Share

Bab 2

Penulis: Farah Diba
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-14 12:41:33
Tapi Ayah dan Ibu tidak pernah peduli.

Tidak lama setelah itu, ibuku memasukkanku ke pabrik lewat orang dalam yang dikenalnya agar aku bekerja dan menghasilkan uang.

"Kerja yang betul dan kirim uangnya ke rumah. Cindy masih SMA, butuh banyak uang."

Ibuku selalu perhatian kepada Cindy di setiap kalimatnya. Tidak pernah ada aku satu kali pun. Padahal aku sangat pucat dan celanaku merah karena baru mengalami menstruasi pertama.

Kerja di pabrik sangat melelahkan, tapi ada sebuah perpustakaan dengan semua jenis buku pelajaran yang sudah rusak dan buku-buku bekas.

Setiap waktu istirahat, aku pergi ke sana untuk membaca dan belajar sendiri.

Ada seorang karyawan di pabrik yang pernah sekolah SMA. Melihatku sangat muda dan bersemangat untuk belajar, dia membantu mengajariku dengan senang hati. Dia bahkan berusaha menghubungi sebuah sekolah untukku.

Aku mengirim sebagian besar gajiku ke rumah dan menabung sedikit, karena aku ingin sekali bersekolah.

Tapi suatu hari, aku mengalami demam tinggi dan terlambat mengirimkan uang. Sehingga ayah ibuku datang ke pabrik, bergegas memarahi dan memukulku.

Rekan-rekan kerjaku datang untuk menghentikan. Dan di tengah kekacauan itu, buku serta uang yang aku selipkan di antara buku-buku itu terjatuh.

Ayahku menendang perut aku dengan keras.

"Sialan, kamu berani menyembunyikan uang? Aku harus menghajarmu sampai mati, dasar anak durhaka!"

Sedangkan ibuku merobek-robek buku pelajaranku.

"Anak bodoh, masih mimpi belajar dan pergi sekolah? Buat apa!"

Aku berlutut dan memohon kepada ibuku. "Ibu, berhenti, aku mohon .... Ini bukan punyaku, aku susah-susah pinjam ...."

Tamparan Ayah mendarat di wajah aku.

"Berani membantah? Ibumu berhak melakukan apa pun yang dia mau. Kamu punya uang, tapi malah dipakai buat yang nggak-nggak!"

Mereka merobek-robek buku-buku itu, melemparkannya ke dalam air, dan menginjak-injaknya.

Mereka menggeledah kamar asramaku dan mengambil semua uangku. Tidak satu koin pun tersisa.

Sebelum pergi, ibuku berkata dengan kasar, "Kalau memang waktumu terlalu luang, cari pekerjaan lain sana biar dapat uang. Cindy butuh uang banyak buat les."

Aku tidak punya uang sepeser pun.

Ayah dan ibuku selalu memikirkan Cindy. Tidak pernah memikirkan apakah aku bisa makan tanpa uang.

Karena tidak dapat mengembalikan buku-buku yang kupinjam, aku harus mencari pekerjaan paruh waktu untuk mendapatkan uang dan mengganti kerugian.

Aku bekerja sebagai buruh bangunan serabutan.

Lebih melelahkan daripada bekerja di pabrik.

Suatu ketika, aku sedang menstruasi dan tubuhku sangat lemah. Ember yang berisi adukan beton sangatlah berat.

Ember itu terjungkal ke tanah dan mengenai kakiku. Mandor hanya menggeleng dan menyarankan agar aku berhenti bekerja.

Aku berlutut dan memohon penuh air mata, "Saya bisa lebih hati-hati lagi, tolong beri saya kesempatan."

Mandor itu mendesah dan ingin membantuku berdiri, tapi adukan beton itu mengeras sangat cepat sampai kakiku tidak bisa bergerak.

Mereka harus menggunakan palu untuk memecah beton. Akibatnya, kakiku terluka.

