"Naili! Siapa yang suruh kamu pergi ke club! Itu bukan tempatmu Naili. kamu belum cukup umur! Banyak pengaruh buruk di sana!"
"Kenapa sih Ma? Naili penasaran saja pengen pergi ke sana. Lagian Naili enggak macam-macam kok. 'kan ada Om Antonio.""Tapi kamu enggak seharusnya ke sana Sayang! Apalagi kamu lagi sakit! Nanti kalau kamu kenapa-napa gimana?" ujarku dengan suara meninggi tapi netraku berkaca-kaca."Bodoh ah. Naili ngantuk mau tidur." dia berbalik arah menuju kamar. Sama sekali tidak memperdulikanku."Naili! Mama belum selesai bicara!" bentakku ketika dia membuka pintu kamarnya lalu membantingnya dengan sangat keras.Aku tertegun sejenak. Naili yang semula patuh denganku, Kenapa bisa menjadi pembangkang seperti ini? Apa yang sebenernya terjadi?Antonio, akar dari semua masalah ini! aku harus meminta penjelasan darinya!Walaubagaimanapun, aku tidak mau anakku hancur. Masa depannya masih sangat panjang!Dengan tersungut-sungut aku berjalanTidak ada perbincangan menarik pagi itu, Meja makan yang biasanya selalu hangat dengan perbincanganku dan Naili pun sudah tidak terdengar lagi. Hanya suara sendok dan garpu yang beradu di piring di meja makan.Naili sudah sehat seperti sedia kala. Sepertinya masih marah karena aku menegurnya. Sementara aku masih kepikiran dengan kejadian gila semalam. Sampai detik ini aku tidak menyangka jika aku bisa berbuat demikian. Mungkin libido yang semakin hari semakin mencuat.Terlebih celana dalamku sampai ketinggalan di sana. Aku masih ingat dalaman berwarna putih berenda itu. Pasti celana dalam itu di tangannya sekarang. Mungkin dia sedang bertanya-tanya tentang siapa pemilik dari dalaman itu?Cepat atau lambat dia akan mengetahui kalau itu milikku. Di rumah ini, hanya ada tiga Perempuan. Aku, Bibik dan Naili. Kalau dari ukurannya pasti dia bisa menebak itu punya siapa.Sedikit terselip rasa gelisah di dalam hatiku. Alangkah malunya aku kalau sampai dia tahu itu dalama
Bibik dan Bapak penjual sayur tadi sedang bercinta di dapur! Astaga!Aku terpaku saat melihat Bibik yang sedang memegangi tempat cuci piring sambil nungging sementara Bapak Penjual Sayur itu menghajarnya dari belakang. Bibik hanya menggunakan baju yang sudah di angkat sampai atas sehingga terlihat kedua payudaranya yang bergelantungan bebas. Rok dan celana dalamnya berceceran di lantai. Bapak Penjual Sayur hanya menurunkan celananya saja.Desahan kenikmatan saling bersahutan seiring dengan hantaman paha hitam bapak itu ke bokong semok Bibik. Setiap hantamannya membuat Bibik memekik keenakan. Ya Jelas lah, apalagi barang milik Bapak itu besar, tentu Bibik sangat menikmatinya.Menurut pengamatanku, Bapak Penjual Sayur itu sepertinya memiliki keturunan Arab. Hal itu terlihat jelas dari postur tubuhnya yang tinggi besar, berkulit agak hitam, serta ditumbuhi banyak bulu. Mungkin saja dia keturunan asli atau blasteran dengan orang indo. Tetapi apapun itu, aku cukup terkesim
Sejam? Itu sama sekali tidak cukup untuk memuaskan liangku yang kelaparan. Aku butuh berjam-jam bahkan kalau bisa seharian. Aku yang semula rebahan di lantai pun terduduk seraya mencebik. Tapi aku tidak bisa memaksakan dirinya yang sudah lemas begitu 'kan? Aku beringsut mengambil pakaianku dan memakainya lagi. Sedikit membenahi rambutku yang sedikit acak-acakan. Lalu, aku pergi meninggalkan Gelmar. "Saya benar-benar kecewa sama kamu, lain kali aku tidak mau memintanya lagi. kamu sangat lemah!" ketusku sebelum meninggalkannya. "Maafkan saya Madam. Saya bener-benar capek." Lirihnya yang dengan nafas ngos-ngosan. Aku tersenyum meremehkan sembari keluar dari ruangan multimedia itu. Tepat ketika menjejakkan kaki keluar, aku berpas-pasan dengan tukang kebun yang aku temui di halaman sekolah tadi. Dia terkejut melihatku, begitupun aku. Aku pun buru-buru berjalan melewatinya sebelum dia bertanya macam-macam. Di rumah, aku tergolek di atas ranjang. Pandanganku
