Home / Rumah Tangga / Papa Baru untuk Anakku / 92. Penolakan Lily Lagi

Share

92. Penolakan Lily Lagi

Author: A mum to be
last update Last Updated: 2023-09-01 19:25:32

“Sayang, busnya udah mau datang tuh,” tegur Lily yang lekas menarik tubuh anaknya. “Ki-kita turun ke bawah ya. Nanti kamu bisa telat.”

Farel yang masih kebingungan hanya mengangguk patuh. Tak sempat menjawab pertanyaan Keenan karena dirinya sudah disuruh buru-buru meninggalkan kamar mewah tersebut. Sementara Lily memasang tatapan marahnya pada sang suami yang sama sekali tidak merasa bersalah.

“Mana, Ma? Busnya masih belom datang,” kata Farel ketika mereka sudah menunggu hampir lima menit di depan teras.

Lily meringis sembari menarik paksa kedua sudut bibirnya. “Sabar ya. Sebentar lagi.”

Wanita itu mengembuskan napas lega usai mendengar suara klakson. Dia lekas menggandeng tangan Farel untuk segera bergabung dengan teman-temannya.

“Nyonya, sarapan untuk Tuan dan Nyonya sudah siap,” lapor Mbok Jum.

Lily yang hendak ke dapur mendadak menghentikan langkahnya. “Saya bisa makan nanti, Mbok. Untuk Bang Keenan saja yang dibawa ya.”

“Maaf, Nyonya. Tuan tadi
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Papa Baru untuk Anakku   93. Kunjungan Keenan

    Lily hendak mengejar Keenan yang hampir masuk ke dalam mobil. Namun, Mbok Jum sudah menahan pergelangan tangannya.“Mbok, Bang Keenan masih belum pulih,” ucap Lily begitu khawatir. “Mbok lihat sendiri ‘kan tadi kakinya kena pecahan beling?”Wanita paruh baya itu mengangguk pelan. “Tuan Keenan lagi marah, Nyonya. Enggak ada yang bisa kita lakukan untuk menghentikannya. Memang begitu tabiat Tuan dari kecil. Akan mengamuk kalau kemauannya tidak dituruti.”“Semua karena salahku.” Lily mendesah pelan sembari menatap mobil mewah milik suaminya yang bergerak meninggalkan pekarangan rumah. Tak ada yang bisa dia lakukan selain menunggu tanpa waktu yang jelas. Alhasil Lily memilih melangkah menuju kamar kembali. Diikuti oleh Mbok Jum dan beberapa pelayan yang sudah bersiap untuk membereskan bekas kekacauan yang dilakukan oleh Keenan tadinya.Mbok Jum menggeleng ketika melihat Lily menanti kabar darinya. “Maaf, Nyonya. Pak Bagas juga tidak mau mengangkat telepon saya.

    Last Updated : 2023-09-02
  • Papa Baru untuk Anakku   94. Mendapatkan Restu

    “Pak, ibu yakin kalau Keenan itu sungguh-sungguh dengan Lily,” kata bibi meyakinkan suaminya yang sedari tadi diam di kamar. “Dia dan Adrian sama saja, Bu,” sanggah paman masih saja mengeraskan hati. “Sudahlah. Lily sendiri yang menolak Keenan kok. Kita bisa apa?” “Tapi kali ini ibu percaya kalau Lily dan suaminya saling sayang. Keponakan kita itu saja yang masih ragu.” “Entahlah. Bapak tidak mau ikut campur. Lily berhak bahagia, Bu.” “Justru itu, Pak. Kita yang harus meyakinkan Lily. Enggak semua orang yang berduit akan menyakitinya.” “Ibu yakin? Keluarga suaminya kali ini keturunan bule. Kurang hebat apa coba??” Suaminya terkekeh sebentar. “Kalau memang Ibu sudah beneran percaya ya sudah. Bapak hanya menonton saja. Kita lihat apa dia serius dengan keponakan kita. Jangan dia pikir Lily bisa dihujani dengan uang saja.” Kalau sudah bicara demikian, istrinya tersebut tak bisa mengatakan apa-apa lagi. Paham kalau semua telah dipasrahkan padanya. Wanita p

