Beranda / Romansa / Pasutri Jadi-jadian / 153. Binar-Binar Cinta

Share

153. Binar-Binar Cinta

Penulis: Indy Shinta
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Hari Sabtu, Nuning bangun pagi-pagi sekali. Penginapannya sedang ramai. Sepagi ini suara berisik anak-anak dan orang jejeritan sambil berenang telah membuatnya terbangun dari tidur nyenyaknya. Rumah pribadi Nuning dengan area penginapannya dibatasi pagar besi setinggi 2 meter yang ditanami tumbuhan hijau merambat sehingga terlihat asri.

Nuning mengikat rambutnya menjadi ekor kuda. Lalu membuka tirai jendela kamarnya yang terletak di lantai dua. Kemudian melangkah ke pintu menuju balkon dan menyandarkan kedua telapak tangannya ke sebuah pagar besi. Hamparan kolam renang di area penginapannya terlihat jelas dari tempatnya berdiri saat ini. Dia tersenyum puas melihat para tamunya tampak bergembira menikmati fasilitas yang disediakan.

Dari tempatnya, Nuning melihat Helda sedang sibuk mengecek sebuah kertas yang disematkan dalam sebuah papan tipis seukuran kertas folio, sepertinya daftar pekerjaan. Helda memang rajin mengecek pekerjaan semua karyawannya. Wanita itu kini sed

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pasutri Jadi-jadian   154. Festival Layang-layang

    “Halo, Ning?” Jaka akhirnya bersuara beberapa detik kemudian.“Ah, De’ Alessio ... ini bisnis kalian?”Nuning mengangguk dengan seutas senyum. “De’ Alessio, Dennis Alessio,” jelasnya singkat.“De’ singkatan dari Dennis?”Nuning mengangguk.“Bagaimana kabarnya?”“Sangat baik.”“Syukurlah. Dennis di sini?”“Dia ada di rumah sebelah, mampirlah. Dia pasti senang bisa bertemu dengan Uncle Jack lagi,” ujar Nuning begitu ramah.Jaka mengangguk kecil. Nuning bisa merasakan kecanggungannya. Nuning pun menoleh kepada Ningtyas yang juga terlihat kikuk saat bertatapan dengannya. Dia pun lekas menyadari sesuatu. “Ah, selamat menikmati sarapannya. Minuman kalian akan segera datang,” ucapnya sambil mengangguk kecil dan tersenyum bergantian kepada Jaka dan Ningtyas. Lalu beranjak meninggalkan mereka.

  • Pasutri Jadi-jadian   155. Reuni Hati

    Jaka mengawasi Dennis dan Nuning di antara para pengunjung pantai yang berseliweran, ada yang asyik dengan layangan atau yang datang untuk sekadar menonton festival.“Tyas, tolong bantu Mr Nam mengurus layangannya. Sudah mengurus pendaftarannya kan?”“Mr Nam sudah mendaftar sendiri kok sejak kemarin.”“Oke, tolong bantu dia mempersiapkan layangannya dulu. Pakai tali yang sudah kusiapkan khusus untuk merokot,” kata Jaka sebelum menjauh dengan berlari-lari kecil. Mengabaikan desahan dongkol Ningtyas.“Ning!” panggil Jaka begitu Nuning dan Dennis sudah berada di depan matanya.Nuning terkejut melihat kemunculan Jaka yang tiba-tiba.“Halo, Dennis? Masih ingat sama Uncle Jack?” sapa lelaki itu sambil berjongkok, menyamakan ketinggiannya dengan Dennis.Dennis menatap Jaka dengan bingung lalu menoleh kepada bundanya.“Sepertinya dia sedikit lupa,” kata

  • Pasutri Jadi-jadian   156. Seperti Kencan

    “Astaga ...,” gumam Nuning sambil tertawa, sebab sebentar-sebentar Jaka mengklakson mobilnya. Mau tak mau dia mengendurkan injakannya pada pedal gas, jika tidak ... mobil di belakang yang tak lain adalah Jaka bakal mengklaksonnya terus-menerus. “Menjengkelkan,” desahnya sambil menahan senyum.Sementara Ningtyas geleng-geleng kepala memperhatikan wajah Jaka yang nggak lagi selow sepanjang mengawal sedan Audi di depannya. “Kenapa Mas Jaka nggak menyopirinya aja sekalian sih? Biar aku yang menyetir mobil ini sendirian,” ocehnya.“Dia sudah bersuami dan saat ini suaminya sedang di luar negeri. Aku menghormati rumah tangga mereka. Jangan sampai perhatianku berbuntut kesalahpahaman bagi pihak lain.”“Tapi kan kalian cuma berteman, dan tujuanmu baik.”“Dia itu ... Nyonya VA.”“Oh.”Ningtyas pun bungkam dan lekas memahami semuanya. Sejak tadi mereka sibuk dengan fest

