“Apa? Malam ini juga?”
Benny yang hanya berbalut handuk di pinggangnya terkejut saat menerima telefon. Dia terlihat menggaruk-garuk dadanya yang gatal, kemudian berkacak pinggang.
“Nanti sekitar pukul sebelas malam, aku akan datang ke Villa kamu untuk menukar berkas-berkas itu kepada Tuan Andrew.”
Benny terdiam sejenak. Ini melenceng dari rencananya. Namun, mendadak dia tidak ragu untuk mengiyakannya saat melihat Catty masuk ke dalam kamar.
“Ok, aku tunggu, mala mini juga,” lirih Benny sambil pandangan yang tidak lekat ke Catty. Dia langsung menutup telfonnya supaya tidak ketahuan.
“Habis telfonan sama siapa?” khas suara wanita possesif.
“Sama temen, dia ngajak aku pergi ke mabes.”
Mata Catty melotot begitu Benny menyebut nama tempat hits yang identik dengan prostitusi itu.
“Mangga besar? Enggak nyangka aku kalau kamu suka jajan sembarangan,”
Benny t
“Nyonya, aku sudah mengumpulkan semua berkas-berkasnya,” tutur Bernando yang sudah kembali ke Villa. Begitu semua rencananya dibicarakan baik-baik dengan Ann dan Alya, dia langsung menuju kantor untuk mengambil semua berkas-berkasnya. Sebuah pertaruhan besar akan dia lakukan sekarang.“Good, lakukanlah sekarang. Aku ingin Andrew cepat kembali,” tukas Ann sambil memeriksa semua berkas-berkas tersebut. Sebagai orang yang pernah berkecimpung di dunia bisnis. Dia cukup tahu tentang segala dokumen penting itu. Segala jerih payah Andrew yang akan lenyap seketika, Ann sangat menyayangkan sebenernya. Tapi mau bagaimana lagi, mereka tidak punya pilihan lain. Sebagai pebisnis kelas atas, perusahaan Andrew tidak luput dari permainan kotor para pesaingnya dan mereka harus siap kalau keadaan ini terjadi.“Baik, kalau begitu saya dan anak buah saya akan menuju ke Villa Manto, dan yang lain akan ku minta untuk menjaga ketat Villa ini,” ujar B
“Tangkap mereka!”“Bagaimana ini Tuan? Kita ketahuan?” tanya Bernando kepada Andrew. Sebenernya Andrew sudah mengetahui kalau semua dokumen itu palsu, tapi dia berakting supaya terkesan real.“Enggak ada pilihan lain, lawan mereka!” perintah Andrew. Lantas semua bodyguard itu menyebar untuk melawan para komplotan itu. Meski jumlah mereka tidak sebanding, tetapi dengan skill yang mereka miliki, bisa melibas setidaknya dua sampai tiga orang di antara mereka.Andrew maju paling depan. Dengan postur kekarnya yang hanya menggunakan kaos dan boxer saja, dia pun menerjang mereka. Kulit putihnya terlihat menyala, kontras sekali dengan semua musuh yang berkulit agak gelap. Tangkas dan tepat sasaran, sepuluh orang dia libas seketika.“Kamu ngapain masih di sini, bukannya menyerang mereka?” ucap Catty kepada Benny.“Tanganku terlalu suci untuk melawan mereka, lebih baik kita pergi dari sini,” tukas B
Tangis ketiga wanita itu menyambut kedatangan mereka yang baru sampai di depan ruang ICU. Ann yang tidak asing dengan mereka langsung memanggil mereka satu persatu.“Hayisa, Lina, Ziya,”Yang dipanggil langsung mendongak. Mereka terlihat menyipitkan mata saat melihat Ann yang sedang terduduk di kursi roda.“Annn!”Serentak mereka berhamburan mendekati Ann. Mereka menangis sejadi-jadinya di sana.“Maafkan kesalahan kami di masa lalu Ann, kami menyesal.”“Iya, Ann. Apalagi Mas Manto dalam keadaan sekarat sekarang, tolong maafkan dia juga.”Pemandangan itu jelas membingungkan semua orang, terlebih bagi Andrew. Ada sesuatu yang terkuak sekarang dan tidak pernah dia ketahui.Andrew mau meminta penjelasan tentang ini semua. Namun, suara sang dokter mengurungkannnya.“Permisi Ibu, siapa yang akan menjadi pendonor Tuan Manto.”“Tolong bawa anak saya, Pak,&r