    Last Updated : 2023-09-02
  • Papa Baru untuk Anakku   95. Kedatangan Adrian Tiba-Tiba

    Awalnya Lily pikir sang suami akan kembali dengan keadaan yang masih marah seperti sebelum meninggalkan rumah. Jadilah dia sangat waswas begitu mendengar Farel memanggil Keenan yang ternyata sudah pulang. Terlebih kebetulan sekali karena mobil Adrian juga barusan pergi. Pastilah tahu siapa yang datang. Namun, percakapan antara Keenan dan anaknya sekarang membuat wanita itu terkesiap pelan. Lega sekaligus kaget yang ia rasakan saat ini. Terlebih ketika melihat luka di kaki suaminya tersebut tampak sudah diobati.“Kita cerita apa, Pa? Apa boleh kalau Papa bacakan buku dari Papa Adrian juga?” tanya Farel ketika keduanya melangkah menaiki gundukan anak tangga. Jalan mereka lamban sekali berhubung Keenan yang masih belum pulih sempurna.“Boleh. Siang ini waktunya papa bersamamu. Apalagi dengan kondisi yang sekarang tidak memungkinkan untuk latihan berenang.” Keenan mengusap pelan puncak kepala Farel sambil tersenyum. Pembicaraan mereka lambat laun

    Last Updated : 2023-09-02
  • Papa Baru untuk Anakku   96. Ke Jakarta?

    Suara barusan seketika membuat sepasang mantan suami istri itu bungkam. Keenan yang sedari tadi tak berkata-kata kini maju lalu menarik lengan Farel.“Papa,” rengek Farel yang lekas berlindung di belakang tubuh Keenan.“Iya, Nak,” gumam papa sambungnya itu mengerti. “Kau masuklah ke dalam. Bersama mamamu juga. Biarkan papa yang bicara dengan Papa Adrian.”Lily lantas mengangguk lalu menggamit tangan putranya dengan cepat. Meninggalka dua pria dewasa yang sudah saling menatap sengit satu sama lain.“Farel juga anakku.” Adrian masih saja bersikeras dengan keinginannya.“Aku tahu. Dan seharusnya kau mengerti bagaimana kondisi anak itu. Kau tidak lihat bahwa tadi dia ketakutan, hah??” Keenan mengetatkan rahangnya. “Selesaikan dulu masalah dengan keluargamu. Buat mereka benar-benar menerima Farel. Barulah kau bisa mengajaknya pergi. Apa kau sudah lakukan?” Adrian menunduk. Sadar bahwa apa yang dikatakan oleh Keenan ada benarnya. Tadi dia bermaksud ingin mengajak

    Last Updated : 2023-09-03
  • Papa Baru untuk Anakku   97. Baby Shop

    “Maaf kalau tadi aku menganggu tidurmu,” ujar Keenan yang baru saja memutus panggilan tadi.Lily menggeleng pelan seraya bangkit dari posisi semula. Wanita itu kini duduk sembari melihat sang suami yang baru saja melepas jas kerjanya. “Apa ada masalah?”“Hmmm begitulah,” jawab Keenan usai mengembuskan napas pelan. “Selalu ada saja yang mengusik keputusanku. Kau lanjutlah tidur lagi. Aku akan menyuruh pelayan membuatkan minuman hangat untukku.”“Biar aku saja. Abang duduklah sebentar. Aku akan ke kamar mandi untuk menyiapkan air panas lalu segera ke dapur.”“Boleh aku melunjak dengan memintamu menyiapkan piyamaku juga?” pinta Keenan sambil tersenyum. Lily mengangguk cepat. Dia lantas segera ke kamar mandi, sedangkan Keenan mulai menanggalkan pakaiannya satu per satu. Tak peduli kalau istrinya itu melihat bagaimana rupa tubuhnya kini.***Masih terlalu dini hari ketika Lily membuka mata. Ketenangannya terusik saat melihat Keenan yang sudah tidak ada di samping. Padahal jam