Langkahku terhenti ketika akan membuka kunci pintu. Dengan tergesa-gesa aku membukanya. Namun, Bapak-bapak itu semakin dekat. Dia langsung menerkamku dari belakang."Ayo Nyonya! Jangan main-main lagi! Sekarang ayo kita bersenang-senang." Bisiknya dengan nafas yang memburu. Dia melingkarkan tangannya ke perutku, mengunciku supaya aku tidak kabur. Dengan segenap tenaga, aku berusaha lepas. Tetapi tenaga Bapak itu jauh lebih besar."Lepasin! Aku enggak mau sama kamu!" pekikku mencoba melawan."Oh, ya? Kita lihat saja nanti! apakah setelah aku memperkosamu, kamu masih bisa bilang seperti itu?" tandasnya. Sejurus kemudian dia membantingku ke sofa. Melepas celanaku dengan sangat kasar dan mencumbui bagian intimku.Tolong! tolong! rintihku. Aku hanya menangis. Sungguh! Aku sama sekali tidak menikmati jilatannya di liangku. Apapun kalau dilakukan dengan terpaksa pasti tidak bagus. Aku berusaha mendorong tubuhnya dengan tanganku, tapi itu sia-sia saja. semakin aku berontak, semak
Antonio menuntunku sampai aku duduk di tepi ranjang. Sejenak dia memandangiku yang sedang tergugu. Lalu beranjak pergi."Tunggu..." Lirihku secara refleks. Pria itu menghentikan langkahnya dan membalikan badan. Entah dorongan darimana yang membuatku mencegahnya pergi. Hati ini menginginkannya untuk tetap tinggal."Iya, Madam." Sahutnya. Kini aku yang salah tingkah sendiri. Mana mungkin aku mengatakan secara terang-terangan kalau aku membutuhkannya. Memangnya aku siapanya dia? pasangan kekasih?Pria itu hanya terdiam sesaat sembari memandangi keningku, karena aku menunduk menyembunyikan raut wajahku yang memerah. Aku merasa sangat canggung sekali. Kini aku hanya mengharapkan kepekaan darinya saja.Dia beringsut mendekatiku. Semakin dia mendekat semakin hati ini menjerit histeris. Terlebih ketika sekarang berdiri tepat di sampingku sambil mengelus-elus pundakku."Saya tahu Madam masih trauma atas kejadian tadi. makanya saya akan berjaga di ruang tamu
Hari ini adalah ujian akhir semester untuk mata pelajaran matematika dan bahasa inggris. Ujian matematika sudah selesai di jam pertama, sekarang waktunya ujian bahasa inggris.Aku mendapatkan jadwal untuk mengawasi kelas otomotif di jam kedua ini. Memasuki menit-menit terakhir, Beberapa siswa yang sudah selesai mengerjakan pun mengumpulkan lembar jawaban mereka ke depan. Sementara yang lain tampak mulai gelisah. Mereka sama sekali tidak mencontek karena aku adalah tipe guru yang tegas dalam mengawasi mereka sehingga mereka tidak bisa berkutik.Sampai bel panjang berbunyi, tanda waktu mengerjakan sudah habis. Para siswa pun mengumpulkan lembar jawaban ke depan. Beberapa diantara mereka tampak pasrah karena tidak bisa menyontek dan mungkin mengerjakannya asal-asalan.Hanya tersisa satu siswa yang tertinggal di bangku paling belakang. Dia tampak gelisah bergelut dengan soal di depannya. aku pun langsung menghampirinya."Waktunya sudah selesai Rendy." Tukasku."