Kini, Benny berada di taman rumah sakit itu. Ada satu orang lagi yang Catty tugaskan untuk menyamar dan menyusup rumah sakit itu, sedangkan Benny hanya memantau keadaan sekitar. Memastikan keadaan aman.Sebenernya Benny enggan untuk menerima misi ini, tapi dia berubah pikiran saat sebuah ide luar biasa bercokol di kepalanya. Semua ini dia lakukan supaya bisa bertemu dengan Alya.Tiba-tiba, dia dikejutkan dengan seseorang yang memeluknya dari belakang.Di sisi lainAlya yang memang pada dasarnya keras kepala langsung menyusul Andrew. Ketukan langkah kakinya terdengar memecah kesunyian lorong itu sembari pandangan yang menyebar ke sekitar.“Andrew kemana sih?” gumam Alya. Namun wanita itu tidak menyerah. Dia terus berjalan mengelilingi rumah sakit itu untuk mencari keberadaan Andrew.Sampailah dia di sebuah taman, terlihat sosok tegap mirip Andrew yang sedang membelakanginya. Alya yang excited langsung memeluknya dari belakan
Setelah menemani Ann sampai tertidur, Alya berjalan menuju kamar sebelah dengan menggunakan pintu penghubung. Andrew sengaja memesan connecting room tersebut supaya tetap bisa dekat dengan Ann.Alya mengedarkan pandangan sampai terlihat punggung lebar di balkon. Alya menggigit bibir melihat tampilan seksi Andrew yang terlihat cueknya memamerkan badan. Tanpa menyadari kalau ada wanita yang melihatnya dengan penuh hasrat.Langkah jenjang wanita itu berjalan mendekati Andrew, kemudian menyergapnya dari belakang. Membiarka bulatan indahnya beradu dengan punggung kekar yang tercetak keras itu.“Mama sudah tidur?” tanya suara bass itu. Alya meresponnya dengan gumaman pelan dan anggukan manja. Bagaimana wanita itu lebih berkonsentrasi dengan punggung pria itu yang sangat nyaman untuk bersandar.“Kamu tidur di ranjang gih, biar aku tidur di sofa.”“Jangan!” sahut Alya. Cepat menimpali.Andrew tersenyum,&rdqu
“Bodoh kamu! Bagaimana bisa sampai ketahuan?” Catty menuding ke Benny, karena melakukan hal yang ceroboh.“Kalau begini. Sulit bagi kita untuk mencelakai Manto. Andrew pasti akan melakukan penjagaan yang ketat! Arggghhh!!” Catty meremas rambutnya sendiri. Hal ini didukung dari keterangan penyusup yang datang bersama dengan Benny. Menuturkan bahwa Andrew memberikan penjagaan atas Manto sampai lima bodyguard yang disebar ke beberapa titik untuk memantau pergerakan penyusup. Andrew punya alasan kuat kenapa melakukan ini. Mungkin dengan siumannya Manto nanti akan digunakan sebagai alat untuk membongkar semua kejahatannya. Maka detik itu juga kejayaannya akan sirna seketika.“Keluar kamu! Dasar tidak berguna!” gertak Catty yang membuat Benny memicingkan mata. Ingin rasanya dia menampar wajah wanita ular itu yang telah merendahkannya, padahal Benny berjasa besar dalam penggelolaan perusahaan. Kalau saja tidak dalam markas mafia itu.