    Last Updated : 2023-09-03
  • Papa Baru untuk Anakku   98. Menjenguk Adik Bayi

    Keenan dan Farel kemudian saling pandang. Keduanya menatap isi keranjang belanjaan lalu meringis pelan.“Semuanya bagus, Ma,” ucap Farel sambil menyengir. Sementara sang papa hanya diam begitu sadar bagaimana kelakuan mereka tadi.Lily menghela napas panjang. Dia lantas mendekat dan mengamati segala barang yang disambar oleh suami dan anaknya tersebut. “Satu keranjang penuh loh. Ini bukan beli kado lagi namanya, tetapi belanja untuk persiapan menyambut kelahiran bayi. Takutnya nanti mama Agnes malah tersinggung atau bagaimana, Sayang. Lihatlah! Bahkan kalian sudah belikan diapers segala. Padahal ini untuk anak satuhan.”Farel menunduk lesu. “Jadi … sebaiknya bagaimana?”“Pilih satu atau dua saja. Yang penting bermanfaat,” jawab Lily sambil tersenyum kecut. “Sisanya kita kembalikan ke rak semula ya.” Sudah lima menit Lily menunggu keduanya memilah barang mana yang akan dijadikan hadiah nanti. Namun, tetap saja tidak berubah. Baik Keenan maupun Farel hanya ta

    Last Updated : 2023-09-03
  • Papa Baru untuk Anakku   99. Apa Kau Masih Mencintainya?

    Tubuh Keenan langsung membeku begitu Farel mengatakan demikian. Dia merutuk di dalam hati karena sempat menjawab pertanyaan random putra sambungnya di dalam sana tadi. Sama sekali tak menyangka jika ucapannya akan dijadikan jawaban pula.“Emmm … Sayang, sudah ya mainnnya. Besok disambung lagi,” ucap Lily yang lekas memotong pembicaraan dua bocah tersebut. “Ayo salim ke Om dan Tantenya.”Farel menurut. Kedua matanya seolah tak berhenti berkedip ketika melihat dua makhluk mungil yang masing-masing berada di gendongan orangtua mereka. Bahkan ketika masuk ke dalam mobil pun dia masih saja mencuri pandang ke arah yang sama.“Ayo, Nak. Ini sudah sore,” kata Keenan yang lekas menggamit tangan Farel.“Dadah, Farel. Besok kita ketemu di sekolah ya!!” pekik Agnes sembari melambaikan tangan kea rah mobil mewah mulai meninggalkan pekarangan rumahnya. Sepanjang perjalanan menuju pulang Farel terus saja menceritakan kesenangannya mengunjungi rumah sang teman tadi. Sement

    Last Updated : 2023-09-04
  • Papa Baru untuk Anakku   100. Aku Mau Seperti Papa

    “Kau terlalu percaya diri,” ucap Keenan usai menyentil dahi istrinya lumayan kuat. Hingga wanita itu meringis sembari memegangi bekas serangan mendadaknya barusan. “Apa kau pikir aku mengatakan begitu pada Farel karena ingin punya anak darimu, hem?” imbuhnya lagi dengan bibir yang mencebik. Sumpah. Lily membeliak tak percaya mendengar penuturan tersebut. Jangan tanyakan bagaimana wajahnya yang memerah seperti kepiting rebus. Malu, sudah pasti. Istrinya itu mengerjap pelan lalu berucap, “Aku … mengantuk.” “Asal kau tahu. Aku tidak bilang bahwa aku yang akan membantunya mewujudkan impian tadi ‘kan? Kau pernah dengar begitu?” ledek Keenan lagi. “Iya. Aku tahu.” Lily membalikkan badannya karena sudah merasa kehilangan muka. “Walaupun pada akhirnya kita berpisah nanti, aku harap kau dan Farel bisa bahagia.” Keenan kini bergeser hingga posisinya terlentang menghadap langit-langit kamar. “Kau mungkin berpikiran bahwa pria kaya jahat sekali ya?” Kekehan samar lolos dari mulu