  • Pasutri Jadi-jadian   157. Menjaga Perasaan

    Jaka terkekeh melihat kekonyolan Ningtyas. “Kamu kok kayak Nuning zaman dulu aja sih,” gumamnya sambil membuka ponsel. Memandangi isi galerinya yang dipenuhi foto-foto Nuning dan Dennis saat di pantai tadi. Lalu Jaka membuka daftar kontaknya, dan membuka blokirnya atas nomor Nuning. Jaka mendesah lega, sebab Nuning masih tetap memakai nomor itu, terlihat dari foto profilnya yang sedang berpose cantik dengan Dennis. Keningnya mengerut sejenak ketika menyadari Nuning menamai kontaknya dengan namanya sendiri, tanpa embel-embel Alessio lagi di belakang namanya. Tapi Jaka tak ingin berpikir banyak, tujuannya hanya ingin berbagi foto-foto ini dengan Nuning.Nuning yang baru selesai memasak di dapur cafenya, lekas membuka ponselnya yang berbunyi. Mengecek pesan yang baru saja masuk. Jantungnya bagai berayun-ayun saat menerima kiriman foto-foto dari Jaka. “Dia sudah tak memblokirku lagi?” gumamnya dengan kening berkerut, kemudian tersenyum senang. ‘Terim

  • Pasutri Jadi-jadian   158. Pernah Menjadi Terbaik

    Dennis bangun di hari Minggu pagi dengan begitu riang, tanpa disuruh dia berinisiatif mandi. Bahkan memilih dan mengambil sendiri pakaiannya dari lemari. Lalu bocah tampan itu menyantap corn flakes sambil mengoceh ramai tentang keseruan festival layangan di Pantai Lovina, yang akan dikunjunginya lagi hari ini bersama Uncle Jack. Helda yang mendengarkan cerita Dennis tersenyum senang sambil mengunyah sandwich. Sementara Nuning sibuk meracik kopi untuk dirinya dan juga Helda.“Dennis suka ya sama Uncle Jack?” ujar Helda sambil melirik Nuning dengan cengiran usil.Nuning mencebik sambil menyeduh kopi.“Suka dong, Tante! Uncle Jack itu hebat, jago banget main layangan. Kemarin Uncle udah bikin putus banyak layangan musuh.”“Wah, Uncle Jack memang hebat ya!” sahut Helda sambil cekikikan, meledek Nuning.Helda bisa melihat gelagat CLBK, alias cinta lama bersemi kembali antara Nuning dan Jaka. Sambil bermain pi

  • Pasutri Jadi-jadian   159. Mendamaikan Badai

    Banyak orang sukses yang ternyata diam-diam menyimpan beban berat dalam hidupnya, tak terkecuali seorang Vincent Alessio. Membuat Opa Daniel merasa kecolongan begitu mengetahui kondisi cucunya yang ternyata tengah mengalami depresi berat. Padahal selama ini ia kerap menyebarkan pesan, mewanti-wanti dalam setiap kesempatan kepada semua orang yang ditemuinya, agar memakai hatinya. Sebab ia meyakini, hanya orang-orang yang membuka hati dan menggunakan dengan baik yang dapat sukses dan bahagia, kemudian dapat membagi kebahagiaannya kepada orang-orang di sekitar mereka.“Maafkan aku, Om. Aku terlena oleh kehidupan fana ini. Sehingga mengabaikan hati nuraniku, hingga mengacaukan keluargaku sendiri. Aku yang telah merusak istri dan anakku, Om. Semoga aku belum terlambat untuk Vincent.”Tuan Rain akhirnya mengucapkan pengakuan itu di atas kesadarannya yang baru saja terbuka di depan sosok orang tua yang sangat diseganinya. Daniel Sutomo sudah seperti ayahnya sendir

