Tiba-tiba, dunia Daniel serasa hancur berkeping-keping, harapannya menjadi seorang papa dan menginginkan buah hatinya terlahir selamat bersama istrinya kini telah sirna. Hanya tinggallah sebuah puing lembaran cerita.
"Ma-maksudmu, anakku tidak selamat," lirih Daniel yang mulai mengeluarkan buliran kristal.
"Katakan! Katakan bahwa semua ini tidak benar kan! Ayo katakan!" teriak Daniel yang berusaha menarik kerah baju Dokter Surya tapi Dila berusaha menenangkan Daniel agar tidak berbuat kasar.
"Ma, ini semua tidak benar kan, anakku dan istriku sedang baik-baik saja kan?" tanya Daniel menoleh ke arah Dila yang berdiri di sebelahnya.
"Daniel, tenangkan dirimu, kamu harus banyak bersabar. Ingat, Tuhan memberikan cobaan kepada umatnya itu berarti Tuhan ingin mengetest dirimu sanggup kah menerima cobaan ini. Yakinkan saja, semua akan baik-baik saja." jawab Dila panjang lebar.
Dedi yang
Saat ini, Diki sedang asyik membaca beberapa berkas laporan perusahaan keluarganya."Tuan," ucap Novi seraya membuka pintu ruang kerjanya.Diki mengalihkan pandangannya dari berkas laporan menuju ke arah Novi."Bisakah kamu mengetuk pintu terlebih dahulu," ucap Diki dengan wajah datarnya.Novi yang berdiri di depan pintu, ia hanya menundukkan kepalanya di depan Diki."Maaf tuan," ucap Novi.Diki yang melihat Novi menundukkan kepalanya, ia merasa kasihan dengan wanita di depannya. Diki menghela nafasnya sejenak dan ia tersenyum ke arah Novi."Ya sudah, masuklah." sahut Diki seraya menatap Novi yang berjalan masuk ke dalam sambil membawa nampan makanan yang di pegangnya."Tuan, aku membawakan makanan ini untuk sarapan pagi," ucap Novi menaruh tampan makanan di depan Diki.Diki melirik ke arah beberapa makanan yan
Saat ini, Diki dan Novi berjalan cepat menuju ke arah parkiran mobil. Diki tak ingin ambil pusing untuk memanggil supir dan menunggu supir agar datang mengantarkannya menuju rumah sakit karena ia tahu cara menyetir mobil.Novi berjalan mengikuti langkah kaki Diki, ia menoleh ke arah kanan dan kiri yang menampilkan betapa indahnya tanaman bunga yang bermekaran indah menghiasai area sekitar mension hingga ia tak menyadari tubuh Diki yang tiba-tiba terhenti di depannya."Awww!" pekik Novi mengelus keningnya yang terasa sakit saat menabrak dada bidang Diki yang berdiri di depannya."Makanya kalo jalan itu lihatnya Pake mata dan jalannya Pake kaki," ucap Diki dengan melipatkan kedua tangannya di atas dadanya."Bener juga ya." jawab Novi cepat."Sakit kah?" tanya Diki menatap kening Novi memerah dan Novi menganggukkan kepalanya."Ya sudah, masuk ke dalam mobilku da
Di sebuah taman mini tepatnya berada di belakang rumah sakit. Daniel duduk termenung memikirkan perkataan dari dokter mengenai kondisi istrinya dan calon anaknya yang telah tiada."Kenapa hidupku selalu dipenuhi cobaan yang penuh liku-liku? Salah aku apa Tuhan? Aku tak pernah berbuat jahat kepada siapapun tapi aku yang selalu tersakiti." gumam Daniel pelan."Dulu, semasa aku masih pacaran dengannya, aku terpisahkan dengan Dissa oleh jarak, setelah menikah, aku terpisahkan oleh virus mematikan, dan sekarang aku kehilangan calon anakku dan Dissa yang terbaring lemah di atas tempat tidur. Tuhan, tolong sadarkan dia begitu berhargai bagiku." lanjut Daniel.Seorang wanita berpakaian serba warna hitam dan ia mengenakan masker dan kacamata di wajahnya sedang berdiri tidak jauh dari tempat duduk Daniel di taman rumah sakit. Risa terus mendengarkan keluh kesah Daniel yang terlihat memilukan.Risa menghapus bu
