Aku tertegun melihat postur tubuhnya. Bukan karena posturnya yang kekar. Melainkan tatoonya memenuhi sekujur badannya sama persis dengan Antonio.
"Madam! Hello!" dia mengibas-ibaskan tangannya di depanku, membuatku tersentak dari lamunan. Cepat-cepat aku memberikan baju itu kepadanya dan bergegas turun.
Sesampainya di kamarku, aku membenamkan diriku di selimut rapat-rapat. Bertanya-tanya apakah dia Antonio atau bukan. Aku memejamkan mata. Darahku berdesir. Teringat dengan persenggamaan dulu yang pernah terjadi antara aku dan Antonio.
Tidak terasa cairan kewanitaanku mengalir deras di bawah sana.
***
Keesokan paginya,
"Ma! Selainya mana Ma!" teriak Ace dari ruang makan. Aku yang sedang mencuci piring sisa makan malam kemaren pun bergegas mengambilkan selai nanas yang ada di lemari dapur dan bergegas ke ruang makan.
"Ini, Pa." Aku meletakkan toples selai itu di atas meja. Terlihat wajah suamiku itu tersungut-sungut.
"Kamu itu gim
Selepas mengajar aku menjemput Naili. Karena jam belajar yang sama-sama selesai sore hari, maka membuat jam pulang kami yang berbarengan sehingga aku bisa menjemputnya. Meski kadang enggak bisa menjemput karena ada kegiatan tambahan di sekolah, sehingga terpaksa dia pulang sendiri.Selama perjalanan Pulang, terlihat Naili sangat kecapekan. Aku tahu jam sekolah sampai sore hari cukup menguras pikiran dan tenaga. Belum lagi, pekerjaan yang harus dia kerjakan dirumah. Sehingga dia tidak memiliki waktu untuk bersosialasi dan bermain seperti remaja pada umumnya. Mungkin itulah alasan kenapa dia jarang memiliki teman dekat selain teman sekolahnya.Aku tidak mau membebaninya dengan les-les tambahan. Aku tidak mau memaksakan. Kecuali, Les tentang kegemarannya seperti Les Musik."Naili, Kamu enggak apa-apa 'kan Nak?" tanyaku sembari sesekali menengok ke arah wajahnya yang pucat. Sementara, aku masih fokus menyetir."Nanti enggak usah berangkat les musik dulu ya. K
"Kalau begitu saya ke kamar dulu, Madam." Ujarnya sembari berlalu dari hadapanku. Bersamaan dengan hal itu, Naili keluar dari rumah. Dia sudah mengganti baju seragamnya dengan baju casual. Sejenak, Dia beradu pandang dengan Pria itu. Terlihat Pria itu mengangguk kecil sambil tersenyum. Setelah pria itu berlalu, gadis itu berlari kecil ke arahku,"Mama, dia siapa?" tanyanya penasaran."Oh, itu penghuni baru rumah sewa kita. Yang menempati kamar paling ujung." Bodohnya aku tidak bertanya tentang namanya tadi. "Pantas, Naili baru lihat." Gadis itu kembali melihat ke arah perginya pria itu tadi. Terlihat matanya mengerling aneh."Ya sudah Mama ke dalam dulu ya. Mau naruh pakaian ini dulu." Tukasku sembari beranjak ke rumah. Begitu masuk ke dalam rumah, aku berjalan tergesa-gesa menuju kamarku. Sesampainya di kamar, kubuang baju milik Ace dan yang ada di genggamanku adalah baju bekas pria itu.Lalu, aku menempelkannya ke wajahku sambil menghirupnya dalam-dalam.