“Pagi ini baunya harum sekali.”Kegelian Alya rasakan saat Andrew terlihat berjibaku di bawah sana. Bagaimana lidahnya begitu lihai bermain sampai menimbulkan sesuatu menjadi basah. Terlebih beberapa kali, Andrew mendecak kagum akan harumnya kewanitaan yang jelas membuat Alya bangga.Alya kembali tersentak saat tubuhnya dibalik oleh Andrew, sehingga terpampang bukit tembem yang merekah itu. Alya juga bisa melihat wajah Andrew yang begitu kelaparan dan langsung melahap miliknya membuat Alya menggelinjang sampai basah tidak karuan.“Basah sekali Sayang, aku minum ya?” tanyanya sebelum dengan rakusnya menegak air klimaks Alya. Bagaimana Alya sampai mencengkeram rambut panjang Andrew saking nikmatnya. Saking dibuatnya melayang.“Sudah bersih.” Begitu katanya sambil melepas mulutnya yang belepotan. Alya yang melihatnya gemas ingin menautkan bibir dengan Andrew, tapi dia tahu kalau ini saat yang belum tepat.“Aku
“Ma, aku berangkat dulu ya.”Andrew baru saja datang ke restaurant bersama Alya untuk menemui ibunya, setelah itu berpamitan kerja. Ann tercenung melihatnya.“Enggak sarapan dulu?”Andrew sekilas melirik ke Alya sambil senyum sumringah,”Sudah tadi Ma, sudah kenyang makan menantu Mama tadi.”Wajah Alya memerah. Ann menggelengkan wajah pelan. Andrew terkekeh. Setelah, mencium kening Alya, dia pun berlalu dari restoran itu.“Maafkan Andrew ya, dia memang suka tengil,” ucap Ann kepada Alya yang mengambil posisi duduk di hadapannya.“Asal enggak sama sembarang wanita saja, Ma. Aku takutnya Andrew begitu sama semua wanita.”“Andrew bukan tipe lelaki seperti itu. Meskipun dia keliatannya saja tegas garang, tapi kalau sudah bertemu dengan wanita yang tepat, dia pasti akan keluar aslinya. Manja dan tengil.”“Emangnya sebelumnya pernah seperti itu Mommy? Sama s
Sekarang aku berada di dalam sebuah ruangan pribadi di Mansion itu. Ruangan itu sangat megah dan mewah. Aku tidak bisa menyembunyikan rasa kagumku. Pemilik Mansion ini jelas orang yang sangat kaya raya. Mungkin selain bisnis hotel, dia juga memiliki bisnis-bisnis lain.Pria yang membawaku tadi menyuruhku untuk tinggal di dalamnya. Menunggu sampai Bosnya datang. Entah apa alasannya. Apa aku akan dijadikan sebagai pembantu atau gimana? Tapi justru di dalam ruangan pribadi itu ada pelayan Pribadi yang dengan sigap melayaniku.Aku benar-benar dalam kebingungan. Sampai tidak terasa dua bulan sudah aku berada di dalam mansion itu.Dalam kebingunganku, beberapa kali pria berbadan besar dan tampan datang ke dalam ruangan itu. Mereka seperti berusaha untuk menarik perhatianku. Tanpa ragu mereka terang-terangan memintaku untuk melayani mereka. Tapi tunggu dulu, kenapa pria-pria itu diizinkan untuk masuk ke ruangan ini? apa memang tugasku disini untuk melayani mereka
Aku terisak di sisi Naili yang terbaring di brangkar rumah sakit. Dokter menyatakan bahwa kondisi Naili semakin memburuk karena kepalanya yang terbentur lantai dengan sangat keras sehingga membuat tubuh bagian kanannya juga lumpuh. Itu artinya dia lumpuh total sekarang!Duh Gusti, kasihan sekali Naili. Seandainya aku tidak tergiur dengan tawaran palsu Scott, tentu aku bisa menjaga Naili, sehingga musibah ini tidak sampai terjadi. Tapi apa mau dikata. Nasi sudah menjadi bubur.Tiba-tiba seorang suster datang menghampiriku."Permisi Madam, Madam harus membayar biaya administrasi di kasir ya.""Biayanya kira-kira berapa ya Sus?""Maaf, saya kurang tahu Madam. Silakan ibu datang ke kasir sekarang ya." Dia membalikkan badan untuk keluar dari rumah sakit.Dengan perasaan was-was, aku pun mendatangi kasir. Ikut mengantri di barisan antrian. Aku merogoh dompet dari tasku dan membukanya. Terlihat uang dua ribuan dan lima ribuan yang lusuh terikat den
