Lily tersentak saat melihat Fatimah yang baru saja keluar dari kamar Arya, seketika dia memicingkan mata,
“Berani-beraninya kamu merebut posisiku.” Lily menggulurkan kedua tangannya, berusaha untuk mencekik Fatimah. Fatimah yang panik tidak kehilangan akal. Dia mengambil selangkah di depan pintu sambil berteriak.
“Tuan Arya, tolong. Lily mau mencekik saya!”
Pekikan Fatimah membuat Arya tergeragap. Dia langsung melompat dari ranjang. Dengan tubuh yang tanpa sehelai benang pun, dia melangkah menuju pintu. Langsung memasang wajah murka kepada pembantu yang sudah berumur itu.
“Jangan usik dia Lily! Kamu mau saya pecat hah!” bentaknya, Fatimah yang bersembunyi di balik punggung Arya, tersenyum sinis.
Lily yang seakan tidak percaya melihat perlakukan kasar Arya. Untuk pertama kalinya dia bekerja di sini, tidak pernah Arya membentaknya bahkan sampai mengancam akan memecatnya. Dia tahu selain mengurus segala keperluan di
Pagi berikutnya,Fatimah terbangun dari tidur lelapnya. Menyadari kalau berada di sebuah ranjang mewah, dia langsung tergeragap. Di sampingnya, terlihat postur yang tengah tengkurap. Terlihat sangat kelelahan karena tidak mampu menandingi Fatimah. Bagi Fatimah permainan Arya sangat payah, namun dia harus berpura-pura puas supaya, tuan muda itu tidak marah.Semalam setelah selesai bercinta, dia berniat untuk kembali ke kamarnya. Namun, Arya menariknya kembali. Meminta untuk ditemani tidur. Alhasil, semalaman dia menjadi guling hidup Arya. Aroma maskulin pria itu menempel di tubuhnya.Fatimah ingin beranjak dari tempat tidur, tetapi dia mengurungkan niatnya. Takut kalau Arya marah besar karena dirinya menghilang. Akhirnya dia masih berada di posisinya. Menunggu sampai Tuan muda itu bangun.Tiba-tiba terdengar suara pintu diketuk. Kemudian, terlihat Lily yang sedang membuka pintu sambil membawa nampan berisi air putih. Mungkin permintaan dari Arya yang
Fatimah kembali ke kamarnya begitu selesai bercinta dengan Arya. Pria bertubuh besar dengan keperkasaan kecil itu tidak ada tandingannya dengan dirinya. Dia masih merasakan area bawahnya gatal sekali. Sebelum masuk ke kamar, dia sempat berpapasan dengan Lily yang tersenyum misterius. Dari tatapan matanya seolah ingin berbicara bahwa. Lihat saja apa yang akan terjadi nanti. Sepertinya wanita tua itu merencanakan sesuatu yang licik, tapi Fatimah tidak memperdulikannya. Baginya tidak ada yang perlu ditakutkan di dunia ini. Kehidupan penjara sudah cukup menggerikan dari apapun. Saat akan merebahkan diri, tiba-tiba dia mendengar suara bising dari ruang tamu. Fatimah langsung membangkitkan tubuhnya dengan posisi duduk sambil memasang pendengaran. Di rumah ini hanya ada Arya dan Lily, tapi entah kenapa Fatimah seperti mendengar suara orang lain. “Apakah ada tamu?” batin Fatimah penasaran. Segera dia beranjak dari tempat duduknya dan berniat mengintip dari pint
Fatimah dibawa ke sebuah pemukiman. Bukan sebuah pemukiman biasa. Di mana sejauh mata memandang, terlihat banyak wanita yang memamerkan lekuk tubuhnya di sepanjang jalan. Kebanyakan dari mereka sudah berusia lanjut. Mungkin mereka adalah golongan wanita bayaran yang sudah jarang terpakai. Kalaupun terpakai pasti bertarif murah. Lebih dalam ke permukiman itu. Terlihat sekarang olehnya beberapa rumah yang terdapat etalase. Fatimah tahu kalau itu adalah tempat memajang wanita-wanit yang bertarif lumayan. Mungkin dirinya juga akan berada di sana nantinya. “Kita sudah sampai geulis, ayo masuk.” Mami turun dari mobil mewah itu. diikuti Fatimah di belakangnya. Sebuah rumah mewah nan megah berdiri di antara pemukiman itu. Terlihat menonjol dan berkelas. Tepat seperti dugaan Fatimah kalau Mami ini bukan orang sembarangan. Di dalam rumah megah itu, Mereka disambut oleh para wanita nakal. Mereka menyapa ramah kepada mami. Tapi, tidak dengan dirinya yang lebih ke