    Last Updated : 2023-09-05

Latest chapter

  • Papa Baru untuk Anakku   141. Keluarga Yang Hangat (TAMAT)

    “Maafkan aku karena telah membuatmu hamil.” Pernyataan barusan membuat Lily yang tengah kesakitan sontak tertawa. Tak pelak sopir yang juga ikut mendengarnya terbahak tanpa sadar. “Abang?” rengek Lily di sela-sela kontraksi yang memelan sekejap. “Enggak pa-pa. Aku bisa. Jangan cengeng dong. Anak kita mau lahir. Masa’ papanya nangis.” “Iya, Tuan. Harus semangat supaya Nyonya kuat lahirannya.” Sang sopir juga tak mau kalah memberikan dukungan. “Kalian benar.” Keenan menyeka cepat air matanya yang sudah membasahi pipi. “Aku harus mendampingimu di ruang bersalin nanti. Kalau dokter melihatku lemah, mereka tidak akan mengijinkanku masuk.” Lily tersenyum mendengar ucapan suaminya. Tak berapa lama mobil pun tiba di tempat tujuan. Keenan pun memekik dari arah luar agar para petugas menyiapkan kursi roda untuk istri tercintanya. Seorang bidan yang kebetulan bertugas shift sore memeriksa jalan lahir Lily. Lantas mengatakan, “Ini masih pembukaan sembilan lebih. Sebentar lagi waktunya ber

  • Papa Baru untuk Anakku   140. Menjelang Persalinan

    “Hai, Tante!” sapa Farel sembari melambaikan tangannyan ke arah Lisna. Bocah polos itu bahkan sudah bergerak untuk salim pada wanita yang ada di depan mereka. Lisna pun mengangguk sambil tersenyum. “Kau sudah semakin besar ya.” “Iya dong,” sahut Farel cepat. “Aku juga mau punya adik.” “Ya.” Lagi-lagi Lisna hanya bisa mengangguk saja. Dia pun menoleh pada Lily lalu berkata, “Selamat ya atas kehamilannya.” “Terimakasih.” Kali ini Keenan yang menjawab dengan sorot mata tidak bersahabat. Dia masih menyimpan amarah atas perbuatan Lisna kala itu. “Maafkan aku.” “Sudahlah. Jangan dipikirkan lagi,” kata Lily yang kini sudah tersenyum manis. “Kamu apa kabar?” “Aku … baik.” Tak lama setelah itu mereka mendengar nama Lisna yang dielukan oleh seseorang. Semuanya sontak menoleh. “Sayang, kamu di sini?” Dimas. Pria tersebut terlonjak kaget begitu melihat tiga orang yang sekarang bersama Lisna. Dia pun jadi salah tingkah. “A-aku dan Dimas —” “Bulan depan kami akan tunangan,” potong Dima

  • Papa Baru untuk Anakku   139. Lily Yang Manja

    Farel sangat bersemangat bercerita dengan Adrian tentang kabar janin yang dikandung oleh sang mama. Dia bahkan sama sekali tak menggubris kue dan camilan yang disediakan di atas meja. Seperti biasa. Suaranya selalu mendominasi di antara para orang dewasa.“Wah. Papa turut senang karena sebentar lagi kamu mau jadi seorang kakak.” Adrian merespon dengan kuluman senyumnya. Lantas dia menoleh ke arah Lily yang tengah mengusapi perut buncitnya. Jujur kalau memang sampai sekarang rasa cinta itu masih belum memudar.“Ya sudah. Papa antar kau ke atas untuk bersiap-siap ya.” Keenan bangkit dari duduknya lalu menggamit tangan Farel. Meninggalkan Lily bersama Adrian yang masih berada di ruang tengah. Suasana berubah menjadi hening. Hingga kemudian Adrian memilih untuk berbicara terlebih dahulu. Dia tersenyum getir menyaksikan sang mantan istri yang kini sedang berbadan dua.“Selamat ya untuk kehamilan kamu.”“Makasih, Mas.” Lily mengangguk sambil tersenyum. “Jangan lu