"Selamat datang, Ara." sambut Scott dengan hanya menggunakan pakaian kimono saja. Mataku tertuju ke bulu tipis yang memenuhi dadanya yang lumayan bidang. Balutan kimono juga memperlihatkan kakinya yang tampak berotot."Kok bengong?"Aku tersentak dari lamunanku. Bisa dibilang Pria di depanku atletis dengan otot yang tidak terlalu besar. Tapi cukup membuat debaran kencang di dalam dada ini."Eh, Iya." Ucapku tergagap. Aku menghela nafas sejenak. berusaha mengontrol diriku sendiri."Silakan duduk." Pintanya.Aku pun beringsut duduk bersamaan dengannya. Tapi Pria itu terlihat mengendurkan tali handuk kimono itu sehingga sekilas aku tidak sengaja aku melihat pakaian dalamnya yang berwarna hitam. Tapi Pria itu sama sekali tidak merasa risih dalam kondisi setengah telanjang di depan seorang wanita sepertiku."Ini Mas pola desain yang sudah saya persiapkan untuk seragam rumah sakit yang sebelah kanan laki-laki dan sebelah kiri perempuan. Apak
Hari ini aku pergi ke pasar untuk membeli bahan-bahan yang diperlukan untuk menjahit. Saking banyaknya permintaan, sehingga bahan-bahan itu ludes dengan sendirinya.Aku membelinya dengan terburu-buru. Tidak mau meninggalkan Naili lama-lama. Intinya setelah membeli bahan-bahan itu, aku akan segera pulang dan tidak mampir-mampir lagi.Setelah membeli bahan-bahannya, aku segera ke halte untuk menunggu angkutan. Saat sedang asik menunggu, pandanganku tertuju kepada sebuah mobil mewah yang berhenti di seberang jalan. Dari kacanya yang terbuka, terlihat Pria tampan yang kutemui dirumah sakit itu sedang memandangiku di balik kacamatanya yang hitam.Aku memalingkan wajah, berpura-pura tidak melihatnya. Pria di seberang sana malah tersenyum melihatku yang salah tingkah. jangan Maya, kamu jangan sampai kepincut dengannya. Tahan hasratmu Ara tahan. Bisikku di dalam hati.Tidak berselang lama, angkutan berwarna orange pun datang. aku melambaikan tangan sebagai
Kesibukan baruku membuka jalan rezeki bagiku. Terlihat dari beberapa tetangga yang mulai berdatangan untuk meminta di jahitkan. Ada yang sekedar memperbaiki pakaian yang sobek, mengecilkan baju, bahkan ada yang meminta untuk mendesain pakaian baru. Semua kulakukan dengan senang hati tanpa menargetkan penghasilan, karena memang aku suka melakukannya.Lebih dari itu, aku merasa hidupku benar-benar berubah. Tidak lagi memikirkan kehidupan masa lalu yang pahit. Sekarang aku merasa lebih bahagia bersama Naili dengan kesibukanku menjahit. Semua itu lebih dari cukup. Meski tanpa kehadiran lelaki dewasa atau kemewahan yang sering aku dapatkan. Ternyata di perumahan yang kumuh ini aku mendapatkan kebahagiaan.Kondisi Naili juga mengalami perkembangan yang cukup baik. Bahkan dia sekarang sudah mau untuk berbicara dan mulai tersenyum. Mungkin dia melihat keseharianku yang bersemangat, sehingga semangat itu tertular kepadanya. Menunjukan bahwa aku yang sekarang berbeda jauh dengan
