Kelas Laura baru saja berakhir, dan para gadis bersemangat berlari keluar dari kelas. Laura merasa bingung, bahkan Mia tampak sangat bersemangat. “Mia, ayo cepat! Atau kita tidak akan kebagian kursi,” dorong Mia pada temannya yang lambat. “Mengapa buru-buru? Kita tidak ada kelas setelah ini,” Laura bertanya sambil memasukkan buku-bukunya ke dalam tas. “Aduh, Laura, masa kamu lupa? Tuan Muda Glen akan mengadakan seminar hari ini. Ini sangat berharga!” “Oh ya, aku hampir lupa…” Laura teringat bahwa Glen akan datang ke kampusnya untuk mengisi seminar. “Padahal kamu teman kecil Tuan Muda Glen, bagaimana kamu bisa lupa?” Cassie tiba-tiba muncul di sisinya, menatap Laura dengan ingin tahu. “Aku dan Tuan Muda Glen tidak terlalu dekat. Lagipula, aku tidak bisa hadir di seminarnya,” jawab Laura sambil berdiri dari kursinya. “Mengapa?” Mia menatapnya dengan kening berkerut. “Aku harus pulang dan mengurus anakku. Anakku sedang sakit hari ini.” “Aku lupa kamu sudah punya anak. A
"Tidak apa-apa." Laura mematikan panggilan teleponnya dan beranjak pergi. Dia hendak memesan taksi online ketika seseorang memanggil namanya."Laura!"Laura menoleh dan melihat Glen yang berjalan mendekatinya. "Ke mana kamu pergi?" tanya pria itu setelah berhenti di depannya."Aku hendak pulang," balas Laura menatap Glen. "Bukankah kamu harus mengisi seminar sekarang?""Ya, memang aku akan mengisi seminar, tapi aku tidak melihatmu. Teman sekelasmu, Mia, bilang bahwa kamu tidak bisa hadir dan sudah pulang. Mengapa kamu tidak ikut seminarku?" "Uhm, mungkin lain kali aku akan hadir, tapi hari ini aku tidak bisa. Aku sudah berjanji pada Amel untuk meluangkan waktu bersamanya. Anakku sedang sakit. Maaf nggak bisa hadir di seminarmu.”Raut wajah Glen tampak kecewa, tetapi dia berusaha tersenyum. "Begitu ya. Semoga Amel cepat sembuh. Aku akan berkunjung setelah seminarku selesai. Apakah Pak Andri belum menjemputmu?" tanyanya, karena dia belum melihat supir pribadi keluarga Adams."Pak And
Laura tersenyum padanya, mengucapkan selamat tinggal sebelum melangkah menuju mobil Bentley milik Lucian.Lucian dan Glen saling memandangi dengan tatapan tajam, memunculkan ketegangan yang jelas. Akhirnya, Lucian yang berbicara lebih dulu dengan suara tenang, “Tuan Hastings, sampai jumpa lain waktu.”Tanpa menunggu balasan Glen, Lucian berbalik dan masuk ke dalam mobil, mengendarai keluar dari kampus. Glen memandang mobil Bentley itu sampai menghilang, tangannya terkepal erat.“Lucian Wilson… Aku akan mengambil kembali tunanganku darimu.”Di dalam mobil, suasana cukup hening. Laura mengetik pesan di ponselnya, meminta ibunya agar membawa Amel ke kafe atau taman agar dia bisa menjemput di sana. Dia memberitahu Willy bahwa dia bersama Lucian untuk menjemput Amel dan tidak ingin Lucian mengetahui hubungan dengan keluarga Adams.Lucian meliriknya dari ujung mata, melihat istrinya begitu asyik chatting. “Bagaimana kabar kamu dan Amel?” tanyanya.“Kami baik-baik saja,” balas Laura acuh tak