  • Pasutri Jadi-jadian   160. Tiket Emas

    Jaka memasuki sebuah studio, tempat diproduksinya berbagai layang-layang yang didesain sendiri olehnya. Usai merampungkan ide dan menggambarkan desain layang-layang di ruangannya, Jaka mempresentasikan kepada 15 orang tim produksinya yang merupakan warga lokal. Jaka memberdayakan orang-orang yang berbakat di bidang layang-layang untuk bekerja bersamanya dengan standar kualitas ekspor.Sejauh ini bisnis kreatifnya tersebut sangat menjanjikan keuntungan yang memuaskan dirinya dan juga para pekerjanya. Orang-orang yang bekerja bersamanya bagai menemukan jalan untuk mengeksekusi seni dan keterampilan mereka, namun tetap bisa mendapatkan penghasilan yang setimpal dan memuaskan. Sebab Jaka menjalankan bisnisnya dengan penuh perhitungan dan profesional.Desain Jaka pun mendapat tempat di hati para pecinta layang-layang, baik dari dalam maupun luar negeri. Layang-layang produksinya tak pernah sepi peminat. Studionya memproduksi layang-layang secara massal, juga menerima pesana

  • Pasutri Jadi-jadian   161. Ingat-Ingat Status

    Menyenangan sekali bisa memukui sesuatu, meskipun itu palu yang dihantamkannya ke sebuah paku. Dengan begitu, Ningtyas bisa mencegah dirinya memukul orang yang sudah membuatnya cemburu. Untungnya, engahan napas Ningtyas yang sejak tadi saling memburu teredam baik oleh bunyi aneka ketukan peralatan dari tangan para pengrajin layang-layang dalam area studio Jaka.Ningtyas tak bisa berhenti melirik ke arah teras rumah Jaka yang bersebelahan dengan studionya. Dari tempatnya berdiri, dia bisa melihat Jaka sedang tertawa dan tersenyum lebar sepanjang Nuning berbicara di depannya. Entah apa saja yang sedang mereka bicarakan sejak 2 jam yang lalu. Sepertinya kedua orang itu tak pernah kehabisan bahan pembicaraan saja.“Aww!” Ningtyas memekik sambil melempar palu yang malah mementung jempolnya sendiri. Dia pun melompat-lompat seperti kanguru, meringis memegangi jempolnya yang memerah dan tersengat sakit. Ah. Tapi ini tak ada apa-apa dibanding sakitnya cemburu dalam

Bab terbaru

  • Pasutri Jadi-jadian   Epilog

    Jaka menyematkan cincin, yang dikeluarkannya dari kotak Tiffany Blue, ke jari manis Nuning. Kemudian keduanya saling memandang penuh cinta. “Menikahlah denganku, Ning?” pinta Jaka. Nuning mengangguk cepat. Tiada keraguan lagi yang menggelayuti hatinya. Segala kegalauannya tentang pernikahan pupus sudah. Tak perlu menunduk takut menghadapi pernikahannya yang ketiga kali ini. Dia siap menikahi Jaka, pria yang sejak kecil sudah menunjukkan loyalitas persahabatannya pada Nuning. Lelaki itu menyenangkan dengan segenap kekurangan dan kelebihannya. Nuning sudah memahaminya luar-dalam, demikian pula sebaliknya, Jaka pun memahami Nuning. Mereka hanya perlu mengikat lebih erat hatinya dengan saling percaya. Kenyamanan dan kedamaian dalam jiwa yang tenang, adalah wujud nyata dari cinta sejati yang mereka rasakan. Tuan Rain dan Nyonya Rose yang mendengar rencana pernikahan mereka, berbesar hati menerimanya. Nyonya Rose menjadikan momen itu sebagai latihan

  • Pasutri Jadi-jadian   184. Harga Mahal Sebuah Pengampunan

    Akhirnya Nuning dapat tertidur pulas. Kesedihan, duka, dan tangis telah menguras energinya sejak kemarin. Tidur akan sangat membantu proses pemulihannya nanti.Dan ditengah tidur lelapnya, Nuning memimpikan sosok Jaka. Lelaki itu duduk di tepi ranjangnya sambil tersenyum. Mengamati dirinya sambil membelai-belai wajahnya yang bersimbah tangis.Dia masih sesosok Jaka yang tampan, tiada sedikitpun luka yang tampak dalam dirinya. Jaka tampak sehat dan baik-baik saja.“Ning? Sudah bangun?” sapanya dengan teramat lirih. Senyum tak lepas dari wajah indahnya.Nuning terdiam dan menatap lelaki itu cukup lama. Dan dalam mimpinya ini, Nuning teringat Jaka sudah mati.Nuning mengulurkan tangan. “Jak?” panggilnya. Kemudian Lelaki itu menundukkan wajahnya.Nuning membelai-belai ketampanan yang terpampang di depannya. Nuning tak peduli ini nyata atau bukan. Tak peduli lelaki itu mati atau tidak. Dia hanya ingin tetap bisa menyentuhn