Mandor tetap memberhentikanku, tapi memberiku tambahan 600 ribu untuk biaya pengobatan kakiku serta biaya makan untuk memulihkan tubuh kurusku.

Aku berjalan terpincang-pincang. Uang ini kudapat dengan susah payah, tapi ini hari ulang tahunku. Aku ingin merayakannya sendiri.

Jadi, aku masuk ke sebuah toko mi ayam dan memesan satu mangkuk.

Tepat pada saat itu, ayah dan ibuku datang bersama Cindy.

Mereka hanya mengajaknya ke restoran seperti biasa. Siapa sangka, kami akan bertemu di sini.

Ayahku marah besar. "Kamu curi-curi uang lagi, 'kan! Anak durhaka!"

Ibuku menyerang dan menjambak rambutku sampai aku menangis. "Sudah merasa dewasa dan punya uang sendiri, hah? Nggak peduli lagi orang tuamu hidup susah?"

Mereka berpakaian bersih dan rapi. Cindy bahkan mengenakan gaun cantik seperti tuan putri.

Sedangkan aku ditendang sampai meringkuk di tanah. Rambut awut-awutan, mengenakan baju lama yang jelas-jelas kekecilan. Sepatuku pun sobek dan luka di kakiku terbuka lagi. Darah segar membasahi sepatuku.

Aku memegangi mangkuk mi di depanku dan makan dengan lahap.

Sangat enak! Aku belum pernah makan mi seenak ini seumur hidupku. Mi ini membantuku lupa akan semua rasa sakit yang kurasakan saat ini.

Aku melihat Cindy menutup hidungnya dan memalingkan kepala karena jijik.

Orang tuaku semakin marah saat melihat ini. Ibu memukul tanganku, lalu Ayah mengambil mangkuk mi itu dan menumpahkan isinya ke kepalaku.

"Makan! Makan sebanyak-banyaknya!"

Mereka kemudian membawa Cindy keluar. Sebelum pergi, ibuku tidak lupa menggeledah sakuku dan mengambil seluruh uangku.

Aku menutupi kepalaku dan menatap kosong, menyaksikan kepergian mereka.

Mereka benar-benar seperti satu keluarga kandung.

Penjual mi ayam itu sudah menerima uangku dan menyajikan satu mangkuk mi.

Aku menggeleng dan menolak, lalu berjalan tertatih-tatih keluar dari warung mi.

Di luar, hujan rintik-rintik turun.

Di layar persidangan, punggungku perlahan-lahan tenggelam tertutupi hujan.

Panel sidang yang beranggotakan seratus orang itu sangat hening. Orang tuaku memalingkan muka untuk menghindari tatapan hakim. Sementara Cindy menunduk, tidak menatap siapa pun.

Bab terkait

  • Pedang Ikatan Darah   Bab 3

    Semuanya seperti patung, hanya komentar di layar yang masih terus masuk."Seperti binatang! Yang harus diadili itu orang tuanya!""Mereka orang tua kandung atau bukan? Anak sendiri diperlakukan seperti musuh!"Hakim angkat bicara."Panel juri, tolong berikan keputusan. Silakan putuskan terdakwa tidak bersalah atau putuskan untuk dakwaan ini saja. Tapi kalau pelanggaran yang lain masih terbukti, terdakwa akan tetap dinyatakan bersalah."Tiga puluh tiga suara, aku langsung dinyatakan tidak bersalah."Walaupun dia dulu menderita, dia mungkin akan balas dendam lebih parah lagi nanti.""Ya, mana mungkin dia selalu lemah dan polos? Aku yakin, dia pasti pernah melakukan sesuatu."Berikutnya adalah tuduhan kedua."Membawa kabur uang mas kawin sebesar 400 juta dan pergi tanpa jejak, menyebabkan orang tua harus menanggung utang yang sangat besar."Komentar mulai bergulir lagi."Benar, 'kan? Pasti dia melakukan sesuatu yang keterlaluan!""Kalau bukan antara keluarga, 400 juta sudah bisa dianggap

