab 95 (TAMAT)

    Setelah kelahiran dua buah hatinya, Kaisar jadi lebih semangat bekerja. Dia bertekad memberikan yang terbaik untuk mereka. Meskipun sibuk, sebelum atau sesudah pulang kerja, Kaisar akan menyempatkan waktu untuk bermain dengan Bagus dan Ayu. Dia tidak ingin kehilangan momen perkembangan mereka.Sementara itu, Shasha benar-benar jadi ibu rumah tangga sepenuhnya. Walaupun beberapa pekerjaan rumah seperti menyapu, mengepel, menyetrika, dan lainnya dikerjakan oleh asisten rumah tangga, tapi untuk urusan masak dan mengurus anak, dia yang menanganinya sendiri.Shasha sekarang jarang menginap di rumah Bu Dewi. Kalau Kaisar dinas malam atau tidak bisa pulang, Nisa atau Bu Dewi yang menemaninya di sana. Akan repot kalau Shasha pergi sendiri membawa dua bayi dan segala perlengkapannya.Minimal sebulan sekali, Kaisar akan mengajak istrinya pergi berdua. Entah sekadar makan, menonton film atau berbelanja. Setidaknya mereka bisa ada waktu berdua tanpa anak-anak. Perwira polisi itu tahu kalau istrin

  • Pelabuhan Cinta Sang Perwira   Bab 94

    Waktu terus berlalu, kandungan Shasha semakin hari bertambah besar. Saat usia kandungannya mencapai tujuh bulan, dia memutuskan untuk berhenti bekerja karena badannya semakin cepat pegal dan lelah. Meskipun teman-teman kantor dan atasannya memaklumi hal tersebut, Shasha yang merasa tak enak hati. Jadi lebih baik mengundurkan diri dengan meninggalkan kesan baik pada semua. Meskipun sang atasan mau memberinya cuti lebih lama sampai dia siap bekerja kembali, Shasha tidak bersedia. Dia berencana mengasuh sendiri kedua anaknya setelah melahirkan.Shasha tidak pernah telat memeriksakan kehamilannya dengan didampingi oleh Kaisar. Perwira polisi itu selalu menyempatkan waktu menemani sang istri. Kalau Kaisar tidak punya banyak waktu, keduanya bertemu di klinik. Sesudah menemani pemeriksaan, Kaisar akan langsung kembali bekerja sementara istrinya pulang ke rumah.Shasha mengikuti prenatal yoga sejak kehamilannya menginjak lima bulan. Prenatal yoga ini selain untuk kesehatan, juga membuat ibu h

  • Pelabuhan Cinta Sang Perwira   Bab 93

    Kaisar meminta waktu libur saat dia mengadakan acara syukuran empat bulan kehamilan Shasha dan pengajian di rumahnya. Kedua orang tuanya sudah datang sejak kemarin siang karena sorenya mereka berempat pergi ke klinik di mana dokter Lita praktek untuk memeriksakan kehamilan Shasha.Bu Ryani senang sekali saat melihat USG kedua calon cucunya. Wanita paruh baya itu bahkan meneteskan air mata karena terharu. Sudah cukup lama dia menginginkan cucu, begitu menantunya hamil ternyata langsung diberi dua cucu. Sungguh Allah telah memberinya nikmat yang banyak karena kesabarannya selama ini.Ibu Kaisar rasanya sudah tidak sabar ingin menimang kedua cucunya. Dia tidak peduli jenis kelamin cucunya, yang penting menantu dan kedua cucunya sehat dan selamat. Diberi cucu saja, Bu Ryani sudah sangat bersyukur. Tidak mau meminta banyak karena takut jadi hamba yang kufur nikmat.Bu Dewi, dan Nisa sudah datang ke rumah Kaisar sejak pagi. Sedangkan Dita, Ale, dan Rendra datang agak siang karena selain Dit