Setelah menyelesaikan rapat dengan para kliennya di dalam kafe mini tapi sangat menarik dengan dekor indah yang disusunnya. Budi pamit pulang terlebih dahulu, hari ini, ia berencana untuk menjengguk Dissa, sepupu jauhnya. Budi mengambil kunci mobilnya dari saku celananya dan ia menekan tombol kunci otomatis mobilnya. Budi membuka pintu mobil dan ia menstarter mobilnya untuk siap melajukan mobilnya menuju ke arah rumah sakit.Saat di persimpangan jalan menuju ke arah rumah sakit, Budi melihat sebuah mobil yang sangat dikenalnya."Bukankah itu mobilnya Jesika, kenapa dia pergi ke klinik bidan itu." kata Budi dalam hati. Ia menepikan mobilnya di pinggir jalan, Budi membuka pintu mobilnya. Ia berjalan keluar dari mobilnya, ia melihat ada papan pengenalan nama klinik bidan yang namanya tertulis Ratna Antika."Aku pernah mendengar nama bidan itu tapi siapa dia?" Budi berdiri di depan klinik bidan itu. Ia mencoba mengingat-inga
Setelah mencurahkan isi hati kecilnya, Daniel memilih untuk pulang ke mension Richard. Saat ini, ia telah berada di area parkiran mobil rumah sakit.Bip! Bip!Notifikasi kunci mobil Daniel terbuka dan ia memegang gagang pintu untuk membuka mobilnya. Daniel berjalan masuk ke dalam mobil, ia menstarter mobilnya untuk memanasi mobil sebentar. Daniel menoleh ke arah sebelahnya di kursi kemudi yang biasa di duduki oleh Dissa. Daniel menyentuh kursi itu, diusapnya dengan sayang seperti ia membayangkan sedang mengusap kepala Dissa. Daniel terbiasa melakukan aktivitas itu saat berdua dengan Dissa di dalam mobil.Terkadang, mereka saling bercanda dan saling menyuapi jika ada makanan yang dibeli."Aku merindukan waktu itu." lirih Daniel saat ia mengenang masa lalunya bersama Dissa."Maafkan aku, tidak bisa menjaga dirimu dengan baik. Tuhan, aku mohon sembuhkan istriku dari penyakitnya dan
Setelah menutup panggilan masuk dari Budi, Nick langsung berjalan menuju ke arah area parkiran. Tujuannya hanya satu, ia ingin menyelamatkan nyawa Jesika dan ia tidak peduli jika Jesika menolak atau tidak dengan kebaikannya yang terpenting ia harus berbuat kebaikan kepadanya."Aku akan menolongmu." lirih Nick seraya membuka pintu mobilnya dan ia menstarter mobilnya agar mobilnya melajukan mobilnya keluar dari rumah sakit.suasana jalan raya begitu ramai, mengingat ini waktunya jam waktu pulang. Nick tidak pernah menyerah dan ia tetap menolong Jesika sekalipun dulu ia tersakiti oleh penghianatan Jesika tetapi ia tetap menolong Jesika.***Kini, Daniel telah sampai di depan area parkiran mobil rumah sakit. Daniel langsung keluar dari mobilnya dan berjalan menuju ke arah pintu utama rumah sakit."Daniel!" panggil seorang wanita paruh baya tetapi terlihat masih cantik.