Lucian mengusap punggungnya, menenangkan.“Apa Amel sudah minum obat?”“Belum, Papa. Amel nggak suka obat.” Amel bersandar di pundaknya, sangat lesu. “Amel kangen sekali sama Papa.”“Maafkan Papa baru datang.” Lucian mendesah, mencium pipinya.Laura memandang mereka, tidak tahu harus berkata apa mendengar kata-kata putrinya. Jelas Amel sangat merindukan papanya sampai dia jatuh sakit.Di kehidupan sebelumnya, Amel tidak pernah mendapat kasih sayang Lucian dan hanya memandang papanya dari kejauhan dengan ekspresi rindu, tapi tidak berani mendekat. Bahkan saat Amel sekarat, orang yang ingin dia temui untuk terakhir kali adalah papanya.Sayangnya, Lucian tidak pernah memenuhi keinginan putrinya sampai akhir.Di kehidupan ini, Lucian tiba-tiba menunjukkan perhatian pada Amel, tentunya membuat gadis kecil itu senang dan semakin terikat pada Lucian.Willy terdengar menggerutu di sebelah Laura. “Mengapa dia datang?”Laura mendesah sambil mengangkat bahu. “Dia tiba-tiba muncul di kampusku da
Dengan pipi menempel di meja, Laura melambaikan tangan lesu, “Apa kamu pikir semudah itu mencari waktu untuk me time?”Di keluarga Adams, ibunya tak bisa meninggalkannya sendirian dan ingin menghabiskan waktu 24 jam bersamanya, membuatnya tidak bisa mengerjakan pekerjaan kuliah. Bukannya dia membenci itu, tapi dia butuh waktu sendiri. Lalu ada putrinya yang akan selalu mencarinya tanpa peduli kesibukannya dan kemudian harus pulang ke rumah bertemu dengan suami yang tak diinginkan berada di pandangannya.“Bukankah suamimu kaya? Kamu pasti nggak perlu mengerjakan pekerjaan rumah, lalu kamu bilang ada keluargamu yang membantumu mengurus anakmu. Apa yang membuatmu lelah?” Cassie bertanya heran.Laura menghela napas, “Memangnya apa yang gadis perawan seperti kalian tahu tentang menjadi ibu rumah tangga?”"Karena itu kami nggak mau menikah muda. Cukup kamu menjadi pelajaran untuk kami." Cassie terlalu blak-blakan, hingga kadang-kadang membuat orang kesal."Sudahlah, Cassie, jangan ganggu La
“Ini kampus terbaik dan terkenal di Capital, apa kalian tidak takut konsekuensi dari perbuatan kalian jika menyakitiku di area kampus!” Laura berteriak keras, berharap ada yang mendengarkannya, dan juga memperingatkan orang yang mengangkat teleponnya.Pemuda itu tertawa mengejek. “Ya, kami juga nggak peduli dan nggak kuliah di kampus sampah yang penuh orang-orang angkuh seperti kalian,” balasnya sinis lalu memerintahkan kedua temannya.“Bawa dia.”Salah satu pria menutup mulut Laura dengan lakban saat dia berteriak. Mereka menariknya ke tempat yang sepi dan masuk ke salah satu gudang.Laura memberontak dengan sekuat tenaga, tapi kekuatannya tak bisa dibandingkan dengan kedua pria itu. Mereka melemparnya ke lantai gudang yang keras dan kotor.“Jalang, sebaiknya kamu nggak berisik dan bermain dengan kami,” kata pemuda pacar Amy.Laura takut melihat ekspresi mesum di wajah mereka dan bergerak mundur.“Jika kamu berani menyakitiku, keluargaku nggak akan melepaskan kalian maupun pacarmu,” a
Laura menjerit keras hingga paru-parunya sakit. Tangannya berusaha sekuat tenaga mendorong pria di atasnya.Sementara Rendy, pacar Amy, merekam kejadian itu dengan senyum jahat di wajahnya.“Enyah!” Dia berusaha menendang pria itu dan menggunakan lututnya mengenai selangkangannya.Pria itu mendesis kesakitan dan menampar kuat wajah Laura.“Dasar jalang!”Pipi Laura terasa sakit dan pandangannya berputar sesaat. Sudut bibirnya robek hingga dia merasakan darah di lidahnya.Sementara para pria itu tertawa terbahak-bahak, berusaha merobek bajunya.Laura menggeleng kepala putus asa, berusaha mendorong tangan-tangan yang merobek pakaiannya dan berteriak.“Keluargaku adalah keluarga Adams, kalian akan menderita jika menyakitiku. Keluargaku nggak akan melepaskan kalian!”“Siapa pula keluarga itu?” balas Rendy acuh tak acuh. “Kami tidak peduli kamu berasal dari keluarga mana. Kamu hanya anak yatim miskin yang jadi pelayan di keluarga Samson. Tidak ada yang akan peduli padamu.”“Suamiku, Lucian