"Madam!" pekik suara barinton yang mengagetkanku. Aku yang sedang dibuai oleh mimpi indah pun terbangun. Aku bangkit dari dada bidang itu dan kudapati Antonio memandangiku dengan aneh. Mataku terbelalak."Madam ngapain saya!" tukasnya yang membuatku salah tingkah dan malu setengah mati. Terlebih sorot mata elangnya yang seakan meminta penjelasan. Kenapa aku sampai tertidur sih? rutukku dalam hatiAku pun segera beralih ke kursi kemudian dan meraih Rok yang tercecer di bawah. Sekilas aku melihat bekas cairanku yang lengket memenuhi kemaluannya. Tanpa menoleh ke arahnya aku cepat-cepat menggunakan pakaianku. Setelah itu aku keluar dari mobil dan berjalan cepat-cepat menuju rumah, meninggalkannya yang masih kebingungan.Sesampainya di ruang tamu, aku menyenderkan tubuhku di balik pintu. darahku mendidih karena malu yang teramat sangat. Kalau ada orang yang memperhatikan, wajahku seperti kentang rebus. Saking nikmatnya bercinta semalam, sampai aku tledor, tertidur sampai
"Oh, Berarti Madam Binal dong karena membayangkan lelaki yang bukan suami Madam!" Ujarnya enteng. Aku yang seharusnya marah dikatain seperti itu justru mengangguk. Yang ada dipikiranku saat itu hanya ingin mendapatkan cairan kejantanan yang kental itu. Aku mengorbankan harga diriku hanya untuk nafsu sesaat. Aku memang wanita Binal.Toh, memang kenyataannya seperti itu. Bahkan tidak hanya dengan Antonio, Tapi ada Gelmar yang pernah mampir di liang ini, Meski kejantanannya diluar dari ekspektasiku yang binal ini."Ngomong dong Madam! Jangan ngangguk aja!" bentaknya."Iya, Antonio. Saya memang binal.""Hahaha, Terus bagian mana dari tubuhku yang kamu suka, Madam.""Saya suka punyamu, punyamu yang besar dan banyak cairan kentalnya." Sahutku yang seakan merangsang sesuatu yang liar di dalam diriku. Apa sekarang aku menjadi wanita liar?"Hahaha, Baik Bu. Lakukan apa yang kamu suka sekarang." ucapnya seraya melepaskan pegangan tangannya. Aku yang s
Sekarang aku berada di dalam sebuah ruangan pribadi di Mansion itu. Ruangan itu sangat megah dan mewah. Aku tidak bisa menyembunyikan rasa kagumku. Pemilik Mansion ini jelas orang yang sangat kaya raya. Mungkin selain bisnis hotel, dia juga memiliki bisnis-bisnis lain.Pria yang membawaku tadi menyuruhku untuk tinggal di dalamnya. Menunggu sampai Bosnya datang. Entah apa alasannya. Apa aku akan dijadikan sebagai pembantu atau gimana? Tapi justru di dalam ruangan pribadi itu ada pelayan Pribadi yang dengan sigap melayaniku.Aku benar-benar dalam kebingungan. Sampai tidak terasa dua bulan sudah aku berada di dalam mansion itu.Dalam kebingunganku, beberapa kali pria berbadan besar dan tampan datang ke dalam ruangan itu. Mereka seperti berusaha untuk menarik perhatianku. Tanpa ragu mereka terang-terangan memintaku untuk melayani mereka. Tapi tunggu dulu, kenapa pria-pria itu diizinkan untuk masuk ke ruangan ini? apa memang tugasku disini untuk melayani mereka
Aku terisak di sisi Naili yang terbaring di brangkar rumah sakit. Dokter menyatakan bahwa kondisi Naili semakin memburuk karena kepalanya yang terbentur lantai dengan sangat keras sehingga membuat tubuh bagian kanannya juga lumpuh. Itu artinya dia lumpuh total sekarang!Duh Gusti, kasihan sekali Naili. Seandainya aku tidak tergiur dengan tawaran palsu Scott, tentu aku bisa menjaga Naili, sehingga musibah ini tidak sampai terjadi. Tapi apa mau dikata. Nasi sudah menjadi bubur.Tiba-tiba seorang suster datang menghampiriku."Permisi Madam, Madam harus membayar biaya administrasi di kasir ya.""Biayanya kira-kira berapa ya Sus?""Maaf, saya kurang tahu Madam. Silakan ibu datang ke kasir sekarang ya." Dia membalikkan badan untuk keluar dari rumah sakit.Dengan perasaan was-was, aku pun mendatangi kasir. Ikut mengantri di barisan antrian. Aku merogoh dompet dari tasku dan membukanya. Terlihat uang dua ribuan dan lima ribuan yang lusuh terikat den