"Daniel!" panggil Mama Riska, memecahkan suasana hening di antara mereka.Daniel menoleh menuju sumber suara dan ia tersenyum tulus menatap mama Riska."Iya." jawab Daniel seraya menatap kedua bola mata Riska yang berdiri di sebelahnya."Maafkan mama dan papa, selama ini tidak memperhatikan dirimu. Mama dan papa salah karena terlalu sibuk dengan dunia kerja dan terlalu mengabaikanmu. Maaf Mama karena sudah..." ucapan Riska terhenti saat Daniel memotong pembicaraannya."Huttt! Jangan bilang seperti itu, Daniel mengerti kalau selama ini mama dan papa sibuk bekerja untuk kebaikan Daniel di masa yang akan datang. Lihatlah, hasil kerja keras kalian, aku bisa mencapai cita-citaku sebagai dokter dan aku telah menemukan panutan hati yang sangat mencintaiku." jelas Daniel panjang lebar sambil menatap mama dan papa yang berdiri di sebelahnya."Papa juga minta maaf karena tidak dapat hadir di acara perni
Nick menarik rambut panjang Ratna dengan kasar, sehingga, Ratna dapat mengikuti langkah kakinya."Lepaskan! Kepalaku sakit," ucap Ratna berusaha melepaskan rambutnya yang digenggam erat oleh Nick."Diamlah!" titah Nick terus berjalan menatap ke arah depan, tanpa menghiraukan ucapan orang-orang sekitar di klinik."Berhenti! Ada apa ini!" ucap Redi, kakak kandung Ratna.Redi menatap ke arah Ratna yang berdiri di belakang Nick sambil memegangi rambutnya dan ia menatap tajam ke arah Nick."Kamu apa kan adikku ini," ucap Redi."Dia ingin membunuh wanitaku." jawab Nick tak kalah tajam menatap ke arah Redi.Redi menyerhitkan sebelah alis kanannya. "Membunuh wanitamu? Yang benar saja, ini merupakan klinik bidan dan bukan tempat markas mafia." sahut Redi berdiri di depan Nick."Sudahlah, jangan ikut campur permasalahan aku den
Hari ini merupakan hari yang ditunggu Dissa selama ini, hari senin yang menjadi saksi bahwa Dissa pertama kali masuk kuliah sebagai Mahasiswa Pascasarjana Jurusan Ilmu Komunikasi. Kebetulan, jarak kampus dengan mension Richard memerlukan waktu 20 menit saja. Jadwal perkenalan mahasiswa baru dimulai pukul 07.30 wib pagi. Daniel yang tidak ingin Dissa terlambat, ia berinisiatif mengantarkan Dissa ke kampus ternama di London.Mobil yang dikendarai oleh Daniel telah memasuki area pekarangan kampus, Dissa menatap takjud dengan bangunan mewah nan megah hingga tidak terasa laju mobil berhenti di depan pintu utama kampus.“Sayang, aku antarkan disini. Maafkan aku belum bisa ikut masuk ke dalam,” ucap Daniel sendu.“Tidak apa-apa sayang, aku bahagia kamu mau mengantarkanku di kampus ini. Oh iya, semangat ya kerjanya, jaga mata dan hati karena hanya aku yang berhak memilikimu.” Dissa memandang Daniel dengan tatapan dalam.“Iya istriku tercinta, aku hanya milikmu seorang, kamu
Dissa memejamkan kedua bola matanya sejenak, ia butuh pikiran yang jernih untuk menimalisir semua kenyataan pahit dirinya pernah menjadi korban atas kejahatan Jesika.“Pa, sudahlah permasalahan yang pernah terjadi. Anggap saja semua yang pernah terjadi disebut takdir. Jangan pernah mudah menghakimi orang atas dasar masa lalunya karena semua orang pernah berbuat kesalahan,” ucap Dissa terdengar bijak dan Dedi tidak melanjutkan lagi perkataannya. Dedi serahkan semua yang akan terjadi cukup Dissa dan Daniel yang mengatasinya karena mereka sudah dewasa.“Okelah, kalau begitu Papa tidak ikut campur lagi kecuali Jesika berani melakukan kesalahan lagi maka Papa tidak segan-segan akan memecatkan secara tidak hormat.” sahut Dedi yang tak bisa dibantah.Setelah acara makan malamnya, Dissa dan Daniel memutuskan untuk ke kamar. Dandi memilih ikut Nenek Dila dan Kakek Dedi untuk tidur bersama. Dandi sangat dekat dan manja karena ia selalu diasuh