  • Papa Baru untuk Anakku   138. Persiapan Tujuh Bulanan

    “…, ya. Dia laki-laki seperti dirimu.”“Laki-laki?” ucap Farel mengulang pernyataan sang dokter. Pria berjas putih itu mengangguk singkat sambil tersenyum.“Kau senang?” tanya Keenan yang dilangsung diiyakan oleh Farel tanpa jeda.“Aku punya teman. Yeay!!” soraknya lagi. Setelahnya dokter pun menginformasikan pendidikan kesehatan tentang kehamilan pada Lily dan Keenan. Kini pasangan suami istri tersebut saling menggenggam sembari tersenyum penuh.“Usia kehamilan Anda sudah masuk 22 minggu. Semoga prediksi jenis kelamin tetap tidak berubah ya.”“Kalaupun adikku perempuan tidak masalah,” celetuk Farel masih dengan keceriaan yang sama. “Nanti aku bisa minta papa untuk—”“Sayang?” potong Keenan cepat. “Tali sepatumu terlepas.” Atensi bocah usia empat tahunan itu pun teralihkan. Beruntung percakapan tadi tidak berlanjut. Kalau tidak bisa dipastikan bahwa Keenan dan Lily akan merasa malu. Tahu bahwa anak mereka tersebut mengutarakan hal yang menggelikan.“Makanya

  • Papa Baru untuk Anakku   137. Detak Cinta

    “Aku mau adik laki-laki,” ucap Farel ketika keluarga kecil mereka baru saja beristirahat usai berjibaku di dalam kolam renang. Matanya berbinar ketika ikut meletakkan tangan di perut buncit sang mama. “Sepertinya kau yakin sekali,” goda Keenan yang kini sudah menempelkan telinga di bagian sisi perut yang lain. Pria itu mengerjap ketika merasakan sesuatu menendang dari dalam sana. Membuat dia dan Farel terkekeh serempak lalu sibuk berdebat tentang jenis kelamin calon anggota keluarga baru mereka tersebut. “Tuh ‘kan? Dia bilang kalau akan menjadi temanku bermain badminton nanti.” Kali ini Farel justru merasa sangat percaya diri dengan tebakannya. Sementara Lily hanya tersenyum sembari mendengar dua pria beda usia yang dicintainya itu berdebat terus-terusan. Pemandangan indah yang sudah lama ia dambakan sejak jauh hari. Tak lama kemudian dirinya menyingkirkan tangan mereka dan bersiap hendak bangkit dari kursi. “Ma, katakan kalau adikku laki-laki,” rengek Farel yang ham

  • Papa Baru untuk Anakku   136. Jangan Jadi Ayah Seperti Daddy

    “Om minta maaf ya.” Namun, Keenan masih membungkam mulutnya. Sama sekali tak menggubris permintaan maaf dari pria paruh baya tersebut. Sementara Lily yang memang gampang sekali kasiha menatap wajahnya dengan iba.“Bang, kasihan sama Dokter Faisal.” Lily meremas lembut telapak tangan suaminya agar respon. Barulah Keenan berdecak pelan lalu menoleh ke arah tamu yang tak diharapkannya itu.“Om tidak salah apa-apa.”“Iya, Nak, tapi Lisna—”“Itu tidak ada sangkut pautnya dengan Om,” tegas Keenan dengan rahang yang sudah mengetat. “Dari dulu Om selalu menutupi kesalahannya. Memanjakannya dan selalu jadi tameng. Lihatlah sekarang! Dia bahkan hampir menjadi seorang pembunuh. Untungnya janin di kandungan istriku bisa selamat.”“Lily hamil?” Dokter Faisal semakin merasa bersalah.“Ya.” Keenan lantas menatap kesal dokter kepercayaan keluarganya itu. “Sebenarnya aku ingin melaporkannya pada polisi, tetapi gagal karena istriku yang mencegah. Jadi sebagai gantinya aku mohon dengan san