"Selamat datang, Ara." sambut Scott dengan hanya menggunakan pakaian kimono saja. Mataku tertuju ke bulu tipis yang memenuhi dadanya yang lumayan bidang. Balutan kimono juga memperlihatkan kakinya yang tampak berotot."Kok bengong?"Aku tersentak dari lamunanku. Bisa dibilang Pria di depanku atletis dengan otot yang tidak terlalu besar. Tapi cukup membuat debaran kencang di dalam dada ini."Eh, Iya." Ucapku tergagap. Aku menghela nafas sejenak. berusaha mengontrol diriku sendiri."Silakan duduk." Pintanya.Aku pun beringsut duduk bersamaan dengannya. Tapi Pria itu terlihat mengendurkan tali handuk kimono itu sehingga sekilas aku tidak sengaja aku melihat pakaian dalamnya yang berwarna hitam. Tapi Pria itu sama sekali tidak merasa risih dalam kondisi setengah telanjang di depan seorang wanita sepertiku."Ini Mas pola desain yang sudah saya persiapkan untuk seragam rumah sakit yang sebelah kanan laki-laki dan sebelah kiri perempuan. Apak
Hari ini aku pergi ke pasar untuk membeli bahan-bahan yang diperlukan untuk menjahit. Saking banyaknya permintaan, sehingga bahan-bahan itu ludes dengan sendirinya.Aku membelinya dengan terburu-buru. Tidak mau meninggalkan Naili lama-lama. Intinya setelah membeli bahan-bahan itu, aku akan segera pulang dan tidak mampir-mampir lagi.Setelah membeli bahan-bahannya, aku segera ke halte untuk menunggu angkutan. Saat sedang asik menunggu, pandanganku tertuju kepada sebuah mobil mewah yang berhenti di seberang jalan. Dari kacanya yang terbuka, terlihat Pria tampan yang kutemui dirumah sakit itu sedang memandangiku di balik kacamatanya yang hitam.Aku memalingkan wajah, berpura-pura tidak melihatnya. Pria di seberang sana malah tersenyum melihatku yang salah tingkah. jangan Maya, kamu jangan sampai kepincut dengannya. Tahan hasratmu Ara tahan. Bisikku di dalam hati.Tidak berselang lama, angkutan berwarna orange pun datang. aku melambaikan tangan sebagai
Kesibukan baruku membuka jalan rezeki bagiku. Terlihat dari beberapa tetangga yang mulai berdatangan untuk meminta di jahitkan. Ada yang sekedar memperbaiki pakaian yang sobek, mengecilkan baju, bahkan ada yang meminta untuk mendesain pakaian baru. Semua kulakukan dengan senang hati tanpa menargetkan penghasilan, karena memang aku suka melakukannya.Lebih dari itu, aku merasa hidupku benar-benar berubah. Tidak lagi memikirkan kehidupan masa lalu yang pahit. Sekarang aku merasa lebih bahagia bersama Naili dengan kesibukanku menjahit. Semua itu lebih dari cukup. Meski tanpa kehadiran lelaki dewasa atau kemewahan yang sering aku dapatkan. Ternyata di perumahan yang kumuh ini aku mendapatkan kebahagiaan.Kondisi Naili juga mengalami perkembangan yang cukup baik. Bahkan dia sekarang sudah mau untuk berbicara dan mulai tersenyum. Mungkin dia melihat keseharianku yang bersemangat, sehingga semangat itu tertular kepadanya. Menunjukan bahwa aku yang sekarang berbeda jauh dengan