Hotel bintang lima, Catty turun didamping ajudan menuju kamar yang sudah ditentukan. Tidak ada kecanggungan seperti jalang baru. Catty terlihat sangat santai. Dia justru merasa bangga karena ekslusif berada di hotel mewah. Tidak seperti jalang-jalang murahan yang biasanya di hotel melati. Udah begitu digrebek lagi. kasihan sekali mereka. Sampai di depan ruang deluxe room, ajudan mengetuk pintu. Terdengar sahutan suara berat dari dalam dan langkah kaki yang terdengar mantap. Pintu terbuka. Waktu seakan berhenti berputar bagi Catty saat melihat siapa sosok yang ada di hadapannya ini. Pria berkulit sawo cerah dengan tampang charming. Tapi apakah ini benar-benar dia! “Masuk,” perintah pria itu. Ajudan menatap heran Catty yang sedang terbengong. Dia pun menepuk tangannya satu kali sehingga Catty tersadar. “Ayo masuk,” bisik ajudan itu yang tidak enak hati kepada CEO muda itu. Pria itu hanya menggeleng-gelengkan kepala sambil berceletuk. “Te
“Sudah santai saja, sambil makan.” Bagaimana bisa Catty makan dengan tenang kalau sebuah jempol sedang bermain-main dilubang senggamanya. Menggesek-gesek bibir bawah merah merekah yang mulai berlendir. Bram terkekeh melihat Catty yang menahan diri untuk tidak mendesah. Catty sudah selesai makan, walau terburu-buru. Dia segera meminum orange juicenya untuk memperlancar jalannnya makana sampai ke perut. Begitu melihat ke arah Bram, dia tercenung karena pria itu tidak ada di tempat. Catty mengedarkan pandangan. Keheranan kemana perginya pria itu. Sampai matanya terpejam dan mulutnya ternganga tatkala merasakan jilatan yang begitu intens di bawah. “Bram!” sebutnya sambil mencengkeram rambut Bram yang bergerak –gerak dengan begitu cepat. Betapa beringasnya pria itu menggarap liang senggamanya. Bahkan, Catty sampai menggeliat tatkala merasakan gigitan ke sesuatu yang mirip kacang. Belum lagi kumis dan jambang seolah sengaja digesek-gesekan. Memberik
“Dari teman bisnis ya, Bram?” tanya Catty. Tidak ingin terkesan ingin tahu. “Mau tahu saja.” Bram menyahut sambil mencomot bulatan indahnya. Merasa tidak perlu membicarakan hal tersebut kepada wanita penghibur. Dalam benak Bram, mereka tidak tahu apa-apa soal bisnis. Paling mentok urusan ranjang. “Biar kutebak, pasti perusahaan Schimmer Group yang menangani resortmu?” Bram melepas mulutnya. Dahinya berkerut,”Kok tahu kamu soal perusahaan itu?” “Ya, tahulah. Siapa yang enggak tahu dengan kinerja perusahaan besar tersebut. Hampir semua proyek besar di negeri ini menggunakan jasa tendernya. Terlebih, perusahaan Manto yang dimiliki oleh istri dari Andrew. Menjadikan perusahaan property Schimmer Group semakin besar saja.” Bram terbelalak. Tidak menyangka kalau penjelasan tersebut terlontar dari mulut wanita penghibur. Wanita yang dikatakan dari kampung. Baru saja menjajakan diri. Tetapi, pengetahuannya soal bisnis cukup luas. Menarik sekali.