Laura mendapat pelecahan, tentu Lucian tidak akan membuat masalah ini tersebar untuk menjaga reputasi Laura. Laura juga selalu tidak ingin menarik perhatian atau mencolok. "Baik, Tuan Wilson." Lucian menutupi wajah Laura dengan jaket dan membawanya pergi dari gudang itu. Sementara Rendy dan dua anak buahnya diringkus oleh sekuriti kampus. Amy juga tidak akan mendapat nasib baik setelah membuat pacarnya melakukan tindakan kekerasan pada Laura. Keluarga Adams juga akan mengejarnya setelah mendengar berita penganiayaan pada Laura. Mia dan Cassie mengikuti Lucian ke rumah sakit. Mereka berdua sangat cemas dan ketakutan melihat kondisi Laura, mengesampingkan rasa ingin tahu mereka terhadap Lucian yang menjadi suami Laura. Keluarga Adams segera mendapat kabar dari Profesor Robbin yang memberi tahu mereka. . . Laura bermimpi aneh. Dia berada di sebuah ruangan yang sangat dikenalnya: rumahnya, dikelilingi oleh para pelayan lama. Rumah itu didekorasi dengan hiasan pemakaman. Waj
Posisi asisten pribadinya yang dia pertahankan dengan susah payah selama dua tahun begitu mudah ditolak oleh wanita itu saat Tristan Adams sendiri yang menawarkan padanya.Laura turun dari mobil Bentley ketika tiba di restoran Swift Bite. Dia bertabrakan dengan seseorang di pintu masuk.“Maafkan, apa kamu baik-baik saja Nona Adams?” Pria itu menahan tubuh Laura agar tidak terjatuh setelah mereka bertabrakan.Laura bergegas menjauh setelah mengetahui siapa pria itu.Riko Edward, suami Cassie. Dia tersenyum elegan padanya, sorot matanya mengamati Laura dengan tatapan penuh perhitungan.“Nona Adams, kita bertemu lagi. Aku dengar istriku dan kamu ada janji makan siang bersama. Jadi aku mengantarnya ke mari. Kita bertemu nggak sengaja di sini.Laura tersenyum paksa. ‘Jadi ini alasan Riko mengubah sikapnya padaku karena dia sudah mengetahui identitasku.’“Oh, baiklah aku pergi sekarang,” katanya acuh tak acuh, meninggalkan Riko.“Nona Adams!” Riko menahan tangannya, tapi Laura menepisnya, m
“Tsk!” Laura menggerutu sambil berjalan menuju mobil Bentley di tempat parkir.Ada yang aneh dengan Lucian. Dia tampak berbeda dengan tiga tahun yang lalu, seorang pria brengsek yang suka memaksakan kehendaknya dan menjengkelkan.“Direktur, lebih baik kamu menggunakan pengawal untuk melindungimu dan menghalangi Tuan Wilson mendekati Anda.”“Kamu benar. Cari pengawal yang bisa diandalkan, juga pengawal untuk Amel agar bisa menghalangi Lucian mendekati putriku. Lucian Wilson bukan orang yang mudah menyerah. Dia akan berusaha mendekati Amel.”“Baik, Direktur.”“Laura, bisa tunggu sebentar!”Laura menoleh melihat Mia berlari mendekatinya. Dia tidak melihatnya bersama Lucian tadi.“Mia, ada apa?” tanya Laura setelah Mia berhenti di depannya dengan napas terengah-engah.“Maafkan aku atas apa yang terjadi hari ini. Semua salahku,” ujarnya, raut wajahnya penuh penyesalan.Laura mengangkat sebelah alisnya. “Memangnya apa salahmu?”“Kamu ingat janji kita tadi pagi? Kamu, aku, dan Cassie berjanj