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-14
  • Pedang Ikatan Darah   Bab 4

    Empat ratus juta.Tidak heran mereka tiba-tiba sekali memanggilku pulang.Aku merasa sangat konyol. Jariku terangkat dan menunjuk ke arah Cindy yang sejak tadi diam tanpa suara, lalu tersenyum kepada Pandu."Lihat dia. Dia cantik, berpendidikan tinggi. Cocok sekali denganmu."Plak!Ibu menampar wajahku dengan keras. Kukunya yang panjang menggores pipiku sampai pipiku berdarah."Berani-beraninya, dasar anak durhaka!"Dia meneriakkan sebutan anak durhaka itu dengan sangat keras, seolah akulah yang telah bersalah menjual anakku sendiri.Mereka sendiri tahu menikahi Pandu hanya akan membawa kesengsaraan.Aku terhuyung keluar dari rumah sambil menangis.Aku tidak akan menaruh harapan apa-apa lagi pada rumah ini.Tidak lama kemudian, aku dibombardir telepon dan pesan dari Pandu yang menyuruhku membayar kembali uang mahar 400 juta. Dia mengancam akan membunuh keluargaku kalau aku tidak membayar."Silakan saja," jawabku dengan acuh tak acuh.Lama kelamaan, terornya menagih uang berubah menjadi

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-14
  • Pedang Ikatan Darah   Bab 5

    Aku bahkan bertanya-tanya apakah mereka benar-benar orang tuaku.Kali kedua aku bertemu Cindy adalah ketika aku berusia sepuluh tahun.Saat itu tahun baru. Keluarga Cindy datang bertamu di rumahku. Mereka sudah sepakat dengan orang tuaku ingin jalan-jalan bersama ke luar kota.Karena ayah dan ibuku ada urusan mendadak, orang tua Cindy mengajakku pergi lebih dulu.Mereka bertengkar lagi dalam perjalanan dan mengabaikan satu sama lain.Aku duduk bersama Cindy di belakang, terlalu takut dengan suasana suram di dalam mobil dan tidak berani bersuara.Cindy tiba-tiba mengulurkan tangan, memegangi ibunya yang duduk di kursi penumpang depan, berbisik, "Ibu, jangan marah."Ibunya marah dan menepis tangan Cindy.Tapi, gerakannya terlalu keras dan Cindy sudah melepas tangannya tiba-tiba. Sehingga tangan ibu Cindy malah mengenai wajah suaminya yang sedang menyetir.Pria itu sontak marah. Dia menerkam ke arah istrinya seperti singa dan menampar wajah wanita itu.Saat dia melepaskan kemudi, sebuah b

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-14
  • Pedang Ikatan Darah   Bab 6

    "Semua kepunyaanmu jadi punyaku sekarang. Kenapa kamu masih hidup terus, sih? Mati saja sana."Aku mulai menyadari betapa kejamnya Cindy.Aku menjauh dari keluargaku, bukan hanya karena orang tuaku, tapi karena aku tidak ingin bersaing dengan Cindy.Kasih sayang orang tuaku sendiri saja bisa direnggut. Apa lagi yang tidak bisa direnggut Cindy?Aku tahu keterbatasanku sendiri dan aku tidak ingin terjerumus dalam kubangan itu lagi.Aku menjauh dari Cindy, tapi Cindy yang datang mencariku.Dia mengatakan kepadaku, meski pernikahan dengan Pandu gagal, Ayah masih tidak menyerah.Mereka mencari laki-laki lain."Laki-laki yang ini sudah tua, jelek, suka judi, dan sering manggil perempuan bayaran. Mas kawin yang dia tawarkan 600 juta dan bisa tambah 200 juta lagi kalau kamu bisa melahirkan anak laki-laki."Aku tidak mengerti mengapa Cindy begitu membenciku.Kami mulai bertengkar.Aku bertanya kepadanya, "Cindy, kamu gila ya? Kamu mau balas dendam? Kamu paham sendiri apa yang terjadi saat kemat