Pertempuran panas berakhir dengan jatuhnya Catty di atas tubuh besar itu. Bagaimana Catty mengejang merasakan puncak yang begitu menegangkan sekaligus memuaskan. Meski Bram kewalahan dan hampir menyerah. Nyatanya pria itu juga mampu membuat Catty merasa di titik klimaks. “Kamu benar-benar tidak terduga Catty. Awalnya aku sempat berpikir untuk menyewa dua sampai tiga wanita untuk menemaniku malam ini, tapi ternyata cukup dengan kamu saja, aku sampai kelelehan seperti ini.” Bram berkata di sela nafasnya yang memburu. Bau mulut bercampur dengan aroma tubuhnya. Khas keringat pria jawa yang sedap dan tidak menyengat. Catty suka. Apalagi tubuh besar yang membuatnya sangat betah untuk berlama-lama di situ. “Makanya jangan suka meremehkan orang, kamu sendiri kan yang akhirnya keteteran.” Catty menyahut. Bram tersenyum. Tangan besarnya mengelus-elus rambut Catty yang sependek bahu. Turun hingga punggung mulusnya. Naluri Catty sebagai wanita merasa nyaman mendapatkan sentuhan
Tiba di rumah mami Cleopatra, Suasana begitu sepi. Mungkin para pekerja sedang beristirahat atau menginap dengan para tamu di luar seperti dirinya. Mirna dan Mami Clepatra juga tidak terlihat. Hanya pria-pria bertubuh besar yang tampak sigap menjaga penjuru rumah. Memastikan keamanan dan tentunya penjagaan dari para pekerja yang berniat kabur. Catty langsung menuju kamar mewahnya. Melempar tas serampangan. Merebahkan diri. Memeluk guling sambil berguling-guling membayangkan malam yang indah bersama dengan Bram. CEO muda nan perkasa. Serta sikap lembutnya yang mengingatkannya tentang Benny. Memang Benny sudah tiada, tapi jiwanya seolah bereinkarnasi ke tubuh Bram. Kepribadian yang sama dengan jiwa yang baru. Masih memeluk guling, Catty melihat ke langit-langit. Tak bisa menyembunyikan senyum malu-malunya. Di antara semua lelaki, hanya Bram-lah yang nyaris mendekati sempurna. Rizal, Siswanto, Andrew yang beringas hanya menganggapnya pemuas nafsu, tidak dengan B
Sekarang aku berada di dalam sebuah ruangan pribadi di Mansion itu. Ruangan itu sangat megah dan mewah. Aku tidak bisa menyembunyikan rasa kagumku. Pemilik Mansion ini jelas orang yang sangat kaya raya. Mungkin selain bisnis hotel, dia juga memiliki bisnis-bisnis lain.Pria yang membawaku tadi menyuruhku untuk tinggal di dalamnya. Menunggu sampai Bosnya datang. Entah apa alasannya. Apa aku akan dijadikan sebagai pembantu atau gimana? Tapi justru di dalam ruangan pribadi itu ada pelayan Pribadi yang dengan sigap melayaniku.Aku benar-benar dalam kebingungan. Sampai tidak terasa dua bulan sudah aku berada di dalam mansion itu.Dalam kebingunganku, beberapa kali pria berbadan besar dan tampan datang ke dalam ruangan itu. Mereka seperti berusaha untuk menarik perhatianku. Tanpa ragu mereka terang-terangan memintaku untuk melayani mereka. Tapi tunggu dulu, kenapa pria-pria itu diizinkan untuk masuk ke ruangan ini? apa memang tugasku disini untuk melayani mereka
Aku terisak di sisi Naili yang terbaring di brangkar rumah sakit. Dokter menyatakan bahwa kondisi Naili semakin memburuk karena kepalanya yang terbentur lantai dengan sangat keras sehingga membuat tubuh bagian kanannya juga lumpuh. Itu artinya dia lumpuh total sekarang!Duh Gusti, kasihan sekali Naili. Seandainya aku tidak tergiur dengan tawaran palsu Scott, tentu aku bisa menjaga Naili, sehingga musibah ini tidak sampai terjadi. Tapi apa mau dikata. Nasi sudah menjadi bubur.Tiba-tiba seorang suster datang menghampiriku."Permisi Madam, Madam harus membayar biaya administrasi di kasir ya.""Biayanya kira-kira berapa ya Sus?""Maaf, saya kurang tahu Madam. Silakan ibu datang ke kasir sekarang ya." Dia membalikkan badan untuk keluar dari rumah sakit.Dengan perasaan was-was, aku pun mendatangi kasir. Ikut mengantri di barisan antrian. Aku merogoh dompet dari tasku dan membukanya. Terlihat uang dua ribuan dan lima ribuan yang lusuh terikat den