"Kok kita berhenti di sini?" tanyaku keheranan ketika mobil itu berhenti tepat di depan gang rumah kumuh. Selain kumuh tempat itu juga terlihat sempit sekali. jadi tidak ada ruang gerak yang leluasa. Terlebih cuacanya yang di dekat pelabuhan yang terasa panas sekali."Sudah jangan banyak bicara. Sekarang ayo turun." titahnya. Aku tidak kuasa untuk menolaknya. Setelah menurunkan koper, aku mengekorinya menuju perumahan kumuh itu."Mulai sekarang kamu tinggal disini." ujarnya sambil menunjuk rumah dengan lebarnya kurang lebih dua setengah meter saja. Enggak kebayang betapa sempitnya di dalam."Enggak ada tempat lain apa? ini sempit sekali." Protesku."Jangan banyak membantah!" ujarnya dengan nada penuh penekanan. Aku hanya tertunduk, aku tahu konsekuensi kalau aku sampai menolak perintahnya."Lagipula, kamu akan sangat betah disini, karena ada seseorang yang special sedang menunggumu di dalam." Orang special? Siapa itu? batinku penasaran. Ace pun segera
Beberapa hari aku dinyatakan sembuh.Aku menyelesaikan tugas-tugas akhirku sebagai guru sebelum pengajuan resign. Iya, semenjak aku pulang dari rumah sakit, aku langsung mengajuan Resign kepada kepala sekolah. Permintaanku di kabulkan asalkan aku harus mengerjakan tugas-tugasku terakhir dulu. Jadi aku harus betah mendengar bisikan pedas dari pada rekan guru dan murid berhari-hari.Imej-ku sebagai guru sudah kacau balau. Kejadian tragis kemarin yang seharusnya salah Pak Gelmar dan Rendy justru menjadi salahku. Menurut pandangan mereka, aku adalah wanita kecentilan sehingga mengundang hasrat para lelaki. Jadi akar permasalahannya ada di aku!Jadi untuk apa aku bertahan di lingkungan yang membenciku? Lebih baik aku pergi dari sini dan memulai kehidupan baru."Ini Pak, semua berkas-berkas yang bapak minta, saya sudah membereskan kewajiban saya sebagai guru." ujarku sambil memberikan berkas-berkas itu kepada kepala sekolah."Akhirnya Madam mengundurkan
"Madam!" seorang Suster mengoyang-goyangkan tubuhku hingga aku tergeragap."Madam mengigau ya." tanyanya sambil tersenyum. Penuh perhatian. Perlakuannya sangat ramah membuatku merasa di 'manusia"kan saat aku menganggap semua orang seperti jijik denganku dan menjauhiku. Atau mungkin ruang yang aku tempati adalah kelas yang elit, sehingga Pelayan Prima di tunjukan oleh suster itu. Untung saja, aku masih punya cukup uang sehingga kupilih ruang yang terbaik di rumah sakit ini."Iya, Maaf." Jawabku kepada suster muda yang mungkin usianya sekitar dua puluhan. sambil mengelus-elus kepalaku yang terasa pusing. Jadi kedatangannya Antonio tadi itu cuma khayalanku Cuma mimpi. Ya Ampun, segitunya aku rindu dengan Antonio sampai dia merasuk dalam mimpiku."Bagaimana kondisi Madam? Apa sudah mendingan?" tanyanya. Ingin sekali ku jawab kalau luka yang ada di liangku itu memang berangsur sembuh, tapi luka batin ini masih mengangga lebar."Sudah agak mendingan. Sudah tidak terasa
Pak Gelmar langsung mencabut sumpalan kain di mulutku. Suaraku yang habis karena teriakan yang ketahan pun sekarang berubah menjadi serak."Rendy, hentikan rendy kumohon." Lirihku dengan suara parau. Sementara dildo makin mengganas memutar di dalam liangku, hingga tubuhku tersentak-sentak."Madam Ara, saya pentokin sampai rahim Madam, Boleh?" kata Rendy yang seolah tidak puas menyiksaku. Pak Gelmar hanya tertawa terbahak-bahak."Hahaha, Bagus rendy. Siksa dia tanpa ampun.""Rendy, kumohon." Entah airmata ke berapa puluh kali yang jatuh, mengiba belas kasihannya. Tapi itu sama sekali tidak membangunkan rasa kemanusiannya."Kok enggak mau? bukannya Madam senang dimasukan seperti ini." ujarnya sambil memaju-mundurkan dildonya hingga membuatku kepayahan. Kurasakan cairanku mengalir di pahaku dengan derasnya. Tidak terhitung lagi berapa kali aku squirt."Banyak banget Madam Ara." Seru Rendy kegirangan. Aku hanya tertunduk lemas. Tenagaku sudah te