Mataku terbelalak ketika mendapati pria penghuni rumah sewa itu masuk bersama seorang wanita sexy. Berani-beraninya dia membawa wanita. Bukannya aku sudah menjelaskan peraturan bahwa dilarang keras membawa wanita yang bukan pasangan sahnya!Ingin aku turun ke lantai satu untuk melabraknya, tetapi aku mengurungkan niatku sejenak. Aku memperhatikan gerak-gerik mereka. Terlihat Pria itu berjalan terhuyung-huyung, sementara Wanita sexy yang menggunakan dress merah sampai atas lutut dengan belahan dadanya yang terbuka itu dengan susah payah memapah tubuhnya yang kekar yang terlihat dari potongan singlet hitamnya. Tunggu sebentar! Bukannya wanita itu yang biasanya di klub malam! aku tahu karena sering melintasi sebuah club dan mendapatinya di sana. kalau tidak salah dia juga tinggal tidak jauh dari kompleks ini.Aku memicingkan mata ketika melihat pasangan serasi itu terhenti dan saling berhadapan. Sebuah pemandangan mencengangkan. Terlihat Pria itu memeluk pinggang wanita sexy
"Baiklah, sekarang kamu nungging." Titahnya kemudian."I- iya Antonio. Aku nungging ya." Sahutnya antusias. Nada suaranya terdengar bersemangat.Sial, aku sama sekali tidak bisa melihat mereka dari balek korden itu! hanya puas dengan hanya mendengar saja. tapi, cairan kewanitaan mengalir deras di pangkal paha ini."Sebentar Binal, biar kugosokkan jhonnyku ini di sekiar dua lubangmu." Tuturnya yang diiringi oleh lenguhan wanita itu."Uhhh...emmmm...shhhh..." desisnya berkali-kali."Antonio, jangan lama-lama Antonio, punyaku sudah basah.""Apanya yang basah?""hmmm...shhh... lubangku.""Maksudnya yang ini!" Antonio melakukan sesuatu yang membuat Wanita itu menjerit."Ah, iya Antonio. Iya Antonio jarimu Antonio." Rintihnya."Kenapa? Kurang jari tiga aku masukan ke dalam lubangmu? atau mau lima-limanya?" Kata Antonio yang membuat wanita itu merintih belingsatan sampai suaranya serak.Terdengar suara kocokan jari ke liang persenggaman bebe
“Mama, baik-baik saja 'kan?" tanya Naili ketika sedang berada di meja makan. Memang kondisiku lagi kurang sehat akibat begadang semalaman dan bermain dengan Henz subuh tadi."Enggak apa-apa kok Naili, Mama cuma tidak bisa tidur semalaman. Insomnia." Sahutku sembari menyiapkan roti yang sudah kupanggang tadi diatas meja. dia hanya ber'o' pendek.Aku pun duduk di seberangnya. Kepala ini terasa pusing dan sesekali aku menguap, karena kantuk yang tidak tertahankan. Bagaimana tidak! Aku tidak tidur semalaman plus Bocah yang sok-sokan ingin menggauliku. Tepat seperti dugaanku, dia hanya bertahan sepuluh menit saja. memang tenaganya sangat menggebu. Sama sekali tidak berpengalaman, tidak bisa memahami pasangannya sekali. hanya birahi sesaat yang menggebu setelah itu lemas, ketika Henz itu tertidur, diam-diam aku keluar dari kamarnya.Oh, iya bagaimana dengan Anna wanita yang bersama dengan Antonio semalam? Apakah dia sudah pulang? Atau masih tidur dengan Antonio. Mungkin sekarang
Setelah kurang lebih tiga puluh menit aku bergumul dengan Gelmar, Aku terkesiap tatkala teringat kalau ada janji dengan Naili untuk mengajarinya berdandan. Aku pun buru-buru menghentikan kegiatan Gelmar. "Gelmar, berhenti dulu." "Emangnya mau kemana sih Madam? Kita kan belum selesai." Desahnya agak sedikit kecewa, sambil masih menyodokku dari belakang. "Maaf banget pak, aku harus pulang, aku ada janji dengan anakku." Tuturku yang sembari menegakkan badan. Dia berhenti menyodok dan mendiamkan batangnya yang masih mengeras itu di dalam liangku untuk beberapa saat. Lalu, secara perlahan dia menariknya sampai terdengar bunyi. Begitu aku sudah melepaskan diri darinya, dengan tergesa-gesa aku membenahi pakaian formalku yang berantakan, tidak lupa merapikan hijabku. Terlihat Gelmar memandangku kecewa sembari masih mengurut-urut batangnya yang kepalanya mengkilap karena cairan cinta kami berdua. "Lain kali lagi ya Maaf saya harus segera pulang