  • Pasutri Jadi-jadian   183. Kasih yang Membebaskan

    Jaka meninggal.Cuma dua kata. Tapi butuh waktu dua puluh jam bagi Nuning untuk sanggup mencerna maknanya, di sela-sela pingsannya yang tak berkesudahan.Wanita itu mengedarkan pandang di saat sadarnya, dia menemukan Vincent yang tak lepas menggenggam tangannya. “Dennis lagi sama opa dan omanya. Mereka sedang menenangkan Dennis. Papa dan Mama langsung terbang ke sini begitu mengetahui kabar itu dari berita. Mereka mencemaskanmu dan Dennis. Mereka turut berduka sedalam-dalamnya, termasuk Opa Daniel,” bisik Vincent dengan kelembutan yang biasanya menenangkan, tetapi tidak dalam situasi Nuning saat ini.Ungkapan belasungkawa itu justru menambah luka dalam dada Nuning yang kian menganga lebar. Tentu semua orang bisa begitu mudah menerima kematian Jaka. Karena mereka tak terlibat emosi sedalam ini dengan lelaki yang teramat berarti baginya.Nuning menggeleng. Tidak. Dia belum siap dengan ini!Akan tetapi, siapa yang betul-betul siap menghada

  • Pasutri Jadi-jadian   182. Dia Tak Boleh Pergi

    “Kamu nggak mau nungguin Dennis pulang dulu nih, Jak?”Jaka menggeleng sambil memaksakan diri menarik segaris senyum di bibirnya. Dia enggan bertemu dan berbasa-basi dengan Vincent saat suasana hatinya sedang seburuk ini. Dia masih merasa kesal dan kecewa lelaki itu menggeser posisinya di acara Father Day hari ini, momen pentingnya bersama Dennis, darah dagingnya. Meskipun dia juga paham, Vincent berhak berada di sana.Bagaimanapun Vincent juga ayah Dennis. Vincent juga malaikat mereka. Jaka tak sanggup membayangkan apa jadinya jika Nuning menghadapi kehamilannya seorang diri dengan segala kesulitannya kala itu, tanpa lelaki yang seharusnya bertanggung jawab atas janin yang tengah dikandungnya, yaitu dirinya!Berkat kebaikan Vincent pula Nuning dan Dennis bisa merasakan hidup yang lebih dari sekadar layak. Lelaki itulah yang telah memuliakan wanita yang dicintainya ini. Vincent mengangkat status sosial Nuning setinggi langit, sesuatu yang tak dapat J

  • Pasutri Jadi-jadian   181. Dalam Keheningan

    “Ayah, besok ada acara Father Day. Ayah mau ikut nggak?” tanya Dennis disela-sela makan siangnya di sebuah hotel bersama Nuning dan Vincent yang baru saja tiba dari Jakarta.“Ayah kan masih capek, Sayang. Dennis ajak Uncle Jack aja, ya?” sahut Nuning sambil mengusap-usap sayang rambut Dennis.“Tapi kan Ayah belum pernah ikut acara Father Day sama Dennis?” bocah tampan itu tampak merajuk.Vincent terlihat ingin mengalah dan menjawab ‘baiklah’. Namun Nuning dengan cepat menangkap kelelahan yang memenuhi wajah tampan pria itu.“Dennis, Uncle Jack pasti sedih kalau Dennis menggantikan posisinya dengan tiba-tiba kayak gini. Padahal Dennis sudah jauh-jauh hari bikin janji sama Uncle tentang acara ini. Uncle pasti sudah bersiap-siap sekarang. Dennis tega bikin Uncle Jack kecewa?”Namun Vincent dengan cepat menyanggahnya, “Nggak apa-apa, Ning. Dennis benar, kok. Aku perlu ikut acara itu seka