  • Pelabuhan Cinta Sang Perwira   Bab 92

    Sekitar pukul 04.00 sore, Kaisar datang ke rumah sakit dengan dua anggotanya. Kali ini dia sudah mandi dan berganti pakaian. Rencananya mereka akan meminta keterangan dari Adi dan juga Adelia. Namun Adelia belum bisa memberikan keterangan karena belum siap mentalnya. Kaisar memaklumi hal itu, karena itu dia hanya meminta keterangan Adi.Kaisar, Adi, dan dua polisi tadi mencari tempat yang lebih nyaman dan bebas untuk bicara. Akhirnya mereka pergi ke coffee shop yang ada di rumah sakit tersebut."Timku tadi sudah menginterogasi Sekar, tapi dia jawabnya berbelit-belit, Di." Kaisar membuka pembicaraan setelah mereka duduk dan memesan beberapa menu."Tapi tetap bisa menjerat dia kan?" Adi menatap sahabatnya."Bisa, cuma mungkin hukumannya tidak maksimal. Dia tidak mau ngaku kalau punya niat membunuh Adel. Sekar juga tidak menjabarkan apa yang dia bicarakan sama istrimu." Kaisar menghela napas panjang setelah berbicara.Adi ikut menghela napas panjang usai mendengar perkataan sang perwira

  • Pelabuhan Cinta Sang Perwira   Bab 91

    Sekar Ayu terkesiap mendengar ucapan perempuan yang tadi mengetuk pintu rumahnya. Karena baru bangun tidur, jadi dia sedikit lambat berpikir. Namun begitu sadar apa yang terjadi, Sekar Ayu berniat menutup pintu yang tidak terbuka lebar itu, tapi Kaisar dengan sigap menahan pintu dengan kakinya agar tetap terbuka."Sekar!" teriak Kaisar. "Percuma kamu mau sembunyi, rumah ini sudah dikepung!""Cepat borgol dia!" perintah Kaisar pada anggota polwannya.Salah satu polwan langsung mencekal tangan Sekar Ayu, kemudian memasang gelang kembar di kedua pergelangan tangan cinta pertama Adi itu."Apa-apaan ini, Kai? Aku tidak bersalah." Sekar Ayu berusaha memberontak. "Kalian salah menangkap orang. Aku pasti sudah difitnah!” teriaknya."Diam!" hardik Kaisar. "Bukti sudah menunjukkan kalau kamu yang menusuk Adelia. Jangan coba mengelak dan pura-pura tidak bersalah!” sergahnya.Sekar Ayu tersenyum sinis. "Bukti apa yang kalian punya? Jangan mengarang!""Ada rekaman CCTV di dalam toilet mal, Sekar.

  • Pelabuhan Cinta Sang Perwira   Bab 90

    Kaisar benar-benar menghubungi Bu Ryani menanyakan alamat Sekar di kota. Dia memberi tahu sang ibu apa yang wanita itu lakukan pada istri Adi. Bu Ryani merasa geram, sayangnya dia juga tidak tahu alamat Sekar di kota. Namun, wanita paruh baya itu berjanji akan mencarikan informasi. Begitu mendapat alamat Sekar, Bu Ryani berjanji akan langsung memberi tahu putra sulungnya itu.Perwira polisi itu kemudian menghubungi istrinya. Dia memberi tahu kalau ada kasus baru, dan kemungkinan akan pulang terlambat. Kaisar tidak bilang kalau Adelia ditusuk orang karena takut istrinya jadi kepikiran apalagi di rumah hanya sendiri. Sesudah itu Kaisar menghubungi anggotanya, meminta laporan sekaligus melakukan koordinasi dengan mereka.Kaisar kembali masuk ke IGD. Ternyata di sana sudah ada keluarga Adelia. Dia menyalami kedua orang tua Adelia dan juga Arsenio begitu bertemu dengan mereka."Nanti akan ada dua anggotaku yang berjaga 24 jam di luar kamar Adelia. Sebentar lagi mereka akan menyusul ke sin