"Kok kita berhenti di sini?" tanyaku keheranan ketika mobil itu berhenti tepat di depan gang rumah kumuh. Selain kumuh tempat itu juga terlihat sempit sekali. jadi tidak ada ruang gerak yang leluasa. Terlebih cuacanya yang di dekat pelabuhan yang terasa panas sekali."Sudah jangan banyak bicara. Sekarang ayo turun." titahnya. Aku tidak kuasa untuk menolaknya. Setelah menurunkan koper, aku mengekorinya menuju perumahan kumuh itu."Mulai sekarang kamu tinggal disini." ujarnya sambil menunjuk rumah dengan lebarnya kurang lebih dua setengah meter saja. Enggak kebayang betapa sempitnya di dalam."Enggak ada tempat lain apa? ini sempit sekali." Protesku."Jangan banyak membantah!" ujarnya dengan nada penuh penekanan. Aku hanya tertunduk, aku tahu konsekuensi kalau aku sampai menolak perintahnya."Lagipula, kamu akan sangat betah disini, karena ada seseorang yang special sedang menunggumu di dalam." Orang special? Siapa itu? batinku penasaran. Ace pun segera
Beberapa hari aku dinyatakan sembuh.Aku menyelesaikan tugas-tugas akhirku sebagai guru sebelum pengajuan resign. Iya, semenjak aku pulang dari rumah sakit, aku langsung mengajuan Resign kepada kepala sekolah. Permintaanku di kabulkan asalkan aku harus mengerjakan tugas-tugasku terakhir dulu. Jadi aku harus betah mendengar bisikan pedas dari pada rekan guru dan murid berhari-hari.Imej-ku sebagai guru sudah kacau balau. Kejadian tragis kemarin yang seharusnya salah Pak Gelmar dan Rendy justru menjadi salahku. Menurut pandangan mereka, aku adalah wanita kecentilan sehingga mengundang hasrat para lelaki. Jadi akar permasalahannya ada di aku!Jadi untuk apa aku bertahan di lingkungan yang membenciku? Lebih baik aku pergi dari sini dan memulai kehidupan baru."Ini Pak, semua berkas-berkas yang bapak minta, saya sudah membereskan kewajiban saya sebagai guru." ujarku sambil memberikan berkas-berkas itu kepada kepala sekolah."Akhirnya Madam mengundurkan
"Madam!" seorang Suster mengoyang-goyangkan tubuhku hingga aku tergeragap."Madam mengigau ya." tanyanya sambil tersenyum. Penuh perhatian. Perlakuannya sangat ramah membuatku merasa di 'manusia"kan saat aku menganggap semua orang seperti jijik denganku dan menjauhiku. Atau mungkin ruang yang aku tempati adalah kelas yang elit, sehingga Pelayan Prima di tunjukan oleh suster itu. Untung saja, aku masih punya cukup uang sehingga kupilih ruang yang terbaik di rumah sakit ini."Iya, Maaf." Jawabku kepada suster muda yang mungkin usianya sekitar dua puluhan. sambil mengelus-elus kepalaku yang terasa pusing. Jadi kedatangannya Antonio tadi itu cuma khayalanku Cuma mimpi. Ya Ampun, segitunya aku rindu dengan Antonio sampai dia merasuk dalam mimpiku."Bagaimana kondisi Madam? Apa sudah mendingan?" tanyanya. Ingin sekali ku jawab kalau luka yang ada di liangku itu memang berangsur sembuh, tapi luka batin ini masih mengangga lebar."Sudah agak mendingan. Sudah tidak terasa
Pak Gelmar langsung mencabut sumpalan kain di mulutku. Suaraku yang habis karena teriakan yang ketahan pun sekarang berubah menjadi serak."Rendy, hentikan rendy kumohon." Lirihku dengan suara parau. Sementara dildo makin mengganas memutar di dalam liangku, hingga tubuhku tersentak-sentak."Madam Ara, saya pentokin sampai rahim Madam, Boleh?" kata Rendy yang seolah tidak puas menyiksaku. Pak Gelmar hanya tertawa terbahak-bahak."Hahaha, Bagus rendy. Siksa dia tanpa ampun.""Rendy, kumohon." Entah airmata ke berapa puluh kali yang jatuh, mengiba belas kasihannya. Tapi itu sama sekali tidak membangunkan rasa kemanusiannya."Kok enggak mau? bukannya Madam senang dimasukan seperti ini." ujarnya sambil memaju-mundurkan dildonya hingga membuatku kepayahan. Kurasakan cairanku mengalir di pahaku dengan derasnya. Tidak terhitung lagi berapa kali aku squirt."Banyak banget Madam Ara." Seru Rendy kegirangan. Aku hanya tertunduk lemas. Tenagaku sudah te