  • Papa Baru untuk Anakku   135. Masih Lima Minggu

    Keenan kehilangan suaranya begitu menyadari apa yang terjadi. Pria itu terus memeluk Lily sepanjang perjalanan menuju rumah sakit. Tak pelak melabuhkan kecupan kecil di area wajah wanitanya tersebut. Sementara Bagas sesekali menoleh ke belakang. Berusaha memacu kendaraan yang saat ini ia kemudikan sendiri agar bisa berjalan lebih cepat lagi. Jika dia ada di posisi sang tuan sekarang, mungkin juga akan berlaku sama. “Tuan Keenan??” “Lakukan yang terbaik untuk istriku!!” Semua petugas yang ada di ruangan IGD rumah sakit itu bergerak cepat menangani Lily, sedangkan Keenan sibuk mondar-mandir tak karuan. Dia merasa sesak sekaligus menyesali apa yang telah terjadi. Menyalahkan diri sendiri karena keadaan istrinya sekarang. Dua jam kemudian … &n

  • Papa Baru untuk Anakku   134. Wanita Gila

    “Dua kali dia menemuiku. Mengajakku bekerja sama untuk menghancurkan pernikahan kalian.”“Aku tidak percaya.”“Ck. Itu urusanmu. Aku hanya berharap semoga Lily baik-baik saja karena kalau benar wanita itu yang menculiknya, maka habislah sudah.” Percakapan tadi masih terngiang di telinga Keenan. Sekarang dia sudah tidak sabar untuk kembali ke Medan. Beruntung Bagas bisa menyediakan jet pribadi sehingga memudahkan pergerakan mereka tiba di sana dengan cepat.“Saya sudah menghubungi orang suruhan kita untuk mengawasi Nona Lisna,” kata Bagas yang baru saja memutus panggilan lewat ponselnya sebelum kendaraan pribadi itu terbang. “Kita akan langsung dapat kabar begitu sampai di Medan.”“Good,” gumam Keenan yang segera memasang kaca mata hitamnya. “Bagaimana dengan Dimas? Kau juga suruh orang untuk mengawasinya ‘kan?”“Iya, Tuan.” Keenan mengembuskan napasnya dengan keras. Benar-benar tak sabar ingin membuktikan tudingan Adrian tadi. Kalau memang apa yang dikataka

  • Papa Baru untuk Anakku   133. Mencurigai Adrian

    “Tidak!” tolak Keenan cepat. “Aku yakin dia yang menculik Lily.”“Kau gila ya?” Lisna pun geleng-geleng kepala.Keenan menatap tajam Lisna. “Atau kaulah orangnya! Oh ya. Aku pernah melihatmu berbicara dengan Adrian. Kalian mungkin sudah bekerja sama. Jawab, Lisna!!” Pria yang sudah frustrasi itu hendak melayangkan satu pukulan lagi ke wajah Dimas, tetapi sang daddy dan Bagas lebih dulu menahan tubuh kekarnya. Membuat dia jadi terhalang oleh keduanya.“Hentikan!” sentak daddy-nya lagi. “Bukan begini caranya bertindak. Kamu harus berpikir dengan kepala dingin. Kenapa jadi malah brutal??”“Lily itu istriku, Dad!” tukas Keenan dengan perasaan yang campur aduk. “Aku bisa gila karena kehilangan dia. Apalagi saat ini dia sedang … agh!! Dia lagi sakit. Bagaimana dia sekarang? Apa dia baik-baik saja? Tidak ada yang tahu ‘kan?”“Kami mengerti perasaanmu. Tenanglah sebentar,” bujuk daddy-nya. Waktu makan malam sudah lewat sejak beberapa jam yang lalu. Namun, Keenan ma

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status