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-14
  • Pedang Ikatan Darah   Bab 7

    Ayah berteriak, "Cepat tangkap orang munafik ini! Dia yang harus dihukum!"Aku bangkit berdiri. "Pak Hakim, saya mengajukan permintaan agar ingatan Cindy ditayangkan."Ruangan berubah agak kacau. Para juri saling berbisik dan komentar-komentar penonton bergulir sangat cepat sampai tidak bisa dibaca satu per satu.Hakim berpikir sejenak dan akhirnya mengangguk setuju.Cindy meronta-ronta melawan, tapi dia tidak punya kekuatan sama sekali dan dipaksa memakai alat untuk mengekstrak ingatan.Gambar lain mulai muncul di layar.Seorang pengacara meletakkan sebuah kontrak di depan Cindy."Ayah dan ibumu masing-masing punya asuransi kecelakaan diri. Sebagai ahli waris, kamu mendapat santunan sekitar satu miliar. Tapi kamu masih di bawah umur, jadi uangnya harus dipegang oleh wali barumu.""Tapi mereka cuma punya wewenang untuk menyimpannya dan nggak bisa memakainya. Baru saat kamu dinyatakan dewasa, uang itu akan diberikan kepadamu dan bisa digunakan dengan bebas."Gambar berubah. Pintu terbuk

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-14
  • Pedang Ikatan Darah   Bab 1

    Di pengadilan, layar sepanjang satu meter mulai menampilkan komentar live chat penonton."Orang pertama yang berani datang menghadiri pengadilan!""Penjahat cuma bisa menunduk di hadapan bukti yang kuat.""Pertunjukan menarik akan segera dimulai."Sebelum memulai, hakim memberikan nasihat terakhir kepadaku."Terdakwa, apakah Anda mengerti proses persidangan dan memahami konsekuensi dari persidangan ini?"Setelah aku diputuskan bersalah, aku akan disuntik mati saat itu juga. Dan hak atas organ tubuhku akan menjadi milik orang tuaku.Pada saat itu, jantungku akan diambil untuk mengobati penyakit Cindy.Di meja penggugat, orang tua kandungku menatapku dengan jijik.Mereka sangat yakin akan memenangkan persidangan ini.Aku tidak mengerti. Aku adalah anak kandung mereka, tapi mereka menyiksaku, membenciku, dan menyakitiku selama sepuluh tahun.Pada akhirnya, bahkan mereka ingin merampas jantungku.Aku berkali-kali curiga bahwa putri kandung mereka adalah Cindy, yang duduk di samping mereka.

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-14

Bab terbaru

  • Pedang Ikatan Darah   Bab 7

    Ayah berteriak, "Cepat tangkap orang munafik ini! Dia yang harus dihukum!"Aku bangkit berdiri. "Pak Hakim, saya mengajukan permintaan agar ingatan Cindy ditayangkan."Ruangan berubah agak kacau. Para juri saling berbisik dan komentar-komentar penonton bergulir sangat cepat sampai tidak bisa dibaca satu per satu.Hakim berpikir sejenak dan akhirnya mengangguk setuju.Cindy meronta-ronta melawan, tapi dia tidak punya kekuatan sama sekali dan dipaksa memakai alat untuk mengekstrak ingatan.Gambar lain mulai muncul di layar.Seorang pengacara meletakkan sebuah kontrak di depan Cindy."Ayah dan ibumu masing-masing punya asuransi kecelakaan diri. Sebagai ahli waris, kamu mendapat santunan sekitar satu miliar. Tapi kamu masih di bawah umur, jadi uangnya harus dipegang oleh wali barumu.""Tapi mereka cuma punya wewenang untuk menyimpannya dan nggak bisa memakainya. Baru saat kamu dinyatakan dewasa, uang itu akan diberikan kepadamu dan bisa digunakan dengan bebas."Gambar berubah. Pintu terbuk