Setelah melewati masa test pendaftaran dan penerimaan selama 2 minggu. Akhirnya, Dissa diterima beasiswa prestasi akademik dengan nilai tertinggi di kampus ternama London. Sungguh, Dissa benar-benar bahagia atas kecerdasannya dan kegigihannya untuk melanjutkan kuliah Pascasarjana menjadi prioritasnya saat ini.Dissa yang telah sampai di Inggris, bersama Daniel dan anak kesayangannya, Mereka ingin menuju ke mension keluarganya di kota London. Awalnya Dissa menghawatirkan pekerjaan Daniel yang memiliki banyak pasien. Hal itu, membuat Dissa terniang-niang di sepanjang waktu."Bukankah kamu sedang sibuk dengan jadwal operasi pasien?" Dissa bertanya pada Daniel tapi Daniel tampak berpikir keras."Kamu yakin ingin ikut denganku dan mengorbankan pekerjaanmu?" tanya Dissa lagi dan Daniel mengangguk mantap."Iya, aku sangat yakin karena aku sebagai kepala keluarga harus bisa menjaga istri dan anakku. Meskipun, aku rela pindah bekerja ke luar negeri karena ak
Pagi telah menjelang dan ufuk timur telah terbit untuk menyinari dunia. Di dalam ruangan yang luas dan mewah terlihat seorang wanita cantik tengah asyik membaca sebuah koran di tangannya."Beasiswa S2 di London? Wow, terasa menarik bagiku untuk mendapatkan gelar Pascasarjana." batin Dissa.Saat ini, Dissa berada di ruang keluarga dan ia menikmati masa liburan akhir tahun bersama anak dan suaminya di rumah saja."Aku berhak untuk melanjutkan kuliahku karena aku masih muda dan aku pemilik perusahaan Richard. Anakku berhak mendapatkan ibu yang cerdas dan berpendidikan tinggi untuk menjamin masa depannya." Dissa membalikkan lembar koran cetak untuk melihat daftar persyaratan untuk mengikuti beasiswa luar negeri.Daniel yang sedang asyik bermain bernama Dandi di dalam dekapannya. Mereka melihat Dissa dari kejauhan. Dissa terlihat sedang serius membaca koran itu."Pa, aku mau tuyuuun." pinta Dandi dengan suara cade
Dua tahun kemudian Dissa berusaha mengejar Dandi yang berlari kesana-kemari di dalam mension mewah milik dirinya bersama Daniel. "Dandi, jangan berlari terus nanti kamu jatuh," ucap Dissa berusaha berjalan cepat mengejar anak pertamanya. "Ndakk mau, mama kejal dulu Dandi sampe dapat." sahut Dandi kecil dengan menjulurkan lidahnya di hadapan Dissa. Dissa menghela nafasnya sejenak dan ia pasti mengetahui apa yang akan dilakukan Dandi kecil selanjutnya. Dandi kecil terus berlari menuju ke arah anak tangga dengan langkah seribu kakinya tanpa melihat ke arah bawah membuat dirinya terjatuh. Dissa membantu mengangkat tubuh Dandi kecil agar mau berjalan menuju ke arah ruang kesehatan di mensionnya. Setelah diadakannya pesta pernikahan Diki dengan Novi. Mereka memutuskan pindah mension yang telah lama dibeli oleh Daniel. Dissa yang mengandung anak pertamanya dengan Daniel semaki