  • Pasutri Jadi-jadian   180. Jatuh Cinta dan Konsekuensinya

    Jaka mulai frustrasi. Tak enak makan dan tak nyenyak tidur. Tenggelam dalam kekecewaan yang menggerusnya dengan sesak yang menyakitkan.Ningtyas geram melihatnya!“Kamu tahu konsekuensinya sejak awal kan, Mas? Jatuh cinta itu harus siap-siap sakit. Namanya aja jatuh cinta. ‘Jatuh’ yang artinya bisa saja nyungsep, ngglepar, nyusruk ... dan semuanya itu pasti berujung sakit. Kamu nggak bisa cuma menginginkan cinta dengan mengabaikan kemungkinan sakitnya. Sampai kapan kamu mau terus begini?” Ningtyas mengomelinya. Melihat Jaka senelangsa ini, membuat hatinya ikut nelangsa juga.Jaka menimang-nimang kotak Tiffany Blue di tangannya, yang telah begitu lama ia simpan untuk Nuning dengan segaa kesabaran dan penantiannya. “Kau betul, aku harus tahu kapan saatnya menyerah dan melepaskan mimpiku ini, dan menggantinya dengan mimpi lain yang lebih mungkin,” desahnya sambil mengecup kotak itu, kemudian membukanya.Ningtyas terbelalak

  • Pasutri Jadi-jadian   179. Kado Permintaan Dennis

    Hari ini, Jaka sedang mewujudkan kado permintaan Dennis. Bocah itu rupanya sedang belajar mendesain layangannya sendiri, tapi dia belum bisa mengeksekusi idenya tersebut menjadi sebuah layangan seperti harapannya. Kemudian meminta Jaka menciptakan untuknya sebagai kado spesial. Tentu dengan senang hati Jaka mengabulkannya.Mereka berdua pun membuat layangan di teras belakang rumah Jaka, di dekat area kolam renang pribadinya. Sebab studionya sedang dipenuhi para pekerja yang sedang memproduksi layangan untuk dijual, maupun untuk memenuhi pesanan para pelanggan.Ayah dan anak itu merakit layangan sambil berbincang santai.“Memangnya, apa sih kado yang Dennis minta dari Ayah Vincent kemarin?” selidik Jaka penasaran.“Cincin.”“Cincin?” Jaka mengerutkan kening. Permintaan yang tak lumrah.“Bukan buat Dennis kok, tapi buat Bunda.”“Loh, kok buat Bunda?”Dennis tertawa kecil

  • Pasutri Jadi-jadian   178. Cinta Pertama Mengukir Cerita

    Saat mendengar bunyi langkah kaki di belakangnya, Nuning menoleh dengan cepat. Jaka tampak tersenyum dengan buket bunga mawar merah di tangannya. Nuning mencebik saat menerimanya, tapi sambil mengendusi wanginya yang khas.“Cantik.”“Secantik kamu.”“Gombal.”“Digombalin aja aku masih aja ditolak, apalagi kalau nggak?” goda Jaka sambil mengambil alih pekerjaan Nuning mendekorasi ruang tamu yang akan digunakan untuk perayaan ulang tahun Dennis yang ke-11 secara kecil-kecilan, yang hanya dihadiri keluarga saja.“Dennis mana?” tanya Jaka sambil memompa beberapa balon.“Pergi sama Vincent.”“Ke mana?”“Beli kado.”“Beli kado?”“Dia menolak kado yang dibawa Vincent jauh-jauh dari Amerika, dan bilang mau memilih sendiri kadonya, lalu menyeret Vincent ke kota untuk membeli kado pilihannya sendiri.”

  • Pasutri Jadi-jadian   177. Untuk yang Terakhir

    Dua tahun yang lalu,Ningtyas mungkin bukan satu-satunya orang yang merasa terkejut saat mendengar kabar perceraian Nuning. Tetapi, dia adalah orang yang paling ditekan rasa bersalah kala mendengarnya. Saat itu, Jaka dan Nuning masih berada di Lampung, mengurus Pak Priyo yang baru menjalani operasi jantung.Ningtyas merasa bosan dan menelepon Jaka.“Mas, kapan sih pulangnya? Lama banget? Banyak PR desain yang belum kamu beresin nih. Lagipula, nggak ada kamu di sini nggak seru!”“Main aja ke rumah Dennis.”“Loh, Dennis di Buleleng?”“Iya, dia udah balik duluan sama Helda. Soalnya dia harus sekolah.”“Wah, kalau gitu aku main ke sana deh. Kangen juga aku sama lasagna di cafenya.”“Kalau kamu lagi senggang, tolong bantuin Helda antar –jemput Dennis sekolah.”“Mas, kerjaanku di studio kita tuh udah banyak. Ini m

DMCA.com Protection Status