  • Pedang Ikatan Darah   Bab 6

    "Semua kepunyaanmu jadi punyaku sekarang. Kenapa kamu masih hidup terus, sih? Mati saja sana."Aku mulai menyadari betapa kejamnya Cindy.Aku menjauh dari keluargaku, bukan hanya karena orang tuaku, tapi karena aku tidak ingin bersaing dengan Cindy.Kasih sayang orang tuaku sendiri saja bisa direnggut. Apa lagi yang tidak bisa direnggut Cindy?Aku tahu keterbatasanku sendiri dan aku tidak ingin terjerumus dalam kubangan itu lagi.Aku menjauh dari Cindy, tapi Cindy yang datang mencariku.Dia mengatakan kepadaku, meski pernikahan dengan Pandu gagal, Ayah masih tidak menyerah.Mereka mencari laki-laki lain."Laki-laki yang ini sudah tua, jelek, suka judi, dan sering manggil perempuan bayaran. Mas kawin yang dia tawarkan 600 juta dan bisa tambah 200 juta lagi kalau kamu bisa melahirkan anak laki-laki."Aku tidak mengerti mengapa Cindy begitu membenciku.Kami mulai bertengkar.Aku bertanya kepadanya, "Cindy, kamu gila ya? Kamu mau balas dendam? Kamu paham sendiri apa yang terjadi saat kemat

  • Pedang Ikatan Darah   Bab 5

    Aku bahkan bertanya-tanya apakah mereka benar-benar orang tuaku.Kali kedua aku bertemu Cindy adalah ketika aku berusia sepuluh tahun.Saat itu tahun baru. Keluarga Cindy datang bertamu di rumahku. Mereka sudah sepakat dengan orang tuaku ingin jalan-jalan bersama ke luar kota.Karena ayah dan ibuku ada urusan mendadak, orang tua Cindy mengajakku pergi lebih dulu.Mereka bertengkar lagi dalam perjalanan dan mengabaikan satu sama lain.Aku duduk bersama Cindy di belakang, terlalu takut dengan suasana suram di dalam mobil dan tidak berani bersuara.Cindy tiba-tiba mengulurkan tangan, memegangi ibunya yang duduk di kursi penumpang depan, berbisik, "Ibu, jangan marah."Ibunya marah dan menepis tangan Cindy.Tapi, gerakannya terlalu keras dan Cindy sudah melepas tangannya tiba-tiba. Sehingga tangan ibu Cindy malah mengenai wajah suaminya yang sedang menyetir.Pria itu sontak marah. Dia menerkam ke arah istrinya seperti singa dan menampar wajah wanita itu.Saat dia melepaskan kemudi, sebuah b

  • Pedang Ikatan Darah   Bab 4

    Empat ratus juta.Tidak heran mereka tiba-tiba sekali memanggilku pulang.Aku merasa sangat konyol. Jariku terangkat dan menunjuk ke arah Cindy yang sejak tadi diam tanpa suara, lalu tersenyum kepada Pandu."Lihat dia. Dia cantik, berpendidikan tinggi. Cocok sekali denganmu."Plak!Ibu menampar wajahku dengan keras. Kukunya yang panjang menggores pipiku sampai pipiku berdarah."Berani-beraninya, dasar anak durhaka!"Dia meneriakkan sebutan anak durhaka itu dengan sangat keras, seolah akulah yang telah bersalah menjual anakku sendiri.Mereka sendiri tahu menikahi Pandu hanya akan membawa kesengsaraan.Aku terhuyung keluar dari rumah sambil menangis.Aku tidak akan menaruh harapan apa-apa lagi pada rumah ini.Tidak lama kemudian, aku dibombardir telepon dan pesan dari Pandu yang menyuruhku membayar kembali uang mahar 400 juta. Dia mengancam akan membunuh keluargaku kalau aku tidak membayar."Silakan saja," jawabku dengan acuh tak acuh.Lama kelamaan, terornya menagih uang berubah menjadi