Jam menunjukan pukul sepuluh malam, tapi Naili tidak kunjung keluar dari kamarnya. Sudah beberapa kali aku membujuknya untuk keluar, walau hanya sekedar makan malam. tetapi dia tidak bergeming, Memang sudah menjadi wataknya yang enggak bisa di ganggu gugat."Ah, sepertinya aku harus bertemu dengan Antonio. Semoga dia sudah kembali ke rumah." Gumamku.Aku meninggalkan kamar itu dengan tatapan yang masih tertuju kepada pintu. berharap pintu terbuka dan Naili keluar dari sana. Namun, itu sia-sia saja.Aku menghela nafas. kupandang nasi goreng kesukaannya yang sudah aku siapkan di atas meja. biasanya kalau sudah mencium bau-bau nasi goreng, dia langsng keluar dan menyantapnya dengan lahap. Aku pun menutupnya dengan tudung, supaya kalau nanti malam-malam dia kelaparan, dia bisa langsung memakannya.Tidak ada pilihan lain selain menunggu kepulangan Antonio. Malam sudah larut, Pria bertubuh tegap itu tidak kunjung pulang. Di ruang tamu, aku berjalan mondar-mandir, sambi
"Selamat Pagi Sayang." Sapaku kepada Naili yang sudah rapi dengan seragam sekolahnya. Ada yang berbeda dari seri wajahnya. Terlihat pucat dan dengan bekas hitam di sekitar matanya. Sepertinya dia menangis semalaman dan tidak makan. Nasi goreng semalam sama sekali tidak dia sentuh."Naili Sayang kamu mau kemana? Ayo sarapan dulu." Pintaku. Tetapi gadis muda itu tidak menggubrisku, malah dia terus berjalan menuju pintu utama. Aku sangat khawatir dengan kondisinya seperti ini."Naili, Mama enggak larang kamu untuk bergaul dengan Om Antonio." Tukasku sambil berdiri. dia menghentikan langkahnya. Aku pun beranjak mendekatinya. kugenggam erat tangannya dan memandang wajahnya dengan sorot mata keibuan."Om Antonio memang orang baik, Maafkan Mama udah salah menilainya." Imbuhku mengagungkan Antonio. Setidaknya dengan begitu Naili bisa sedikit membuka pintu maafnya kepadaku. Sekilas Naili melihatku dengn sorot matanya yang sayu, tiba-tiba dia memegang kepalanya dan badann
Sekarang aku berada di dalam sebuah ruangan pribadi di Mansion itu. Ruangan itu sangat megah dan mewah. Aku tidak bisa menyembunyikan rasa kagumku. Pemilik Mansion ini jelas orang yang sangat kaya raya. Mungkin selain bisnis hotel, dia juga memiliki bisnis-bisnis lain.Pria yang membawaku tadi menyuruhku untuk tinggal di dalamnya. Menunggu sampai Bosnya datang. Entah apa alasannya. Apa aku akan dijadikan sebagai pembantu atau gimana? Tapi justru di dalam ruangan pribadi itu ada pelayan Pribadi yang dengan sigap melayaniku.Aku benar-benar dalam kebingungan. Sampai tidak terasa dua bulan sudah aku berada di dalam mansion itu.Dalam kebingunganku, beberapa kali pria berbadan besar dan tampan datang ke dalam ruangan itu. Mereka seperti berusaha untuk menarik perhatianku. Tanpa ragu mereka terang-terangan memintaku untuk melayani mereka. Tapi tunggu dulu, kenapa pria-pria itu diizinkan untuk masuk ke ruangan ini? apa memang tugasku disini untuk melayani mereka