"Selamat datang, Ara." sambut Scott dengan hanya menggunakan pakaian kimono saja. Mataku tertuju ke bulu tipis yang memenuhi dadanya yang lumayan bidang. Balutan kimono juga memperlihatkan kakinya yang tampak berotot."Kok bengong?"Aku tersentak dari lamunanku. Bisa dibilang Pria di depanku atletis dengan otot yang tidak terlalu besar. Tapi cukup membuat debaran kencang di dalam dada ini."Eh, Iya." Ucapku tergagap. Aku menghela nafas sejenak. berusaha mengontrol diriku sendiri."Silakan duduk." Pintanya.Aku pun beringsut duduk bersamaan dengannya. Tapi Pria itu terlihat mengendurkan tali handuk kimono itu sehingga sekilas aku tidak sengaja aku melihat pakaian dalamnya yang berwarna hitam. Tapi Pria itu sama sekali tidak merasa risih dalam kondisi setengah telanjang di depan seorang wanita sepertiku."Ini Mas pola desain yang sudah saya persiapkan untuk seragam rumah sakit yang sebelah kanan laki-laki dan sebelah kiri perempuan. Apak
Hari ini aku pergi ke pasar untuk membeli bahan-bahan yang diperlukan untuk menjahit. Saking banyaknya permintaan, sehingga bahan-bahan itu ludes dengan sendirinya.Aku membelinya dengan terburu-buru. Tidak mau meninggalkan Naili lama-lama. Intinya setelah membeli bahan-bahan itu, aku akan segera pulang dan tidak mampir-mampir lagi.Setelah membeli bahan-bahannya, aku segera ke halte untuk menunggu angkutan. Saat sedang asik menunggu, pandanganku tertuju kepada sebuah mobil mewah yang berhenti di seberang jalan. Dari kacanya yang terbuka, terlihat Pria tampan yang kutemui dirumah sakit itu sedang memandangiku di balik kacamatanya yang hitam.Aku memalingkan wajah, berpura-pura tidak melihatnya. Pria di seberang sana malah tersenyum melihatku yang salah tingkah. jangan Maya, kamu jangan sampai kepincut dengannya. Tahan hasratmu Ara tahan. Bisikku di dalam hati.Tidak berselang lama, angkutan berwarna orange pun datang. aku melambaikan tangan sebagai
Kesibukan baruku membuka jalan rezeki bagiku. Terlihat dari beberapa tetangga yang mulai berdatangan untuk meminta di jahitkan. Ada yang sekedar memperbaiki pakaian yang sobek, mengecilkan baju, bahkan ada yang meminta untuk mendesain pakaian baru. Semua kulakukan dengan senang hati tanpa menargetkan penghasilan, karena memang aku suka melakukannya.Lebih dari itu, aku merasa hidupku benar-benar berubah. Tidak lagi memikirkan kehidupan masa lalu yang pahit. Sekarang aku merasa lebih bahagia bersama Naili dengan kesibukanku menjahit. Semua itu lebih dari cukup. Meski tanpa kehadiran lelaki dewasa atau kemewahan yang sering aku dapatkan. Ternyata di perumahan yang kumuh ini aku mendapatkan kebahagiaan.Kondisi Naili juga mengalami perkembangan yang cukup baik. Bahkan dia sekarang sudah mau untuk berbicara dan mulai tersenyum. Mungkin dia melihat keseharianku yang bersemangat, sehingga semangat itu tertular kepadanya. Menunjukan bahwa aku yang sekarang berbeda jauh dengan