  • Pedang Ikatan Darah   Bab 3

    Semuanya seperti patung, hanya komentar di layar yang masih terus masuk."Seperti binatang! Yang harus diadili itu orang tuanya!""Mereka orang tua kandung atau bukan? Anak sendiri diperlakukan seperti musuh!"Hakim angkat bicara."Panel juri, tolong berikan keputusan. Silakan putuskan terdakwa tidak bersalah atau putuskan untuk dakwaan ini saja. Tapi kalau pelanggaran yang lain masih terbukti, terdakwa akan tetap dinyatakan bersalah."Tiga puluh tiga suara, aku langsung dinyatakan tidak bersalah."Walaupun dia dulu menderita, dia mungkin akan balas dendam lebih parah lagi nanti.""Ya, mana mungkin dia selalu lemah dan polos? Aku yakin, dia pasti pernah melakukan sesuatu."Berikutnya adalah tuduhan kedua."Membawa kabur uang mas kawin sebesar 400 juta dan pergi tanpa jejak, menyebabkan orang tua harus menanggung utang yang sangat besar."Komentar mulai bergulir lagi."Benar, 'kan? Pasti dia melakukan sesuatu yang keterlaluan!""Kalau bukan antara keluarga, 400 juta sudah bisa dianggap

  • Pedang Ikatan Darah   Bab 2

    Tapi Ayah dan Ibu tidak pernah peduli.Tidak lama setelah itu, ibuku memasukkanku ke pabrik lewat orang dalam yang dikenalnya agar aku bekerja dan menghasilkan uang."Kerja yang betul dan kirim uangnya ke rumah. Cindy masih SMA, butuh banyak uang."Ibuku selalu perhatian kepada Cindy di setiap kalimatnya. Tidak pernah ada aku satu kali pun. Padahal aku sangat pucat dan celanaku merah karena baru mengalami menstruasi pertama.Kerja di pabrik sangat melelahkan, tapi ada sebuah perpustakaan dengan semua jenis buku pelajaran yang sudah rusak dan buku-buku bekas.Setiap waktu istirahat, aku pergi ke sana untuk membaca dan belajar sendiri.Ada seorang karyawan di pabrik yang pernah sekolah SMA. Melihatku sangat muda dan bersemangat untuk belajar, dia membantu mengajariku dengan senang hati. Dia bahkan berusaha menghubungi sebuah sekolah untukku.Aku mengirim sebagian besar gajiku ke rumah dan menabung sedikit, karena aku ingin sekali bersekolah.Tapi suatu hari, aku mengalami demam tinggi da

  • Pedang Ikatan Darah   Bab 1

    Di pengadilan, layar sepanjang satu meter mulai menampilkan komentar live chat penonton."Orang pertama yang berani datang menghadiri pengadilan!""Penjahat cuma bisa menunduk di hadapan bukti yang kuat.""Pertunjukan menarik akan segera dimulai."Sebelum memulai, hakim memberikan nasihat terakhir kepadaku."Terdakwa, apakah Anda mengerti proses persidangan dan memahami konsekuensi dari persidangan ini?"Setelah aku diputuskan bersalah, aku akan disuntik mati saat itu juga. Dan hak atas organ tubuhku akan menjadi milik orang tuaku.Pada saat itu, jantungku akan diambil untuk mengobati penyakit Cindy.Di meja penggugat, orang tua kandungku menatapku dengan jijik.Mereka sangat yakin akan memenangkan persidangan ini.Aku tidak mengerti. Aku adalah anak kandung mereka, tapi mereka menyiksaku, membenciku, dan menyakitiku selama sepuluh tahun.Pada akhirnya, bahkan mereka ingin merampas jantungku.Aku berkali-kali curiga bahwa putri kandung mereka adalah Cindy, yang duduk di samping mereka.

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status