Aku terisak di sisi Naili yang terbaring di brangkar rumah sakit. Dokter menyatakan bahwa kondisi Naili semakin memburuk karena kepalanya yang terbentur lantai dengan sangat keras sehingga membuat tubuh bagian kanannya juga lumpuh. Itu artinya dia lumpuh total sekarang!Duh Gusti, kasihan sekali Naili. Seandainya aku tidak tergiur dengan tawaran palsu Scott, tentu aku bisa menjaga Naili, sehingga musibah ini tidak sampai terjadi. Tapi apa mau dikata. Nasi sudah menjadi bubur.Tiba-tiba seorang suster datang menghampiriku."Permisi Madam, Madam harus membayar biaya administrasi di kasir ya.""Biayanya kira-kira berapa ya Sus?""Maaf, saya kurang tahu Madam. Silakan ibu datang ke kasir sekarang ya." Dia membalikkan badan untuk keluar dari rumah sakit.Dengan perasaan was-was, aku pun mendatangi kasir. Ikut mengantri di barisan antrian. Aku merogoh dompet dari tasku dan membukanya. Terlihat uang dua ribuan dan lima ribuan yang lusuh terikat den
"Selamat datang, Ara." sambut Scott dengan hanya menggunakan pakaian kimono saja. Mataku tertuju ke bulu tipis yang memenuhi dadanya yang lumayan bidang. Balutan kimono juga memperlihatkan kakinya yang tampak berotot."Kok bengong?"Aku tersentak dari lamunanku. Bisa dibilang Pria di depanku atletis dengan otot yang tidak terlalu besar. Tapi cukup membuat debaran kencang di dalam dada ini."Eh, Iya." Ucapku tergagap. Aku menghela nafas sejenak. berusaha mengontrol diriku sendiri."Silakan duduk." Pintanya.Aku pun beringsut duduk bersamaan dengannya. Tapi Pria itu terlihat mengendurkan tali handuk kimono itu sehingga sekilas aku tidak sengaja aku melihat pakaian dalamnya yang berwarna hitam. Tapi Pria itu sama sekali tidak merasa risih dalam kondisi setengah telanjang di depan seorang wanita sepertiku."Ini Mas pola desain yang sudah saya persiapkan untuk seragam rumah sakit yang sebelah kanan laki-laki dan sebelah kiri perempuan. Apak
Hari ini aku pergi ke pasar untuk membeli bahan-bahan yang diperlukan untuk menjahit. Saking banyaknya permintaan, sehingga bahan-bahan itu ludes dengan sendirinya.Aku membelinya dengan terburu-buru. Tidak mau meninggalkan Naili lama-lama. Intinya setelah membeli bahan-bahan itu, aku akan segera pulang dan tidak mampir-mampir lagi.Setelah membeli bahan-bahannya, aku segera ke halte untuk menunggu angkutan. Saat sedang asik menunggu, pandanganku tertuju kepada sebuah mobil mewah yang berhenti di seberang jalan. Dari kacanya yang terbuka, terlihat Pria tampan yang kutemui dirumah sakit itu sedang memandangiku di balik kacamatanya yang hitam.Aku memalingkan wajah, berpura-pura tidak melihatnya. Pria di seberang sana malah tersenyum melihatku yang salah tingkah. jangan Maya, kamu jangan sampai kepincut dengannya. Tahan hasratmu Ara tahan. Bisikku di dalam hati.Tidak berselang lama, angkutan berwarna orange pun datang. aku melambaikan tangan sebagai
Kesibukan baruku membuka jalan rezeki bagiku. Terlihat dari beberapa tetangga yang mulai berdatangan untuk meminta di jahitkan. Ada yang sekedar memperbaiki pakaian yang sobek, mengecilkan baju, bahkan ada yang meminta untuk mendesain pakaian baru. Semua kulakukan dengan senang hati tanpa menargetkan penghasilan, karena memang aku suka melakukannya.Lebih dari itu, aku merasa hidupku benar-benar berubah. Tidak lagi memikirkan kehidupan masa lalu yang pahit. Sekarang aku merasa lebih bahagia bersama Naili dengan kesibukanku menjahit. Semua itu lebih dari cukup. Meski tanpa kehadiran lelaki dewasa atau kemewahan yang sering aku dapatkan. Ternyata di perumahan yang kumuh ini aku mendapatkan kebahagiaan.Kondisi Naili juga mengalami perkembangan yang cukup baik. Bahkan dia sekarang sudah mau untuk berbicara dan mulai tersenyum. Mungkin dia melihat keseharianku yang bersemangat, sehingga semangat itu tertular kepadanya. Menunjukan bahwa aku yang sekarang berbeda jauh dengan