"Kok kita berhenti di sini?" tanyaku keheranan ketika mobil itu berhenti tepat di depan gang rumah kumuh. Selain kumuh tempat itu juga terlihat sempit sekali. jadi tidak ada ruang gerak yang leluasa. Terlebih cuacanya yang di dekat pelabuhan yang terasa panas sekali."Sudah jangan banyak bicara. Sekarang ayo turun." titahnya. Aku tidak kuasa untuk menolaknya. Setelah menurunkan koper, aku mengekorinya menuju perumahan kumuh itu."Mulai sekarang kamu tinggal disini." ujarnya sambil menunjuk rumah dengan lebarnya kurang lebih dua setengah meter saja. Enggak kebayang betapa sempitnya di dalam."Enggak ada tempat lain apa? ini sempit sekali." Protesku."Jangan banyak membantah!" ujarnya dengan nada penuh penekanan. Aku hanya tertunduk, aku tahu konsekuensi kalau aku sampai menolak perintahnya."Lagipula, kamu akan sangat betah disini, karena ada seseorang yang special sedang menunggumu di dalam." Orang special? Siapa itu? batinku penasaran. Ace pun segera
Beberapa hari aku dinyatakan sembuh.Aku menyelesaikan tugas-tugas akhirku sebagai guru sebelum pengajuan resign. Iya, semenjak aku pulang dari rumah sakit, aku langsung mengajuan Resign kepada kepala sekolah. Permintaanku di kabulkan asalkan aku harus mengerjakan tugas-tugasku terakhir dulu. Jadi aku harus betah mendengar bisikan pedas dari pada rekan guru dan murid berhari-hari.Imej-ku sebagai guru sudah kacau balau. Kejadian tragis kemarin yang seharusnya salah Pak Gelmar dan Rendy justru menjadi salahku. Menurut pandangan mereka, aku adalah wanita kecentilan sehingga mengundang hasrat para lelaki. Jadi akar permasalahannya ada di aku!Jadi untuk apa aku bertahan di lingkungan yang membenciku? Lebih baik aku pergi dari sini dan memulai kehidupan baru."Ini Pak, semua berkas-berkas yang bapak minta, saya sudah membereskan kewajiban saya sebagai guru." ujarku sambil memberikan berkas-berkas itu kepada kepala sekolah."Akhirnya Madam mengundurkan
"Madam!" seorang Suster mengoyang-goyangkan tubuhku hingga aku tergeragap."Madam mengigau ya." tanyanya sambil tersenyum. Penuh perhatian. Perlakuannya sangat ramah membuatku merasa di 'manusia"kan saat aku menganggap semua orang seperti jijik denganku dan menjauhiku. Atau mungkin ruang yang aku tempati adalah kelas yang elit, sehingga Pelayan Prima di tunjukan oleh suster itu. Untung saja, aku masih punya cukup uang sehingga kupilih ruang yang terbaik di rumah sakit ini."Iya, Maaf." Jawabku kepada suster muda yang mungkin usianya sekitar dua puluhan. sambil mengelus-elus kepalaku yang terasa pusing. Jadi kedatangannya Antonio tadi itu cuma khayalanku Cuma mimpi. Ya Ampun, segitunya aku rindu dengan Antonio sampai dia merasuk dalam mimpiku."Bagaimana kondisi Madam? Apa sudah mendingan?" tanyanya. Ingin sekali ku jawab kalau luka yang ada di liangku itu memang berangsur sembuh, tapi luka batin ini masih mengangga lebar."Sudah agak mendingan. Sudah tidak terasa
Pak Gelmar langsung mencabut sumpalan kain di mulutku. Suaraku yang habis karena teriakan yang ketahan pun sekarang berubah menjadi serak."Rendy, hentikan rendy kumohon." Lirihku dengan suara parau. Sementara dildo makin mengganas memutar di dalam liangku, hingga tubuhku tersentak-sentak."Madam Ara, saya pentokin sampai rahim Madam, Boleh?" kata Rendy yang seolah tidak puas menyiksaku. Pak Gelmar hanya tertawa terbahak-bahak."Hahaha, Bagus rendy. Siksa dia tanpa ampun.""Rendy, kumohon." Entah airmata ke berapa puluh kali yang jatuh, mengiba belas kasihannya. Tapi itu sama sekali tidak membangunkan rasa kemanusiannya."Kok enggak mau? bukannya Madam senang dimasukan seperti ini." ujarnya sambil memaju-mundurkan dildonya hingga membuatku kepayahan. Kurasakan cairanku mengalir di pahaku dengan derasnya. Tidak terhitung lagi berapa kali aku squirt."Banyak banget Madam Ara." Seru Rendy kegirangan. Aku hanya tertunduk lemas. Tenagaku sudah te