Hari demi hari yang dijalani Dissa hanyalah duduk diam dan termenung. Di hati kecilnya, ia selalu membayangkan betapa bahagianya ia memiliki baby yang lucu yang terlahir dari rahimnya dan ia akan dipanggil mama dan papa oleh anaknya. Tapi apalah daya, harapannya telah lenyap melayang di udara.Dissa mengusap perut ratanya, ia selalu melakukan itu saat calon anaknya masih ada."Sayang, ayo kita makan," ucap Daniel sambil mengarahkan sendok yang berisi bubur yang akan dimakan oleh Dissa.Dissa diam tak bergeming, ia asyik dengan khayalan di pikirannya. Sementara, Daniel yang berdiri di sebelahnya berusaha memberikan saran dan mengajak ia untuk membuat anak lagi."Dasar lelaki, mau enaknya saja. Kamu kira mudah apa untuk melupakan calon anakku yang telah tiada." kata Dissa dalam hati.Di ruang tamu rumah sakit, Dissa melihat ada perdebatan kecil yang dilakukan oleh mama Dila yang te
Sudah hampir 2 bulan, Dissa masih dalam kondisi yang sama. Daniel menghela nafasnya sejenak, ia menatap Dissa yang duduk termenung di atas ranjang rumah sakit. Saat ini, Daniel berniat menyuapi Dissa dengan makanan bubur dan obat-obatan. Berbagai cara Daniel lakukan untuk membujuk Dissa agar mau makan. Tetapi, Dissa tetaplah Dissa, ia tidak ingin membuka mulutnya sama sekali.Dila dan Dedi merasa sedih melihat anak perempuannya seperti itu. Dila menoleh ke arah Dedi, Dedi yang menatap ke arah Dila yang duduk di sebelahnya. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya untuk tidak menganggu Daniel untuk membujuk Dissa.Sementara di area parkiran rumah sakit ternama, mobil Alphard hitam terparkir rapi. Diki yang turun terlebih dahulu dari dalam mobil, ia memanggil Novi agar berjalan menuju ke arahnya."Sayang, cepatlah!" ucap Diki berdiri di depan mobil."Iya, tunggu dulu aku sedang mengambil tasku." Novi turun da
Pernikahan Jesika dengan Nick dilakukan di kediaman mempelai wanita di kota Sungailiat. Berbagai dekor pelaminan mewah mulai dari pelaminan mini bernuansa putih di dalam rumah sebagai akad nikah dan di luar rumah terdapat pelaminan megah dengan konsep outdoor wedding dan tenda tersusun rapi yang bermotif pink putih begitu indah dilihat. Diki dan Novi hadir dalam mengikuti acara janji suci Jesika dan Nick. Budi datang bersama wanita yang baru ia kenali dengan baju cauple berwarna abu berdominasi pink. Hanya Daniel dan Dissa yang tidak hadir mengikuti acara itu. Dissa masih dalam kondisi yang sama dan Daniel tetap menjaga Dissa di rumah sakit.Landscape matahari terbenam dengan langit yang memberikan sunset indah, semakin menyempurnakan pernikahan Jesika dengan Nick.Akad nikah Jesika dan Nick berjalan dengan lancar, Pak Hardan yang merupakan ayah kandung Jesika menikahkan anak semata wayangnya di dengan masyarakat. Ibu Lely tampak menangis ba
Dua minggu kemudian, Daniel seperti biasa menyuapi Dissa dengan makanan yang diberikan oleh rumah sakit. Kondisi Dissa semakin harinya semakin memburuk, ia tampak seperti mayat hidup yang hanya diam dan menatap kosong ke arah depan. Daniel sedih melihat tingkah laku Dissa yang tak pernah berubah untuk menerima kenyataan pahit yang menyakitkan."Sayang, makanlah nanti kamu sakit," ucap Daniel menatap wajah Dissa.Dissa tak bergeming, ia terus diam membisu.Dila dan Dedi yang sedari tadi memakan makanan yang ia pesan, lantas mereka menatap satu sama lain."Daniel, apakah Dissa mau makan?" tanya Dedi menatap ke arah Daniel yang duduk di sebelah Dissa.Daniel mengalihkan pandangannya menuju ke arah Dedi. Daniel menghela nafas panjang dan ia memberikan senyuman paksa. "Tetap belum mau makan, Pa." ucap Daniel.Dedi menoleh ke arah Dila dan Dila menggeleng-gelengkan