  • Pelabuhan Cinta Sang Perwira   Bab 89

    Berita Shasha hamil kembar membuat bahagia siapa saja yang mendengarnya. Termasuk atasan dan teman-teman sekantornya. Shasha tidak diberikan banyak pekerjaan seperti sebelumnya. Dia juga tidak diizinkan lembur. Begitu jam kerja selesai, langsung disuruh pulang. Meskipun mendapat perlakuan istimewa, Shasha tetap melakukan pekerjaannya dengan baik.Karena hamil kembar, membuat baby bump Shasha terlihat lebih besar dari kehamilan tunggal. Saat usia kandungannya tiga bulan sudah seperti hamil empat bulan hamil tunggal. Badan Shasha pun semakin berisi, terutama di bagian dada dan pinggang. Pipinya juga jadi tembam.Satu hari saat Shasha dan Kaisar libur, perwira polisi itu mengajak istrinya pergi ke luar. Kaisar beralasan ingin mengajak jalan-jalan karena sudah agak lama mereka tidak berkencan. Mumpung masih berdua, menikmati asyiknya pacaran setelah menikah.“Loh, Mas. Kok ke sini?” Shasha bertanya karena Kaisar menggandengnya menuju pameran mobil yang ada di dalam mal yang keduanya datan

  • Pelabuhan Cinta Sang Perwira   Bab 88

    Sejak dinyatakan hamil tak ada perubahan yang berarti pada Shasha. Dia tidak mengalami mual dan muntah, serta tidak mengidam makanan tertentu. Hanya Shasha jadi lebih manja pada Kaisar. Kalau sedang di rumah berdua, dia tak pernah mau jauh dari suaminya. Untung saja tidak pernah mengambek kalau harus ditinggal karena ada tugas mendadak. Biasanya Shasha akan menginap di rumah sang mama kalau Kaisar tidak bisa pulang.Shasha kadang sangat malas mandi, bahkan malas beranjak dari tempat tidur. Ada kalanya dia jadi sangat rajin, bahkan di rumah pun berdandan. Kaisar tak mempermasalahkan perubahan-perubahan yang dialami sang istri. Dia sudah banyak diberi tahu Rendra kalau menghadapi wanita hamil harus punya lebih banyak stok sabar. Yang penting istrinya merasa bahagia.“Mas, jangan lupa ya nanti jadwal kontrol ke dokter Lita.” Shasha mengingatkan suaminya saat mereka sedang menyantap sarapan.“Jamnya seperti yang dulu ‘kan?” Kaisar menatap sang istri.Shasha mengangguk. “Iya. Mulai praktik

  • Pelabuhan Cinta Sang Perwira   Bab 87

    "Alhamdulillah berdasarkan hasil tes urine dan darah, Bu Alesha positif hamil. Selamat ya," ucap dokter Lita sambil memandang pasangan suami istri baru di hadapannya. "Pak Kaisar, tokcer ini bisa langsung membuat Bu Alesha hamil setelah menikah," selorohnya agar suasana tidak menjadi tegang. "Alhamdulillah. Kamu beneran hamil, Sha." Kaisar sontak memeluk sang istri yang duduk di sampingnya. Membuat dokter yang mengenakan hijab bermotif bunga-bunga kecil itu menjadi saksi kebahagiaan yang dirasakan oleh calon orang tua baru tersebut. "Iya, Mas. Alhamdulillah," sahut Shasha. "Mas, tolong lepas. Malu sama dokter," bisiknya kemudian. Kaisar pun langsung mengurai pelukan. "Maaf, Dok. Saya refleks memeluk istri karena bahagia," aku sang perwira polisi. Dokter Lita tersenyum. "Tidak apa-apa, Pak. Saya paham apa yang Bapak dan Ibu rasakan. Bagaimana kalau kita USG sekarang, untuk mengecek kondisinya?" "Silakan, Dok," sahut Kaisar. "Apa saya boleh melihat proses USG-nya?" tanyanya ragu.

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status