"Kok kita berhenti di sini?" tanyaku keheranan ketika mobil itu berhenti tepat di depan gang rumah kumuh. Selain kumuh tempat itu juga terlihat sempit sekali. jadi tidak ada ruang gerak yang leluasa. Terlebih cuacanya yang di dekat pelabuhan yang terasa panas sekali."Sudah jangan banyak bicara. Sekarang ayo turun." titahnya. Aku tidak kuasa untuk menolaknya. Setelah menurunkan koper, aku mengekorinya menuju perumahan kumuh itu."Mulai sekarang kamu tinggal disini." ujarnya sambil menunjuk rumah dengan lebarnya kurang lebih dua setengah meter saja. Enggak kebayang betapa sempitnya di dalam."Enggak ada tempat lain apa? ini sempit sekali." Protesku."Jangan banyak membantah!" ujarnya dengan nada penuh penekanan. Aku hanya tertunduk, aku tahu konsekuensi kalau aku sampai menolak perintahnya."Lagipula, kamu akan sangat betah disini, karena ada seseorang yang special sedang menunggumu di dalam." Orang special? Siapa itu? batinku penasaran. Ace pun segera
Beberapa hari aku dinyatakan sembuh.Aku menyelesaikan tugas-tugas akhirku sebagai guru sebelum pengajuan resign. Iya, semenjak aku pulang dari rumah sakit, aku langsung mengajuan Resign kepada kepala sekolah. Permintaanku di kabulkan asalkan aku harus mengerjakan tugas-tugasku terakhir dulu. Jadi aku harus betah mendengar bisikan pedas dari pada rekan guru dan murid berhari-hari.Imej-ku sebagai guru sudah kacau balau. Kejadian tragis kemarin yang seharusnya salah Pak Gelmar dan Rendy justru menjadi salahku. Menurut pandangan mereka, aku adalah wanita kecentilan sehingga mengundang hasrat para lelaki. Jadi akar permasalahannya ada di aku!Jadi untuk apa aku bertahan di lingkungan yang membenciku? Lebih baik aku pergi dari sini dan memulai kehidupan baru."Ini Pak, semua berkas-berkas yang bapak minta, saya sudah membereskan kewajiban saya sebagai guru." ujarku sambil memberikan berkas-berkas itu kepada kepala sekolah."Akhirnya Madam mengundurkan
"Madam!" seorang Suster mengoyang-goyangkan tubuhku hingga aku tergeragap."Madam mengigau ya." tanyanya sambil tersenyum. Penuh perhatian. Perlakuannya sangat ramah membuatku merasa di 'manusia"kan saat aku menganggap semua orang seperti jijik denganku dan menjauhiku. Atau mungkin ruang yang aku tempati adalah kelas yang elit, sehingga Pelayan Prima di tunjukan oleh suster itu. Untung saja, aku masih punya cukup uang sehingga kupilih ruang yang terbaik di rumah sakit ini."Iya, Maaf." Jawabku kepada suster muda yang mungkin usianya sekitar dua puluhan. sambil mengelus-elus kepalaku yang terasa pusing. Jadi kedatangannya Antonio tadi itu cuma khayalanku Cuma mimpi. Ya Ampun, segitunya aku rindu dengan Antonio sampai dia merasuk dalam mimpiku."Bagaimana kondisi Madam? Apa sudah mendingan?" tanyanya. Ingin sekali ku jawab kalau luka yang ada di liangku itu memang berangsur sembuh, tapi luka batin ini masih mengangga lebar."Sudah agak mendingan. Sudah tidak terasa
Pak Gelmar langsung mencabut sumpalan kain di mulutku. Suaraku yang habis karena teriakan yang ketahan pun sekarang berubah menjadi serak."Rendy, hentikan rendy kumohon." Lirihku dengan suara parau. Sementara dildo makin mengganas memutar di dalam liangku, hingga tubuhku tersentak-sentak."Madam Ara, saya pentokin sampai rahim Madam, Boleh?" kata Rendy yang seolah tidak puas menyiksaku. Pak Gelmar hanya tertawa terbahak-bahak."Hahaha, Bagus rendy. Siksa dia tanpa ampun.""Rendy, kumohon." Entah airmata ke berapa puluh kali yang jatuh, mengiba belas kasihannya. Tapi itu sama sekali tidak membangunkan rasa kemanusiannya."Kok enggak mau? bukannya Madam senang dimasukan seperti ini." ujarnya sambil memaju-mundurkan dildonya hingga membuatku kepayahan. Kurasakan cairanku mengalir di pahaku dengan derasnya. Tidak terhitung lagi berapa kali aku squirt."Banyak banget Madam Ara." Seru Rendy kegirangan. Aku hanya tertunduk lemas. Tenagaku sudah te