Mata Laura melotot marah. Apa yang dibencinya adalah orang-orang meremehkan kemampuannya dan menyuruhnya menjadi muda yang manja saja.Sebagai satu-satunya putri di keluarga Adams dan memiliki tiga kakak laki-laki elite, Laura tak diharapkan untuk bekerja dan menjalani hidupnya sebagai Nona Muda. Tapi Laura tak akan hidup seperti itu. Dia tidak pernah beristirahat selama tiga tahun ini dan belajar keras dan menerima pekerjaan yang diberi Tristan. Kakaknya ketika sudah berurusan dengan pekerjaan akan menjadi orang bengis bahkan terhadap adik perempuanya sendiri. Berkat itu Laura bisa beradaptasi dengan pekerjaannya sebagai Direktur Departemen Store.Ucapan Lucian jelas meremehkan kemampuannya dan mengandalkan nama keluarga Adams.“Tuan Wilson, kamu orang yang licik menyabotase janji temu aku dan Nyonya Joe. Karena kamu sudah membuat kesepakatan dengan CEO Luna Chic, apa yang bisa aku lakukan? Mengamuk? Itu hanya membuatku terlihat kekanak-kanakan! Luna Chic bukan satu-satu brand yang
Laura berhenti sejenak di halaman parkir, menatap Anna.“Philip? Kupikir aku akan mendengar bahwa Lucian yang mendukung Viola, ternyata mantan ayah mertuaku yang mendukungnya, ya?” Dia tampak berpikir. “Apa Viola lebih dekat dengan Philip dibanding dengan Lucian?”“Ada desas-desus tentang kedekatan antara Philip Wilson dan Viola Samson. Itu karena Nona Viola calon menantu Tuan Philip yang sudah memberinya cucu. Keluarga Wilson dan Samson sudah sangat dekat selama tiga tahun terakhir ini berkat cucu laki-laki pertama mereka.”Laura terdiam dengan senyum sinis.“Wow, mereka menjalani hidup yang sangat bahagia sekali sementara putri menderita melawan penyakitnya.”“Nona Laura ….” Anna menatap dengan tatapan prihatin. “Apa Anda ingin membalas dendam pada mereka?”Balas dendam?Laura belum memikirkannya. Sebelumnya ketika dia terbangun di kehidupan ini setelah dibunuh, dia dipenuhi dengan amarah dan hasrat balas dendam.Tapi tahun yang jalani bersama Lucian setelah terlahir kembali, sangat
Nyonya Joe tertawa canggung dengan senyum yang tidak nyaman.“Nona Adams, maafkan aku karena telah membatalkan janji temu kita. Mungkin di masa depan kami bisa bekerja sama lagi. Putraku memiliki perusahaan di bidang teknologi. Jika Anda berkenan, mungkin Anda berdua bisa berkenalan dan bekerja sama.”“Maaf, saya tidak memiliki waktu untuk itu.” Laura tersenyum dingin, jelas tidak bisa melupakan penghinaan yang diterimanya. Seolah-olah Nyonya Joe dan Lucian sengaja memainkannya.Tidak ada ketulusan dalam permintaan maaf Nyonya Joe. Tampaknya dia meremehkan Laura, membatalkan janji temu begitu saja. Melihat Nyonya Joe dan Lucian begitu cepat menandatangani kontrak kerja sama Melihat Nyonya Joe dan Lucian selesai begitu cepat menandatangani kontrak kerja sama, tampaknya Nyonya sudah berencana melakukan kerja sama dengan Wilson Group dan bertemu dengan Lucian sejam yang lalu, tapi mempermainkannya dengan memberi janji temu hari ini. Apa dia merasa senang membuat rumor bahwa Wilson Grou
Dia pernah menjadi seorang Nona Muda dari keluarga kaya yang memiliki harga diri. Namun, keluarganya bangkrut, menyebabkan mereka kesulitan finansial yang parah. Ibu tirinya selalu menuntut uang darinya, sementara ayah kandungnya seorang pecandu judi, membuat Mia tidak bisa berharap banyak pada keluarganya.Namun, Mia tidak mau merendahkan dirinya dengan menerima uang dari pria yang memperkosanya dan menghina harga dirinya. Beruntung, dia lolos dalam seleksi beasiswa Wilson Group dan ditawarkan kuliah di luar negeri. Di luar negeri, Mia mengetahui bahwa dia hamil anak kembar. Dia bertekad untuk tidak memberitahukan tentang anak-anaknya pada keluarga Adams apalagi Tristan Adams, karena rasa sakit dan penghinaan yang masih ditinggalkan oleh pria itu. Mia takut Tristan akan merendahkan anak-anaknya juga.Dia bahkan berbohong bahwa dia sudah menikah di luar negeri, agar anak-anaknya tidak dianggap sebagai anak haram.“ … Kamu hidup dengan baik di luar negeri? Bagaimana kamu menjadi sekret
Suasana menjadi hening setelah Mia melontarkan kata-kata itu. Dia merasakan tatapan Tristan dan Laura tertuju padanya, sementara Lucian justru terlihat kesal dan menatapnya dengan tajam.“Hm, sepertinya bawahan lebih berpikir logis daripada atasan. Kualitas kepemimpinan Wilson Group sudah menurun,” suara Tristan terdengar merendahkan.Lucian menggertakkan giginya dengan tangan terkepal. Mia menahan lengan pria itu agar tidak menerjang Tristan, berusaha mencegah perkelahian antara kedua pria itu.“Tuan Wilson, tolong tenangkan dirimu…,” Mia mencoba menenangkan.Lucian memelototinya, tatapannya seolah berkata, ‘Memangnya kamu pikir kamu siapa?’“Tuan Wilson, Tuan Billy akan marah jika mendengar Anda berkelahi dengan keluarga Adams.”“Tsk!” Lucian membuang muka dengan marah, raut wajahnya tetap gelap.Mia menghela nafas lega, lalu berbalik menghadap pasangan kakak-adik Adams di depannya. Mereka menatapnya dengan tatapan aneh. Laura mengerutkan kening, melihat tangan Mia yang masih mence
“Laura, di mana kamu selama tiga tahun ini? Mengapa kamu tidak mengatakan apa pun dan membawa putriku pergi? Kamu tahu aku sangat merindukanmu dan Amel! Di mana putriku sekarang?”“Putrimu? Amel bukan putrimu. Dia adalah anakku. Kamu sendiri yang menyangkal dan tidak mengakui Amel sebagai anak kandungmu!” ujar Laura dengan emosional.“Laura, aku sungguh minta maaf atas kebodohanku saat itu. Di mana Amel sekarang? Kumohon … aku ingin bertemu dengannya.” kata Lucian dengan nada putus asa.“Kamu tidak berhak menemuinya sekarang! Dia sudah melupakanmu. Kamu bukan papanya lagi!”“Bagaimana bisa seperti itu!” Lucian menggertakkan gigi. “Kamu yang membawa putriku pergi dan membuatnya melupakan aku! Tolong, Laura aku sangat merindukan Amel.”“Berhenti mengatakan itu. Kamu membuatku jijik. Kamu yang menyangkal hubunganmu dengan Amel. Apakah kamu ingat waktu itu, ketika kamu dan Viola bersenang-senang menerima calon bayi kalian, sementara Amel divonis menderita leukemia?”Ekspresi Lucian tampak
Wajah Laura tak banyak berubah. Dia semakin cantik dan bersinar dengan gaun merah memikat yang membungkus tubuhnya yang ramping.“Laura… apakah itu sungguh kamu?” Lucian meraih pundak Laura dengan penuh kerinduan, ingin memeluknya, tetapi wanita itu mendorongnya.“Tuan Wilson, kamu sangat tidak sopan!”Laura menatapnya dengan tatapan yang lebih tajam dibandingkan tiga tahun yang lalu. Lucian merasa seolah disiram air dingin saat menatap mata Laura yang sangat dingin dan acuh tak acuh.“Apa Anda berdua saling mengenal?” Nyonya Joe bertanya dengan rasa penasaran.“Tidak. Aku tak mengenalnya,” jawab Laura acuh tak acuh.“Laura, ini sungguh kamu… kamu tahu aku sudah merindukanmu selama tiga tahun ini. Di mana Amel, putri kita? Aku sangat merindukannya.”Lucian tampak mengabaikan sekelilingnya, mengoceh seperti pria yang kurang waras dan terlihat begitu putus asa. Dia mencoba meraih Laura untuk memeluknya. Namun, wanita itu menepisnya lagi.“Tuan Wilson, kamu sangat kurang ajar.”Lucian ti